NovelToon NovelToon

Kembali

KEMBALI : Senja

🦋🦋TAP JEMPOL👍 KALIAN SEBELUM MEMBACA🦋🦋

"Sayang, ayo cepat turun sarapan!" teriak Zara dari depan pintu kamar Senja.

"Iya, Bunda," jawab Senja sambil membuka pintu kamarnya lebar.

"Kamu ini sudah dewasa, Sayang. Jangan bertingkah seperti balita!" nasihat Zara seraya menggandeng tangan putrinya menuruni tangga menuju ruang makan, sedangkan yang digandeng hanya terkekeh.

"Selamat pagi, Ayah," sapa Senja kepada David yang telah duduk di kursinya.

"Pagi juga, Sayang," jawab David, dia tersenyum kepada putrinya.

"Senjaaa ... kamu tidak menyapa aku?" teriak Hendi. "Kamu selalu saja mengabaikan aku. Aku ini kakakmu, setidaknya bersikaplah sedikit hormat pada kakakmu yang tampan ini."

"Hehe, selamat pagi, Kakak," sapa Senja kepada kakaknya dengan nada yang sengaja dibuat malas.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu menyapa aku seperti itu?" Hendi menatap tajam ke arah Senja.

"Kakak, kamu ini kenapa menyebalkan sekali? Tadi malam martabak yang dibelikan ayah untukku malah Kakak makan sampai habis. Jangan bicara padaku! Aku sedang marah padamu!" Senja melipat kedua tangannya di depan dada lalu mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah, maafkan kakak! Naanti kakak akan menggantinya." Henti yang tidak tega kepada adiknya akhirnya mengalah dan meminta maaf.

Senja tersenyum seraya menganggukkan kepala. Dia mencium pipi Hendi, kemudian dia duduk di kursi yang berdampingan dengan sang kakak.

Melihat tingkah kedua anaknya yang selalu berdebat setiap bersama, yang bisa dilakukan Zara dan David hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Senja sarapan nasi goreng seafood kesukaannya buatan Zara. Selesai sarapan, Senja pamit kepada Zara dan David untuk berangkat sekolah. Senja berangkat diantar kakaknya, Hendi. Karena kebetulan kampus Hendi searah dengan sekolahnya.

🍁🍁🍁

Di Sekolah

Sesampainya di sekolah, Senja turun dari mobil dan menyalami kakaknya. Setelah itu, dia langsung bergegas masuk ke kelas. Dia sekarang kelas dua SMP. Dan berada di kelas unggulan yaitu 8A.

"Senjaaa ...," teriak Ami sambil melambaikan tangan dari kursi belakang pojok.

"Hai, Ami. Selamat pagi," jawabnya sambil duduk di bangku tepat di hadapan Ami.

"Ada keajaiban apa yang membuat seorang Ami, ratu telat di kelas ini berangkat pagi, kamu benar-benar Ami, 'kan?" candanya kepada Ami yang disambut dengan wajah Ami yang pura-pura marah dan bibir manyun-nya.

Tiga puluh menit kemudian, bel berbunyi tanda kelas dimulai. Semua murid melakukan pembelajaran dengan senang hati, yah ... walaupun terkadang mereka suka bercanda kelewatan kepada guru.

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, pertanda berakhirnya acara pembelajaran hari ini. Mereka pun berkemas dan berdoa, kemudian akan pulang ke rumah masing-masing.

"Emmm ... Senja," pangil Fiza, "Temani aku yuk! Aku ingin membeli buku di toko buku seberang sana."

"Baiklah, ayo!" jawabnya. Lalu mereka pun berjalan menuju toko buku itu. Tapi saat akan menyeberang, Senja hampir saja tertabrak motor sport berwarna merah yang di bawa ugal-ugalan oleh pengemudinya.

Pengemudi itu berhenti, dan turun dari motor, kemudian menghampiri Senja.

Senja memerhatikan seseorang yang berjalan mendekatinya. Seorang anak SMA yang menurutnya sangat tampan hehehe.

"Kalau mau nyeberang lihat-lihat dong!" bentak anak SMA itu ketika tepat di hadapannya.

Oh ... lupakan tentang ucapannya barusan, percuma saja tampan kalau sifatnya sangat menyebalkan.

"Kakak yang bawa motor ngebut. Bukan minta maaf malah nyalahin orang." Senja yang tidak merasa bersalah pun berani menjawab ucapan anak laki-laki itu.

