NovelToon NovelToon

POSSESIVE

Dia

Suara berisik dari kendaraan yang berlalu lalang di tambah suara klakson yang bersautan meramaikan jalanan di pagı hari merusak suasana yang di hasılkan oleh guyuran hujan tadi malam. Namun jelas tidak ada yang peduli pada hal itu.

cowok dengan seragam sekolah berjaket jeans hitam, tampak sedang menunggangi ninja hitam yang senada dengan jaket yang di kenakan nya, tentu dengan helm yang menutupi kepala dan hanya menghabiskan bagian mata nya saja. Mata tajam ber iris coklat terang itu memandang fokus ke depan.

Tangan kanannya menarik pedal gas dengan brutal seolah tak peduli jika suara itu bısa menulikan pendengaran orang yang mendengarnya. Suasana pagi yang memang sudah ribut menjadi semakin ribut. Dion. Cowok itu memacu ninja hitam nya meninggalkan ninja putih di belakang nya.

Kedua motor besar itu saling berebut menjadi yang terdepan untuk memperoleh kemenangan. Tepat di saat kedua motor itu bersisihan, cowok yang mengendarai motor putih itu menoleh dengan seringainya menatap Dion Tak peduli akan hal itu, Dion lebih memilih untuk melajukan motornya lebih kencang lagi seperti sudah sangat terbiasa.

Tepat setelah ninja hitam itu sampai di parkıran sekolah, teriakan tertahan dari siswi menyambut pendengaran Dion di saat ia membuka helm hıtam nya.

Tepat setelah nya sebuah ninja putih menyusul dengan cepat dan kini sudah berada di samping motor Dion, cowok berseragam yang sama dengan nya itu mendengus setelah mem- buka helm nya.

Dion menoleh, seringai tipis vang timbul di wajah nya sontak saja membuat siswi yang melihat nya menjadi terpaku akan hal itu. "Done! That means I'm the best this time!”

Cowok dengan rahang tegas itu tersenyum sınis, "Cuma faktor keberuntungan! Lo gak perlu merasa sehebat itu."

Dion terkekeh pelan, "Cupu, gamau ngakuhin kekalahan.”

Cowok itu menggeram kesal lalu merongoh saku nya dan melemparkan sebuah amplop berwarna coklat dan langsung di tangkap oleh Dion dengan senyuman puas.

"Kalah lagi lo, Di. Kan gue udah bilang, lo tuh gak bakalan menang dari Dion!" Seru semangat seorang yang baru saja tiba di sana dengan mengendarai ninja gradiasi nya.

Sosok yang menduduki ninja putih yang bernama Abdi itu menatap cowok yang baru saja tiba itu, "Diam lo Aan-jin* kayak lo bisa menang aja!"

“Oh jelas bisa dong," Senyum bangga mulai terlihat di wajah Aan. “Kalau Dion ngalah

Mendengar itu, Dion hanya tersenyum tipis sedangkan Abdi ternganga, “Yeuhhh! Sama aja yahh!!"

“Yah beda dong, gue menang dengan gaya.”

"Gaya! Ndas mu!! Lo..”

“Sttt..." Belum lagi Abdi menyelesaikan ucapan nya, Aan sudah lebih dulu mencolek bahu kedua teman nya, dan mengarahkan tatapan mereka untuk menatap satu objek. Dimana terlihat seorang gadis berseragam yang tengah menunduk mengusap-usap kaki nya tanpa menghiraukan ocehan, ah, lebih tepat nya omelan kakak tıngkat nya. Jelas gadis itu terlambat, karena Iis. Gadıs yang mengomel itu adalah salah satu anggota Osis yang khusus betugas untuk koordinir sıswa-siswa yang terlambat.

”Itu bukan nya anak kelas 10 yang kemarin kita ospek yah?” Aan mengangguk mengiyakan pertanyaan Abdi.

“Namanya, Anara. Anara mahadirka."

Nara mendengus kesal sambıl mengusap-usap kaki nya akibat terjatuh di kamar mandi pagi tadi, ia berkali-kali mengutuk hujan deras tadi malam yang begitu pandai menciptakan damai hingga tidurmya menjadi begitu nyenyak dan membuat dirinya bangun kesiangan di hari pertamanya sah menjadı siswa kelas 10 di sekolah ini.

