*𝓢𝓮𝓼𝓾𝓷𝓰𝓰𝓾𝓱𝓷𝔂𝓪 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱
𝓶𝓮𝓷𝓬𝓲𝓹𝓽𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓶𝓪𝓷𝓾𝓼𝓲𝓪 𝓽𝓮𝓻𝓭𝓲𝓻𝓲
𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓵𝓪𝓴𝓲-𝓵𝓪𝓴𝓲 𝓓𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓮𝓶𝓹𝓾𝓪𝓷.
𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓶𝓮𝓷𝓬𝓲𝓹𝓽𝓪𝓴𝓪𝓷 𝔀𝓪𝓷𝓲𝓽𝓪
𝓫𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓽𝓾𝓵𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓪𝓴𝓲 𝓪𝓰𝓪𝓻
𝓫𝓲𝓼𝓪 𝓭𝓲 𝓲𝓷𝓳𝓪𝓴 𝓲𝓷𝓳𝓪𝓴 𝓶𝓪𝓻𝓽𝓪𝓫𝓪𝓽𝓷𝔂𝓪,
𝓫𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓳𝓾𝓰𝓪 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓽𝓾𝓵𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓮𝓹𝓪𝓵𝓪
𝓪𝓰𝓪𝓻 𝔀𝓪𝓷𝓲𝓽𝓪 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 di 𝓳𝓪𝓭𝓲𝓴𝓪𝓷
𝓼𝓮𝓶𝓫𝓪𝓱𝓪𝓷, 𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓽𝓾𝓵𝓪𝓷𝓰
𝓻𝓾𝓼𝓾𝓴𝓷𝔂𝓪. 𝓐𝓰𝓪𝓻 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓵𝓾 𝓭𝓮𝓴𝓪𝓽
𝓭𝓲𝓱𝓪𝓽𝓲, 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓷𝓭𝓲𝓷𝓰
𝓼𝓮𝓳𝓪𝓳𝓪𝓻. 𝓢𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓱𝓸𝓻𝓶𝓪𝓽𝓲
𝓭𝓪𝓷 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓪𝓶𝓹𝓲𝓷𝓰𝓲𝓶𝓾
𝓼𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓷𝔂𝓪*.
Suasana riuh mewarnai hari pengumuman kelulusan siswa siswi di SMA Negeri 3 Balikpapan. Berbagai macam ekspresi mereka tunjukkan untuk mengungkapkan kegembiraan karena berhasil lulus Ujian Nasional. Mulai dari berpelukan dengan temannya, melompat kegirangan, sampai mencoret- coret seragam mereka.
Namun satu dua orang terlihat berwajah sedih. Dan tentu saja sudah dapat ditebak mereka pastinya tidak lulus Ujian Nasional.
Namun suasana di sekolah itu berubah semakin sepi saat siang hari menjelang .
Halaman sekolah yang tadinya ramai oleh hiruk - pikuk siswa yang merayakan kelulusannya, sekarang sudah tak terlihat lagi.
Tidak jauh dari sana, disebuah halte yang terletak di depan sekolah, tampak seorang gadis sedang duduk sendiri.
Dari seragam yang dikenakannya , dapat di kenali bahwa dia juga merupakan siswa di sekolah tersebut.
Dia duduk dengan resah sambil sesekali memainkan ujung jilbabnya. Arah pandangannya fokus tertuju ke satu arah seperti sedang menunggu seseorang.
Di atas sana, langit tampaknya kurang bersahabat. Titik - titik air dari langit sudah mulai turun menemani kesendirian gadis itu.
" Ehh.. kayaknya hujan nih..! Aduh.. Kak Riko! gimana dong?"
Si Gadis tampak mulai gusar. Dia menatap ke langit dan kemudian beralih pada jam tangan mungil di lengan kirinya.
" Kak Riko kemana sih-? Udah berjam-jam aku menunggu, kok nggak datang juga-! Katanya sebentar-! " Gadis itu menghentakkan kaki dengan sebal, saat ingat kata- kata cowok itu.
" *Kamu tunggu aku disini, Aku mau pulang dulu sebentar ganti baju. Nggak enak di liat, baju aku penuh dengan coretan*-! " Kata Riko sambil mengelus lembut pipi gadis itu.
Si gadis mengangguk senang. Hatinya berbunga-bunga.Kekasihnya yang merupakan Kakak kelasnya itu akan mengajaknya jalan- jalan untuk merayakan kelulusannya.
" *Buruan, gih-! jangan lama*-! "
" *Iya, nanti kita jalan- jalan, ya-! Aku mau ngomong sesuatu*-! " kata cowok itu sambil menjalankan motor Ninja miliknya.
" *Iya, Kak! Hati-hati*! "
" *Oke, aku pergi dulu-! Tungguin aku, ya-! Dah .... Salma sayang*-! " Cowok itu melambai sambil memberikan isyarat ciuman padanya membuat gadis itu tersipu malu sambil balas melambai.
