NovelToon NovelToon

Bukan Pernikahan Impian

1. Patah hati

Malam yang semakin larut tak membuat sebuah tempat menjadi sepi. Justru semakin malam tempat itu bertambah banyak dikunjungi oleh lautan manusia. Tak banyak yang tahu jika sebagian orang menggunakan tempat itu sebagai tempat melipur lara.

Lara akan kesakitan hati yang tidak pernah tahu siapa penyembuhnya. Begitulah hidup jika lara dan suka tak pernah bersatu.

Siapa yang tidak tahu club? Tempat hiburan malam dimana kebanyakan pengunjungnya adalah orang-orang yang penyuka kebebasan. Seperti sekarang di depan meja bartender ada seorang perempuan yang sudah menghabiskan 2 botol whisky sebagai teman galaunya malam ini.

Sudah beberapa hari perempuan itu selalu datang ke club hanya untuk menenggak minuman yang membuatnya melayang dan melupakan masalah. Sebenarnya dengan seperti ini bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah namun melayang sebentar setidaknya dapat menunda pikiran kita untuk memikirkan masalah.

Perempuan itu sudah merasakan pusing yang lumayan berat namun tidak cukup untuk menghilangkan kesadarannya. Banyak para pengunjung yang terus-menerus menatap perempuan seksi tersebut. Dengan pakaian serba minim yang selalu menjadi kesehariannya menjadikan perempuan itu sebagai incaran empuk bagi para buaya -buaya bengawan.

Enggan memikirkan omongan orang lain, perempuan itu terus meminum minumannya hingga satu botol telah tandas habis menyusul dua botol yang tadi. Beberapa buaya-buaya bengawan tidak tahan melihat keseksian perempuan itu hingga ada beberapa yang mulai mencoba mendekatinya. Mungkin memang bukan keberuntungan bagi si buaya sehingga penolakan lah yang selalu mereka dapatkan.

'' Semua laki-laki memang sama saja. Sama-sama gila, brengsek, menjijikkan. Intinya aku sangat membenci kaum mereka,'' racau perempuan itu.

'' Hei sweetie. Aku bisa menemanimu malam ini,'' tawar seorang pria tampan dengan postur tubuh yang sempurna.

'' Sorry. I wanna still alone,'' jawab perempuan itu.

'' Tidak baik perempuan secantik kamu sendirian. Aku single, kita bisa join kalau kamu mau'' ucap pria tampan itu lagi.

'' Apa kamu tidak mengerti bahasa Inggris?'' tanya perempuan itu.

'' Hah? Maksudnya? '' tanya balik laki-laki itu merasa bingung dengan pertanyaan perempuan yang ia ajak bicara. Lalu setelah itu si perempuan langsung membuka ponsel miliknya kemudian mengetikkan beberapa kata di layar ponsel tersebut.

'' Ini nih,'' ucap perempuan itu setelah mengotak-atik ponsel miliknya sebentar. Ternyata si perempuan itu tengah menunjukkan ponsel miliknya yang menampilkan tampilan aplikasi penerjemah bahasa.

'' Sekarang sudah tahu kan arti dari kalimat I wanna still alone,'' ucap perempuan itu yang sedang menunjukkan arti dari kalimat yang ia lontarkan kepada si pria tampan menggunakan aplikasi penerjemah bahasa.

'' **** you girl!!! Kau begitu sombong,'' umpat pria tampan itu lalu pergi.

Perempuan itu kembali menghela nafas. Ia kemudian menenggak minuman yang ia baru pesan. Kali ini ia berganti jenis minuman, ia akan mencoba tequila yang sangat jarang ia minum. Tak berselang lama setelah menenggak minumannya, perempuan itu mendapatkan telepon. Ponsel yang bergetar di sampingnya kemudian ia angkat untuk ia arahkan ke telinganya.

'' Halo, om!! Kenapa? Apa om kalah lagi?'' ucap si perempuan ketika mendapat telepon dari omnya.

