PERKENALAN
Qinli adalah menantu laki-laki pertama keluarga Chu. Ia menikah dengan Chu Qingyin putri pertama keluarga Chu. Sayangnya Qinli seorang tunawicara, ia bisu, jadi ia hanya tinggal di rumah tanpa bekerja. Semua biaya hidup ditanggung oleh istrinya, Chu Qingyin.
Kebetulan siang itu sopir keluarga Chu sedang cuti sehingga ibu mertuanya, Nyonya Hanying mengutus Qinli untuk menjemput adik Qingyin ke kampus.
...⚜⚜⚜...
...Universitas Lincheng...
Suasana kampus siang itu cukup ramai, terlihat dari banyaknya mahasiswi dan mahasiswa yang keluar dari kampus. Dari arah kejauhan, mobil yang menjemput Chu Zitan sudah terlihat olehnya. Sayangnya yang menjemputnya kali ini si bisu, Qinli.
Betapa malunya ketika ia melihat kakak iparnya yang datang menjemput. Terlebih ia malah berdiri di samping pintu mobilnya bukannya menunggu di dalam mobil. Dengan kesal ia pun menuju mobilnya.
“Kenapa orang bisu sepertimu yang menjemputku?” hardiknya tanpa sopan santun.
Tetapi Qinli dengan tenangnya tetap berdiam di sisi mobil. Hal itu semakin membuatnya marah sekaligus malu. Malu jika teman-temannya melihat kakak iparnya yang sangat memalukan itu.
“Qinli! Kau bisa tidak, jangan keluar, mempermalukan diri sendiri tau!” gertaknya semakin geram.
Saking kesalnya ia pun melempar tas sekolahnya ke arah Qinli. Bahkan ia hampir jatuh karena lemparan Chu Zitan cukup kuat menerpanya. Bukan hanya itu, ia masih mengomel panjang lebar karena kedatangannya itu.
“Benar-benar menyusahkan keluarga!” umpatnya kesal.
“Cepat jalan, jangan sampai membuat teman-teman kelasku melihat kita!”
BLAMM!!
Chu Zitan membanting pintu mobil dengan keras, lalu ia duduk dengan angkuhnya di dalam mobil.
“Kedepannya, jangan menjemputku lagi, aku tidak mau mempermalukan diriku di sekolah!”
Sikap Chu Zitan benar-benar tidak mempunyai sopan santun, ia bahkan membuang muka saat berbicara dengan Qinli, sehingga hal itu membuat Qinli sedikit geram.
Qinli juga manusia biasa tetapi ada saatnya ia jengah ketika terus menerus dianggap orang yang memalukan dan tidak berguna. Saking kesalnya urat-urat nadinya bahkan terlihat menonjol dari kedua tangannya ketika ia memegang stir kemudi.
Beberapa saat kemudian ...
Mobil yang mereka kendarai sudah sampai di kediaman Keluarga Chu. Tanpa berbicara mereka langsung menuju ke dalam kamarnya masing-masing.
Qinli kembali ke kamarnya dan melakukan ritual seperti kebiasan yang sudah ia lakukan selama sepuluh tahun terahir. Sedangkan Chu Zitan sudah berada di kamarnya.
Ting tong ...
Terdengar bel pintu rumah berbunyi. Ibu mertuanya menyambut kedatangan tamu keluarganya yang tak lain adalah teman masa kecil putri pertamanya.
“Selamat siang bibi.”
“Selamat siang, kapan kamu datang Minghao, ayo masuk!” ucapnya senang.
“Terimakasih.”
Lalu keduanya terlibat pembicaraan yang seru di ruang tamu. Terlihat sekali keakraban yang terjadi pada keduanya.
“Minghao memang orang yang sangat berbakat, bibi tidak salah menilaimu!” ucapnya sambil memuji.
“Kalau bukan karena waktu itu aku harus keluar negeri untuk studi lanjutan, mungkin aku sudah menikah dengan Qingyin!” kelakarnya.
“Oh ya bibi, dimana Qingyin? Kenapa aku tidak melihatnya?”
“Kalau jam segini, Qingyin masih bekerja di perusahaan, dia belum pulang.”
“Lalu, dimana pasangannya Qingyin? Aku dengar karena dia tidak bisa berbicara, sehingga dia selalu berdiam diri di rumah, ya?”
“Aku ingin bertemu dengan menantu laki-laki yang tinggal di rumah mertuanya, dan yang bisa menggerakkan hati Qingyin.”
“Maksudmu si bisu Qinli ya, dia baru saja pulang dari menjemput Zitan. Seharian di rumah juga tidak tau mau melakukan apa, nanti, aku juga akan menyuruh Qingyin untuk menceraikannya.”
“Sebentar aku panggilkan dia dulu ya.”
Kini Nyonya Hanying sudah berdiri sambil bersedekap, lalu suaranya yang lantang mulai menggema ke seluruh ruang tamu.
“Qinli, cepat ke bawah dan temui tamu!”
“Sampai di rumah langsung berdiam diri di kamar, kau tidak berani bertemu orang ya?”