Gadis itu kembali tersadar dari lamunannya. " Sebaiknya aku telpon lagi-! Siapa tau Whatsapp nya sudah aktif-! "
Gadis itu kembali membuka hapenya dan mencoba lagi menghubungi nomor kekasihnya. Namun sekali lagi, dia harus menelan kekecewaan, karena nomor itu tak juga aktif dan mengangkat panggilannya. Gerimis itupun kini sudah berubah menjadi hujan yang lebat.
" Uh.. kak Riko jahat-! Salma di lupain.Apa dia nggak ingat sama aku-? "Salma, gadis itu mendesah jengkel.
Tanpa sadar air mata menggenang di sudut matanya yang bening. Salma menangis menumpahkan kekesalan hatinya.
Akhirnya, Salma memutuskan pulang karena hari sudah menjelang magrib. Dia berlari menyusuri hujan yang kini sudah membasahi seluruh tubuhnya, menjadi satu dengan air matanya.
Sejak hari itu, Riko hilang bagai di telan bumi. Dia tak pernah datang lagi , tidak juga saat pesta perpisahan dan pengambilan ijazah.
Riko juga tak pernah menelpon atau menghubunginya. Walaupun sudah berkali - kali Salma mencobanya, namun nomor itu tidak pernah aktif.
Hingga akhirnya Salma pun menyerah. Dia lelah menanti,
dan berpikir bahwa Riko mungkin sudah melupakannya.
Salma juga berusaha untuk melupakan Riko. Cowok tampan yang pernah mengisi hari- harinya itu. Dia putuskan untuk fokus belajar saja karena ujian nasional sebentar lagi.
Salma yang terlanjur sakit hati mengubur dalam - dalam rasa cinta dan rindunya serta harapannya terhadap cowok itu.
...________________________...
Enam tahun kemudian.
Matahari sudah tinggi. Salma masih saja menggeliat malas di tempat tidurnya yang hanya berukuran 2 x 1,2 m. Hari ini dia libur bekerja serta mager untuk keluar rumah. Dia merasa betah berleha-leha di kamar saja.
'*Aneh*, *kok sepi. Orang- orang pade kemane, ya*-?'. pikirnya.
Dia heran mengapa seisi rumah mendadak sepi. Kemana ibu dan adik-adiknya pergi.
Biasanya rumahnya selalu saja rame oleh kelakuan adik-adiknya yang sama sekali nggak ada akhlak menurut nya.
Salma meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Sengaja memang di letakkan di sana karena sedang di charger.
Iseng dia membuka aplikasi membaca Novel toon yang dia download di Hapenya. Dia memang hobi banget membaca. Apalagi novel.
Selanjutnya .... sudah dapat di tebak. Salma menenggelamkan diri bersama para Author dan novel - novel cantik karya mereka.
' Ting.. tong, Ting tong' bel rumah Salma berbunyi.
' *Iihh.. siapa sih yang datang ! , ganggu orang* aja, ' Salma merutuk dalam hati. Enggan untuk beranjak dari novel yang sedang seru serunya dia baca.
" Ting tong-! Ting tong-!" kembali bel rumah Salma berbunyi.
Dengan langkah malas Salma menyeret kakinya menuju ke ruang tamu sambil tak lupa memasang jilbabnya. Dia lalu membuka pintu dan memasang wajah masam.
" Selamat siang-! " sebuah suara bariton serak menyapa gendang telinga Salma
Dia mendongakkan wajahnya ke atas. Maklum tubuh mungil Salma kalah tinggi dengan pemilik suara tadi.
Sesosok lelaki bertubuh tinggi kira kira 185 cm dan tegap tengah berdiri di muka pintu.
" Ya, Selamat siang. Cari siapa ya? " Salma menjawab salam lelaki itu dengan ketus.
Keningnya berkerut. Rasanya baru kali ini dia melihat laki - laki itu.
Wajah blasteran membingkai paras wajah yang bak dewa yunani dengan tubuh tinggi besar dan kulit putih. Salma yakin seribu persen bahwa dia bukan orang sini dan yang pasti juga bukan tetangganya
" Apa benar ini rumah ibu Ayuni? " katanya lagi.
" Iya benar!" Salma mengangguk mengiyakan saat lelaki itu menyebutkan nama ibunya.
" Tapi Ibu Ayuni sedang nggak ada! " kata Salma lagi.
" Ada perlu apa ya?" tanya Salma sambil melirik ke arah lelaki itu dengan wajah jutek.
" Aku Rayden. Aku anaknya Bu Elise." Laki laki itu memperkenalkan diri menyebut namanya.
' Ihh..siapa yang nanya --!!" Salma menjawab dengan ketus.
" Eh.. tapi saya.. --" Lelaki itu bingung menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Salma mendengus kesal.
" Kan sudah saya bilang, ibu Ayuni nggak ada di rumah. Titip pesan aja. Entar saya bilangin kalau sudah pulang--!! " kata Salma dengan raut malas.