“Kak udah dong, kan udah Nara bilang kalau tidur nya kenyenyakan makanya bangun nya lambat." Terlihat gadis itu mulai membela diri

"Gabisa gitu dong, lo udah dua kali terlambat, jadi harus di hukum.

“Ih, enak aja dua kali baru satu kali tau.”

Iis berdecak kesal, "Yang pas ospek itu kan lo juga telat sekali.

“Yaelah sekali doang kak."

“Ya itu makanya, jadi dua kali sama yang sekarang." Jelas Iis terlihat gemas pada adek kelas nya yang begitu menggemaskan ini.

“Biar gue yang urus.”

Sebuah suara berat khas pria, membuat kedua gadis itu menoleh dan mendapati Dion dengan wajah datar nya menatap Nara menilai. Di belakang nya terlihat Aan dan Abdi yang terlihat begitu tertarik untuk melihat pertunjukan di depan nya.

Iis tersenyum lega, beruntung nya ketua osis sendiri tiba menghampiri mereka, ia sudah lumayan lelah menghadapi satu gadis kecil yang terus saja berulah itu.

“Bagus deh kalau gitu, gue mau ke kelas dulu." Iis berjalan pergi sambil melambaikan tangan nya. melihat dirinya di tinggal pergi bersama tiga orang cowok yang tidak di kenali nya, Nara sontak berteriak memanggil Iis.

"Ehh. Ehh kak! Ini Nara gimana?" Teriak nya melambaikan tangan pada Iis.

"Gue Cuma kacung nya aja! Tuh Dion bos nya!" Teriak Iis dari jauh tanpa menhenti- kan langkah nya.

Mendengar nama Dion yang tidak asing di telinga nya, dahi Nara mengkerut merasa tertarik. 'Ketua osis yah."

“Terlambat?" ‘Ni cowok buta atau tolol sih?’ Kerutan di dah Nara semakin terlihat jelas, "Bukan nya udah kelihatan yah,kak?" Jawab Nara santai namun dengan nada yang terdengar ragu dan mengejek.

“Pftt!" Mendengar ucapan gadis di depan nya, Aan dan Abdi tidak bisa menyem- bunyikan rasa terkejut dan juga tawa mereka, bagaimana bısa ada gadis yang berbicara ketus seperti itu pada Dion 'Catat! Ini adalah pertama kali nya.’

Tatapan Dion menajam menatap kedua teman nya penuh peringatan, hingga dengan sigap kedua teman nya memilih untuk menutup mulut saja. Pandangan Dion beralih pada sosok gadis di depan nya yang juga menatap nya namun dengan pandangan polos yang sepertinya di buat-buat. 'Mari kita lihat sampai mana kepolosan palsu lo.’

Tubuh Dion menegak, "Kalau gitu, ikut gue." Itu bukan permintaan,melainkan sebuah perintah yang Dion tujukan pada gadis itu. Dion sudah berbalik segera pergi namum sebuah suara lembut menghentikan langkah nya.

“Untuk apa?" 'cewek ini benar-benar berani' Sekiranya kalimat itu lah vang melintas di benak ketiga cowok itu.

“Ngelanggar, arti nya nerima hukuman.”

Dagu gadis itu terangkat angkuh menatap Dion, "Jadi kalau gue gamau gimana?"

Abdi dan Aan ternganga, berbanding terbalik dengan Dion yang merasa tertarik dan tertantang dengan keberanian gadis kecil ini. Seringai tıpis muncul di wajah Dion. Sejenak Nara terpaku, sepertinya ia mengajak bermain orang yang salah.

"Kalau gitu. Apa yang kiranya nona manis ini mau?" kedua teman nya menjadi terpaku, 'Dion mendapatkan mainan ujar Dion sukses membuat nya.

Nara mengernyit begitu Dion membawa nya ke sebuah taman tak terurus yang berada di belakang perpustakaan, dulu nya taman ini merupakan taman baca, dimana banyak siswa yang menghabiskan waktu untuk membaca di sana. Namun karena satu hal yang entah itu apa, di tambah telah di buatnya taman baru, maka taman ini di bıarkan begitu saja tanpa pengurusan sama sekali.

“Bersihin”

"Hah?" Nara yang sedari tadi focus pada sebuah sumur tua dengan pembatas rendah yang kebetulan berada dekat dengan nya, fikiran nya mungkin karena adanya sumur yang lumayan membahayakan ini makanya taman ni di tutup. Kini Nara menoleh menatap Dion yang tiba-tiba saja bersuara.