Chu Zitan kebetulan berada di dekat kamar Qinli, ia melihat pintu kamar kakaknya sedikit terbuka.
“Qinli, apa kau tuli? Kau tidak dengar ibuku memanggilmu?”
“Dia benar-benar menganggap rumah ini seperti rumahnya,” gerutunya sambil mendekati pintu kamarnya.
Ia pun mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka dan terlihat Qinli sedang duduk bersila dengan tubuh hampir telanjang dan hanya memakai ****** ***** tetapi tubuhnya membelakangi pintu.
“Aaaa ...!!!” teriaknya.
Zitan berbalik sambil menutup kedua matanya, ia pun pergi menjauh dari kamar Qinli sambil mengumpat.
“Ke, kenapa tidak pakai baju! dasar mesum!”
Sedangkan di dalam kamar Qinli ...
Wush ... wush ... wush ....
Tubuh Qinli terlihat dikelilingi cahaya biru, seketika seluruh energi baik berkumpul dan mengitari tubuhnya. Perlahan ia membuka matanya.
PLAK ...
Di antara kedua tangannya berkumpul sebuah bola cahaya berwarna terang.
...⚜⚜⚜...
...“Pria tua itu mengajariku ilmu tenaga dalam, memberi tahuku bahwa perlu sepuluh tahun untuk mencapai kesuksesan.”...
...“Sebagai gantinya, aku tidak boleh berbicara selama sepuluh tahun.”...
...“Dan ahirnya aku berhasil mencapai kesuksesan dengan latihan,” ucapnya sambil memandangi kedua tangannya yang masih ada cahaya di atasnya....
...“Masuk keluarga Chu juga sudah satu tahun.”...
...⚜⚜⚜...
KRAK!! ... KRAKK !! ... KRAKKK!!! ....
Suara Qinli saat menggerakan bibirnya yang kaku mulai terdengar.
“Se-sepuluh tahun tidak berbicara.”
KRAKK!!
“Benar-benar sangat lama,” gumamnya.
Ia pun mulai berlatih artikulasi ...
“Aaa ... aaa ... iii ....”
“Ahirnya hari ini pas sepuluh tahun,” ucapnya menahan haru.
“Setelah melewati begitu banyak penderitaan, ahirnya aku dapat berbicara sekarang.”
Tiba-tiba terdengar suara melengking dari bawah.
“Qinli, cepat turun ke bawah!”
“Qinli! Berapa kali aku harus menyuruhmu!”
Bahkan bunga yang hampir kering dan mati di dalam kamar Qinli menjadi mekar karena hawa baik yang terpancar dari tubuh Qinli.
TAP ... TAP ... TAP ...
Terdengar derap langkah Qinli yang mulai menuruni tangga, jangan ditanya lagi kedatangannya sudah ditunggu ibu mertuanya dengan tamunya.
“Qinli, apa kau sekarang juga tuli?”
Dengan angkuhnya sahabat istrinya menyambut Qinli dengan mengulurkan tangan ke arahnya.
“Kau Qinli, kan? Hallo, aku Liu Minghao.”
Dengan wajah khasnya ia menyambut uluran tangan itu. Dengan mimik wajah mengejek ia mengucap kata-kata yang tak sopan.
“Aku dengar kau bisu, dan sekarang Qingyin yang harus menafkahimu.”
“Benar-benar anak cacat!”
Karena Qinli tetap memasang wajah santai dan terkesan cuek, ia semakin geram.
“He ... he ... he ... jangan pikir aku tidak tahu apa isi pikiranmu."
“Kau masuk dalam keluarga Chu hanya demi harta mereka. Dan kau tidak pantas untuk Qingyin.”
Qinli tetap tidak bergeming dan tetap mendengarkan ocehan Minghao dengan tenang.
“Aku bisa memberikanmu dua puluh tiga juta, tapi kau harus segera keluar dari keluarga Chu ...”
Qinli tetap santai tetapi ia semakin mengeratkan jabat tangan mereka.
“Aaa ...” teriak Minghao ketika tangannya terasa sakit.
KRAKKK!!
Terdengar jelas suara retakan tulang dari sebelah tangan Minghao.
Qinli sengaja menggunakan tenaga dalamnya pada Minghao karena ucapan tidak sopannya barusan. Tetapi dengan lihainya ia mengubah mimik wajahnya menjadi seolah tidak terjadi apa-apa.
“Ada apa denganmu?”
Adik serta ibu mertuanya terkejut mendengar Qinli berbicara untuk pertama kalinya.
“Qinli, kau bisa berbicara?” ucap ibu mertuanya heran.
Tetapi Qinli hanya melengos dan acuh, ia lebih fokus pada teman istrinya di depannya ini.
“Ternyata kau bisa berbicara?” ucapnya kaget.
“Kau bisa berbicara tetapi kau berpura-pura bisu, dasar penipu! Kau menipu Qingyin selama ini, apa kau tidak merasa malu.”
“Aaa ...” teriak Minghao karena sakit yang ia rasakan dari jari-jarinya yang hampir patah.
