NovelToon NovelToon

CINTA KECILNYA MAZ

TAMU SORE HARI

Prolog 

Jangan cari tokoh CEO kaya raya di cerita yanktie yang ini ya. Cerita kali ini setting cerita berawal di tahun 1995 an, agar nanti cerita anaknya bisa pas dengan keadaan sekarang. Kalau ibu bapaknya sudah pakai era sekarang, masa cerita anaknya nanti di masa akan datang. Kan halu banget. Jadi yang sabar ngikutin cerita jadul kali ini.

Jaman itu yang memiliki  HP baru orang tertentu, namun hape jenis lama. Awalnya belum ada SMS apalagi WA dan VC. Biasanya untuk mengirim pesan  digunakan PAGER atau penyeranta.

Tokohnya juga bukan pria gagah yang punya perut six pack, hanya pria hitam manis biasa, tokoh utama pemuda lurus yang enggak pernah neko-neko dan hanya cinta pada seorang gadis sejak dia SMP.

Tak pernah ada cinta lain dihati dan otak Prasetyanto  dan gadis kecil yang dicinta Anto -panggilan sehari-hari Prasetyanto-  juga bukan gadis putih manis dan tinggi. Dia hanya gadis hitam manis kecil yang sayangnya sangat smart.

Sejak kecil papa Anto sudah meninggal, dan sang mama bertahan tak menikah lagi. Sehari-hari bu Rahma menerima pesanan kue. Sebenarnya dia bisa saja tak perlu seperti itu, karena papa Anto memiliki usaha keluarga, sehingga setiap bulan dia mendapat bagian keuntungan dari perusahaan keluarga itu.

Tapi bu Rahma tak ingin dia dianggap hanya menumpang hidup oleh keluarga almarhum suaminya. Dia menunjukkan dia bisa mencari makan sekedarnya untuk ketiga putra dan putrinya.

Sejak kuliah Anto telah bekerja di sebuah bank asing, sehingga ketika dia lulus, langsung mendapat penyesuaian jabatan sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.

Rahdini bukan seperti teman-temannya yang suka pergi ke disko. Dia lebih suka baca. Baca apa saja. Dari cerita silat Khoo Ping Ho yang bukunya kecil dan berjilid-jilid. Cerita detektive Agatha Christie. Cerita detektive anak-anak karya Enyd Blyton. Novel karya Eddy D iskandar, Marga T, Mira W sampai cerita Winnetou dan Old Shatterhand karya Karl May. Tapi tak lupa novel romantis kerajaan karya Barbara Cartland.

Saat teman-temannya pergi main, Dini -panggilan sehari-hari Rahdini- lebih suka bereksperimen dengan menu resep dan bercocok tanam. Walau begitu Dini bukan gadis culun yang kuper. Dia aktive di group PMR, basket, pramuka juga karate.

Keluarga Dini suka catur dan memancing. Dua kakak perempuan Dini juga menguasai dua bidang ini. Kedua kakaknya bisa main gitar sedang Dini tidak. Dini tak menguasai alat musik apa pun.

Sejak Dini berkenalan dengan mama Anto, perempuan cantik itu sangat menyayangi Dini. Anak kecil yang bisa dia ajak bicara tentang tanaman dan resep masakan. Putri sulungnya saja yang sudah SMA tak peduli dengan dapur. Jadi tak salah bila bu Rahma berharap suatu saat Dini bisa berjodoh dengan putra tunggalnya.

Anto memang putra satu-satunya. Karena kakaknya perempuan, dan adiknya pun perempuan. Anto dan kakaknya selisih tiga tahun. Sedang dengan adiknya selisih empat tahun.

Akankah harapan Anto dan mamanya terwujud? Sedang nasib berkata lain? Dini harus menikah dengan lelaki lain yang membuatnya hamil karena dia diperkosa?

“Kalau saja kejadian ini empat bulan lagi saat aku sudah lulus. Aku yang akan bertanggung jawab terhadap kehamilanmu Dek. Tapi bisa apa kau sekarang?”

“Kalau kita ketahuan menikah, aku bisa dikeluarkan dari sekolah. Dan kita mau makan apa dengan ijazah terakhir hanya ijazah SMP yang aku miliki?”

Anto sangat terpukul ketika tahu perempuan pujaan hatinya hamil. Tapi dia tak bisa menolongnya dengan bertanggung jawab menjadi ayah bayi itu.