"Apa?" bentaknya, "Jangan harap gue minta maaf sama anak curut kaya, Lo," jawabnya sambil berlalu menuju motornya.

"Awas aja Lo, Kak. Sampai gue ketemu sama Lo. Gue akan," teriaknya sambil mengepalkan tangan dan menghentakkan kaki, karena pria itu sudah berlalu ngebut mengemudikan motornya.

"Gue akan apa, Beb?" tanya Ami yang tadi ngeyel pengen ikut dengannya dan Fiza.

"Akan kabur lah," jawabnya sambil tersenyum bodoh.

"Ya elah, kirain Lo bakal ngajak itu pangeran berantem."

"Idih pangeran apaan? Pangeran Kodok?" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak dan mendapat pukulan ringan di kepalanya yang dilakukan oleh Ami.

"Sakit tahu. Kalau gue amnesia gimana coba?" Senja mengusap-usap kepalanya dengan sayang membuat Ami dan Fiza terkekeh karena ulah sahabat mereka itu.

Malas meladeni kedua sahabatnya yang malah terkekeh, Senja pun berjalan lebih dulu meninggalkan kedua sahabatnya.

"Beb, tungguin kita!" teriak Ami, dia menarik tangan Fiza dan mengajaknya berlari menyusul Senja.

"Bab-beb aja sih, Lo. Bebek apa?" Senja menggerutu dan terus melangkah dengan cepat.

Ami dan Fiza yang sudah berhasil menyusul Senja masuk ke toko buku segera membeli buku yang akan dia beli tadi.

Setelah Fiza selesai belanja buku, mereka pun pulang secara terpisah karena sudah dijemput. Ya, tentu saja yang menjemput Senja adalah Kak Hendi.

"Gue pulang dulu, ya. Sampai ketemu lagi." Senja melambaikan tangannya pada kedua sahabat baiknya, dan di balas anggukan oleh mereka.

🍁🍁🍁

Di tempat lain di waktu yang sama.

Seorang laki-laki yang masih remaja telah memarkirkan motornya di garasi. Setelah remaja itu selesai memarkirkan motor kesayangannya, dia pun segera masuk ke rumah dan langsung berjalan menuju lantai atas, tepatnya ke kamarnya.

Gila itu bocah, berani ngejawab gue. Pakai acara ngancam segala lagi. Dia belum ngerti gue siapa, batinnya, terlihat senyuman tipis di bibirnya.

"Faris makan dulu baru tidur!" teriak seorang laki-laki dari lantai bawah.

"Males gue! nggak usah sok perhatian deh, Lo!" jawab Faris dari dalam kamar. Dia merebahkan dirinya di kasur sambil menutup telinganya.

"Kamu itu adik abang, jadi wajar kalau abang perhatian sama kamu."

"Gue nggak perduli pergi, Lo!"

Hafal dengan sifat adiknya yang keras kepala akhirnya kakak Faris pun pergi meninggalkan Faris dan makan malam sendirian tanpa adiknya itu. Dia tau nanti adiknya akan turun dan makan sendiri.

"Hmmm, pasti dia udah selesai makan. Ah, gue lapar, makan ah mumpung itu orang udah pergi ke kamarnya," gumam Faris.

Saat makan Faris teringat dengan bocah yang hampir ditabrak olehnya tadi. Faris yang mengingat kejadian itu hanya tersenyum dengan penuh arti.

Entah kenapa, rasanya dia sangat bahagia hari ini saat melihat tingkah lucu dan berani gadis yang tidak dia ketahui namanya itu.

Setelah selesai makan malam, Faris kembali ke kamarnya, membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan memejamkan mata. Dia sudah merencanakan sesuatu jika bertemu lagi dengan gadis itu.

.

.

.

Bersambung ....

Terima kasih buat kalian yang telah membaca karyaku...

Jangan lupa like, komen, vote juga boleh dan kalau suka sama ceritaku bisa kalian jadikan favorit ...

KEMBALI : Taman

🦋🦋TAP JEMPOL👍 KALIAN SEBELUM MEMBACA🦋🦋

Hari ini weekend. Senja masih berdiam diri di kamarnya. Dia terlalu malas untuk keluar dari kamarnya kesayangannya.