Qinli semakin mengeratkan jabat tangannya hingga Minghao semakin kesakitan dan berteriak. Jangan ditanya, Qinli malah bersikap santai sambil memainkan hidungnya.
“Qinli cepat hentikan!” Seru ibu mertuanya marah.
Tetapi tiba-tiba ponsel Zitan berdering.
“Hallo ... apaa!!! Polisi mau menangkap kakakku!” ucapnya kaget.
“Ada apa dengan Qingyin?” Tanya Qinli tiba-tiba sudah berdiri di depan Zitan.
“Terjadi masalah pada perusahaan, kakak akan ditangkap polisi!” ucapnya panik.
Qinli memutar arah lalu melangkah pergi. Ibu mertuanya berteriak memanggil Qinli agar kembali.
“Qinli cepat kembali ke kamarmu!”
“Jangan keluar rumah dan mempermalukanku, dengar tidak!” ucapnya dengan geram.
Minghao masih memegangi tangannya yang sakit dan bahkan terlihat bengkak.
“Bibi, apa yang terjadi dengan Qingyin?”
“Sepertinya terjadi masalah pada perusahaannya Qingyin. Polisi mengepung perusahaannya, dan bilang akan membawa pergi Qingyin,” ucap bibi dengan sangat hawatir.
“Aku punya koneksi dengan beberapa depertemen, aku akan meminta bantuan mereka, tidak akan terjadi masalah pada Qingyin. Bibi jangan hawatir, ayo kita kesana sekarang untuk melihat situasinya!” ajak Minghao.
“Iya.”
...⚜⚜⚜...
...Perusahaan Tianying...
“Aku beri tau kau, kau masuk penjara hari ini, atau ganti rugi dua milyar!” ucap seorang wanita dengan wajah yang dipenuhi bentol-bentol merah di seluruh wajahnya.
Tangannya bahkan sudah menunjuk-nunjuk wajah Qingyin sejak tadi. Kini dihadapannya sudah berdiri Qingyin. Seorang wanita berwajah cantik, rambut panjang terurai, dan tubuhnya bagai gitar spanyol, dengan beberapa bagian tubuh yang menonjol dan terlihat seksi.
“Dua milyar? Kau ini menuntut harga selangit!” ucap ibunya sambil memegangi salah satu tangan Qingyin.
“Ibu, Qingyin sudah bilang, banyak orang yang menggunakan kosmetik ini.”
“Tapi hanya kau yang punya masalah ini, sudah jelas bukan karena kosmetik.”
“Kebetulan, aku kenal dengan Jenderal Polisi,” ucap Minghao dengan angkuhnya.
“Jenderal Polisi? Aku beri tahu padamu, namaku Liuwan. Liuzheng adalah sepupuku, dia adalah Gubernur Yangcheng,” ucap wanita itu sambil bersedekap dada.
“Apa Gubernur Yangcheng!” ucap Minghao panik.
“Bukankah dia Gubernur tertinggi di Yangcheng,” ucap ibu Qingyin yang ikutan panik.
“Be-begitu ya! Sebenarnya masalah ini tidak ada hubungannya denganku. Dan juga, Ibu Liuwan adalah konsumen, setidaknya perusahaan juga ada tanggung jawabnya.” Ucap Minghao mulai ketakutan.
Bahkan wajahnya sudah berubah pucat pasi.
Disaat kepanikan mulai terjadi, muncullah Qinli dari arah belakang.
“Ibu Liu ...”
“Boleh minta waktumu sepuluh menit?” ucapnya.
Hal itu membuat semua orang menoleh ke belakang dan memandangnya.
“Kalau dalam waktu sepuluh menit aku bisa menyembuhkan jerawat yang ada di wajahmu itu. Kita hentikan masalah ini sampai disini, bagaimana?” ucap Qinli mulai bernegoisasi.
...🌹Bersambung🌹...
.
.
...Assalamu'alaikum, jadi novel ke enam Fany ini adalah "MISI KEPENULISAN DARI NOVELTOON" adaptasi komik dengan judul serupa ya.. jadi sama sekali bukan PLAGIAT....
...SILAHKAN CHEK MANGATOON kalian dengan judul yang sama tetapi dalam versi komik. Semoga suka dengan karya Fany kali ini....
...🌹🌹Terima kasih 🌹🌹...
Kedatangan Qinli jelas membuat Qingyin kaget, terlebih dia bisa berbicara saat ini.
“Qinli kau ...”
“Bisa berbicara?” Tanya Qingyin terkejut.
Tanpa menanggapi istrinya, Qinli melangkah maju menuju Ibu Liu. Sedangkan Minghao mengumpat karena kesalnya.
“Menantu laki-laki tidak berguna, masih berani menunjukkan kehebatannya, benar-benar membuat keluarga Chu malu!”
Qinli tetap berjalan santai tanpa menghiraukan sekitarnya, perhatiannya hanya terfokus pada Ibu Liu.
“Qinli, apa yang mau kamu lakukan? Aku sudah cukup kesulitan, jangan menambah masalah lagi untukku!” ucap Qingyin hawatir.