Dini pun hanya bisa pasrah ketika harus menikah dengan lelaki yang jauh dari kriteria pria idamannya. Lelaki yang tak ada kemampuan apa pun yang sama dengan Dini sehingga bisa nyaman untuk bertukar cerita. Dan yang pasti lelaki itu juga bukan lelaki yang Dini cintai.

“Mbak, ada yang cari di depan,”  suara mbak Yam asisten rumah tangga di rumahku sore ini. Mengganggu keasyikanku membaca novel.

Ya, aku hobby baca. Apa saja aku baca apalagi novel.

Namaku RAHDINI MUSTIKA WONOYUDO,  teman-temanku memanggilku DINI. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara perempuan semua. Saat ini aku masih kuliah semester dua di IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Biologi.

Sekarang aku tinggal dengan ibu kandungku di Rawasari  Selatan Jakarta Pusat agar dekat dengan kampusku di Rawamangun Jakarta Timur, sedang ayah kandungku tinggal di Cilandak, Jakarta Selatan.

Orang tuaku bercerai ketika usiaku 5 tahun dan sejak kecil aku ikut ayahku. Ketika kecil bila libur panjang aku akan menghabiskan waktu liburku di Rawasari. Namun sejak semester akhir SMP aku terpaksa pindah domisili ikut ibuku.

Hanya butuh sepuluh menit saja dari Rawasari ke Rawamangun menggunakan metromini.

“Aduuuuuuuuh, siapa sih Mbak yang ganggu aku baca?” malas-malasan Dini menyahuti mbak Yam.

“Aku lupa nanya namanya je,” mbak Yam jadi serba salah karena dia lupa bertanya siapa teman Dini yang datang sore ini.

“Ya wis suruh tunggu sebentar ya, tolong bikinkan sirop,” jawab Dini sambil bergegas bangkit dan ganti celana pendeknya dengan celana kain dibawah lutut. ‘Bisa di telan mami bila nemuin tamu pakai celana pendek,’ pikirnya.

“Njih Mbak,” sahut mbak Yam sambil berlalu untuk menyiapkan minum bagi tamu tuan putrinya.

Dini melihat di teras duduk cowok manis yang dulu sangat dia suka, tapi cowok itu juga yang membuatnya merasakan patah hati pertama kali. Bukan hanya dulu sih, sejujurnya sampai sekarang dia juga masih menyukai cowoq manis itu. Tapi dia juga cukup terluka olehnya.

“Hai, ‘pa khabar Maz? Ngimpi apa main kesini?” sapa Dini ramah tanpa dibuat-buat.

Wajah manis cowoq itu menatap Dini dalam. Namun tidak segera menjawab sapanya, seakan memastikan gadis kecil dihadapannya adalah benar gadis kecil miliknya. ‘Pantaskah aku menyebutnya dia gadisku?’

“Woi, kalau mau bengong enggak  usah kesini,” akhirnya Dini mengeluarkan teguran berupa kata-kata ketus karena lelaki di depannya tetap diam tanpa kata. Untuk apa coba dia datang hanya diam terpaku?

“Enggak bisa ya sopan ama Maz nya? Enggak bisa ya lembut kalau bicara?” jawab Anto lirih. Laki-laki tinggi manis berwajah bulat panjang itu bernama PRASETYANTO SOEKARSO atau biasa di panggil Anto.

“Lho koq jadi Maz yang marah. Kalau sapaan awalku langsung dijawab, kan Ade juga enggak akan nyolot seperti itu,” debat Dini masih sengit. Dini keqi karena sudah lama tak datang, tetiba cowoq itu datang hanya mau ngajak ribut.

“Ya wis duduk dulu, enggak enak kan aku ngobrol kalau tuan rumahnya berdiri begitu?” jawab Anto berupaya sabar. Dia hafal sifat gadis kecilnya yang gampang marah.

“Permisi Mbak, ini minumnya,” mbak Yam menginterupsi perdebatan keduanya.

“Sip mbak Yam, matur nuwun ya,” kata Dini manis. “Silakan minum Maz, nanti Adek salah lagi  kalau enggak ditawarin minumnya.”

“Makasih,”  jawab Anto pendek. Anto bingung mau mulai bicara dari mana.

Mata hitam Anto masih lekat menatap wajah Dini yang tak pernah bosan dipandanginya. Ada amarah dan duka disana, entah mengapa. Dini tak sanggup menatap balik mata Anto, dia  terus menundukkan kepalanya.