"Gue mau lo bersihin taman ini, cabutin rumput nya." Perintah Dion.

Nara sontak mengangkat pandangan nya menatap sekitaran taman yang penuh dengan rumput liar yang sudah meninggi, sedetik setelah nya alis Nara mengkerut, "Buat apa"

Tanya nya memastikan. Terlihat Dion ikutan mengernit. "Emang penting banget buat lo tau?"

Nara memutar bola matanya malas, "Ya kan gue yang mau bersihin, jadi apa salahnya kalau gue mau tau buat apa kan"

“Lo beneran ngelunjak yah."

Nara terlihat bingung. “Lah Kan gue Cuma nanya doang.“

“10 berapa lo? Lo tau kan siapa gue?" Desis Dion yang mulai merasa kesal pada gadis ini, pantas saja Iis terlihat begitu tertekan ketika berhadapan dengan gadıs ini.

Tatapan polos dan linglung Nara sontak berubah menjadi tatapan datar dan menantang. “Kenapa? Mau pamer-pamer derajat?" Nara terkekeh sinis, "Iya pak ketua osis, dan oh?" Tampang Nara terlihat seperti tengah terkejut, "Anak ketua yayasan juga yah"

Sontak saja Dion terpaku, 'Dari mana dia tau?

Trauma

Seorang gadis yang tengah berada di atas sebuah ranjang king sise dengan posisi tengkirap tengah menenggelamkan wajah nya di lipatan kedua tangan nya. Pundak bergetar di sertai suara isakan yang terdengar samar-samar menyatu dengan suara lagu ‘Don't watch me cry-Jorja Smith.’ Yang sengaja di putar di spiker gadis itu dengan volume penuh.

Sudah beberapa menit yang lalu Nara menangis, rambut sedada nya ia biarkan terurai serta seragam sekolah yang masih melekat lengkap di tubuh mungil nya kini sudah terlihat kusut. Perasaan nya kini begitu sulit di deksripsıkan, dadanya terasa sesak. Bukan karena di sakiti lelaki, melainkan karena sebuah kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu membuatnya kembali mengingat kejadian kelam yang selama ini selalu ia kubur dalam-dalam.

Mengingat akan hal itu, tubuh nya kembali bergetar hebat begitu ingatan nya kembali pada kejadian kurang lebih satu jam yang lalu.

“Lo mau kemana?" Nara yang hendak pergi menghentikan langkah nya begitu sebuah tangan kekar menahan lengan nya,

"Pergi lah, males banget nge jalanin hukuman yang gak jelas tujuan nya kayak gını." Gadis itu menjawab dengan nada malas yang terdengar jelas.

“Lo bodoh yah? Jelas gue nyuruh lo bersihin ini ya biar taman nya bersih lah.”

Nara berdecak lalu memutar tubuh nya menatap Dion dengan lunglai, "Ya terus kalau udah bersih,mau lo apain? Mau lo jadiin tempat gali kuburan lo?" Tepat ketika ia mengucapkan kalimat itu, bulu kuduk Nara tiba-tiba meremang. Memang terdengar sangat creepy ketika mengatakan hal seperti itu di tempat sepi dan terbengkalai seperti taman Ini.

Menyadari suasana yang mulai terasa horror untuk nya, Nara dengan sigap hendak pergi, namun Shitt! lagi-lagi dion menahan nya.

"Lo mau kemana sih?? Gabisa banget buat diam yah?" Judes Dion, ia sudah kesal dengan aksi memberontak gadis itu. "Dengar Nara! Posisi lo di sekolah ini ngeharusin lo buat harus bertingkah sopan sama kakak tingkat lo! Gak kayak sekarang yang lebih kelihatan kayak anj** liar ketimbang seorang siswi yang baru aja di lantik jadi sıswi sah kemarın!" Jelas Dion panjang lebar. Tatapan nya yang datar namun tegas sukses mebuat Nara bungkam.

Namun hanya sejenak sebelum matanya melotot menatap Dion.

"Enak banget ngatain gue anji** yah?" Jelas saja Nara tıdak terima, perlakuan kakak tingkat di depan nya sama sekali tidak pantas untuk di perlakukan dengan hormat.

Satu alis Dion terangkat, "Kenapa? Lo gak terima?"