"Ahhh, bosan banget di kamar terus. Tapi, kalau keluar males banget ketemu sama Kak Hendi." Senja bicara sendiri sambil berguling ke kanan dan ke kiri.

"Aha, aku punya ide." Senja langsung bangun, kemudian langsung lari ke kamar mandi dan membersihkan diri dengan kilat. Setelah itu, dia masuk ke kamar ganti dan berpakaian santai.

Dia keluar kamar seraya berlari menuruni tangga sambil berteriak memanggil kakaknya.

"Kak, where are you? Main yuk, Kak! Aku bosan di rumah."

"Apaan sih! Lo, Dek. Berisik tahu nggak?" jawab Hendi.

"Masa?" jawabnya

"Bodo," balasan kakaknya.

"Amat," jawab Senja lagi.

"Ya elah Dek. Kasihan si Amat kamu bilang bodoh," balas Hendi.

"Aaarrrggghhh ... sebel gue sama, Lo, Kak."

Senja menarik tangan Hendi dan mengajaknya masuk kamar. Senja mendorong kakaknya duduk di sofa, kemudian dia berjalan menuju lemari pakaian kakak laki-lakinya itu.

Tidak lama dia kembali menghampiri kakaknya, kemudian menyerahkan kemeja warna biru laut dan celana jeans hitam.

"Nih pakai!" Senja menyodorkan pakaian itu kepada kakaknya. "Tapi jangan lupa mandi dulu!" imbuhnya sambil berjalan keluar dari kamar kakaknya.

"Hei! Mau kemana, Lo?" tanya Hendi kepada adiknya yang hampir sampai pintu.

"Mau nunggu di bawah. Cepetan, ya, Kak! Nggak pakai lama," jawabnya sambil menoleh ke arah kakaknya.

"Emang mau ke mana?" tanya Hendi.

"Taman," jawabnya.

"Ngapain ke taman?"

"Kepo, Lo, Kak. Udah ah jangan banyak tanya! Cepetan mandinya, aku tunggu Kakak di bawah" Senja pun akhirnya keluar dari pintu kamar kakaknya itu.

Elah punya adik satu gitu amat, untung sayang, gumam Hendi dalam hati, kemudian melepas semua pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lima belas menit kemudian Hendi turun dan menghampiri adiknya yang sedang asik nonton televisi di ruang tengah.

"Udah asik nonton televisi, 'kan, kamu. Jadi, nggak usah jadi pergi deh, ya!" ucap Hendi sambil duduk di samping adiknya dan merangkulnya dengan menggunakan tangan kanan.

"Enak aja kalau ngomong, jadi pergi lah, Kak," ucap Senja sembari melepaskan tangan Hendi yang merangkulnya, kemudian menarik Hendi keluar rumah menuju garasi.

"Nih helm!" Senja memberikan helm full face pada kakaknya, Dia pun mengenakan helm yang sama dengan yang dipakai kakaknya.

"Nih pakai jaket, Lo, Kak." Senja menyodorkan jaket kulit hitam kepada kakaknya.

"Kenapa nggak bawa mobil aja, sih? Kalau mau naik motor Lo juga harus pakai jaket kaya, gue," ucap Hendi.

"Yah, sayang banget, Kak. Tenaga gue nggak cukup kuat buat bawa mobil," balasnya. "Tenang, gue juga pakai jaket kok," imbuhnya.

"Maksud kakak mengendarai mobil, bukan bawa mobil," ucap Hendi meladeni gadis remaja di depannya yang sangat dia sayangi itu.

"Hahaha ... udah yuk buruan, nanti keburu siang kalau ngobrol terus!"

"Perasaan kamu deh yang dari tadi ngajak kakak ngobrol." Hendi terkekeh menjahili adiknya.

***

Sesampainya di taman, Hendi memarkirkan motornya di parkiran taman, kemudian mengikuti adiknya yang berjalan duluan meninggalkannya. Senja kini duduk di ayunan yang berada di pinggir taman dan tepat di bawah pohon yang rindang.

Desiran angin lembut mengenai wajah Senja, sehingga membuat gadis itu memejamkan matanya dan mengayunkan kakinya sehingga ayunan bergerak dengan pelan.

Hendi duduk di kursi taman yang jaraknya dekat dengan adiknya. Tiba-tiba dia kebelet, kemudian dia menghampiri adiknya.

"Dek, tunggu kakak disini ya! Jangan kemana-mana! Kakak mau ke toilet bentar, kebelet nih."