“Kau tenang saja, aku yang sekarang berbeda, sesekali aku harus melakukan tugasku sebagai seorang suami,” ucap Qinli sambil menoleh ke arah istrinya.
“Bukankah hanya bisa berbicara? Kau masih tetap tidak berguna dan kau masih ingin menunjukkan kehebatanmu di depan Qingyin?” ucap Minghao meragukan apa yang akan Qinli lakukan.
Dengan mantap-nya Qinli berucap, “Aku punya cara menyembuhkan jerawat yang ada pada ibu ini!”
Ha-ah, hampir semua terperanjat akan perkataan Qinli barusan. Tetapi tak sedikit pula yang meragukan kemampuannya saat ini. Bahkan banyak kasak kusuk yang mulai terdengar di lantai itu.
“Oh ternyata dia adalah menantu laki-laki cacat yang masuk Keluarga Chu, bukankah dia tidak bisa berbicara?”
“Bahkan dia hanya mengandalkan uang istrinya untuk hidup, sekarang dia membual tanpa malu-malu dan berkata dia bisa menyembuhkannya. Benar-benar konyol.” Ucap yang lainnya menimpali.
“Kenapa nona keluarga Chu bisa jatuh cinta pada orang seperti dia?”
Banyak sekali terdengar kasak-kusuk dari sekelilingnya tetapi Qinli tetap berpegang teguh pada pendiriannya.
“Hmm, atas dasar apa aku harus mempercayaimu?” Ucap Nona Liu tak percaya.
“Jika tidak bisa menyembuhkan jerawatmu, aku bersedia menanggung semua akibatnya, kau boleh melakukan apa saja padaku,” ucap Qinli berusaha menengahi.
“He he he, oke, kau harus menyembuhkannya! Kalau tidak bisa, jangan salahkan aku karena kejam padamu!” ucap Ibu Liu sambil menyeringai jahat.
“Qinli, apa yang kau lakukan! Kau baru bisa berbicara dan kau malah ingin menimbulkan masalah lagi bagiku?” Ucap Qingyin hawatir.
Bahkan tanpa sadar tangannya memegang salah satu lengan Qinli, sampai Qinli berusaha sambil meyakinkannya. Ia pun mulai mendekatkan tubuhnya ke arah istrinya sambil membisikkan sesuatu.
“Jerawat yang ada di wajahnya itu sebenarnya karena panas dalam ...”
“Kalau kau sedang tidak sibuk, bantu aku siapkan bahan tradisional China ...”
Karena Qinli terlalu dekat dengan tubuhnya, membuat Qingyin sedikit merona. Tetapi ia segera mengubah mimik wajahnya. Terlebih ia juga meragukan kemampuan suaminya.
“Apa bisa?” tanya Qingyin kembali.
“Seharusnya bisa,” ucap Qinli santai.
Lalu Qingyin segera mempersiapkan apa yang disuruh suaminya, sedangkan Minghao semakin menyudutkan Qinli.
“Qinli, aku ingin lihat bagaimana kau akan berakhir! Kau hanya menambah masalah untuk Qingyin, aku tidak akan mengampunimu.”
Dengan senyum seolah mengejek, Qinli menoleh pada Minghao ,”Kalau kau berani, kau yang sembuhkan saja!”
“Kau ...” ucap Minhao tidak terima.
“Aarggghhh, awas kau Qinli,” ucap Minghao geram.
Beberapa saat kemudian, Qingyin sudah datang membawa obat yang ia minta.
“Ini obat yang kau minta!” ucap Qingyin sambil memberikan satu paper bag berisi bahan-bahan yang akan diminta oleh suaminya.
“Satu hal lagi, kita buat kesepakatan dari awal, jika terjadi masalah, Keluarga Chu tidak akan tanggung jawab!” ucap Qingyin sedikit mengancam.
Qinli lalu menerima paper bag itu, ia pun segera meracik ramuan untuk menyembuhkan jerawat Nona Liu.
...“Aku tentu saja paham, kalau Keluarga Chu tidak akan membantu masalah ini.”...
...“Tapi aku yang sekarang ...”...
...“Bukan lagi Qinli yang tidak bisa berbicara, yang hanya mengandalkan belas kasihan dari Keluarga Chu.”...
PLETAK!!
Suara-suara indah makin beradu saat ia sedang meramu resep obat untuk Nona Liu.
Qinli mulai mencampur-campurkan semua ramuan itu. Ia benar-benar berkonsentrasi penuh dalam meramu, ia juga mencampurkan energi baik dalam ramuan itu.
DUK ... DUK ... DUK ...
Suara-suara itu mengiringi saat Qinli meramu. Beberapa saat kemudian, ramuan itu ahirnya selesai.
“Oke, ramuannya sudah siap,” ucapnya bangga.
Dengan senyuman merekah, Qinli berbalik dan membawa ramuan itu pada Nona Liu.
“Sudah selesai, nona coba oles obat ini ke wajahmu.”
Seketika wajah Nona Liu pias, karena obat yang diberikan Qinli seperti bubur yang berwarna coklat, pekat dan menjijikkan.
“Iuhhh ....”