‘Jelas lah bodoh!’ Nara menggelng-gelengkan kepala nya tidak habıs fikır dengan cowok tampan dıdepan nya. "Gimana mau di hargan Sikap lo aja kayak siluman ana- conda dua kaki." Gerutunya pelan, 'sayang banget, padahal ganteng.’

Melihat tampang Dion yang terlihat mengeras, senyum tipıs tebentuk menghiasi wajah cantik gadis itu, "Kenapa? Lo gak terima?" Tanya nya meng paste pertanyaan yang di lontarkan oleh Dion satu menit yang lalu.

Dion menggeram rendah, pandangan nya yang menggelap menandakan jelas bahwa emosi nya mulai terpancing. Dengan tatapan lurus yang mengarah pada manik mata Nara, cowok itu melangkah maju mempertipis jarak di antara mereka.

“Hal yang bakalan katakan ini, mungkin emang gak penting buat lo. Tapı gue rus terus terang sekarang." Senyuman menyeramkan yang di pampangkan oleh Dion membuat Nara merasa kurang nyaman. "Lo udah masuk ke dalam daftar hitam gue. Itu artinya gue gak bakalan lepasın lo gitu aja." Nara terpaku, nada bicara Dion terdengar sangat yakin.

“Terus kenapa kalau gue masuk dalam daftar hitam lo? Lo mau apain gue?" 'hebat Tika! Lo nantang singa yang lapar.’

Dion memejamkan matanya, kepalanya menengadah serta terlihat lidah nya yang menyapu sisi bagian dalam mulut nya. 'Cewek ini. Tidak biasa.' "Lo kayak nya harus di kasih pelajaran deh" Mata Dion perlahan terbuka dan menunjukkan tatapan yang seolah akan memangsa, mangsa nya sebentar lagi.

Alarm bahaya berbunyi nyarıng di kepala Nara , langkah nya termundur begitu Dion dengan seringai licik nya berjalan maju kembalı mempertipis jarak. Terus mundur hingga begitu Nara menoleh kebelakang, ia sedikit tersentak begitu terpampang jelas sebuah lubang gelap yang merupakan sumur yang tadi di perhatikan nya. Dengan cepat Nara kembali menoleh kedepan dan menatap Dion meminta penjelasan.

“Lo- lo mau ng apain!" tegur Nara, perasaan nya mulai tidak enak di tambah saat Dion terlihat hendak meraih wajah nya. Menekan egonya terlalu dalam untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal aneh yang mungkin saja terjadi, Nara mencoba untuk pergi, namun sayang nya karena focus nya yang berkurang, ia tidak menyadari ada nya sebuah akar pohon besar yang mengcuat dari tanah hingga dengan naas nya, Nara terpeleset karena kulit dari akar itu lumayan licin.

"Aaaaaaaa!!" Suara jeritan yang melengking memenuhi indra pendengaran Dion, teriakan yang mampu membuat dırinya tersadar akan kejadian yang saat ini tengah terjadi. Mata Dion membulat sempurna begitu gadis yang baru berapa detik yang lalu menatap nya menantang, kini sudah terjermbab ke dalam sumur tua yang menyeramkan itu. Kedua tangan nya mencengkram erat bibir sumur yang terbuat dari semen itu. Dion tidak bisa menyembunyıkan rasa terkejut nya namun hal itu justru membuat nya terpaku dengan tubuh kaku menatap Nara yang bergelantung an dengan wajah pucat seakan darah nya kabur ke satu titik tubuh nya yang jauh.

“Di-dion!" Suara gadis yang tergagap dan jelas terdengar bergetar itu membuat Dion tersadar dari keterkejutan nya. Sontak saja ia dengan cepat berjngkok dan meraih tangan gadis cantik yang wajah nya sudah di alirı keringat dingin.

“L-lo kenapa bisa?" "Bacot babı! Tolongin gue cepat!" Teriakan gadis itu kembali melengking, getaran dalam suaranya menjelaskan betapa takut dirinya. Sejenak Nara menoleh ke arah bawah, dimana terlihat kaki nya yang tengah mengayun menjangkau udara kosong yang pekat itu. Terlihat beberapa tumbuhan yang merayap di dınding sumur berjatuhan karena tidak sengaja tercabut oleh kaki Nara yang mencari tumpuan. ‘Dasar nya terlihat sangat dalam dan gelap!’ jika terjatuh, jelas tubuh Tika akan tenggelam dan bertemu dengan hal-hal mengerikan yang mungkin ada di bawah sana.