DINI POV

Aku selalu kalah bila bertatapan dengannya. Entah mengapa. Sejak SMP aku mengenalnya, dekat dengannya, terbuai dengan sikap manisnya. Namun di hempaskan dengan sikap naifnya. Sejak SMP aku memanggilnya MAZ, bukan mas seperti pada laki-laki lain pada umumnya yang lebih tua dariku.

Padahal dia lebih muda dariku. Walau selisih usia kami hanya hampir dua bulan. Tapi aku lebih dulu lahir. Namun karena pembawaannya yang dewasa, sikapnya yang super ngemong padaku, maka aku memanggilnya maz.

“Jadi Maz ada maksud apa ke rumahku?”  aku bertanya lirih walau masih tetap menunduk.

“Apa sekarang harus ada alasan tertentu untuk dapat menemuimu?” lelaki itu menjawab pertanyaanku dengan sedikit ketus. Aku bingung mengapa dia berlaku seperti ini? Kemana sikap ramah yang biasa dia berikan padaku?

“Ya engga gitu juga Maz, kan Maz sendiri yang sudah jarang datang. Jadi jangan salahin Ade kalau berasumsi Maz ada keperluan,” kilahku hati-hati dan masih tetap lirih. Aku sungguh takut dengan mimiknya kali ini.

DINI END POV

***

Dini masih serba salah melihat Anto yang bicara ketus dan mimik wajahnya keruh. ‘Tahu gitu tadi aku minta mbak Yam bilang aku enggak ada dirumah aja deh.’ pikir Dini. Kalau mau dijutekin gini, ngapain juga nerima tamu?

“Sejak kapan kamu merokok?” tanya Anto setengah menuduh setelah agak lama hening.

“Maz enggak salah bicara kan? Ade’ enggak ngerokok. Jangan asal nuduh seperti itu. Ade enggak suka!” jawab Dini mulai keras dan ketus dia merasa sangat terluka dengan tuduhan pujaan hatinya itu.

‘Harus berapa kali lagi lelaki ini melukaiku? Belum puaskah satu setengah tahun lalu dia menikamku dengan pedang panjangnya? Bahkan sampai saat ini luka itu belum tertutup,’ Dini kembali teringat luka yang pernah Anto berikan ketika dia masih SMA.

“Maz lihat sendiri De’ kemarin kamu di pacuan nonton latihan track kan? Di tas mu ada rokok,” balas Anto dengan sedikit marah tapi tak diumbar marahnya sehingga hanya desis lirih suara yang keluar dari bibirnya.

‘Dia ada di arena? Kenapa kemarin aku enggak lihat? Kenapa dia enggak nyamperin dan menyapaku? Kenapa, kenapa,’ dan banyak tanya ‘kenapa’ dibatin Dini. Ada banyak tanya dibenaknya saat ini.

Kemarin memang sepulang Dini kuliah Harry menjemputnya dan mereka langsung ke Pulo Mas untuk menemani Harry latihan balap motor. Dini baru ingat kemarin dia pakai tas dari jaring eceng gondok sehingga apa isi tasnya pasti akan terlihat oleh siapa pun.

“Itu rokoknya Harry, pas dia mau turun latihan, dia titip ke Ade’, jadi Ade masukin tas Ade aja,” jawab Dini jujur. Karena memang itulah kenyataannya.

“Hem …,” gumam Anto. Dia perhatikan manik mata Dini seakan tak percaya. Namun tak terlihat dusta di mata bening gadis kecilnya.

“Kalau Maz enggak percaya, tanya aja ke Harry. Penjelasanku kan enggak akan Maz hiraukan,”  lanjut Dini putus asa. Lelaki yang sangat dia puja ternyata sudah tak percaya lagi padanya.

“Kamu kenapa koq jadian ama dia?” tanya Anto seakan tak percaya  kalau first love nya punya kekasih selain dirinya.

Jedaaaaar!!!

Buat Dini bila saat ini ada suara petir sepertinya akan kalah mengangetkan dari pertanyaan Anto barusan.

‘Kenapa pula pertanyaan ini dia cetuskan? Bukankah aku sudah memberitahu sejarah perjalanan jadian kami,’ batin Dini.

Seribu kalimat sepertinya tersumbat tidak bisa keluar dari mulutnya. Dia bingung harus cerita apa ke pujaan hatinya yang jelas-jelas pernah menolaknya ketika dia SMA dulu.

