NovelToon NovelToon

Amelie Sang Penjaga Jodoh

PROLOG

Halo semua, ketemu lagi sama Cherry. Kali ini novel Cherry masih bergenre roman romantis tis tis, kayak baca di noveltoon kan gratis ya. Yuk cuss dikepoin 👇

Jangan lupa di favorite in, trus tiap baca di like, biar Cherry makin semangattt. Apalagi kalau dikomen, uhhh makin greget. Mau komen pedes cabe 10 juga nggak apa2, Cherry doyan pedes soalnya 🤣. Ayuk ... ayukkk ....

*****

Halo, namaku Amelie Kirania William. Aku putri pertama pasangan Axelle William dan Vanessa Barata. Aku memiliki seorang adik laki laki bernama Azka Abraham William.

Saat ini usiaku 20 tahun, sedangkan Azka baru 17 tahun. Kini aku kuliah di salah satu universitas yang cukup bonafit, karena orang tuaku bisa dikatakan adalah orang berada. Daddyku adalah seorang pengusaha dan juga ketua Black Alpha. Black Alpha adalah semacam organisasi yang dibuat oleh Daddy bersama dengan Uncle Blue. Awalnya mereka ingin mencari keberadaan Mommy, tapi akhirnya sekarang malah dipergunakan Daddy untuk membantu segala pekerjaan dan melawan musuh musuhnya yang ingin menjatuhkannya.

Aku sudah 10 kali berpacaran .... hmmm 10 kali. Pasti di pikiran kalian langsung membayangkan kalau aku ini gadis yang genit, suka mempermainkan pria. Iya kan? hayo ngaku ... kalau nggak ngaku, aku minta pada lemparin bunga nih, hehe.

Sebenarnya semua berawal dari saat aku SMA. Jadi ceritanya itu ..... 👇

*****

"mel, lo mau kan jadi cewe gue?"

"Ishhh, gue kan udah bilang nggak mau."

"Ayolah mel, tolongin gue. Kata si Anton, lo udah jadi penolong dia. Gara gara lo, dia bisa dapetin gebetannya."

"Ahhh lo mau aja dibohongin. Nipu si Anton mah. Palingan dia cuma ngerjain lo doank."

"Tapi bener kan mel kalau lo pernah jadian sama si Anton?" tanya Bagas.

"Ya bisa dibilang gitu, tapi itu juga cuma buat nolongin dia doank. Gara gara bokap nyokapnya minta dikenalin pacarnya, dia jadi minta tolong sama gue. Gue kan sebagai temen yang baik hati, ya mau aja. Apalagi dia traktir gue di kantin jadinya tiap hari."

"Ya udah mel. Lo jadian juga ya sama gue. Tiap hari gue jajanin juga."

"Dasar temen nggak ada akhlak lo ya. Kok malah gue dijadiin tumbal gini. Emang lo mau jadian sama siapa?"

"Sama Cindy. Lo tahu kan dia cewe kelas sebelah. Aduh mel, bodynya aduhai, trus pipinya itu loh .... merah pink pink gitu. Gue pengen banget pegangnya, tapi gue pengen dia nggak marah pas gue pegang, jadi gue pengen jadian sama dia."

"Ihhh gitu mah gampang. Lo tinggal datengin aja dia, trus tembak deh ... Dooorr!!"

"Mati donk mel. Trus ntar gue jadian sama siapa?"

"Sama bayangan lo aja!"

"Yaelah mel. Tolongin gue lha. Gue juga mau pastiin bener apa nggak ucapannya si Anton. Kalau lo itu bisa bawa gue ketemu sama cinta sejati gue."

Pletakkk!!!

"Aduhhh bi, sakit!!" teriak Bagas sambil memegang kepalanya.

"Dari tadi gue liatin lo gangguin Amel aja sih?"

"Gue bukan ganggu, tapi gue cuma pengen minta tolong. Tahu nggak, M I N T A T O L O N G, minta tolong."

Pletakkk!!!

"ihhh ni cewe barbar bener sih. Lo masih nggak ngerti juga maksud gue?"

"Udeh sono sono. Lo gangguin aja. Syuhhh .... syuhhh!!!" ucap Abigail sambil menggerakkan tangannya.