Dan lebih mengerikan nya lagi, ia sudah jelas akan meninggal sebelum ada orang yang membantu nya kembali ke permukaan, begitu terlihat dengan samar-samar permukaan air yang terlihat hitam karena termakan oleh gelap. Nara tidak tau berenang!

Nara memejamkan matanya, dadanya mulai terasa sesak karena panik. Di tambah sebuah ingatan-ingatan pahit mulai melintas, berlarian kesana kemari di Fikiran nya.

"Nara! Pegang tangan papa!"

“Papaa!! Nara takut.”

“Pegang tangan papa yang erat, nak!"

"Gelap pahh, Tika takut gelap."

“Papa dorong Tika naik, pegang talinya dengan erat.”

"Papa ikutan naik! Ayo Tika Tarik.”

“Papa jangan di lepas!!"

“Jaga mama baik-baik, nak!"

“Papa!! Jangannnn!"

Beberapa penggalan-penggalan ingatan menyerbu ingatan Nara membuat lagi-lagi mata itu tertutup menimbulkan kegelapan yang seakan ingin menerkam nya, tubuh nyamelemas, bahkan tangan nya mulai terasa mati rasa. Berlahan tapi pasti, cengkraman gadis itu melemah seakan mengalah pada keadaan.

‘Papa, tunggu Nara'

“BODOHH!! BUKA MATA LO!!" Sebuah teriakan yang menyerupai bentakan membuat kesadaran Nara seolah tertarik kembali, perlahan kegelapan yang tadi seolah ingin menerkam nya berlahan-lahan menjadi titik terang yang membawa Nara ke titik kesadaran nya. Bersamaan dengan tubuh nya yang terasa terangkat paksa dan berakhir terbaring di atas tanah yang berumput.

Isakan Nara sedikit mereda, bertahun-tahun lama nya ia menahan diri untuk tidak melakukan hal yang mampu membuat nya teringat akan kejadian kelam yang saat itu berakhir dengan merebut satu nyawa orang yang begitu di sayangi nya dan tentu saja itu semua karena dirinya. Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam hinggap memenuhi fikiran gadis itu. 'Rasanya begitu sakit dan menyesakkan. Bahkan setelah begitu lama.’

Nara menarik nafas dalam dan mengembuskan nya dengan pelan, satu cara yang selalu ia gunakan untuk menenangkan diri. Ia tidak ingm menangis lagi, itu hanya akan memperburuk keadaan nya. Tadi, begitu Dion berhasil menarık mya naik, Nara tanpa sepatah-kata pun langsung bangkit dengan sempoyongan dan pergi begitu saja untuk pulang meniggalkan Dion dengan rasa penasaran yang tinggi. Terngiang dengan jelas lantang nya bentakan Dion yang memaksa nya untuk tetap sadar. Walau cukup lama untuk cowok itu tersadar dan menarik Nara, namun fakta nya tetap saja cowok itu berniat menyelamtkan nya. Yah tentu saja juga sebagai penyebab nya.

“Non, ada teman non yang nyarın di bawah." Tiba-tiba saja samar-samar terdengar suara bi Lela dı sertai ketukan pelan di daun pntu kamar gadis itu.

Nara terdiam sejenak, ia meraih ponsel dan mematikan lagu yang masih saja mengalum keras,

“Siapa bi’ Bilang kalau Nara lagi gak terima tamu." Teriak gadıs itu, mati-matian ia mentralkan suaranya agar tidak terdengar seperti telah menangis.

“Katanya penting non.“ Nara menggerutu sambil menjambak rambut nya kesal tanda ia tidak terima waktu luang di tambah keadaan nya yang kurang mendukung.

“Yaudah bi suruh kesini aja langsung, Nara lagi malas keluar.”

"Baik non." Jawab wanita itu lalu terdengar suara langkah kaki yang menjauh.

Mood gadis itu sedang tidak baik, bisa di bilang sangat amburadul, bayangan tentang kejadian-kejadian yang terjadi sungguh menguras tenaga nya, 'ini semua karna ketua osis angkuh itu!!' Ia terus saja mengumpat hingga suara ketukan membuat nya berhenti mengabsen nama-nama binatang yang melintas di kepalanya.