“Apa salahnya Maz? ‘Kan sejak awal semua selalu Ade laporin ke Maz,” jawabnya lirih, Dini tak tau Anto dengar atau tidak jawabannya barusan.

“SALAH!” jawab Anto cepat, lugas dan jelas walau tidak keras.

“Bahkan SANGAT SALAH,” lanjutnya lagi dengan penekanan di kata sangat salah barusan.

Dini hanya bisa terpaku. ‘Apa sih maksud kedatangan Anto? Datang marah- marah enggak jelas, bikin bete aja,’ pikirnya.

“Kenapa salah Maz?” Dini mempertanyakannya karena butuh ketegasan. Tentu saja Anto hafal sifat tak mau kalau dari gadis kecilnya ini.

“Karena aku sayang kamu!” tegas Anto pasti.

‘What?’

‘Kerasukan setan apa nih cowoq? Kenapa bertolak belakang dengan statement nya yang bikin aku patah hati dulu? Aku enggak salah denger kan? Tuhan jangan bikin aku jatuh pingsan saat ini,’ doa Dini saat ini.

FLASH BACK ON

Seperti biasa setiap hari Minggu pagi, ada kegiatan olah raga di tempat Dini tinggal. Dia ikut kegiatan karang taruna di lingkungan barunya. Ini memang lingkungan baru buatnya, karena dia baru menetap di situ sejak semester akhir kelas tiga SMP, sebelumnya dia tinggal di Cilandak dengan ayahnya.

\=======================================================================

Terima kasih sudah membaca cerita ini, mohon tinggalkan like, vote dan komen membangunnya. Dan yanktie juga menunggu hadiah setangkai mawar atau secangkir kopi, bintang lima serta**vote**nya

DIA ADEK GUE

Dini ikut kegiatan olahraga bola basket. Di belakang rumah maminya ada SMA yang tiap minggu lapangan basketnya bisa di gunakan oleh karang taruna di lingkungan sekolah itu berada.

Setelah pemanasan, semua mulai berlatih. Dini dan teman-teman putri dilatih oleh Harry, kebetulan Harry ketua team basket disitu. Buat Dini sosok Harry judes, galak, tidak peduli dengan siapa pun. Dan entah kenapa Harry hobby banget ngehukum Dini bila dia salah dikit aja, perlakuan itu tidak diberikan Harry pada teman-teman dari team putri lainnya.

‘What ever lah. EGP’ (emang gue pikirin), pikir Dini, dia kesini sekedar bersosialisasi koq, bukan cari musuh!

Sekarang giliran Dini nge shoot!

Peraturan tak tertulis adalah siapa pun yg nge shoot masuk, maka bola akan menjadi miliknya lagi untuk terus nge shoot sampai dia tidak bisa memasukkan bola ke jaring.

Kali ini hasil tembakan Dini tidak mengecewakan. Bola masuk dengan manis kedalam jaring. Dini menunggu bola dioper lagi kepadanya untuk dia kembali nge shoot. Tapi ternyata Anto mengambil bola itu dan men drible bola menjauh dari Dini.

Semua yang sedang latihan tentu melihat aksi itu.

“Nto, jangan mentang-mentang dia ceweq lu, lu ambil tu bola dong. Kan masih jatah dia nge shoot lagi!” protes Robby, cowoq Ambon nan manis dan katanya sih dia naksir Dini.

Tapi sayang Dini tidak peduli pada Robby karena saat itu idolanya hanya PRASETYANTO seorang cowoq kalem yang selalu ada di sisinya sejak mereka kenalan ketika kelas satu SMP.

“Dia ade gue!” jawab Anto kalem dan dilanjutkan nge shoot dengan santainya tanpa rasa bersalah. Anto berupaya menghilangkan kegugupan saat Robby secara tak disangka mengatakan hal itu.

Anto memang sangat menyukai gadis kecil yang beda jauh dengan teman-temannya. Karakter Dini sudah sangat melekat di hatinya sejak mereka berkenalan. Terserah orang mau bilang dia cinta monyet, yang dia tau, dia menyukai Dini sejak kelas satu SMP.

Buat Dini kalau saat itu ada petir, dia yakin gelegarnya tak akan sekeras kata-kata yang keluar dari mulut pujaannya itu.