"Udah udah, lo berdua berantem aja. Ya udah, gue bantuin lo gas. Tapi inget ya, jangan lupa traktirannya tiap hari. Trus ... gue nggak jamin loh ya, lo yang percaya omongan Anton," ucap Amelie.

"Wahhhh beneran mel, trimikiciiii similikiti. Gue janji bakalan traktir mel tiap hari, ditambah snack kalau perlu. Gue balik dulu ya mel, byeee!!"

Amelie hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Bagas, kemudian menghela nafasnya pelan. Ia pun berbalik dan berjalan menuju taman belakang sekolahnya, tempat biasa ia duduk bersama teman temannya.

"Lo yakin mel? Ntar nama lo yang jelek gara gara si Anton sama Bagas," ucap Abigail yang terus berjalan mengikuti Amelie.

"Gue juga nggak tahu dari mana mereka percaya kayak begituan. Ya biarin ajalah."

Hari demi hari berlalu, Bagas yang kini dikenal sebagai kekasih Amelie pun akhirnya menyatakan putus dengannya setelah mereka berpacaran selama 3 bulan. Dan 1 bulan kemudian, Bagas mulai berpacaran dengan seorang gadis cantik, tapi bukan Cindy seperti yang diinginkan Bagas pada awalnya.

Anton dan Bagas merasa mereka mendapatkan pasangan yang sangat pas untuk mereka. Mereka sangat berterima kasih pada Amelie. Oleg karena itu, sebagai rasa terima kasih, mereka menyebarkan berita ke seluruh sekolah tentang apa yang mereka alami. Sejak itulah rumor mulai terdengar dan para pria mulai mengantri untuk menjadi kekasih Amelie.

*****

JADILAH PACARKU

Bulan demi bulan berlalu, Amelie pun akhirnya lulus dari Sekolah Menengah Atas dan melanjutkan kuliahnya ke salah satu universitas terkemuka. Ia mengambil jurusan seni. Ia sangat suka hal hal yang berbau desain, tapi ingin mendalami seni lukis atau biasa dikenal dengan seni rupa.

Kedua orang tua Amelie, Axelle dan Vanessa, tak pernah sekalipun melarang ataupun membatasi keinginan anak anak mereka. Asalkan mereka bahagia dan apa yang mereka pilih itu baik, mereka tak akan melarang. Bukankah setiap anak memiliki caranya sendiri untuk mengembangkan diri dan mencari jalan menuju kesuksesan mereka?

Rumor mengenai sang Penjaga Jodoh yang disematkan pada Amelie, kembali tersiar di kampusnya. Hal itu karena hampir setengah dari teman temannya kembali kuliah di tempat yang sama, meski dengan jurusan yang berbeda beda.

"Kamu Amelie? Kenalkan, namaku Handy dan ini Mikael. Kami sudah mendengar bahwa kamu adalah sang Penjaga Jodoh. Apa kamu mau menerima kami?" ucap Handy memperkenalkan diri.

"Ma-maaf sebelumnya, tapi ....," Amelie belum melanjutkan kalimatnya, ketika Abigail datang menghampirinya.

"Ayo mel. Cowo dimana mana sama aja. Yang dicari itu pacar mulu. Belajar dulu sono!" teriak Abigail sambil memeletkan lidahnya pada Handy dan Mikael yang melihat mereka pergi.

Abigail menarik Amelie ke arah kantin. Hari ini memang bukanlah hari pertama mereka kuliah, tapi sudah lewat 3 bulan. Abigail mengambil jurusan ekonomi seperti keinginan orang tuanya, karena ia akan menjadi penerus dari perusahaan Pranata.

"mel! kamu nyaman ya dideketin cowo kayak begitu?" tanya Abigail.

Amelie tersenyum, "Biasa aja sih. Soalnya aku nggak pernah memakai hati setiap berpacaran dengan mereka. Lagipula, aku ngerasa aneh juga sih. Kok bisa ya mereka selalu dapat cewe setelah mereka putus dari aku."

"Iya sih, kamu bener. Kamu nggak ada pake susuk kan?" Abigail memeriksa tubuh Amelie dan juga wajah Amelie.

Pletakkk!!!

"Aduh mel!"

"Ngomong sembarangan! Kalau didenger orang orang, nanti aku dikira beneran pakai gitu gituan lagi. Ntar bukan cuma cowo yang deketin aku, tapi cewe cewe ikutan."