"Anara?" Panggil orang itu, bersamaan dengan suara pintu yang terbuka. Begitu mendengar suara itu, mata Nara sontak melotot, 'itu suara kak Aan kan Damn! Main nyelonong aja.' kembali gadıs itu melotot begitu tersadar akan sesuatu, ia menunduk menatap pakaian nya yang sangat tidak sopan untuk di perlihatkan. Iya kembali mengumpat, namun sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya. Dengan gerakan cepat,ia langsung saja menggulingkan tubuh nya ke arah sampıng hingga terdengar suara tubuh yang dingin, ia bahkan kini meringis merasakan beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit. Ingatkan gadis itu untuk meletakkan karpet tebal di sana nanti.

.

“Nara? Lo kenapa? Lo ngak apa apakan?" Panggil Aan cemas,dengan berlahan ia melangkah maju.

Nooo jangan kesini!! "E..eee...ehhhh anu kak jangan kesini dong gue nggak apa-apa kok"nara tergagap malu dengan masih posisi sama. Bagaimana ia bisa lupa kalau di ranjang nya ada selimut? Mengapa ia harus bertingkah bodoh dengar berguling?.

"Tttt tapii kamu jatuh.”

"Ehh umh itu kak bisa ngak Lo keluar bentar? Ehh mmm gue cuma pake itu soal nya hehe"sambil nahan malu Nara berusaha meminta nya keluar. Bodo amat tentang dirinya yang terlalu frontal, keadaan sekarang tak cocok untuk dirinya berbasa basi.

"Ehh sorry2 Gue ngak tau yaudah gue tunggu di bawah yah,”jawab nya lalu melangkah pergi.

Dengan gerakan kilat Nara berdiri merapikan rambut nya.Ia melangkah dengan cepat mengambil baju asal dari lemari nya.

"Ehmm maaf bikin nunggu kak soal nya Lo ngak bilang mau datang jadi gitu deh hehe"Nara cengigisan sambil melangkah menghampiri Aan dan duduk di sofa yang tepat berada di depan kakak kelas nya itu.

"Gapapa kok malah gue minta maaf udah ganggu waktu lo dan bikin Lo Ekhnm sudah lah"jawab nya agak kikuk.

"Ehmmhh nggak kok kak, tapi kenapa yah Tiba2 datang?"

"Gue mau jemput lo.”

"Hah? Jemput? Kemana kak?”

"Ikut aja ntar juga tau, ikut yah.”

"Tttt taapiii..."

Belum sempat Nara protes sebuah tangan sudah menggenggam tangan nya lembut dan menarik nya melangkah keluar dari rumah.

"Ini rumah siapa kak?"Nara mendongak melihat rumah mewah di depan nya. Ia menduga kalau ini rumah Aan. Tapi ia harus memastikan nya lebih dulu, ngapain juga cowok itu mengajak nya kesini?.

"masuk aja Langsung ke ruang tamu gue mau Ke belakang bentar.Tunggu gue di dalam" Aan langsung saja pergi dan tidak memperdulikan protesan Nara.

"Ehh kak kok ninggalin! Woyy!!"

nara menghela nafas pasrah, untung ganteng. Ia melangkah pelan sambil menatap sekitar, rumah yang di desain elegan dan terkesan mewah itu sudah menarik full perhatian nya. Hingga ia tidak sadar ada seseorang di depan nya.

Bugggh..

"Aaa awww.. siapa sihhh" Nara meringis ketika tidak sadar ia menabrak sesuatu yang keras di depan nya.

"Malah diam! Bantu kek,apa kek! Sakit ini,” Nara gemas sendiri, ia berucap Tanpa Melihat siapa yang telah di tabrak nya ia terlalu fokus Mengusap tangan nya yang terlihat agak kemerahan karena bertubrukan dengan ubin putih bersih itu.

Tiba2 sebuah tangan Menjulur di depan Wajah nya menawarkan bantuan, Nara meraih tangan kekar itu "gitu kek" ia mendongak.

"Sibanjir!!? elo???!"Ia terkaget dan tanpa sengaja melepaskan genggaman orang itu menyebabkan bokong nya kembali menghantam lantai "duhhhh" ia meringis dan langsung berdiri berdecak pinggang.

"Ngapain lo di sini? mau ngatain gue lagi??" Nara mendengus ketika mengetahui Dion ada di depan nya .