"Ok, buruan, ya, Kak!" jawab Senja seraya beranjak turun dari ayunan, kemudian dia duduk di kursi.

Dari tempat yang tidak jauh dengan tempat duduk gadis itu sekarang, seorang laki-laki remaja tidak sengaja melihatnya, yang langsung mengingatkan dia kepada seseorang, kemudian tanpa ragu dia berjalan ke arah gadis itu.

"Hai." Remaja laki-laki itu menyapa gadis yang kini duduk tepat di hadapannya.

Merasa ada yang bicara dengannya, gadis itu mengangkat kepalanya, kemudian melihat siapa yang bicara padanya. Dengan wajah bingung dan alis yang mengerut, gadis itu berusaha mengingat wajah pria yang berdiri tepat di hadapannya itu.

Merasa tidak bisa mengingat pria yang berdiri di hadapannya gadis itu menatap bingung laki-laki itu.

"Maaf, Lo, siapa?" tanyanya, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Lo nggak tahu siapa gue hah!?" balas pria itu menatap tajam si gadis.

"Siapa? Gue nggak kenal sama, Lo."

"Hei gadis bodoh, Lo, itu yang nyeberang jalan ngga pakai mata yang hampir aja bikin gue nabrak, Lo."

"Ohhh ... ya, gue ingat sekarang," ucapnya sambil berdiri dan melipat kedua tangan di depan dada.

Laki-laki itu duduk di kursi menaikkan satu kakinya ke kaki yang lain kemudian berbicara.

"Bagus, otak Lo masih ada gunanya ingat sama gue." Berbicara dengan nada meremehkan.

"Lo, makhluk menyebalkan di dunia ini yang nggak bisa minta maaf sama orang lain yang hampir Lo bikin celaka." Gadis itu menjawab dalam satu tarikan nafas dengan nada agak tinggi karena merasa sangat kesal dengan laki-laki yang sekarang duduk di sampingnya.

"Cuman itu?" jawabnya santai.

"Apanya?" tanya gadis itu.

"Yang Lo tau tentang, gue? Lo nggak kenal gue baik-baik. Jadi, gue maklum kalau Lo bilang begitu ke gue," ucapnya dengan nada meledek.

"Dan jangan harap gue mau minta maaf sama bocah ingusan kaya, Lo," imbuhnya.

"Lo!" Gadis itu kembali berdiri dan hampir menampar pria di depannya, kalau saja tidak keganggu sama kakaknya.

"Ada apa ini ribut-ribut?" sahut Hendi yang baru selesai dari toilet dan melihat adiknya yang hampir melayangkan tangannya menampar seorang pria remaja yang terlihat sedikit lebih tua dari adiknya.

"Nggak ada apa-apa kok, cabut yuk gue males di sini." Senja mengajak kakaknya pergi dan meninggalkan remaja laki-laki itu.

"Tunggu!" Laki-laki yang masih remaja itu adalah Faris. Dia menarik tangan Senja, sehingga mau tidak mau Senja menghentikan langkahnya.

"Lepas!" Senja berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Faris.

"Nggak akan gue lepas," jawab Faris singkat.

"Gue pinjem pacar Abang bentar." Faris menepuk pundak Hendi, kemudian menarik Senja menuju kursi taman.

"Pacar pala, Lo," gumam Hendi, kemudian berjalan menuju parkiran, dia akan menunggu Senja di sana.

Setelah berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Faris. Senja duduk dengan kasar di kursi taman. Sedangkan Faris masih berdiri di hadapan Senja.

"Mau Lo apa sih?" Senja melontarkan pertanyaan dengan nada kesal.

"Gue mau, Lo," Menekan dahi Senja dengan jari telunjuknya, "minta maaf sama gue sekarang!"

"Seharusnya, Kakak yang minta maaf." Senja menanggapi dengan lebih santai daripada tadi.

"Jangan harap!"

"Sama."

"Apa?" bentak Faris.

"Jangan harap, gue minta maaf sama, Lo, Kak." Senja berdiri dan meninggalkan pria yang menurutnya menyebalkan itu.

"Hei tunggu, siapa nama, Lo, bocah?" Faris berteriak karena Senja sudah cukup jauh darinya. Senja tidak memperdulikan itu. Dan terus berjalan menuju parkiran menghampiri kakaknya yang telah menunggu di sana.