"Loh kok cewe mel? emang lo udah nggak normal?"

"Ihhh Abiii. Kamu tuh ya ngeselin deh, tapi sayangnya kamu tuh temen aku yang paling caem, jadi mau aku buang juga kayaknya sayang banget."

"Apaaa???!!! mau dibuang? tega banget sihhh ... setidaknya tunggu aku udah punya pacar dulu gitu mel. Belum ngerasain nih," Abigail memanyunkan bibirnya di depan Amelie, membuat Amelie seketika tertawa.

"Maksud aku tuh ya, kalau kamu ngomong gitu gituan, nanti tuh cewe cewe pasti nanya, aku pasang gituannya dimana, sama siapa, harga berapa, manjur apa kaga," ucap Amelie menjelaskan.

"Iya juga ya. Tapi ... kamu bayangin aja, masa kamu udah pacaran 5 kali, mel ... 5 kali," Abigail merentangkan jemarinya di hadapan Amelie, "Sementara aku yang deketin aja belum ada."

"Nggak ada yang perlu dibanggakan bi dengan berapa banyaknya kita pacaran. Aku juga pengennya itu, pacaran 1 kali dan nikah 1 kali dengan orang yang sama. Buat apa kita berkali kali pacaran."

"Kan bisa buat seleksi mel. Dari beberapa kali pacaran, kita bisa ngeliat, siapa yang lebih baik dari siapa. Kita juga bisa belajar untuk memilih pasangan yang akan menjadi teman hidup kita nanti," jelas Abigail.

"Tapi, coba kamu lihat aku. Apa aku belajar dari semua itu? Mereka semua hanya menjadikanku sebagai batu loncatan. Amelie, si Penjaga Jodoh .... benar benar julukan yang menggelikan," Amelie tiba tiba tertawa.

"Sejak kamu jadi si penjaga jodoh, makan siang aku aman, mel. Nggak pernah aku kelaparan, bahkan berat badan aku naik. Tapi sejak kuliah dimulai, kamu kan belum pacaran lagi."

"Hmmm ... aku berharap sih nggak ada lagi, bi. Aku pengen kuliah aja yang bener."

"Terus ... yang tadi gimana?"

"Biarin aja dulu," mereka pun menyantap makan siang mereka di kantin kampus yang terbilang tidak terlalu ramai. Hampir kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi di sana mencari cafe di sekitar area kampus untuk mencari makan siang atau hanya untuk sekedar nongkrong.

Saat jam pulang kuliah tiba, Amelie berjalan menuruni tangga menuju area parkir mobil. Ia mendapatkan hadiah sebuah mobil dari orang tuanya atas kelulusannya. Namun, mobilnya bukanlah mobil yang mewah atau mahal, melainkan sebuah mobil matic berukuran kecil.

Amelie membuka pintu mobilnya dan duduk di dalam, tiba tiba saja pintu samping mobilnya juga dibuka.

"K-kamu?!"

"Amelie, terima aku ya jadi pacar kamu. Kata orang orang, kamu beneran si penjaga jodoh. Jadi kalau sudah bisa pacaran sama kamu, dijamin bisa dapet cinta sejati."

Amelie membuat senyum yang dipaksa di wajahnya, kemudian mengembalikannya lagi ke raut wajah biasa dengan rasa kesal di dalam hatinya. Dia kembali memikirkan Anton dan Bagas, 2 temannya saat SMA itu kini telah bahagia bersama kekasihnya masing masing, bahkan mereka sudah bertunangan. Sedangkan dirinya, harus menghadapi rumor yang diciptakan oleh mereka berdua.

"Kamu percaya hal seperti itu?" tanya Amelie dan dengan cepatnya Handy menganggukkan kepalanya.

"Apa sih yang ada dalam pikiran kalian? apa hanya ada pacar saja? Kenapa kalian tidak menyelesaikan kuliah kalian dulu?"

"Justru itu mel. Kalau kita punya pacar, kita jadi lebih semangat belajarnya. Jadi ... kita bisa cepet lulus deh."

Amelie tak bisa menghindar lagi. Laki laki di sebelahnya ini pasti akan terus mengikutinya dan akan terus melakukannya hingga berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Baiklah, aku menerimamu menjadi pacarku," ucap Amelie sambil tersenyum, "Sekarang ... kamu boleh turun dari mobilku."