Lelaki itu terdiam. Dia bingung harus berkata apa.
" Kalau nggak ada keperluan lagi, ya udah sana. Silahkan pergi. Saya sibuk--!!!" Katanya lagi sambil tangannya bergerak untuk menutup pintu kembali.
Salma bermaksud untuk melanjutkan kembali acara membacanya yang tertunda gara - gara kedatangan lelaki itu.
'Malas! ' pikirnya meladeni tamu yang tak diharapkan kehadiran nya.
" Tunggu dulu!!. Saya mohon tunggu sebentar ---"
Tangan Salma urung menutup pintu dan menunggu apa yang akan di lakukan lelaki itu.
Lelaki itu kemudian berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari rumah Salma. Tak lama kemudian, dia kembali sambil menenteng sebuah paper bag.
" Ini ada titipan dari mommy aku buat ibu Ayuni. Ini dari sahabatnya Elise yang dulu tinggal di Inggris. Mommy aku baru pulang ke Indonesia kemarin" jelasnya sambil menyerahkan paper bag itu kepada Salma
" Hmmm, Eh Iya... baiklah"
Salma mengangguk sambil menerima paper bag itu.
" Terima kasih." Salma berkata dengan datar .
Setelah mengucapkan terima kasih Salma melenggang masuk begitu saja ke dalam rumah menenteng paper bag di tangan dan meninggalkan lelaki itu yang masih setia berdiri di depan pintu. Tetapi...
" Loh... ini ada tamu koq ndak di suruh masuk !"
Salma menoleh kaget. Ibunya entah dari mana sudah muncul di depan pintu. Menyapa dan mempersilahkan lelaki itu memasuki ruang tamu lalu menyuruhnya duduk.
" Salma, aduh... dasar Salma, kamu ini gimana sih, neng? Tamu kok di biarin di depan pintu! "
' Hmm, Salma-! Cantik banget biar lagi jutek. Aku jadi makin tertarik-!" Kata Reyden dalam hati. Sebuah lengkungan terlukis di sudut bibirnya.
" Anak ini siapa ya? " tanya ibunya Salma sambil duduk di depan Rayden.
" Saya Reyden bu, saya anaknya mommy Elise-! "
" ohhh... Ya ampun. Kamu anaknya Elise ya. Aihh sudah besar kamu sekarang. Gimana khabar mommy kamu. " cerocos ibuku senang. dasar ibuku...
" Mommy baik baik aja. Tadi beliau titip kiriman kue untuk ibu. Kata mommy itu kue kesenangan ibu dulu."
" Aduh ...Terima kasih banyak-! Ternyata ibumu masih ingat kue kesukaan ibu."
" Bilang pada mommy kamu, Ibu senang sekali. Tolong sampaikan salam dan terima kasih ibu untuk mommy kamu, ya-! "
" Oh iya.! Ibu juga minta maaf ya atas sikap Salma tadi. Dia memang begitu kalau ada orang asing yang tidak di kenalnya. Cuek dan jutek-! Makanya sampai sekarang masih jomblo."
" Hah-! " Ibuku memang paling jago kalau bikin malu aku.
' Oh... jadi Salma masih single. Alhamdulillah, Ya Tuhan-!.' kata Reyden dalam hati.
" Iya bu, nggak papa koq. Saya permisi ya, bu--" pamit Reyden pada ibu.
" Selamat siang-! "
" Selamat siang-! ". Balas ibu sambil mengantar Reyden ke depan pintu.
Reyden tersenyum dalam hati. Akhirnya Rayden bisa juga bertemu Salma. Dan yang membuatnya lega, ternyata Salma itu masih singel.
' Salma, aku akan segera mendapatkanmu, My future wife-!!! '
Rayden bersiul riang sambil memainkan kunci mobilnya.
Malam harinya, kening salma berkerut, ketika Ifa adiknya mengetuk pintu kamarnya dan menyerahkan sebuket bunga mawar disertai secarik pesan tertulis pada buket itu.
Salma mengambil kertas itu dan membacanya.
" First meet with you my future wife "
..."Hah!!!"...
...?????...
*𝓢𝓮𝓳𝓪𝓴 𝓱𝓪𝓻𝓲 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓪𝓴𝓾
𝓶𝓮𝓷𝓰𝓮𝓷𝓪𝓵𝓶𝓾.... 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓭𝓲 𝓱𝓪𝓽𝓲𝓴𝓾
𝓫𝓮𝓻𝓾𝓫𝓪𝓱. 𝓐𝓭𝓪 𝓰𝓮𝓽𝓪𝓻𝓪𝓷 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾
𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓶𝓪𝓵𝓾 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓪𝓴𝓾𝓲...
" Astaga..... aku terlambat". pekik Salma panik.
Buru - buru dia bangkit dari kasur dan berlari masuk ke kamar mandi.