“Menjijikkan sekali, mirip seperti ...” gumam seorang wanita di belakang Nona Liu.
“Masih panas, ha ... ha ... ha ....” ledek salah seorang lelaki yang juga penasaran dengan obat yang dibawa Qinli.
Belum lagi aroma yang keluar dari ramuan obat hasil tangan Qinli membuat Nona Liu menutup hidungnya ketika ia mulai mengoles pada wajahnya.
“Bocah, sebaiknya kau jangan membohongiku! Kalau tidak, aku tidak akan mengampunimu!”
Melihat Nona Liu jijik pada hasil ramauannya semakin membuat Qinli mempunyai ide jahil. Dengan semangat empat lima, ia pun membantu Nona Liu untuk mengoles ramuan itu ke wajahnya. Bahkan ia tidak segan mengoles dan meratakannya dengan cara mengusap secara langsung tanpa permisi.
“Ugh ...”
Nona Liu hampir pingsan karena Qinli dengan sengaja mengoles hampir semua ramuan itu ke seluruh wajahnya.
Karena tidak tahan akan baunya, ia pun berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Tetapi jangan ditanya lagi ia pun hampir muntah karena aroma yang menguar dari ramuan itu.
“Ueekkk ....”
Ketika melihat Nona Liu berlari ke kamar mandi, banyak orang yang masih menertawakan kelakuan Qinli barusan.
“Ha ... ha ... ha ....”
“Bocah ini benar-benar kacau ...”
“A-apakah akan berfungsi?” tanya Qingyin hawatir.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam kamar mandi.
“Aaaa ....!!!”
Tak lama kemudian muncullah Nona Liu dari dalam kamar mandi dengan wajah yang berseri dan bersih dari jerawat.”
“Anak muda, bagaimana kau melakukannya! Benar-benar ajaib,” Ucapnya penuh kebahagiaan.
Hal itu membuat respon dari semua orang yang melihat kejadian itu begitu luar biasa kaget.
“Ba-bagaimana mungkin!”
Ucap mereka hampir terjingkat. Dengan bangganya kini Qinli berucap.
“Sebenarnya produk perusahaan Tianying tidak ada masalah. Masalahnya ada di kondisi tubuhmu yang berbeda, ditambah lagi panas dalam dan pemakaian kosmetik saling berlawanan.”
“Jadi aku menggunakan anti inflamasi untuk menghilangkan panas yang ada di dalam tubuhmu itu, seketika jerawat yang ada di wajahmu hilang secara alami.”
Nona Liu hanya memandang Qinli dengan penuh kekaguman serta meng-iyakan semua perkataan Qinli barusan. Ia bahkan mengangguk berulang kali dari posisi tempat ia berdiri.
Tetapi respon lain diberikan oleh Qingyin.
“Qinli, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau bisa menyembuhkannya.”
Dengan santainya Qinli menjawab, “Aku dulu belajar Farmakologi di sekolah.”
Begitu juga dengan beberapa yang masih meragukan Qinli.
“Ya ampun, dia disembukan olehnya!”
“Orang cacat ini ... bagaimana bisa menyembuhkannya?”
Nona Liu teringat akan kondisi saudaranya yang juga mempunyai penyakit. Ia pun mendekati Qinli untuk bertanya lebih banyak padanya.
“Anak muda, apa kau bisa menyembuhkan penyakit lain?”
“Aku tidak akan mengatakan bisa, jika tidak melihat terlebih dahulu kondisi pasien.”
Nona Liu tidak patah arang, ia tetap berusaha membujuk Qinli agar mau membantunya.
“Penyakit pamanku sangat rumit, tetapi jika kau bisa menyembuhkannya, aku akan memberi biaya pengobatan sebesar satu milyar!”
Tanpa berpikir panjang Qinli langsung menjawab,”Oke, aku menyetujuimu.”
“Kau sudah gila, Qinli,” seru Qingyin tidak suka akan keputusan suaminya barusan.
Bahkan saking takutnya, Qingyin menghalangi suaminya ketika mau pergi dengan merentangkan kedua tangannya.
“Kau tidak boleh pergi! Kau bukan dokter, hal semacam ini berbeda dengan menyembuhkan jerawat.”
“Sayang, kau tenang saja, aku punya batasan sendiri.”
“Kau kira kau siapa? Kalau kau mengobati orang sampai mati, Keluarga Chu tidak akan memikul tanggung jawabmu!”
Ahirnya Qingyin geram karena Qinli tetap teguh pada pendiriannya. Tanpa melihat istrinya, Qinli tetap melenggang pergi dan acuh seperti tidak pernah mendengar apapun.
“Qinli ...”
“Fiuhhh ...” ia pun membuang nafasnya secara kasar.
“Kalau terjadi masalah, aku akan menyelesaikannya sendiri! Tidak akan membawa masalah untuk keluarga Chu.”
...⚜⚜⚜⚜...
...Rumah Sakit Kota Yangcheng....
Di depan salah satu kamar ICU, terlihat salah seorang lelaki sedang beradu argumen.
“Dokter, apa benar tidak ada cara lain lagi?” Tanya Liuzheng, walikota Yangcheng.