"Gila yah ini anak ngak punya ekspresi lain apa? Ekspresi nya itu2 aja! Datar kayak lapangan bola" Nara bergumam tapi masih terdengar jelas di telinga Dion.

Tanpa aba2 Dion menarik tangan Nara tapi beda nya, kali ini genggaman nya tidak sekeras tadi.

"Eh ini? ngapain Lo bawa gue ke sini ? L..loo mau ngapain gue, Hah"Nara tergagap ketika ternyata Dion menarik nya ke sebuah kamar yang terlihat seperti kamar pria.

Tanpa menjawab pertanyaan Nara, Dion Melangkah maju Ke arah nya. Jantung!!!, bekerja sama lah tolong!

Dia terus aja maju,membuat gadis itu memundurkan langkah nya hingga akhirnya menabrak meja rias yang ada di belakang nya.

"Di..Dion loo mau Apa ? L..looo mau ngapain!!! Ja jaaangan mendekat gue teriak nihh!"

Pria itu tidak menggubris ucapan Nara, ia terus maju hingga membuat jarak mereka hanya tinggal berapa senti saja. Nara dapat merasakan hembusan hangat dari nafas Dion, tubuh nya menegang ia menahan nafas untuk sejenak.

"Dion? Gue gue ehmm"demi apa Nara sangat gugup sekarang

Dion mendekat kan wajah nya dan mulai memiringkan kepalanya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa tolongggggggggggg siapaaa sajaaaaaa tolooonggggg"sontak nara berteriak tanpa membuka mata.

Krik krik.

Krik krik.

Hening.

"Cuma mau ngambil hp Lebay amat Sih!!!"

Ehh dia ngak ngapa2in gue? Nara Langsung saja membuka mata kiri nya di lanjut mata kanan nya, ia mengerjapkan matanya dan mendapati Dion yang menatapnya dengan tatapan Dingin melambai- lambai kan hp nya santai.

"Eh hehehe cuma mau ambil hp ya Hehe"jawab gadis itu kikuk sambil menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

Krik krik.

Dion menaikkan satu alis nya menatap gadis aneh di depan nya.

"Lo ngarep kalau gue tadi mau nyium Lo? Yaudah sini" jawab nya sambil tersenyum miring.

"Aaaaaa nggak mauuuu"Nara menyingkir dan berlari menuju pintu kamar, sial terkunci!.

Aneh

"Laaah Dionnn ini kok pintu nya di kunci heh,” demi apa! Pria yang saat ini tengah berada satu ruangan nya benar benar terlihat seperti psiko tampan.

"suka2 gue dong ini kan kamar gue.”

"Biadab Lo! Bukain ih mau pulang!"

"Ogah.”

"Gila Gue lama2 kenal sama Lo!!" Nara menggerutu kesal menendang pintu kamar. "Aww sakit" Benar benar bodoh! ia mengusap usap kaki nya dengan kesal dan tampang dongkol,membuat Dion terkekeh pelan.

"Sini hp Lo"Dion melangkah maju dan mengadahkan tangannya.

"Gue baru tau kalau lo suka meng jarah barang2 nya orang"gadis terkekeh mengejek.

Tanpa jawaban,Dion maju dan merebut Hp yang sedari tadi di genggam oleh Nara.

"Eh ehhh hp guee! bilang kalau gak sanggup beli biar ntar gue beliin iPhone 13! 5 sekalian" Gadis itu mendengus kasar melihat Dion yang mulai terlihat mengotak Atik ponsel nya.”

"Kalau gue mau 10 pun gue bisa beli,Nih ambil! pulang sana gue mau tidur,"ujar Dion mengusir sambil Membukakan pintu dan Berbalik menuju tempat tidur Nya meninggalkan Nara yang melongo sendiri.

Nara tertawa "Ha? Hahaa Lo nyulik gue kesini cuma buat ngacak2 isi hp gue?"

"Terus Lo berharap nya gimana?? Lo mau ikut tidur?yaudah sini," jawab nya menepuk Nepuk bantal yang ada di sisi nya.

Nara bergidik ngeri “Najis!" Nara berlari keluar dan membanting pintu sambil mengumpat.

cowok gila,stres, sinting!

Nara tiba di halaman rumah Dion, ia menggerutu ketika tidak mendapati Aan di sekitar situ. Lah Ini bocah satu di mana coba

Gadis itu mengecek arloji yang bertengger manis di pergelangan tangan nya.