🍁🍁🍁

Melihat adiknya cemberut, sifat jahil Hendi muncul, dia berniatakan menjahili adiknya lagi.

"Oh, jadi ke taman gara- gara mau ketemu pacar ni ye?" Hendi mengelus kepala adiknya. "Ehem, kok nggak dikenalin ke kakak, sih, Dek?"

"Jangan mulai deh pliss! Yuk pulang!" Senja mendekati motor kakaknya, mengambil helm dan memakainya. Senja menoleh pada kakaknya yang masih diam di tempatnya sambil tersenyum penuh arti.

"Kenapa Lo, Kak? Ngga usah mikir yang aneh- aneh, laki-laki tadi bukan pacar gue dan dia orang yang hampir nabrak gue minggu lalu." Senja bicara pada Kakak nya.

"Ohh ...," ucap Hendi singkat kemudian berdiri mengenakan helm dan berniat pulang ke rumah. Tapi mereka tidak jadi pulang dan memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di restoran seafood pinggir jalan.

Mereka duduk di kursi yang dekat dengan jendela, kemudian pelayan menghampiri dan menyerahkan buku menu. Senja memesan cumi asam pedas dan kepiting daus padang

serta lemon tea. Hendi memesan menu sama dengan Senja.

Sambil menunggu pesanan, Hendi mengajak Senja ngobrol. "Dek, kalau cowok tadi bukan pacar Lo, terus dia siapa?"

"Kan tadi gue udah bilang, kalau dia orang yang hampir nabrak gue."

"Sorry, kakak lupa."

"Gue maklum kok, karena gue tau Lo udah tua."

"Enak aja kalau ngomong."

"Biarin wek." Senja menjulurkan lidahnya pada kakaknya yang sedang terlihat marah itu.

"Dasar adik durhaka." Hendi menjitak dahi adiknya, yang membuat adiknya itu mengaduh. Belum sempat Senja membalas kakaknya pesanan mereka datang. Mereka akhirnya menikmati pesanan mereka tanpa bicara. Kemudian setelah selesai mereka pun pulang.

.

.

.

Bersambung ...

Jangan lupa like ya biar aku makin semangat ngelanjutin ceritanya.

jangan lupa komen juga. Vote dan rating bintang lima ...

KEMBALI : Maaf dan Akrab

🦋🦋TAP JEMPOL👍 KALIAN SEBELUM MEMBACA🦋🦋

"Dasar adik durhaka." Hendi menjitak dahi adiknya yang membuat adiknya itu mengaduh. Belum sempat Senja membalas kakaknya pesanan mereka datang. Mereka akhirnya menikmati pesanan mereka tanpa bicara. Kemudian setelah selesai mereka pun pulang.

***

Hari ini hari Senin, Senja berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya karena akan mengikuti upacara bendera yang rutin dilakukan setiap hari Senin.

Senja berangkat diantar ayahnya karena kakaknya ada tugas lapangan dari kampus untuk waktu seminggu, jadi tidak bisa mengantar dan menjemput Senja.

"Yah, nanti nggak usah jemput aku, soalnya aku mau main ke rumah teman dulu," izin Senja kepada David.

"Baiklah, terus nanti kamu pulang dari rumah temanmu itu naik apa, Sayang?" tanya David. pada putrinya.

"Nanti aku diantar teman aku, Yah. Ya sudah Senja masuk dulu ya, Ayah!" pamit Senja.

"Ya sudah, belajar yang rajin ya, Nak! Nanti pulangnya jangan malam-malam!" pesan David kepada Senja.

"Siap, Yah. Dada ... Ayah." Senja melambaikan tangan melihat mobil ayahnya telah jauh dari sekolah. Senja berjalan masuk ke sekolah. Saat Senja berjalan menuju kelasnya Senja mendengar ada orang yang memanggilnya.

"Senja tungguin, gue!"

"Andi?"

"Yuk, bareng sama gue ke kelasnya." Andi menggandeng tangan Senja dan mereka berjalan ke kelas mereka sambil sesekali mengobrol.

Teeeet ... bunyi bel terdengar, semua siswa telah berbaris rapi di lapangan upacara. Saat upacara telah selesai semua murid masuk ke kelas masing-masing.