“Maaf, kondisi pasien semakin memburuk, dan benar-benar di luar ekspektasi kami. Kalau kondisinya seperti ini, resiko operasi akan sangat besar!”
Nona Liu yang melihat hal itu segera menghampiri mereka bersama Qinli.
“Azheng, kenapa paman masuk ICU?”
“Pagi ini, kondisi ayah tiba-tiba memburuk dan sekarang dokter Miji sedang di kamar pasien untuk penyelamatan,” ucapnya hampir putus asa.
“Apa ....” ucap Nona Liu kaget.
Kini ia menggandeng lengan Qinli serta memperkenalkannya pada Azheng.
“Azheng dia adalah dokter pengobatan tradisional China yang aku temui hari ini. Ilmu pengobatannya sangat luar biasa, pasti bisa menyembukan penyakit paman,” ucapnya percaya diri.
“Kau dokter?” tanya Azheng pada Qinli.
“Iya.”
“Kelihatannya kau baru berumur dua puluh tahun, bolehkah aku melihat lisensi medismu?”
“Maaf aku tidak punya lisensi,” jawab Qinli santai.
“Kak, apa kau bercanda! Aku tidak akan membiarkan orang semacam ini untuk mengobati penyakit ayah!” tolak Azheng dengan marah.
“Aa-ah ...” ucap Nona Liu kecewa.
Bukan hanya kecewa, tetapi ia tidak enak hati pada Qinli. Mau tak mau ia pun meminta maaf padanya dan menyuruhnya pergi.
“Maaf dokter Qin, sebaiknya kau pergi ...”
Tiba-tiba pintu ruang ICU terbuka, muncullah seorang suster berbaju merah muda sambil berkata,” Kondisi pasien melemah, harus segera diselamatkan!”
“A-apa!!” seru Azheng dan Nona Liu hampir bersamaan karena terkejut.
Tak butuh waktu lama, mereka segera berlari dan masuk ke dalam ruang ICU.
Di dalam sana terlihat seorang lelaki cukup umur sedang berbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi peralatan medis untuk menopang kehidupan pasien.
“Ayah ...” seru Azheng hampir putus asa.
Ia pun menoleh ke arah dokter, “Dokter Miji bagaimana kondisi ayahku?”
“Aku benar-benar minta maaf, kami sudah berusaha semampu kami.”
Nona Liu menghampiri Azheng untuk memberinya semangat.
“Azheng, dilihat dari kondisi paman, lebih baik kita membiarkan dokter Qin melihatnya, mungkin dia bisa menyembukan paman,” ucapnya hati-hati.
“Aarghhh ... jangan menambah masalah lagi! Kakak lihat bahkan dokter Miji, dokter terbaik yang ada di Yangcheng saja sudah bilang tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana mungkin aku membiarkan bocah yang bahkan tidak mempunyai lisensi medis untuk mengobatinya!” ucapnya sambil memejamkan mata.
Sungguh ini situasi yang tidak pernah Azheng harapkan. Berada di saat ayahnya dalam kondisi yang hampir meninggal membuatnya frustasi.
Tak disangka Qinli sudah mendekati brankar milik ayah Azheng, ia sudah mengamati kondisinya sejak tadi.
“Orangtua ini masih bisa diselamatkan, kalau kau terus menunda waktu, maka dia tidak bisa diselamatkan lagi.”
“Pergi ...!” hardik Azheng pada Qinli.
“Bapak walikota Liu, apa kau berani taruhan denganku,” ucap Qinli.
“Taruhan? Apa yang bisa kau berikan padaku,” ucap Azheng dengan sorot mata yang mengarah tajam pada Qinli.
Ia benar-benar sudah dibuat kesal dengan ucapan Qinli barusan, tetapi sayangnya Qinli masih bersikap santai.
Apakah Qinli bisa menyembuhkan penyakit ayah Azheng? Entahlah ... tunggu up selanjutnya ya..
...🌹Bersambung🌹...
...Jangan lupa like, komen, share, dan favorit kak .......
...🌹🌹Terimakasih banyak🌹🌹...
“Kalau aku bisa menyelamatkan orangtua ini, maka kau harus minta maaf padaku!”
“Tetapi jika aku tidak bisa menyelamatkannya, maka kau boleh menganggapku sebagai penipu dan memasukanku ke dalam penjara!” Ucap Qinli dengan tegas.
Bukannya membaik, keadaan semakin memanas. Acheng menggertak Qinli sambil menunjuk-nunjuk wajah Qinli.
“Memangnya kau siapa? Cepat pergi dari sini!” usirnya dengan sorot mata yang memancarkan amarah.
“Cukup! Tuan Qin, lebih baik kau tinggalkan tempat ini,” ucap Nona Liu mencoba mencairkan ketegangan yang terjadi.
Qinli mulai berbalik arah dan hendak pergi, tetapi sebelum pergi ia sempat berkata,” Baik, aku akan pergi.”
“Tapi aku berani jamin, kalian akan menyesal,” ucapnya sedikit mengancam.