Salma mandi dan berpakaian dengan terburu-buru. Dandan secepat kilat lalu menyambar tas dan kunci motor yang tergantung di dinding kamarnya. OTW menuju kantor..
Salma merutuk dalam hati gara gara ulahnya yang ngotot ingin menuntaskan episode dari novel yang dibacanya, akibatnya dia bangun kesiangan.
" Kenapa aku bisa lupa, ya? kalau hari ini ada acara penyambutan Direktur Operasional yang baru! Mudah-mudahan saja aku belum terlambat! " doa Salma dalam hati sambil menambah kecepatan motornya.
Pukul 07.55, Salma sudah berdiri di depan mesin check clock. Oops! Salma menarik nafas lega. Nyaris saja keluhnya dalam hati.
Salma menarik keluar kartu identitasnya dari dalam mesin check clock dan berjalan Santai menuju bilik kerjanya.
" Salma !!!" pekik Mbak Yuni teman sekantornya sambil berlari mendekati Salma
"Ya ampun!! cepetan. Udah di tunggu sama Pak Indra..--!!!"
" IYA... ini juga sudah cepat !!!"
Buru buru dia menyambar map laporan operasional bulanan yang ada di laci meja kerjanya.
Setengah berlari, Salma ke ruangan Pak Indra, manager cabang yang merupakan salah atasannya.
Salma berdiri mengatur napas dan memperbaiki jilbab dan dandanannya. Lalu mengetuk pintu.
Tok
Tok
Tok
"Masuk--!!"
terdengar sahutan dari dalam.
Salma melangkah memasuki ruangan Pak Indra dengan menenteng map di tangan.
" Selamat pagi, Pak! "
"Pagi, Salma"
" Gimana? sudah siap kan. "
" Iya, Pak. Semua sudah saya siapkan. "
" Hari ini kita ada tamu. Direktur operasional cabang yang baru. Dia gantinya Pak Reno. Tentunya kamu sudah tahu kan? "
" Iya Pak---!!" Salma menganggukkan kepala.
" Oh.. iya.. ini laporan operasional kita bulan ini. Sudah selesai saya check, Pak"
"Taruh saja di meja kerja saya, kamu ikut saya sekarang. Sepertinya tamu kita sudah hampir sampai ---!!"
Salma mengangguk seraya berjalan di belakang Pak Indra dengan patuh.
...___________...
Suasana di lobi tampak hening dan sunyi. Semua staf dan karyawan di kantor cabang ini tampak tegang, tak ada yang berani bersuara.
Kedatangan Direktur Operasional yang baru ini memang agak istimewa. Bagaimana tidak.? Salma mendengar bisik - bisik bahwa Direktur Operasionalnya yang baru adalah anak dari pemilik Perusahaan ini. Orangnya masih muda dan ganteng. Masih single lagi, kata mbak Yuni, staf admin yang satu ruangan denganku itu dengan menggebu-gebu dan bersemangat memberinya informasi dengan detail plus bumbu bumbu penyedap.ck! ck! ck!
Tiga buah Avanza hitam berhenti tepat di depan kantor. Dari dalam mobil pertama muncul dua orang berpakaian serba hitam berjalan mendekati mobil Avanza hitam yang ada di belakangnya. Membungkuk hormat sambil membukakan pintu.
Pintu mobil terbuka, dari dalam keluar sosok tampan yang membuat jantung Salma hampir meloncat keluar.
DEG!
Salma terkesiap dan melongo.
Bola matanya melotot. Tubuhnya menegang. Mendadak tangannya dingin. Lidahnya terasa kelu.
Otaknya mati kutu. Apa dia tak salah lihat? Lelaki itu! lelaki yang sama yang kemarin datang kerumahnya.
Ya.. TUHAN.. Gimana ini. Jantung Salma berdebar- debar. Salma jadi salah tingkah.
Dia berdiri dengan menundukkan kepala di belakang Pak Indra. Mulut nya komat kamit berdoa... Ya Tuhan Semoga saja laki laki itu tidak mengenalinya.
Sosok atletis dengan balutan jas hitam berjalan memasuki barisan staf dan karyawan dengan di kawal beberapa orang yang berbadan kekar menuju lobi.
Pak Indra berjalan menyambut kedatangan Direktur Operasional yang baru dengan jabat tangan yang hangat.
" Selamat datang Pak Rayden! Semoga berkenan dengan penyambutan kami yang sederhana ini" kata Pak Indra dengan hormat.
Lelaki itu berdehem kecil sambil melirik pada Salma yang berdiri menunduk di sebelah Pak Indra lalu membalas jabat tangan Pak Indra.
" Terasa kasih atas penyambutan nya, Om Indra"
" Gimana kabarnya ,Om? "
" Saya baik baik saja, Pak Rayden. " jawab Pak Indra lagi.
" Ayolah om, rasanya saya tua sekali kalau om Indra memanggilku dengan sebutan Bapak" .