‘Ternyataaaaaa … aku hanya dianggapnya sebagai adik saja olehnya. Enggak lebih!’ Dini menangis dalam hati. Andai bisa, dia ingin segera berlari dan sembunyi dibalik bantal untuk menyembunyikan wajahnya yang teramat marah bercampur sedih.

‘Aku teramat bodoh menganggap dia juga menyukai diriku, seperti aku yang menyukai dia. Attensinya padaku hanya attensi sebagia adik. Seperti attensinya pada Sari adik bungsunya,’ Dini menyesal selama ini dia salah duga.

Rasanya perih seperti jari teriris pisau lalu disiram alkohol. Itu yang di rasakan Dini saat itu. Dia bergegas menepi kepinggir lapangan. Duduk dipinggir lapangan dan minum air mineral yang dia bawa dari rumah. Tak ada air mata. Dia tak mau terlihat lemah oleh siapa pun. ‘Rahdini bukan ceweq cengeng!’

Harry memperhatikan kejadian itu dari sudut matanya, tidak bisa di tebak apa yang dia pikirkan. Bagi yang memperhatikan mimik Harry, akan melihat ada sedikit senyum kecil yang memperlihatkan kelegaan hatinya. Dia bersyukur, ternyata hubungan Anto dan Dini bukan seperti yang dia pikirkan. ‘Mereka hanya sekedar kakak adik saja.’

“Ayo jangan kelamaan istirahat, lanjut latihannya,” Harry menegur Dini ketus. Dini cepat bergegas menutup botol minumnya dan kembali ke lapangan.

Semua anak perempuan baris teratur untuk latihan passing, Dini pun bersiap menunggu gilirannya.

“Aduuuh!” teriak Dini saat terima bola yang dilontar Harry dengan sangat keras. Dini yakin untuk ukuran cowoq pun lontaran tersebut sangat keras. Dan jarinya keseleo karena terima bola dengan tidak benar.

‘Mimpi apa aku semalam?’ batin Dini.

‘Mengapa hari ini aku harus mendapat pengalaman pahit beruntun seperti ini?’

“Sakit banget?” tanya Robby manis sambil memegang tangan Dini. Dini hanya bisa mengangguk sambal menggigit bibir bawahnya menahan air mata agar tak jatuh. Robby membimbingnya ke luar lapangan. Diurutnya pelan jari tengah tangan kiri Dini yang terlihat sedikit membiru.

“Enggak usah lanjut latihan ya hari ini!” perintahnya.

‘Ya iyalah, siapa juga yang bisa main kalau tangan lagi sakit gini, aneh aja,’ gumam Dini dalam hati.

Sementara Anto hanya bisa menatap dari jauh gadis kecilnya mendapat pertolongan penggemarnya. Siapa pun di team basket itu tau Robby ada perhatian khusus buat Dini. Ada kilat cemburu di sudut mata Anto. Namun Anto tidak berani memperlihatkan dimuka umum.

“Lo kelewatan Bro. Kalau cari perhatian enggak gitu caranya,” Steve teman Harry sejak SMP membisikkan kata-kata itu di telinga Harry.

Harry terpaku melihat hasil perbuatannya. Dia hanya berniat cari perhatian Dini, gadis hitam manis itu sering menjadi bunga tidurnya. Dia sama sekali tidak ingin melukai bidadarinya itu. Bahkan sering saat dia making love dengan banyak perempuan bebas di luar sana, dia sering membayangkan melakukannya dengan Dini. Harry memang bad boy! Making love adalah perbuatan biasa baginya.

“Mau pulang duluan? Aku anter yok!” tetiba Anto sudah datang menawarkan diri pada Dini.

“Enggak usah, aku pulang bareng semua aja, yang sakit cuma jariku koq. Enggak ganggu kalau nunggu semua bubar. Aku paling suka session terakhir. Rugi kalau enggak nonton. Aku mau lihat Robby main,” Dini menjawab ketus ke Anto  sambil senyum manis ke arah Robby.

‘Inget Din, kamu cuma dianggap adik, lebih baik kamu menjauh darinya,’ batin Dini memperingatkan dirinya sendiri agar tak lebih terluka.

FLASH BACK OF

Dini masih bingung dengan pernyataan sayang yang keluar dari mulut Anto barusan. Mengapa bisa beda dengan pernyataannya yang membuatnya terpuruk saat dia SMA dulu?

“Bukannya Maz dulu pernah bilang, aku ini hanya adikmu?” tanya Dini ragu.