Ia pun benar-benar melangkah keluar. Sayangnya di depan kamar ada Qingyin yang diam-diam mengikuti kepergiannya tadi.
“Apa kau puas? Sudah mempermalukan dirimu sendiri?” Sapanya dengan nada mengejek.
“Cepat pulang ke rumah, jangan membuat malu disini!”
Terdengar bunyi suara monitor di sebelah brankar pasien yang berbunyi dengan sangat keras.
BIIIPPPP!!
“Suara apa itu tadi?” tanya Qinli dalam hatinya.
Di dalam ruangan.
BIP ... BIPP ... BIPPP ....
Suara monitor itu terus berbunyi, sedang yang lainnya panik karena tiba-tiba pasien kejang-kejang.
“Ada apa dengan ayahku? Kenapa dia terus kejang-kejang,” ucap Azheng sangat panik.
Sedangkan dokter Miji sama halnya dengan Azheng, sama-sama panik dan tidak tau harus berbuat apa.
“I-ini ...”
Keringat dingin mengucur di kening dokter Miji.
“Cepat, bawa alat pacu jantung kesini!”
BIPPPP_____________
Suara lengkingan monitor itu berbunyi semakin nyaring ...
“Huh, aku juga bingung harus berbuat apa,” ucap dokter Miji dalam keputusasaannya.
“Aku turut berduka cita ...” ucapnya kemudian.
“A-apa ...!!”
“Barusan baik-baik saja, kenapa tiba-tiba ...” suara Azheng tercekat dalam tenggorokannya.
“Ayah, aku tidak bisa berbakti. Aku belum sempat membalas budi padamu.”
Azheng pun menangis tersedu-sedu di pinggir brankar. Dirinya benar-benar bersedih untuk apa yang terjadi barusan.
BRAKKK!!!
Pintu kamar rawat itu terbuka dengan tiba-tiba dan muncullah Qinli dari balik pintu.
“Minggir, pasien masih bisa diselamatkan!”
“Ka-kau ...” ucap Azheng terbata.
Qinli mulai mendekati pasien, salah satu tangannya mencengkeram baju pasien bagian dada. Satu tangan lainnya memusatkan energi baik yang ada pada dirinya sambil memfokuskan konsentrasinya.
“Sepuluh tahun yang lalu, ada orang hebat yang mengajariku ilmu tenaga dalam dan pengetahuan mengenai ilmu kedokteran.”
SYUT .... hanya suara angin terdengar lirih mengelilingi tubuh Qinli.
“Apa aku salah lihat, tubuh anak ini sepertinya memancarkan energi yang kuat,” gumam Azheng dengan sorot mata yang tak beralih dari Qinli.
Qinli mulai mengeluarkan jarum akupuntur miliknya dan mengarahkan pada tubuh pasien.
“Walaupun membuatku tidak bisa berbicara dalam sepuluh tahun, tapi jika hari ini bisa menggunakan ilmu ini untuk menyelamatkan satu orang, satu nyawa.”
“Sepuluh tahun kesabaran bukanlah apa-apa.”
Satu jarum terakhir sudah tertancap dengan sempurna di leher pasien. Sedangkan beberapa jarum lainnya sudah tertancap di atas dada pasien. Keajaiban ahirnya terjadi.
“Uhukkk ...” pasien terbatuk dan memancarkan cairan hitam dari mulutnya.
“Ayaah ...” ucap Azheng takjub.
“Paman ...”
“Huft ... ahirnya ...”
“Untung saja tepat pada waktunya,” ucap Qinli lega.
“Bagaimana mungkin ...” ucap dokter Miji dengan raut wajah pias.
“Huh ...” pasien ahirnya terduduk di dashboard brankar rumah sakit.
“Ayah, ahirnya ayah siuman juga,” ucap Azheng senang.
“Paman, untung saja paman sudah siuman, paman benar-benar membuatku takut,” seru Nona Liu yang ikut menimpali.
“Maaf telah membuat kalian khawatir,” ucap pasien itu sambil tersenyum ke arah putra dan keponakannya.
Qinli ahirnya tersenyum lalu melangkah pergi. Belum sempat ia keluar ruangan, Azheng sudah berlutut meminta maaf kepadanya.
“Tuan Qin!”
“Ah ...” ia menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Ternyata Azheng masih dalam posisi berlutut.
“Tuan Qin, aku telah salah menilai kebaikanmu, dan barusan aku mempermalukanmu seperti itu, tetapi kau masih ...”
Qinli yang tidak tega membantu Azheng untuk berdiri.
“Pak Walikota Liu, aku taruhan denganmu untuk menyelamatkan orang, tolong Anda jangan keberatan!”
“Kondisi orangtua itu sudah stabil, kedepannya, harus menjaga kesehatannya agar cepat sembuh.”
Tiba-tiba Nona Liu sudah bergabung dengannya.
“Dokter hebat Qin, aku benar-benar minta maaf untuk masalah hari ini.”
“Selain itu, tolong beritau nomor rekening Anda, aku akan mentransfer uang satu milyar kepadamu,” ucap Nona Liu dengan bahagia.