Rayden tersenyum menampilkan deretan gigi yang tersusun rapi dengan senyum maut yang bikin jantung karyawan wanita di sini sukses kena serangan jantung.
Pak Indra mengangguk sambil berjalan di samping Rayden.
" Iya.. tapi tetap di kantor ini kamu atasan om.. Sudah sepantasnya om menghormati mu. Sebagai contoh untuk bawahan om yang lain. "
Rayden mengangguk faham, lalu berjalan masuk ke lift bersama Pak Indra. Salma hanya mengekor di belakang Pak Indra tanpa berani membuka mulut.
Lalu Pak Indra menyadari kehadiran Salma dan berbalik..
" Oh.. Iya hampir om lupa".
"Ini Salma. Sekertaris Om di sini. "
Rayden pun berbalik, dan menatap Salma.
Salma salah tingkah dan kikuk. Pipinya merona merah karena menahan malu....
Rayden gemas dibuatnya. Kalau saja ini bukan di depan orang banyak sudah pasti akan di terjangnya Salma.
" Se...se...Selamat datang Pak Rayden" Terbata - bata Salma mengucapkan salam kepada Lelaki itu.
"Saya Salma, sekertaris Pak Indra. Bapak bisa memanggil saya jika memerlukan bantuan."
Dia menarik napas. Ada perasaan lega setelah mengucapkan kalimat tadi.
Rayden tersenyum smirik..
" Akhir nya kita bertemu lagi. Aku memang membutuhkan bantuanmu untuk menjadi istri di masa depan-!"kata Rayden dalam hati.
" Terima kasih nona Salma. Jika anda tidak ' sibuk', Aku memang membutuhkanmu !"
Rayden berbisik lembut di telinga Salma.
Bibir Salma terjatuh rapat.
Akhirnya mereka sampai di lantai empat gedung itu, ruang kerja Rayden.
Pak Indra mendampingi Rayden dan memperkenalkan semua karyawan dan juga staf yang ada di ruangan itu.
...++++...
Sudah tiga hari ini Salma terlihat sibuk sekali. Tentu saja karena selain membantu Pak Indra, Salma juga harus membantu Rayden. Jadi tugasnya double.
( Uh... moga moga aja bonusnya juga double. hehehe).
Salma berdiri di depan pintu ruang kerja Rayden. Di tangannya ada tumpukan dokumen dan laporan penting dari perusahaan yang tersimpan dalam map tebal ini.
Tok
Tok
Tok
Salma menunggu yang punya ruangan mempersilahkannya masuk.
" Ya, masuk ---!!"
terdengar suara serak bariton yang menyuruhnya masuk.
Salma membuka pintu, berjalan mendekati meja kerja Rayden yang terlihat sibuk menatap layar laptopnya sambil sesekali mencocokkan dengan dokumen yang ada di tangan nya. Fokusnya sama sekali tidak teralihkan dengan kehadiran Salma.
"Pak Rayden, ini semua dokumen dan laporan perusahaan yang Bapak minta"
" Oke, taruh saja di sini -!" Rayden berkata sambil menunjuk dengan isyarat kepalanya ke arah samping tanpa melihat ke arah Salma.
" Jika tidak ada lagi yang bapak perlukan, saya mohon diri kembali ke ruangan saya, Pak--!!!"
" No, no, no. Kamu tunggu di situ.!! Sebelum saya menyuruh mu pergi, kamu tidak boleh pergi--!!"
Salma melongo mendengar perintah Rayden.
" Kok nggak boleh pergi-? " pikir Salma.
" Iya, pak-! " jawab Salma singkat.
" Salma, ngapain kamu berdiri di sana, duduk di sofa--!!" Titah Rayden.
Salma mendudukkan pantatnya di sofa yang memang tersedia di ruangan itu. Tangannya bergerak memperbaiki bajunya yang sedikit kusut dan kemudian kembali ke posisi semula.
Salma merasa bosan, dia duduk gelisah sambil memainkan ujung jilbabnya.
Sementara itu, Rayden diam diam memperhatikan Salma.
Dia tersenyum melihat Salma yang salah tingkah karena merasa bosan dan tak nyaman.
" Salma, tolong buatkan kopi yang agak kental. Aku agak sedikit mengantuk-! "titah Rayden memecah keheningan di dalam ruangan itu.
Salma keluar menuju pantry yang tak jauh dari ruangan itu. Dia membuat secangkir kopi pesanan Rayden lalu kembali lagi ke ruangan Rayden.
" Ini kopi nya, Pak!!--"
" Terima kasih, Salma. Kamu duduk aja lagi kembali di sofa. Tunggu aku sebentar. Ada yang ingin aku katakan ---!"
Salma menghempaskan bokongnya kembali di sofa itu. Ada rasa kesal dalam hatinya. Tapi dia nggak bisa protes karena Rayden adalah bosnya. Bahkan Pak Indra atasannya saja menaruh hormat pada Rayden.
...*******...