"Ahhh, terima kasihhh Amelie cantik," Handy langsung memeluk Amelie, sementara Amelie langsung melindungi dirinya dengan kedua tangan di depan tubuhnya.

"Iya, iya, stop stop. Ayo turun, atau nggak jadi nih?"

"Jangan mel. Kalau putus sekarang, nanti aku malah jadi berat jodoh," mendengar itu Amelie malah tertawa. Laki laki di sebelahnya ini benar benar ... ah, sudahlah.

Sesampainya di rumah,

"Mom ....," sapa Amelie.

"Kamu sudah pulang, sayang? Bagaimana kuliahmu?" tanya Vanessa.

"Seperti biasanya, Mom. Azka kemana?" Amelie meletakkan tas nya dan merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan kepala di atas kedua paha Vanessa.

"Azka sedang ada kerja kelompok katanya, mungkin sore baru pulang."

"Mom, apa Mommy percaya dengan cinta?" tanya Amelie.

"Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu, sayang? Apa kamu sedang jatuh cinta?"

"Tidak, Mom. Aku hanya bingung, mengapa orang orang rela melakukan apapun demi cinta."

"Seharusnya bukan seperti itu sayang. Bukan rela melakukan apapun demi cinta, tapi rela melakukannya karena cinta," ucap Vanessa sambil membelai rambut Amelie.

"Seperti Daddy dan Mommy?"

"Ya, mungkin seperti itulah," jawab Vanessa.

Amelie dan Azka memang sudah pernah mendengar bagaimana kisah cinta kedua orang tuanya. Bagaimana mereka bertemu, apa yang terjadi dengan mereka, dan apa yang membuat mereka bersama. Amelie dan Azka merasa kedua orang tuanya luar biasa, mengesampingkan ego mereka masing masing, hingga saling mencintai dan menyayangi satu sama lain dengan begitu tulus. Selama ini, tak pernah sekalipun Amelie dan Azka mendengar kedua orang tuanya bertengkar ataupun hanya meninggikan suara mereka. Kehangatan keluarga yang tercipta, membuat Amelie dan Azka merasa nyaman saat berada di rumah.

Aku juga berharap menemukan cintaku, Mom. Tapi jika memang aku ditakdirkan hanya menjadi seorang penjaga jodoh, aku berharap siapapun hidup dengan bahagia dan penuh cinta. - Amelie.

MENYIAPKAN JODOH

"Aduh mel, kamu tuh ya ... ehhhhh gregetan deh. Selalu aja mentingin orang lain daripada diri sendiri. Kamu tahu nggak kalau kamu tuh di cap kayak apaan pas SMA?"

"Aku tahu, bi. Tapi bagiku tidak mengapa. Lagipula apa yang mereka katakan tentang diriku kan tidak benar, jadi tidak usah dipusingkan."

"Jadi sekarang kamu berpacaran dengan laki laki yang kemarin itu? Apa kamu tahu kalau dia itu tidak seangkatan dengan kita?"

"Aku tidak perlu tahu akan hal itu, bi. Aku dan dia berpacaran, itu hanya status saja," Amelie tersenyum dengan menampilkan deretan giginya.

"Ntahlah, mel. Aku merasa hal ini tidak baik untukmu."

"Aku tahu, bi. Jika memang aku hanya menjadi seorang penjaga jodoh seperti apa yang dikatakan oleh orang orang, setidaknya aku bisa membuat mereka bahagia."

Abigail menghela nafasnya pelan, ia memang tak bisa mempengaruhi saat Amelie mengambil keputusan. Amelie adalah seorang gadis yang benar benar kuat.

"mel, besok weekend kamu nggak kemana mana kan?" tanya Abigail.

"Nggak lha, kenapa emang?"

"Mau main ke rumah, boleh nggak?"

"Pasti boleh lha, tapi bawa makanan ya," ucap Amelie sambil tertawa.

"Ishhh, baru juga aku yang mau numpang makan. Eh malah balik dipalakin."

Mereka pun berpisah karena harus mengikuti mata kuliah yang berbeda, tentu saja karena jurusan mereka pun berbeda.