“Tidak apa-apa, nomor rekening akan aku berikan padamu nanti,” ucap Qinli.
Setelah itu Qinli benar-benar keluar dari kamar pasien.
“Hebat sekali, Dokter Hebat Qin!” puji Qingyin memuji setengah mengejeknya.
Ternyata ia bersembunyi dibalik tembok sambil menunggu suaminya itu. Qinli terdiam sekaligus kaget karena ternyata istrinya masih menunggunya.
“Kebetulan hari ini kau beruntung, kedepannya jangan membuat masalah sesuka hatimu seperti ini lagi,” ucap Qingyin sambil bersedekap dada.
“Apa segitu buruknya kesan dia terhadapku,” ucap Qinli dengan wajah kecewa.
Sedangkan di sudut lain, ada Minghao yang sedari tadi terus mengawasi interaksi Qingyin pada suaminya.
Sungguh ia tidak rela melihat hal itu, bahkan ia pun mengumpat kesal, ”Dasar anak si-alan!”
Ahirnya malam itu, Qingyin pulang bersama suaminya. Di dalam rumah keluarga Chu ternyata ibu dan ayahnya sudah menunggu mereka.
“Qingyin sayang, masalah hari ini tidak membuatku takut, bukan?” ucap Hanying ketika melihat putrinya masuk rumah.
“Kau benar-benar membuatku takut setengah mati!”
“Ibu, sudah tidak apa-apa, masalah tadi sudah selesai,” ucap Qingyin mencoba menenangkan ibunya yang panik.
“Apa yang kau lakukan, berdiri diam disana, cepat kembali dan bereskan kamarmu!” titah Ibu Qingyin ketika melihat menantunya.
“Oh ...” jawab Qinli sedikit malas.
“Ibu, aku sedikit lelah, aku kembali ke kamar untuk istirahat dulu ya,” ucap Qingyin yang jengah akan situasi yang terjadi.
Beberapa waktu kemudian ...
Qinli telah selesai membersihkan rumah, ia pun kembali ke kamarnya.
“Qingyin, pekerjaan rumah sudah selesai aku kerjakan!” lapor Qinli pada istrinya.
“Hah ... glek ....!”
Matanya membola ketika melihat kemolekan tubuh Qingyin yang hanya memakai pakaian tipis dari sutra sedang meliak-liukan tubuhnya di atas ranjang.
Sehingga membuat lekukan-lekukan indah yang ada di tubuhnya tercetak sempurna. Oh, sungguh pemandangan yang membuat matanya kembali sehat, karena saat ini tersuguh secara gamblang di depan mata Qinli kemolekan tubuh istrinya.
“Huh ...” terdengar helaan nafas dari Qingyin.
“Dia sedang latihan yoga, ya,” gumam Qinli sambil berlalu menuju kamar mandi.
“Aku dengar dari Zhisan, dia bilang kau bertindak tidak senonoh di rumah?” tanya Qingyin sambil terus melakukan gerakan-gerakan yoga.
“Pagi ini, setelah aku menjemputnya pulang ke rumah, aku lupa mengunci pintu kamar ketika aku berganti pakaianku.”
“Gadis itu langsung mendorong pintu kamar dan melihatku,” ucap Qinli sambil menutup almari pakaian.
Ia memang barusaja merapikan pakaian. Tetapi ucapan Qingyin barusan membuatnya melirik ke arah istrinya itu.
“Hanya seperti itu?” tanya Qingyin dengan mata terpejam tetapi posenya dalam keadaan menggoda iman.
Sebagai lelaki normal tentu saja ada gelenyer aneh yang menyerang tubuhnya ketika melihat sebuah tombol yang bersembunyi dibalik dua gunung kembar milik istrinya yang hanya dilapisi kain tipis itu.
PLAK!!
Pipi Qinli sudah memerah kini, tetapi ia tetap berusaha untuk menjawab pertanyaan Qingyin.
"Iya hanya seperti itu.”
“Baiklah, aku paham dengan tempramen Zhisan, aku yakin kau juga tidak berani menindasnya,” ucap Qingyin masih dengan gaya yoganya.
“Selain itu, kedepannya kau jangan terlalu menyampuri urusan orang, hari ini kau bisa keluar dengan selamat, hanya karena kau beruntung,” tambahnya lagi ketika melihat suaminya hampir pergi.
Qinli hanya menjawabnya dengan santai, ”Oh ...”
“Oh iya, besok ada pesta keluarga, kau juga ikut ya.”
“Pesta keluarga, baiklah!”
“Huft, lelah sekali,” ucap Qingyin sambil terkapar.
BUGH!! Sebuah suara yang menandakan kalau Qingyin sudah lelah.
“Tapi hari ini ....”
“Aku berterimakasih padamu.”
“Eh ...”
“Qingyin berterimakasih kepadaku.”
Entah ada angin apa, tetapi ucapan barusan membuat hati Qinli menghangat.
.
.
...🌹Bersambung🌹...
.
.
...Terimakasih sudah membaca karya ini, semoga suka kak, jangan lupa untuk selalu dukung karya ini ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!