Salma POV
Aku sungguh tidak menduga. Direktur operasional yang baru ternyata adalah Lelaki yang kemarin yang datang ke rumahku.
Pak Rayden namanya. Dia adalah direktur operasional yang baru yang akan menggantikan Pak Reno yang kini di tugaskan ke Bontang.
Untung saja Pak Rayden tidak mengambil hati atas kejadian kemarin. Padahal hatiku sudah cemas . Aku tak hentinya berdoa dalam hati agar Pak Rayden tidak mengenaliku.
Kini, aku dapat tugas double. Jadi sekretaris Pak Indra dan juga Sekretaris Pak Rayden.
Aku selalu merasa tidak nyaman saat berada di dekat Pak Rayden. Jantungku selalu berdegup kencang. Perasaan was was selalu saja menghampiri. Aku takut Pak Rayden balas dendam kepadaku. hahaha! Lucu sekali.
Seperti saat ini, Pak Rayden memanggilku keruangannya. Dia memintaku membawa dokumen dan juga laporan operasional bulanan perusahaan.
Aku mengantarkan dokumen dan laporan perusahaan yang dia minta. Namun saat aku minta izin untuk kembali ke ruanganku, dia malah menyuruhku tetap berada di sana.
Jujur aku tidak nyaman jika berada satu ruangan dengan laki laki. Apalagi dengan Pak Rayden.
Rasanya malu, gugup, dan takut menjadi satu dalam hati. Namun aku tak bisa berbuat apa apa. Dia Bossnya! Dia adalah anak dari pemilik perusahaan ini.
Oh ya! menurut cerita ibuku, Mamanya Rayden adalah sahabatnya saat masih di SMA. Mereka dulu sahabat karib. Hanya Elise, mama Rayden yang mau berteman dengannya walaupun dia anak orang miskin. Mereka selalu bersama. Elise yang cantik dan anak orang kaya, tapi tidak pernah sombong dengan kekayaannya. Sikapnya biasa saja. Itulah yang membuat ibuku kagum pada mamanya Rayden.
Aku berharap jika mamanya orang yang baik hati dan tidak sombong, pasti anaknya juga baik hati kalee..
( Salma bisa aja--!!)
"Moga aja pak Rayden nggak balas dendam-! "doaku dalam hati
Masa lalu...
adalah kenangan
ceritaku mengukir indah di garis waktu
hadirkan asa di hatiku padamu
walau tiada sedikitpun juga
asaku menoreh kasih di hatimu
Mata Rayden masih terlihat fokus memandang laptop di depannya. Namun , sebenarnya bukan layar laptop yang menjadi titik fokusnya, tetapi wajah Salma yang duduk di sofa tak jauh dari meja kerjanya.
Dia ingin sekali mencubit pipi Salma yang chubby.Wajah cantik dengan bibir tipis itu begitu menggoda saat di tekuk.
" *Ya Tuhan, aku tak tahan. Dia begitu- menggemaskan*-!" Raiden bergumam dalam hati.
Wajah Rayden masih terlihat serius menatap laporan yang ada di layar laptop nya. Namun sebenarnya pikirannya sedang berjalan ke mana mana.
Ingatannya kembali ke masa silam. Saat dimana pertama kali dia mengenal gadis ini.
Ya... dialah Salma Anindya Rosa. Gadis yang sudah mencuri hati Rayden. Gadis yang diam diam telah merebut semua tempat di hati Rayden hingga tak ada lagi ruang yang tersisa.
Rayden mengenal Salma melalui Riko. Riko adalah teman seangkatannya saat duduk di bangku SMA. Dia dan Riko duduk sebangku. Riko adalah kekasih Salma yang merupakan adik tingkat mereka.
Mereka sering ngobrol berdua. Riko sering bercerita tentang Salma padanya. Dari cerita Riko, Rayden tahu bahwa Riko sangat mencintai Salma.
Suatu hari....
Pagi itu Rayden mengendarai sepeda motor nya ke sekolah dengan terburu buru. Dia sudah kesiangan bangun dan waktu menunjukkan hampir pukul 07.00.
Karena terburu buru Rayden mengendarai motor nya dengan kencang, hingga pada suatu ketika, Rayden hilang konsentrasi dan menabrak trotoar jalan hingga terjatuh.
Tubuhnya terpental jauh dan membentur badan jalan. Darah segar mengalir dari kepala, tangan dan juga kakinya yang mengalami patah tulang terbuka.
Pekik ngeri terdengar dari beberapa orang yang melihat kejadian itu.
Rayden meringis menahan sakit di kepala dan juga pada lengan dan kakinya. Pandangannya perlahan lahan menjadi kabur. .Tubuhnya makin melemah.... selanjut diapun tak sadarkan diri.
Namun sebelum pingsan dia masih bisa melihat dalam buram sesosok gadis berseragam putih abu abu mendekatinya dan mengangkat tubuhnya yang berlumuran darah. Gadis berseragam abu abu itu kemudian berteriak meminta bantuan.