'' Ck dasar keponakan tidak berguna! Bukan karena itu om telepon. Om cuma mau tanya sekarang kamu lagi dimana? '' jawab om si perempuan.

'' Di tempat yang indah,'' jawab si perempuan.

'' Karen!! Om serius. Cepat katakan kamu dimana? Om akan menjemput kamu,''

'' Tidak mau. Om Damino mending judi aja , Karen mau senang-senang intinya. Sudah ya nanti Karen kirim uang buat om judi lagi. Ingat!! Kali ini jangan sampai kalah'' ucap perempuan yang bernama Karen kemudian menutup panggilannya.

Karen ialah perempuan yang sedari tadi menghabiskan waktunya di salah satu klub terkenal di kota itu. Perempuan berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai model di salah satu agensi di kota tersebut tengah menghibur hatinya.

Hari ini ia suasana hatinya sangat buruk. Ralat bukan hari ini saja melainkan kemarin-kemarin setelah hubungan asmaranya yang selama dua tahun harus kandas karena si laki-laki lebih memilih wanita lain dari pada dirinya.

'' Brengsek, kamu Jason!! Tidak bisakah selama ini kamu berpura-pura mencintai ku? Atau setidaknya kamu berbohong jika kamu menyukai hubungan kita. Aku benar-benar marah saat kamu memutuskan hubungan kita demi wanita lain,'' monolog Karen terlihat menyedihkan. Saat ini ia dengan wajah cantiknya berderai air mata.

Patah hati sesuatu yang biasa terjadi dalam sebuah hubungan namun imbasnya tiada tara untuk kehidupan. Karen pikir selama ini Jason sudah mulai mencintainya karena sikap laki-laki itu yang terkadang baik.

Siapa yang tidak mengenal Jason Mraz Davies? Putra pertama dari keluarga Davies yang bekerja sebagai CEO di perusahaan Davies milik keluarganya sendiri. Memiliki kekayaan tidak di negara ini saja melainkan beberapa negara kecil di benua Amerika. Karen sudah lama mencintai Jason. Walaupun tujuan awal perempuan itu mendekati Jason adalah karena hartanya, namun jauh dari dalam lubuk hatinya ia sangat mencintai laki-laki itu.

Bisa dibilang jika Jason adalah cinta pertama Karen yang selama ini selalu menghindari banyak rayuan laki-laki karena sejak ia masih muda hatinya sudah terpatri untuk Jason Mraz. Jason adalah motivasi Karen untuk menggapai mimpinya menuju kehidupan yang lebih layak seperti sekarang. Jika dulu Karen adalah gadis biasa sekarang ia berubah menjadi perempuan dengan segudang karier yang sukses. Karen muda sudah berambisi untuk menjadi seorang model agar dirinya bisa dilihat oleh Jason yang kala itu berhasil membuatnya terpesona.

'' Cinta mengapa sesakit ini? '' gumam Karen merasa frustasi dengan perasaanya. Karen menangis dalam kesakitan hatinya malam ini. Untung saja sang bartender sudah terbiasa dengan kedatangan Karen yang akan selalu sedih jika ia memesan banyak minuman. Bartender itu berpikir jika minumannya merupakan penenang hati bagi Karen yang sudah menjadi pelanggan setianya.

'' Karen, apa kamu tidak mual meminum minuman sebanyak itu?'' tanya sang bartender.

'' Lebih baik kamu pulang. Lihat kondisi mu sudah menyedihkan seperti hidup mu saat ini,'' ucap bartender itu lagi.

'' Berisik,'' sela Karen kepada si bartender.

Setelah lelah Karen mulai meninggalkan meja bartender. Bukan meninggalkan meja bartender untuk pulang, Karen malah berjalan menuju dance floor tempat orang menari dan berjoget menikmati alunan musik dari DJ. Karen begitu menikmati suara musik yang begitu memekakkan telinga namun tidak berpengaruh untuk dirinya. Karen terus berjoget sembari meliuk-liukkan tubuhnya sebagai bentuk rasa nikmat dari minuman yang ia habiskan malam ini.