Mana udah magrib lagi aishhh ****!

***

Nara berjalan dengan sempoyongan memasuki kelas, kaki nya terasa sakit efek berjalan pulang sampai malam.Dalam hati ia mengutuk dua cowok yang mengerjainya itu. Awas aja Lo berdua! Gue jadiin lauk sahur,untung saja guru belum masuk.

"Ra?Lo kenapa?"Amel bertanya ketika Nara sudah tiba di bangku mereka.

Amel adalah sahabat Anara dari SMP dan beruntung nya lagi bisa satu kelas Juga di SMA.

"enggak kok cuma pegal2 aja"

"Emang Lo habis ngapain? Habis ikut boxing?"

"Habis terjun dari gedung tingkat 10, dah lah laper mau ngantin dulu.”

Tanpa mendengar Jawaban Amel,gadis itu sudah nyelonong keluar kelas dan menuju Kantin terdekat, tapi di perjalanan dengan tidak sengaja gadis itu mendengar suara orang yang bermain gitar, dengar rasa penasaran gadis itu melangkah mengikuti asal suara dan asal nya dari taman belakang.

Anara semakin penasaran, ia melangkah Semakin Mendekat suara gitar Itu semakin jelas.

"Itu? itu si galon?" Nara tersenyum "bisa main gitar juga dia yah"

Tanpa dia sadar,dia udah cukup lama berdiri, terhanyut oleh suara lembut dari petikan gitar itu.

"Sekarang kerjaan loh ngintipin orang yah"teguran seseorang Membuat gadis itu tersadar dari lamunan nya.

"Ehh" Nara berdehem "Kurang kerjaan banget ,gue cuma lewat gak usah ke gr an ,dah lah lapar gue mau ke kantin" gadis itu berbalik hendak pergi namun cekalan di tangan nya membuat langkah nya berhenti.

"Apa sih megang2, belum halal tau!"

"Ntar gue halalin.”

Nara melotot, ia bungkam menatap cowok narsis di depan nya.

"Temanin gue yah"Dion berucap dengan suara yang berbeda dari Sebelum2 nya. Suaranya kali ini terdengar Pelan dan sendu, tatapan nya juga meskipun masih terlihat dingin tapi dapat nara lihat Ada Sesuatu yang dia pendam di sana.

Nara melangkah maju, menempelkan satu tangan nya ke dahi Dion "Demam lo yah? Kok aneh. Gue mau pergi nggak usah lebay" ucap gadis itu kemudian Mulai melangkah menjauh . Tapi sekali lagi ia merasa tangan Nya kembali di genggam Dan dengan satu kali tarikan, gadis itu sudah ada di pelukan Dion.

"Dionnn lo apa apaansih lepasin ga!!! Dion lepasin lo kenapa sih kalau ada yang lihat gimana!!!"Nara berusaha melepaskan diri namun semakin ia bergerak semakin pelukan itu mengerat.

"Kali ini aja ra"

"Lah trus napa harus gue?”

"Karna cuma lo yang gue mau.”

Nara terpaku, ia sedang tidak di gombal kan.?

"Ikut yah?" Tanpa sadar nara menganggukkan kepalanya.

Dion tersenyum tipis,ia kembali meraih tangan gadis itu dan menarik nya melangkah ke parkiran "Hari kita Bolos aja yah,gue mau ngajak Lo ke suatu tempat" ucap Dion sambil membuka pintu mobil nya untuk Nara.

"Bolos? Ogah ah gue masih siswa baru! kemarin aja gue udah bolos karna ulah lo yang terlalu berlebihan,dan sekarang? Bolos karna lo lagi? Ogah gue ,gue balik ke kelas aja"

Dion tidak suka di tolak, "Mau masuk sendiri atau gue yang gendong Lo masuk?"ancam nya

"Pokoknya nggak mau titik!!!"nara menggeleng  dan mengambil ancang2 untuk pergi.

"Aaaaaaa" Nara terkejut ketika tubuh nya melayang dan berada di gendongan Dion, untung saja sekarang sudah masuk jam pelajaran jadi tidak ada yang melihat mereka.

"Loo tuh yah!!!"

"Diam! Dan pasang sabuk pengaman Lo Atau gue bawa Lo ke kamar gue lagi? Mau?"ancam Dion.

"Setan Lu!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!