Hanya itu yang Rayden ingat setelah itu dia benar benar tak ingat apa apa lagi.
Rayden sadar setelah seminggu di rawat di ruang ICU. Dady nya menceritakan kepadanya bahwa seseorang gadis berseragam abu abu yang telah mengantarkan Rayden ke rumah sakit dan juga mengabarkan keadaannya pada pihak sekolah yang langsung menghubungi orangtuanya.
Bahkan, gadis itu juga yang telah mendonorkan darahnya ketika Rayden akan di operasi dan membutuhkan bantuan transfusi darah. Karena kebetulan stok persediaan darah yang dibutuhkan Rayden sedang kosong.
Menurut keterangan daddy nya gadis itu memakai jilbab dan berasal dari sekolah yang sama dengannya. Hal itu diketahui daddy nya yang melihat tanda lokasi di bahu kiri gadis itu.
Sayangnya daddy lupa menanyakan nama gadis itu. Karena belum sempat daddy nya mengucapkan terima kasih, gadis itu sudah keburu pergi.
Setelah kecelakaan itu, dada nya memutuskan membawa Rayden berobat ke Singapura. Karena keadaan Rayden yang mengalami pendarahan di otak akibat benturan di kepala yang menyebabkan kepalanya mengalami retak dan cedere yang lumayan serius, serta patah tulang pada lengan dan kakinya yang memerlukan penanganan lebih.
Rayden di rawat selama enam bulan dan harus menjalani terapi pemulihan selama setahun, barulah keadaannya lumayan baik seperti sedia kala. walaupun belum sepenuhnya pulih.
Setelah sembuh Rayden tidak kembali ke Indonesia. Tetapi lanjut kuliah di Singapura mengambil jurusan Management. Setelah lulus barulah dia kembali ke Tanah air.
Rayden semula berniat untuk mengucapkan terima kasih pada gadis yang telah menolongnya dulu pada saat kecelakaan itu. Namun sayangnya gadis itu sudah lulus dari sekolah nya.
Berdasarkan dari cerita guru BP di sekolahnya, Rayden mengetahui kalau gadis yang menolongnya dulu bernama Salma. Ya.. Salma Anindya Rosa. Kekasih Riko sahabatnya.
Dia ingin bertanya tentang Salma pada Riko namun sayangnya Riko kini berada di Australia. Sahabatnya itu memilih melanjutkan kuliahnya di sana dan dia kehilangan kontak dengannya.
Sejak kembali ke Indonesia, Rayden terus berusaha mencari informasi tentang Salma. Sudah beberapa bulan dia menyelidiki dan mencari tahu informasi tentang Salma melalui orang suruhannya.
Semakin banyak dia tahu dan mengenal semua hal tentang Salma, semakin dia menyukainya.
'Pantas saja Riko begitu menyayangimu Salma. Ternyata kamu memang cewek yang spesial.' Rayden bergumam dalam hati sambil tersenyum sendiri.
Dia telah jatuh cinta. Seorang Rayden telah jatuh cinta pada seorang Salma Anindya Rosa. Gadis yang telah menyelamatkan hidupnya.
...😊😊😊😊...
Berbekal alamat yang dia dapatkan dari wali kelasnya dulu, Rayden pernah mendatangi rumah Salma. Namun, dia harus kecewa. Ternyata rumah itu sudah dijual dan penghuni nya sudah pindah tempat lain.
Rayden menghembuskan napas kasar. Di teguknya botol air mineral yang ada di depannya. Kepalanya mendadak pusing.
Dia kembali memerintahkan orang suruhannya untuk melacak keberadaan Salma.
Di tatapnya secarik kertas yang berisi alamat rumah Salma yang sekarang dan selembar foto Salma yang di ambil oleh orang suruhannya itu.
Yah.. orang suruhannya itu telah berhasil mendapatkan foto dan alamat yang ditinggali oleh Salma sekarang. Di wajahnya tercetak segaris senyum kemenangan.
'I got you, baby!' bisik Rayden dalam hati. Dia tersenyum lebar.
Elise melangkah perlahan mendekati putranya yang terlihat senyum - senyum sendiri.
Wanita paruh baya yang masih saja terlihat cantik di usianya itu penasaran melihat mimik wajah sang putra.
"Rayden, kamu nggak papa kan?" Elise, Sang mommy berkata sambil menyentuh dahi Rayden.
Sontak Rayden terkejut. Foto Salma yang di pegangnya terjatuh ke lantai. Elise memungut foto itu dan mengamati sekilas. Dahinya berkerut seperti tengah mengingat suatu hal. Lalu...
" Aihh... Mommy kayaknya kenal sama cewek yang ada di foto itu "
Byur.!!
Glek!
Air mineral yang diminum nya terlontar kembali keluar. Hidungnya terasa perih karena sebagian air itu masuk ke dalam hidungnya.
Mata Rayden mendelik memandang ke arah Sang Mommy.