Sejatinya Karen malam ini yang memang menggoda, datang lagi seorang pria tampan yang berdiri menjulang di depannya. Laki-laki itu ikut bergoyang menikmati goyangan yang Karen lakukan. Aneh untuk kali ini Karen tidak merasa terganggu akan kedatangan si pria. Karen malah terus bergoyang di depan pria itu.

Pria yang awalnya hanya iseng mendekati Karen kini mulai tergoda dengan segala gerakan yang Karen lakukan. Entahlah hanya melihat Karen bergoyang membuat pikiran laki-laki itu melalang buana ke mana-mana.

'' Hai, aku Marvel! '' sapa laki-laki yang ternyata bernama Marvel.

2. Penjajah Wanita

Marvel Lawrence pria matang yang sekarang tengah mengelola perusahaan kecil hasil kerja kerasnya selama ini. Pria berusia 29 tahun tersebut sangat menyukai dunia bisnis namun dirinya tidak cukup ahli.

Marvel merupakan anak kedua di keluarga Lawrence. Marvel memiliki kakak kandung laki-laki yang bernama Marco Lawrence dan adiknya yang sedang menempuh pendidikan bernama Mario Lawrence. Marco sudah menikah dan memiliki keluarga kecil sedangkan Mario hampir menyelesaikan studi S3 nya. .

Dengan keluarga yang tidak memiliki anak perempuan di dalamnya, menjadikan kehidupan Marvel tidak lepas dari yang namanya persaingan. Ia memiliki dua saudara laki-laki yang selalu lebih unggul darinya. Walaupun Mario lebih muda tetapi adik dari Marvel tersebut telah berhasil membantu bisnis ayahnya. Dan untuk Marco, sekarang dia sudah memiliki keluarga dan memberikan dua cucu cantik dan tampan bagi keluarga Lawrence.

Ayah Marvel selalu mendidik keras ketiga putranya. Beliau selalu memberikan banyak pelajaran agar ketiga putranya berhasil sukses di masa depan. Sama-sama anak kandung tetapi sering kali Marvel merasakan ada yang berbeda dari sikap ayahnya. Ayah Marvel selalu membanggakan putra sulung serta bungsunya. Tidak pernah sekalipun ayahnya memuji Marvel baik itu dalam sikap maupun prestasi.

Marvel akui dirinya memang tidak sehebat Marco yang berhasil mengembangkan perusahaan ayahnya dan juga ia tidak secerdas Mario yang tengah menempuh pendidikan S3 nya di usia yang ke 25. Terkadang Marvel sangat muak ketika ayahnya selalu memuji kedua saudaranya di depannya sendiri. Setiap kali Marvel gagal dalam suatu upaya selalu saja ayahnya membanding-bandingkan dirinya dengan kakak dan adiknya.

Hampir setiap hari Marvel muda selalu ribut dengan ayahnya. Entah karena sikap Marvel yang pembangkang atau kebodohan laki-laki tersebut. Ibu Marvel sendiri merasakan perubahan sikap putra keduanya. Walaupun Marvel sering melawan nasihat orang tuanya namun ibu Marvel tetap menyayangi putranya tersebut.

Dulu Marvel muda sering kali membuat onar di sekolah hingga jenjang perkuliahan pun masih tetap membuat onar. Terkadang ibu Marvel merasakan sedih jika melihat tingkah putra keduanya. Namun ia juga menyadari jika sikap sang suami lah yang berhasil membuat karakter anaknya menjadi seperti itu.

Di usia yang ke 25 Marvel berhasil menyelesaikan gelarnya. Ia merasa senang karena selama ini pendidikannya tidak pernah terganggu walaupun dibumbui dengan sikap minusnya selama proses pendidikan. Marvel sangat berharap ayahnya merasa bangga dengan dirinya yang berhasil lulus walaupun dia tidak masuk cumlaude.