"Emm ... Senja kamu ke rumah akunya lain kali nggak apa-apa, kan? Soalnya aku sama keluarga aku ada keperluan mendadak. Nenek aku sakit, jadi nanti sepulang sekolah aku sama keluargaku mau ke ke rumah nenek," ucap Arin kepada Senja sahabatnya.

"Ya udah nggak apa-apa, semoga nenekmu segera sembuh ya," sahut Senja.

"Makasih, ya, Senja," jawabnya.

Tidak lama kemudian terlihat seorang guru perempuan masuk ke kelas 8A. Guru itu duduk di kursi nya kemudian mengucapkan salam.

"Selamat pagi anak-anak." Guru menyapa para muridnya.

"Selamat pagi, Bu," jawab murid 8A kompak.

"Ibu mau memberitahukan kepada kalian bahwa hari ini kalian dipulangkan lebih awal, karena semua guru ada bimbingan dari kepala sekolah."

"Yeee...," sorak semua murid senang.

"Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian berkemas dan berdoa, kemudian segera pulang!" perintah Bu Asti kepada muridnya.

"Baik, Bu," jawab mereka.

🍁🍁🍁

"Senja, Lo mau langsung pulang apa main dulu nih? Mumpung pulang awal, kan." Andi bertanya kepada Senja yang masih duduk.

"Senja mending kita main dulu yuk, bosen gue. Di rumah juga nggak ngapa-ngapain, kan?" sahut Ami.

"Setuju, gue," ucap Fiza yang telah bergabung dengan mereka bertiga.

"Tapi main ke mana?" tanya Senja yang entah dilontarkan kepada siapa.

"Gimana kalau ke mall?" saran Fiza dan Ami bersamaan.

"Gue males banget kalau ke mall, ke tempat lain kek," ucap Andi kepada kedua sahabat nya, "Gimana kalau kita ke Danau aja?" saran Senja, "Kan asik mumpung masih pagi juga," imbuhnya.

"Boleh juga tu saran, Lo," jawab Andi, Ami, dan Fiza bersamaan.

"Naik angkot aja ya," ajak Andi.

"Ok," jawab ketiga sahabatnya.

🍁🍁🍁

Di Danau

Mereka berempat telah sampai di danau yang dimaksud oleh Senja. Danau itu terletak di pinggiran kota, udaranya sejuk dan pemandangannya indah, karena banyak pohon di sekitar danau serta airnya sangat jernih dan dingin. Di sana juga terdapat sebuah gazebo yang terletak di pulau buatan di tengah danau itu. Untuk menuju ke gazebo mereka berempat harus naik perahu.

"Senja, Lo naik perahunya sama gue aja!" ajak Andi yang dijawab anggukan oleh Senja.

"Ciiaaah ... modus, Lo, Ndi," kata Fiza dan Ami kompak.

"Apaan sih kalian ... kita semua 'kan sahabat nggak ada acara suka-sukaan ya," sahut Andi meladeni kedua sahabatnya itu.

"Jangan ribut deh, ayo buruan dayung perahunya, Ndi!" perintah Senja yang kini telah duduk di atas perahu kecil yang ada di pinggir danau, Andi menyusul duduk di depan Senja kemudian Andi pun mulai mendayung perahunya.

Sesampainya di gazebo, mereka mencari tempat duduk yang terletak di pinggir agar sejuk katanya. Di sana juga ada tiga orang pemuda yang duduk tidak berjauhan dari mereka. Satu di antara ketiga pemuda itu tidak sengaja melihat Senja yang duduk berjarak sekitar tujuh meter dari tempatnya sekarang. Kemudian dia pun berdiri berniat menghampiri Senja.

"Mau kemana, Ris," tanya Dimas teman pemuda itu yang ternyata adalah Faris.

"Nyamperin seseorang," jawabnya, sambil berjalan menjauh dari Dimas dan Rian.

"Hei, kita ketemu lagi," ucap Faris menyapa Senja, kemudian duduk di antara Andi dan Senja tanpa permisi.

"Lo," ucap Senja yang mengenali pemuda itu.

"Kakak siapa ya?" tanya Fiza kepada Faris, karena Fiza sudah lupa dengan wajah pemuda yang pernah dilihatnya itu.

"Kenalin, gue Faris," jawab Faris sambil berjabat tangan dengan Fiza.

"Fiza," jawab Fiza. "Ini sahabat aku Ami dan Andi, kalau yang ada di samping Kakak namanya Sen-" Belum sempat Fiza menyelesaikan ucapannya Sudah di potong oleh Senja.