" Beneran Mommy kenal sama cewek yang ada di foto ini ? " Rayden bertanya dengan mimik serius.
Mirip gaya seorang detektif yang lagi menginterogasi seseorang.
"Iya, kalau nggak salah sih itu kayaknya Salma. Anaknya Bu Ayuni. Teman mommy waktu SMA dulu". kata Elise.
"Walaupun pake hijab, tapi Mommy yakin banget itu Salma. anaknya Ayuni, teman mommy. "
." Iya, Mom, Itu memang Salma. Cewek yang telah menyelamatkan aku saat kecelakaan tempo hari dulu. "
" Oh ya. Beneran, Ray?" tanya Sang mommy. Rayden membalas dengan anggukan.
"Maaf ya, Mommy nggak tahu ceritanya. Kan waktu kamu kecelakaan itu mommy ada di London, sayang"
" Hmm..Jadi Salma yang udah nolongin kamu waktu itu. " kata Elise lagi.
" Iya mom, tapi Rayden bingung, gimana cara mendekatinya-! "
" Maksudnya gimana, Ray-? " tanya Mommy bingung.
Rayden menceritakan semua pada Mommy nya. Dia yang awalnya ingin mengucapkan terimakasih pada Salma, namun kini malah jatuh cinta pada gadis itu. Namun dia ragu apakah gadis itu mau menerima cintanya lantaran gadis itu mencintai Riko yang juga adalah sahabatnya.
Mommy terenyuh mendengar curhat dari anak lelaki semata wayang nya itu. Sebagai ibu, Elise maklum akan isi hati anaknya itu. Sudah lama sekali dia dan Rayden nggak pernah berbincang bersama. Dulu Rayden anak yang periang. Namun setelah peristiwa itu dia menjadi pemurung....
" Mom..!! "
" Hmm.. -! "
" Please, Mom. Bantuin Rayden, ya! "
" Gimana caranya, biar Rayden bisa dekatin Salma"
"Iya, tapi bilang dulu sama mommy gimana ceritanya sampai kamu bisa dapatin foto sama alamat Salma? "
" Kalau itu sih, rahasia mom"
" Weh! sudah main rahasia rahasiaan sama mommy. Oke kalau gitu mommy nggak mau bantu."
" Please, mom. Jangan gitu dong. Bantu ya... "
Rayden memasang wajah menghiba plus puppies eyes yang sontak membuat sang Mommy luluh.
" Iya.! "
Rayden bergayut manja di bahu sang mommy dan mencium pipi sang mommy.
Cup!
" Makasih ya mommy aku yang cantik "
" hmm... terus langkah selanjutnya apa, Ray-? "
" Nah itu dia Mom, aku lagi mikir gimana caranya biar bisa dekat sama Salma tanpa dicurigai modus"
Kening Mommy dan Rayden sama sama berkerut. Seperti sedang mikirin masalah yang teramat pelik.
" Ah... mommy ada usul "
Jerit mommy Elise tiba tiba.
" Ih.. mommy. Ngagetin Rayden aja. Tapi nggak papa. Ayo mom, bilang sama Rayden usul apa yang ada di kepala mommy" Tanya Rayden dengan mengebu - gebu.
"Kamu ke rumah Salma aja. Bilang saja kamu mau ketemu sama Ibu Ayuni. Bilangin ada titipan dari mommy. Kalau di tanya kamu ngaku aja kamu anak mommy. Teman Ibu Ayuni".
Kepala Rayden manggut manggut. Seolah olah paham akan rencana mommy nya.
Sebenarnya, dia juga sudah menyusun rencana. Dari orang suruhannya, Rayden tahu dimana tempat Salma bekerja. Kebetulan sekali perusahaan tempat Salma bekerja itu adalah salah satu perusahaan anak cabang dari perusahaan yang dipimpin oleh ayahnya. Maka dari itu, Rayden mendatangi kantor daddy nya dan meminta di tempatkan di kantor cabang ditempat yang sama dengan tempat Salma bekerja.
Daddy nya menyambut baik keinginan Rayden. Karena memang sudah lama dia meminta Rayden untuk memegang salah satu perusahaan nya.
Dan sekarang dia tidak perlu repot membujuk Rayden, karena Rayden sendiri yang memintanya.
Sesuai rencana mommy nya, siang itu Rayden ke rumah Salma. Dengan dalih mengantarkan kiriman dari mommy.
Akhirnya Rayden bisa juga ketemu dan melihat Salma dari dekat. Bahkan dia sudah berkenalan dengan ibu Ayuni, Ibundanya Salma. Hitung hitung mengenal dan mendekati bakal calon mertua.
Dan disinilah Rayden berada bersama Salma, dia akhirnya bisa memandangi wanita pujaannya itu sepuas hatinya.
Sekarang dia adalah atasan Salma. Dia bebas meminta Salma melakukan apa yang dia perintah. Alih alih menyangkut soal pekerjaan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!