Namun harapan tetaplah menjadi harapan, kekecewaan itulah yang dirasakan oleh Marvel. Sesampainya di rumah Marvel bukannya mendapat pujian atas keberhasilannya namun sang ayah malah hanya beroh ria saja. Kala itu ayah Marvel lebih bangga terhadap putra bungsunya yang berhasil masuk ke perguruan tinggi di Amerika untuk melanjutkan S2 dan S3 nya.

'' Gue juga kan lulusan luar negeri. Tapi mengapa bokap bangganya sama dia yang baru masuk,'' gumam Marvel di dalam kamarnya.

Setelah lulus Marvel tidak langsung bekerja ia hanya menjadi pengangguran yang suka menghabiskan uang orang tua. Keluar masuk club hanya untuk mencari kesenangan begitu lah kebiasaan Marvel. Selama di luar negeri pun Marvel juga sering melakukan itu.

Hampir setiap hari juga kedua orang tua Marvel merasa pusing dengan kelakuan putra keduanya. Ketika kakaknya sibuk mengurus bisnis ayahnya dan juga adik bungsunya yang tengah menempuh pendidikan, si Marvel malah berleha-leha dengan kebiasaan buruknya yang suka menjajah banyak kaum wanita.

Lambat laun Marvel tidak tahan dengan sikap ayahnya. Karena setiap hari ia selalu mendapat perlakuan tidak adil oleh ayahnya akhirnya Marvel memutuskan untuk keluar rumah. Marvel keluar rumah bukan serta merta keluar dan menjadi pengangguran, tetapi disini Marvel bertekad akan membangun perusahaannya sendiri tanpa campur tangan kedua orang tuanya.

Ibu Marvel sempat tidak mengijinkan, namun karena Marvel terus membujuk ibunya akhirnya restu ibunya berhasil ia dapatkan. Ibu Marvel mengijinkan asal Marvel membangun usahanya di kota yang sama dengan kakaknya yaitu Marco. Marvel pun setuju toh kota yang dimaksud juga merupakan kota yang akan menjadi tujuannya untuk berkarier.

Marvel memulai usahanya dengan bantuan sahabatnya yang bernama Jason Mraz. Mereka sudah bersahabat cukup lama sehingga hubungan erat terjalin hingga sekarang.

Empat tahun sudah berlalu dan kini Marvel berhasil mendirikan perusahaan kecil. Walaupun kecil tetapi dia cukup bersyukur setidaknya ayahnya sudah tidak lagi mengatai dirinya sebagai anak yang selalu memiliki banyak kekurangan dari kedua saudaranya.

Disini perusahaan Marvel tidak sepenuhnya berdiri sendiri, di balik perusahaan itu ada perusahaan besar yang menanamkan modal dan saham yang cukup besar. Siapa lagi jika bukan perusahaan Davies. Perusahaan raksasa yang banyak memiliki anak cabang.

...****************...

Meninggalkan masa lalu Marvel, malam ini seperti biasa Marvel akan menghabiskan waktunya di club. Tinggal di sebuah apartemen yang kecil sering kali membuat Marvel kesepian. Jika dulu ada Jason yang menjadi teman bermainnya sekarang sangat jarang. Jason begitu sibuk hingga waktu untuk dia berak saja tidak banyak. Terlalu lebay memang namun yang Marvel tahu jika Jason dan asistennya adalah workaholic sejati.

Marvel pergi ke club dengan mengendarai mobil. Setelah sampai di tempatnya, laki-laki itu kemudian turun lalu dengan secepat kilat ia sudah berada di ujung pintu masuk club. Baru selangkah ia menginjakkan kaki di tempat favoritnya, mata Marvel sudah disuguhkan pemandangan yang sangat mencolok.

Bagaimana tidak, di dance floor yang penuh dengan manusia tetapi mata Marvel hanya berpusat kepada seorang perempuan yang sedang berjoget dan sangat menikmati alunan musik. Perempuan itu terus berjoget hingga setetes demi setetes keringat mulai membasahi pelipisnya. Marvel menelan ludah, tidak biasanya ia akan beraksi cepat hanya dengan memandang perempuan itu. Tak ingin membuang waktu Marvel pun mendekati perempuan yang asyik berjoget dengan dunianya.