"Permisi aku mau keluar!" Senja memotong ucapan Fiza. Kemudian dia berjalan keluar gazebo kemudian duduk di bawah pohon yang berada tepat di pinggir pulau buatan itu.

Andi, Ami dan Fiza hanya memperhatikan Senja yang telah pergi kemudian mereka melanjutkan obrolan mereka bertiga, sedangkan Faris pergi menyusul Senja.

"Kenapa Lo tiba-tiba kesini? Lo nggak menghargai gue tadi di depan teman teman Lo," kata Faris yang kini ikut duduk di samping Senja.

"Ngapain juga gue, menghargai orang kaya Lo, yang nggak punya rasa bersalah sedikit pun," jawab senja dengan kesal karena ingat kejadian tempo hari saat dia hampir tertabrak motor Faris, yah walaupun dia juga salah tapi dia terlampaui kesal karena belum sempat dia minta maaf Faris sudah membentaknya kala itu.

"Ok-ok ... gue minta maaf waktu itu gue buru-buru, jadi gue ngebut bawa motornya." Senja menoleh menatap orang di sampingnya itu dengan tatapan tidak percaya bahwa laki-laki di sampingnya akan mengucapkan kata maaf kepada dirinya.

"Bisa juga Lo minta maaf ternyata," ucapnya dengan datar.

"Sebenarnya gue ogah banget minta maaf sama, Lo. Apalagi Lo lebih muda dari gue, tapi ya karena waktu itu gue emang salah jadi ya terpaksa gue minta maaf sama, Lo," ucap Faris dengan nada acuh.

"Gue, nggak butuh permintaan maaf Lo, kalau Lo nya nggak ikhlas," jawab Senja santai.

"Iya-iya, gue ikhlas kok minta maaf sama ,Lo," jawab Faris sudah tidak acuh lagi. "Oh, ya ... nama Lo siapa?" sambungnya.

"Ok deh! Gue maafin. Gue juga salah waktu itu karena nggak hati-hati ... gue Senja, Kak," jawabnya. "Em ... tadi nama Kakak siapa aku nggak fokus soalnya tadi," imbuhnya.

"Kenalin, gue Faris." Faris mengulurkan tangannya dan disambut oleh Senja.

Hening sesaat karena keduanya bingung harus berbicara apa, Akhirnya Faris pun memecahkan keheningan di antara mereka dengan mengajak Senja mengobrol.

"Kalau nggak salah Lo sekolah di SMP Galaxi, kelas berapa?" tanya Faris.

"Baru kelas dua Kak."

"Oh ...."

"Kalau Kakak sekolah di mana?" tanya Senja.

"SMA Garuda," jawab Faris.

"Wah hebat itu kan SMA favorit."

"Biasa aja kok," balas Faris tersenyum. "Ternyata Lo asik juga ya diajak bicara kalau lagi nggak marah gini."

"Hmm," jawab Senja singkat.

"Tring," bunyi ponsel Senja yang ada di dalam tas. Senja mengambil ponsel dari dalam tas kemudian melihat ada pesan dari Ami.

"Senja, gue, Ami sama Andi pulang duluan. Sorry kita ninggal soalnya kita ada urusan hehe," pesan dari Ami.

"Kenapa nggak ngajakin gue sih? Tega ya kalian ninggalin, gue,sendirian." Senja membalas pesan dari Ami dengan wajah kesal.

"Sorry," balasan chat dari Ami. Senja hanya membaca pesan itu tanpa membalas karena dia kesal kepada ketiga sahabatnya itu.

"Kenapa cemberut gitu mukanya?" tanya Faris.

"Gue ditinggal sama teman-teman," jawab senja masih cemberut.

"Hadeh, cuman ditinggal aja cemberut gitu ..."

"Habis mereka sih bikin kesel, tadi aja mereka ngajakin gue main ... eh nyatanya gue malah ditinggal sendiri di sini," jawab Senja lagi.

"Gitu aja dipikirin ... gimana kalau ntar, Lo, pulang nya bareng gue aja? Kebetulan teman gue bawa dua helm. Jadi, Lo nggak usah khawatir kalau naik motor sama, gue." Faris menawarkan tumpangan kepada Senja.

"Are you serious?"

"Yes, i'am," jawab Faris tersenyum.