“Aku malu saat itu,” jawab Anto lirih. “Besoknya dan hari-hari berikutnya kamu enggak pernah bisa aku temui. Kamu selalu menghindar, jadi aku enggak bisa njelasin,” lanjut Anto. Memang sehari sesudah itu Anto terus mencari Dini, tapi gadis kecilnya hilang tak pernah bisa dia temui. Andai sudah seperti saat ini, tinggal dihubungi lewat ponsel ya?

“Maaf Maz, waktu itu Ade’ sakit hati. Ade’ enggak nyangka Maz bakal menikamku seperti itu, Ade’ sangat hancur, Ade’ enggak siap,” kilah Dini. Dia sedih mengingat kejadian menyakitkan itu.

“Aku tau. Aku juga salah. Bicara soal sakit, apa kamu tahu sakitnya hatiku tiap kamu cerita tentang cowoq lain dan kamu minta izin padaku buat pacaran dengan mereka?” keluh Anto sedih.

‘Bukan hanya kamu yang terluka karena peristiwa itu. Imbasnya kamu hanya menganggapku kakak dan dengan santainya cerita tentang cowoq yang mendekati dirimu. Itu membuatku sangat-sangat terluka De,’ Anto hanya bisa mengatakan hal ini dalam batinnya saja.

“Ade’ enggak salah Maz,” debat Dini. Kadang dia menyebut dirinya ade, kadang dia menyebut dirinya aku kalau ke orang-orang terdekat. Dini memang tak pernah mau kalah berdebat dengan siapa pun.

Dan ini juga yang sangat disukai Anto. Berdebat dengan Dini harus punya logika yang tepat. Karena gadis ini berdebat dengan logika, bukan mengedepankan perasaannya.

“Apa Ade salah minta pertimbangan kakakku sendiri? Apa Ade salah minta pendapat kakakku sendiri? Ade hanya berpegang pernyataanmu, kalau Ade ini cuma adikmu, itu aja koq. Mana Ade tau kamu sakit hati.” nah kan, Dini selalu berpikir dengan logika. Dia tak marah dianggap adik lalu menjauh. Dia tetap manis disisi Anto sebagai adik, bukan sebagai perempuan yang menyukai Anto.

“Lagian kalau saat itu Maz sadar, kan Maz langsung bisa bilang saat itu, bahwa Maz enggak suka Ade pacaran dengan si A, si B atau si C karena Maz maunya Maz pacaran dengan Ade. Bukan Maz malah kasih pandangan dan penilaian tentang cowoq yang Ade tanya,” cerocosnya lagi, membuat Anto hanya bisa terpaku.

‘Harusnya aku tadi bawa lakban untuk membuat mulutnya terkunci!’ itu yang Anto pikir melihat mulut Dini malah nyerocos tak karuan.

Dini ingat sehabis tragedy di lapangan basket pagi itu,  sepulang latihan dia langsung minta izin mami untuk nginep di rumah bapak di Cilandak.Alasannya ada kegiatan pagi di sekolah, biar gampang dia berangkat dari rumah bapak aja. Karena dia sekolah di daerah Bulungan, kawasan sekolah elite di Jakarta Selatan kala itu.

Untungnya maminya mengizinkan dan sorenya diantar papinya dia  langsung berangkat dengan bawa ransel berisi seragam dan buku-buku untuk menginap selama satu minggu. Dia kembali ke rumah maminya hari Minggu sore di minggu berikutnya sehingga mbolos satu kali latihan basket sehabis tragedi minggu lalu.

=============================================================

Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa

YANKTIE  mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya

Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya

Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta

AKU SALAH APA?

HAPPY READING

Dini semakin kalut sesudah mendengar pernyataan sayang dari Anto. Sekarang dia harus menjawab pertanyaan tentang hubungannya dengan Harry.  Anto menyatakan sayang padanya saat dia sudah jadian ama Harry. Lho koq ama Harry? Mungkin ada yang tanya kan kenapa Dini bisa jadi ceweqnya Harry, bukan Robby.

Ceritanya tiga minggu sejak hari patah hati memang Dini jadian ama Robby. Si nyong Ambon itu memang manis dan lembut perlakuannya pada Dini, walau suaranya menggelegar. Mungkin karakter dasar sukunya. Walau menggelegar tapi dia lembut, enggak pernah ketus, dan Dini cukup terhibur jadi pacarnya.