Marvel memandangi wajah perempuan tersebut. Sangat jelas kecantikannya dan Marvel juga mengenal perempuan ini. Tanpa sungkan dan bertanya Marvel pun ikut menggoyangkan tubuhnya mengikuti gerakan perempuan tersebut. Musik yang dimainkan semakin bertempo cepat membuat siapa saja yang mendengarnya akan terhipnotis untuk ikut meliukkan tubuhnya.

" Hai, aku Marvel" sapa Marvel mulai membuka obrolannya.

" Marvel? Sahabat laki-laki brengsek itu?" balas perempuan tersebut.

" Iya. Apa ada masalah nona Karen? Benar kan jika nama anda adalah Karen?" ucap Marvel.

" Tidak ada. Btw kamu mengenal aku juga ya," balas Karen.

" Perempuan secantik kamu mana bisa untuk dilewatkan. Ah sial tunangan Jason begitu cantik tetapi laki-laki itu malah mencampakkannya," ucap Marvel yang sangat tahu jika sahabatnya tengah mengejar seorang wanita yang bernama Vanilla Jasmine.

" Bisakah kamu tidak membahas si brengsek itu? Malam ini aku ingin menghapus namanya dari pikiran ku. So, kamu jangan berani-berani menyebut namanya lagi," ucap Karen merasa muak jika mendengar nama Jason.

" Sure, baby. Kamu cantik malam ini, bisakah aku menemani malam mu?" tanya Marvel selanjutnya.

" No problem," balas Karen setelah itu tubuhnya mulai merapat dengan tubuh Marvel. Karen juga turut mengalungkan kedua tangannya di leher Marvel.

Marvel dengan senang hati menerima perlakuan khusus dari Karen. Sekali-kali dirinya akan mencoba bermain dengan tunangan sahabatnya.

Semakin lama gerakan mereka semakin intens. Kedua tangan Marvel kini juga sudah bergerilya kemana-kemana. Marvel tidak hanya memegang pinggang Karen untuk dekat dengannya, laki-laki itu turut mendaratkan beberapa ciuman panas kepada Karen.

" ****, apa kamu merasakannya?" tanya Marvel mengarahkan tubuh Karen untuk merasakan hawa panas yang menderanya.

" Cih gampangan," celetuk Karen mengejek.

" Mengejek ku hm? Sepertinya kita butuh kamar? Disana aku akan membuktikannya nanti. Do you want?" tawar Marvel kepada Karen.

Karen pun mengangguk menyetujui tawaran dari Marvel. Marvel langsung bergerak cepat. Ia menarik tangan Karen untuk ia ajak check in di kamar yang disediakan di club tersebut. Sepanjang perjalanan menuju kamar Marvel benar-benar tidak tahan. Baginya malam ini Karen sangat menarik hingga Marvel tidak ingin melewatkannya sedetikpun.

" Kamu sungguh tidak sabaran," ucap Karen menyudahi ciuman yang Marvel layangkan kepadanya. Ini bahkan masih di lift tetapi laki-laki itu sudah memberikannya banyak tanda di lehernya.

3. Menjadi yang pertama

Matahari mulai meninggi tetapi di sebuah kamar ada dua orang manusia yang masih nyaman bergelung dengan selimut mereka. Kedua manusia itu sama-sama menikmati hangatnya selimut yang menutupi keduanya. Masih tersenyum karena dunia mimpi, kedua manusia tersebut belum sadar sepenuhnya akan kondisi kamar mereka yang berantakan.

Tak lama setelah itu, salah satu diantara mereka terbangun kemudian mulai menggerakkan tangannya ke atas karena merasa pegal dan kebas. Ternyata semalaman tangan tersebut ia gunakan untuk menopang kepala seseorang yang saat ini tidur dalam dekapannya. Nyawa masih belum terkumpul sepenuhnya sehingga seseorang itu belum menyadari jika ia tertidur sembari memeluk seseorang.