"Ok deh ... maaf ya kalau gue jadi ngerepotin Lo, Kak," kata Senja.

"Santai aja kali," jawab Faris lagi.

Mereka berdua menghabiskan waktu sampai sore di sana, dan makan siang di sana juga. Mereka hanya berdua karena teman Faris udah pulang duluan tadi tapi Dimas meninggalkan satu helmnya sebelum pulang karena disuruh Faris lewat pesan tadi.

Saat hari sudah menjelang petang Faris pun mengajak Senja untuk pulang.

"Pulang yuk, udah hampir malam ini ... ntar,

Lo dicariin sama orangtua, Lo," ajak Faris.

"Ok," jawab Senja.

Kemudian mereka menaiki perahu untuk meninggalkan Gazebo. Setelah sampai di tepi, Faris dan Senja segera turun dari perahu kemudian Faris mengajak senja menuju parkiran untuk mengambil motornya.

Faris melakukan motornya dengan kecepatan sedang. Senja berpegangan pada pundak Faris. Senja memberitahukan alamat rumahnya kemudian Faris mengantarkan sampai depan rumah Senja.

Senja turun dari motor Faris kemudian membuka helm dan menyerahkannya kepada Faris.

"Mau mampir dulu?" tanya Senja kepada Faris.

"Lain kali aja, gue pasti udah ditungguin sama abang gue, karena tadi nggak pamit kalau mau pergi ke danau." Faris menolak tawaran Senja.

"Baiklah ... makasih ya Kak udah anterin sampai rumah ... hati-hati di jalan."

Faris menaiki motornya melambaikan tangan kepada senja kemudian memutar gas motornya dan berlalu dari rumah Senja.

***

Senja masuk ke dalam rumah berjalan menaiki tangga menuju kamarnya guna membersihkan diri dan berganti pakaian kemudian turun menuju ruang tengah.

"Siapa tadi, Sayang?" pernyataan itu dilontarkan oleh Zara kepada putrinya. Karena tadi dia melihat putrinya diantar oleh seseorang dengan motor.

"Teman, Bunda," jawab Senja kemudian duduk di samping bundanya.

"Teman apa teman?" Zara menggoda putrinya.

"Teman Bundaaa ...," jawab Senja manja kemudian menyandarkan kepalanya di bahu bundanya. "Lagian Senja juga nggak mau pacaran dulu, Senja kan baru kelas dua SMP. Senja nggak mau menjalin hubungan spesial sama laki laki," imbuh senja.

"Baiklah Bunda tahu itu ... ya sudah ayo sekarang kita makan malam. Ayah sudah menunggu di ruang makan."

"Iya, Bunda," jawab senja sambil mengikuti ibunya yang berjalan ke ruang makan.

***

Rumah Faris

Faris telah sampai di rumahnya, sebelumnya dia memarkirkan motor miliknya di garasi yang berjajar rapi dengan motor-motor lain miliknya. Setelah selesai dengan motornya Faris segera masuk ke rumah. Saat hendak menuju kamarnya yang terletak di lantai dua rumah itu, Faris tidak sengaja melihat kakaknya sedang duduk di sofa ruang tengah sambil memandangi foto yang berada di tangannya. Akhirnya Faris memutuskan untuk menghampiri kakaknya.

"Kenapa ngeliatin foto itu terus?" tanya Faris.

Kakak Faris di buat terkejut dengan kehadiran adiknya. Dia segera meletakkan kembali foto yang ada di tangan ke atas sebuah almari kecil di sudut ruangan.

"Abang, kangen sama mama," ucap sang kakak sambil tersenyum.

"Ngapain orang kaya gitu dikangenin coba? Dia aja nggak peduli sama kita." Faris bicara dengan nada kesal.

"Jaga bicara mu! Bagaimana pun perlakuan mama kepada kita ... kamu tetap harus menghormati mama ingat Ris! Mama yang ngelahirin kamu," ucap Kaka Faris dengan nada menasehati.

"Terserah ... gue males bahas dia." Faris pergi meninggalkan kakaknya dan bergegas ke kamar. Dia tidak mempedulikan kakaknya yang memanggil berulang-ulang.

🍁🍁🍁

Bersambung ...

Terima kasih telah membaca karyaku..

Jangan lupa komen, like, vote dan rate bintang 5.dan kalau kalian suka boleh jadikan Favorit. Vote yang banyak ya ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!