Awalnya kedekatan mereka atas dasar pelarian kalau dari pihak Dini. Robby adalah pacar pertama Dini, tapi pasti bukan cinta pertamanya. Bisa dibedakan ya antara pacar pertama dengan cinta pertama. Dan sepertinya walau mereka pacaran, Dini belum jatuh cinta ke Robby. Dia baru pada taraf suka pada attensi dari Robby. Just it. Enggak lebih.

Yang Dini ingat saat itu Robby datang hari Minggu malam ke rumah, bukan malam Minggu.

“Din, gue boleh ngomong enggak?” tanya Robby ragu-ragu. Padahal biasanya sosok ini suka ngocol dan jarang serius. Dini suka dengan Robby yang ceplas ceplos dan enggak jaim. Beda dengan Anto yang cenderung diam dan dewasa walau mereka masih SMA.

“Gue rasa di rumah gue enggak ada undang-undang tamu dilarang ngomong deh By,” jawab Dini santai.

“Maksud gue, gue mau ngomong serius,” jawab Robby lagi.

‘Sial, depan dia kenapa gue jadi enggak pede ya?’ Robby tak habis pikir. Karena biasanya dia dan Dini bisa bercerita dan bercanda tanpa kesulitan bicara seperti ini.

“Ya ngomong aja By, gue enggak bakal larang koq, lo aneh deh, biasanya kita kan juga ngobrol tanpa minta waktu bicara,” kekeh Dini mentertawai Robby yang terlihat sedang bingung.

“Gue sayang ama elo, gue pengen elo jadi pacar gue,” bisik Robby lirih.

‘Akhirnya kata-kata keramat itu bisa juga keluar dari mulut gue,’ batin Robby.

‘Serius gue panas dingin bilang sayang ke ceweq judes depan gue ini. Ceweq pertama yang gue tembak, ceweq pertama yang bisa bikin gue panas dingin. Walau banyak temen ceweq gue yang lebih cantik dari dia. Banyak ceweq lebih cantik yang mau gue grepe’in tanpa gue harus jadi pacarnya, tapi pesona ceweq hobby camping ini emang beda jauh ama ceweq disco yang gampang banget gue cium bahkan gue ajak ke tempat tidur kalau gue mau.’ Robby lega dia bisa mengungkapkan isi hatinya untuk Dini.

‘Dari gelagatnya yang agak ragu, aku udah nebak Robby akan bilang itu, aku sudah kenal Robby orang yang periang, mudah ngobrol sama siapa aja, dan biasanya kami becanda rame, jadi aku aneh aja dia sejak tadi bicara tersendat,’ batin Dini.

“Sorry By, gue enggak bisa jawab sekarang ya, gue harus mikir dulu,” balas Dini. Dia tak ingin salah langkah sehabis patah hati tiga minggu lalu. Patah hati karena ternyata selama ini hanya dianggap adik oleh Anto.

***

Esoknya sehabis pulang sekolah Dini langsung ke rumah Anto. Rumah Anto dan rumah Dini hanya beda jalan, mereka beda RT saja.  Anto menyambut Dini dengan manis dan mengajak masuk ke rumahnya, dengan santainya dia teriak, “Ma calon mantu datang Ma!”

Dini hanya bisa mencubit lengan Anto. “Jangan asal ngomong Maz,” kata Dini sambil menghampiri ibunya Anto.

Namun Anto masih sempat membisikkan, “Emang itu kenyataan koq.”

Dini salim kepada mama Anto. Dia memang sering main kesini jadi lumayan dekat dengan mamanya Anto. “Tante sehat kan?” tanyanya.

“Alhamdulillah sehat Nduk,” jawab wanita paruh baya bernama Rahma yang masih terlihat cantik itu.

“Tante lanjut kedalam ya, kamu ngobrol aja ama Masmu, atau kalian mau pergi?”

Ha ha ha Dini memang sering kesini bila membutuhkan Anto mengantarnya kemana pun. Jadi wajar bila saat ini bu Rahma berpikir saat ini Dini juga minta diantar ke suatu tempat.

“Enggak tante, Dini cuma pengen ngobrol aja ama Maz. Sekarang Maz sudah sombong, jarang ke rumah lagi,” adu Dini pada mamanya Anto.

***

“Terserah kamu!” itu jawaban Anto ketika Dini minta pendapatnya tentang ungkapan sayang dari Robby kemarin malam.