Orang yang pertama bangun tadi mulai melepaskan pelukan mereka. Perlahan ia mulai menjauhkan diri dan kedua matanya ia gunakan untuk menyesuaikan pencahayaan kamar. Lambat laun nyawa mulai terkumpul dan penglihatan mulai jelas sehingga ia bisa mengamati seisi kamar.

Kamar yang lebih tepat didefinisikan sebagai kapal pecah tersebut sangat nyata. Bagaimana tidak? di lantai kamar itu terdapat banyak baju yang berserakan. Belum lagi ada beberapa benda yang jatuh dan menggelinding entah kemana. Perlahan tapi pasti ia mulai mengingat rincian kejadian semalam.

'' ****, aku baru ingat" umpat seseorang yang terbangun lebih dulu.

Kemudian pandangan seseorang itu jatuh terhadap seorang perempuan yang tertidur di sampingnya. Perempuan itu tampak tertidur pulas seolah tidak ingin ada yang menganggu. Sekarang dirinya bingung harus bagaimana, ia sedang mempertimbangkan untuk membangunkan orang itu atau tidak?

'' Mending aku pergi dari sini sebelum Karen juga ikut bangun,'' ucap seseorang itu.

Namun sebelum dirinya benar-benar beranjak dari kasur, perempuan itu sudah terganggu tidurnya alhasil sekarang dia sudah bangun menyusul seseorang yang saat ini sedang bersamanya di sebuah kamar.

'' Marvel? Apa yang terjadi?'' tanya perempuan itu yang bernama Karen.

'' Ck. Apa kamu tidak ingat? Semalam kita one night stand,'' jelas Marvel.

'' Apa? Kamu gila, bagaimana bisa?''

'' Kita melakukannya atas dasar sama-sama mau, ingat itu'' balas Marvel yang mulai memunguti pakaiannya.

Karen mencoba mengingat kejadian semalam. Astaga ia baru tersadar jika kemarin ia juga ikut berpartisipasi untuk melakukan tindakan ini. Karen menghela nafas pasrah, tidak ada yang perlu disesali karena memang dirinya juga ikut andil.

'' Kamu mau pergi? Setidaknya bantu aku ke kamar mandi terlebih dulu. Badan ku sakit semua dan ini juga gara-gara kamu,'' ucap Karen yang melihat Marvel mulai mengenakan pakaian di depannya.

'' Ck jangan manja!! Kayak kamu baru sekali aja melakukan ini,'' tukas Marvel.

'' Ayolah aku minta tolong! Aku harus segera pergi takut ketahuan orang banyak nanti,'' pinta Karen lagi.

Akhirnya Marvel pun menyetujuinya. Marvel langsung menggendong Karen ala bridal style dan kemudian membawanya ke kamar mandi. Setelah berhasil masuk ke kamar mandi Marvel langsung menurunkan Karen di bathtub.

'' Cepat mandilah! Setelah ini aku akan pergi dulu. Dan terima kasih untuk yang semalam,'' ucap Marvel kemudian meninggalkan Karen yang tidak menyahut sama sekali.

Karen lebih memilih mengisi bathtub miliknya dengan air. Ia ingin merendamkam tubuhnya agar lebih rileks. Sekarang apa boleh Karen menyesal? Tidak Karen tidak akan mengingat kejadian semalam karena itu hanya akan menambah masalahnya. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah air yang dapat mendinginkan kepalanya. Karen pun mulai menenggelamkan kepalanya ke dalam bathtub.

Sementara di luar kamar, Marvel mulai memunguti barang-barang miliknya. Sampai saat ini Marvel heran, apa yang ia lakukan semalam hingga barang-barang miliknya pun juga raib berserakan entah kemana.

'' Baju sudah. Ponsel sudah. Dompet sudah. Kurang apa lagi ya?'' monolog Marvel mengabsen barang-barang yang ia gunakan semalam untuk ke club.