Di benaknya Anto mengakui dia sudah kalah selangkah dari Robby. Tapi bila dia melarang, apa alasannya? Sedang dia sendiri belum berani menyatakan rasa kasihnya pada gadis kecilnya itu.

Gadis kecil yang sejak dulu sudah menjadi harapannya untuk mendampingi hidupnya kelak.

Kalau Anto pikir ,Robby jelas bukan typenya Dini, Robby walau darah Ambon tapi tidak suka main musik, Robby  tidak suka puisi, Robby  tidak suka camping, Robby  tidak suka main catur.

Rasanya akan aman membiarkan Dini sejenak merasakan indahnya cinta ABG. Cinta hura-hura, bukan cinta serius seperti yang akan dia persembahkan pada gadisnya itu.

Biarlah, karena Anto yakin, percintaan Robby dan Dini  tidak akan berlangsung lama. Dia yakin Robby  tidak akan bisa diajak diskusi politik dan diskusi bacaan beratnya Dini.

Anto tau sejak SMP, dalam pengetahuan politik dan bacaan Dini bukan level anak seumurannya. Sejak SMP bacaannya novel berat sekelas Marga T, Agatha Cristie walau tetap masih baca Lima Sekawan dan Tin Tin. Makanya saat Dini minta pendapatnya untuk menjawab pernyataan sayangnya Robby, dia hanya jawab, terserah.

Sejak mendapat jawaban itu dari Anto, maka Dini berani menerima permintaan Robby. Mereka pacaran dengan syarat harus saling terbuka dan tak boleh ada yang selingkuh.

“Lebih baik kita putus dulu baik-baik baru kita memulai dengan yang lain. Karena perselingkuhan itu menyakitkan!” itu persyaratan yang Dini ajukan saat mereka jadian.

FLASH BACK OFF

“Lalu kenapa kamu jadian ama Harry? Kamu enggak pernah minta pendapatku tentang Harry kan? Kalau Robby aku masih bisa tolelir.Dia enggak rusak-rusak amat. Hanya sedikit nakal tapi bisa dimengerti lah, masih taraf wajar. Tapi kalau Harry, dia enggak baik buat kamu De,”  Anto berkata lagi, serius dia tak mengerti koq Dini bisa jadian ama Harry.

Buat Anto, Harry sangat jauh dengan Robby. Dan itu akan berpengaruh buruk untuk gadis kecilnya nan polos. Dia tak ingin Dini terluka. Karena siapa pun teman main Harry tahu, Harry sangat mudah making love dengan siap saja tanpa terikat rasa suka tau tidak. Making love buat Harry hanya seperti jajan bakso yang asal manggil tukang yang lewat. Tanpa tahu baksonya enak atau tidak.

FLASH BACK ON

“Yank, gue mau ngomong serius,” malam itu Robby datang ke rumah Dini, enam bulan setelah mereka pacaran. Wajahnya kuyu, enggak centil seperti biasanya, enggak ada senyum konyolnya, dan enggak ada cium pipi seperti biasa saat dia ketemu dengan Dini. Entah kenapa hari ini Robby sampe lupa nyium pipi Dini seperti kebiasaannya setiap mereka ketemu..

“Kenapa By? Ada yang salah? Dini bikin kamu marah? Dini bikin kamu cemburu? Kita udah pernah janji kan kita bakal bilang apa yang kita enggak suka, biar kita enggak salah paham,” jawab Dini nervous.

DEG …

‘Ada apa ya,’ pikir Dini.

Koq raut wajah Robby jadi menakutkan begini. Rasanya dia tidak bikin kelakuan yang bisa menyebabkan Robby marah. Rasanya dia juga tidak main mata ama cowoq lain sehingga bisa bikin pacarnya itu cemburu. Dini jadi super ketakutan lihat mimik seriusnya Robby kali ini. Ini bukan Robby yang dia kenal.

 “Enggak, lo enggak bikin gue marah, lo enggak bikin gue cemburu. Please ya lo dengerin dulu apa yang mau gue bilang, biar lo ga salah paham ama gue,” ujar Robby pelan.

Robby bingung bagaimana menyampaikan persoalan ini ke kekasihnya itu. Rasanya dia tidak rela harus mengatakan semua ini pada Dini. Tapi disisi lain ada hati yang sangat dia kasihani dan segani yang meminta pertolongannya dengan serius.

\==========================================================================

Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa

YANKTIE  mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya

Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya

Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!