'' Ah iya jam tangan. Dimana jam tangan ku?'' gumam Marvel mengobrak-abrik sekitar meja tempat ia menemukan ponsel dan dompetnya.

Setelah mencari di sekitar meja tidak ada, kemudian Marvel berinisiatif untuk mencari jam tangannya di ranjang. Ia berpikir jika jam tangannya mungkin terselip di balik selimut ataupun bantal. Marvel pun mulai menyingkap selimut yang ia gunakan semalam.

Tampak sekarang pandangan Marvel bukan tertuju pada jam tangan lagi yang baru ia temukan di bawah bantal. Marvel memang berhasil menemukan jam tangannya namun sekarang pandangan Marvel berpusat pada sprei ranjang tersebut. Pandangan Marvel membola begitu melihat ada bercak darah yang berada di sprei putih kamar.

Sprei putih itu jelas menampilkan warna merah darah yang memang kontras dengan warna sprei yang terpasang. Marvel mulai menerka-nerka apakah ia atau Karen terluka semalam? Tidak,, tidak ingatan Marvel masih jelas jika diantara mereka tidak ada yang terluka kecuali Karen yang tadi merengek kesakitan sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

'' Apakah dia masih segel?'' gumam Marvel setelah berpikir keras.

...****************...

Setiba Marvel di apartemen miliknya, kamar mandi adalah satu-satunya tujuan Marvel saat ini. Tadi sebelum meninggalkan kamar yang ia sewa dia tidak sempat mandi dan lebih memilih langsung pulang meninggalkan Karen. Saat ini pikiran Marvel masih memikirkan kejadian semalam yang ia lakukan.

'' Apa benar aku yang pertama?'' gumam Marvel berdiri di bawah shower.

Badan laki-laki itu terasa lengket karena ia belum menyentuh air sama sekali. Beruntung sekarang rasa lengket tersebut tergantikan dengan sejuknya air yang mengalir dari shower.

Usai menghabiskan waktu cukup lama untuk mandi, Marvel pun keluar dari kamar mandi. Dengan berbalut handuk sepinggang, laki-laki itu keluar menuju almari tempat ia menyimpan pakaian.

Marvel mengambil kaos hitam miliknya. Hari ini ia tidak bekerja. Biarlah karena hari ini Marvel sangat lelah dan sekarang ia hanya ingin bermalas-malasan di kamar apartemen miliknya.

Ada banyak masalah yang sedang terjadi di perusahaan dan itu sedikit membuat Marvel malas menanggapinya. Kemarin dia juga mendapat kabar jika ia akan turun jabatan. Perusahaan miliknya hampir diakuisisi oleh perusahaan lain. Masalah tersebut juga yang menjadikan Marvel malas untuk pergi ke kantor.

Dan sekarang yang ia lakukan adalah memasak makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Hidup sendiri di kota membuat Marvel bisa melakukan beberapa hal mandiri termasuk memasak. Keahliannya dalam memasak tidak boleh diragukan lagi.

Sambil menikmati makanan yang ia buat, Marvel membuka beberapa pesan dari ponselnya. Ada chat teratas yang menampilkan pesan dari ibunya. Sudah beberapa bulan ibunya menyuruh ia untuk pulang dan dengan seribu alasan pula, Marvel selalu menolak. Ia malas jika harus pulang dan bertemu ayahnya yang Marvel yakini belum berubah.

Beralih ke tampilan panggilan. Di situ juga tertera banyak panggilan tak terjawab dari ibunya. Ibu Marvel memang sangat menginginkan anaknya pulang. Terkadang Marvel juga kasihan ketika melihat ibunya yang menangis karena Marvel yang selalu menolak keinginannya untuk pulang.

Marvel kembali meletakkan ponsel miliknya. Ia malas memikirkan itu. Lebih baik sekarang ia menghabiskan makanan agar perutnya tidak berdendang sana-sini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!