*****

Saat Amelie keluar dari kelas, seusai mengikuti mata kuliah kesukaannya, Handy sudah menunggunya di depan kelas bersama dengan Mikael.

"mel!" panggil Handy dengan tersenyum.

"Ada apa?"

"Makan yuk! Sekalian ngerayain kalau kita udah jadian," ucap Handy.

"Nggak usah dibawa serius gitu. Itu kan cuma status aja. Inget ya, aku nggai jamin loh apa yang kamu percaya itu."

"Iya, mel. Tenang aja. Tapi, gue mau minta 1 hal sama lo."

"Apaan lagi?" Amelie langsung mengernyitkan matanya, menatap Handy dengan curiga.

"Aduhhh, jangan ngeliatin gue gitu ahhh, gue kan jadi salting. Ntar kalau gue malah jadi sukanya sama lo, kan berabe."

Pletakkk!!!

"Aduhh!!! Ahhh lo lagi lo lagi! Kenapa sih lo suka banget gangguin waktu gue lagi bareng Amel?" teriak Handy sambil memegang kepalanya.

"Amel itu temen gue, sahabat gue. Lo mau ngapain lagi? Bukannya lo udah dapet apa yang lo mau? Udah sana, nggak usah ganggu. Lo ketemu Amelie lagi nanti, kalau udah waktunya lo ngomong kata keramat itu, beres kan."

"Tapi gue kan mau ngomong yang lain, ihhh."

"Mau ngomong apa, Han?" tanya Amelie.

"Setelah sama gue, lo mau kan jadian sama Mikael?"

Amelie mengarahkan pandangannya pada laki laki yang berdiri di sebelah Handy. Seorang pria dengan perawakan tinggi, kulit putih, dan bisa dibilang tampan.

"Emang dia nggak bisa punya pacar sendiri?" bisik Amelie pada Handy.

"Dia itu belum pernah pacaran, mel. Dia justru pengen ketemu cewe yang langsung pas sama dia. Dia males kalau harus deket sama cewe cewe yang selalu ngejar ngejar dia."

"Lihat nanti aja, Han. Lagian gimana hasilnya nanti kan belum ketahuan. Kalau misalkan ternyata rumor yang kamu dengar itu salah, gimana hayo?"

"Ya kalau salah, setidaknya gue pernah jadian sama seorang Amelie, gadis cantik si penjaga jodoh, ya nggak?"

Pletakkk!!!

"Ngomong terus, udah pergi sana!" ucap Abigail kesal.

"Eh cewe bar bar, nggak bisa lembut dikit apa? Mana ada cowo yang mau sama lo!"

"Eh sori dori stroberi ya. Emang gue pikirin! Weee!" Abigail memeletkan lidahnya ke arah Handy, membuat Handy kesal.

"Pokoknya lo harus jadian sama Mikael setelah gue ya, mel. Gue booking dulu, jadi lo jangan jadian sama yang lain."

"Eh lo kira temen gue ini hotel apa, main bookang booking! Pergi nggak lo? Apa mau gue hajar, hah!!" Abigail mulai mengepalkan tangan kanannya ke depan wajah Handy.

"Dasar cewe nyebelin!!" teriak Handy sambil mengajak Mikael pergi.

"Uhhh, cowo kok ya mulutnya lemes bener, belom pernah diplester apa ya," ungkap Abigail kesal, sementara Amelie tersenyum nyaris tertawa di sebelahnya.

"Udah udah, nanti malah suka lagi."

"Suka apanya, benci banget!"

"Inget, jangan terlalu benci. Kalau nanti jatuh, malah cinta secinta cintanya," goda Amelie.

"Ishhh ... ayolah kita pulang aja! Besok jadi ya main."

"Iya, aku tunggu di rumah ya."

*****

Mikael baru saja sampai di rumah, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa, dan mengangkat kedua kakinya.

"Mik, ganti dulu pakaianmu!"

"Kak! Kapan kakak kembali?"

"Baru tadi pagi. Kamu masih tidur saat kakak datang."

Mikael sangat dekat dengan kakaknya, Leon. Usia mereka terpaut 5 tahun. Mikael kini sedang kuliah tahun ke dua, sementara Leon sedang belajar memegang perusahaan Sebastian Group.

**

Di bawah ini aku kasih visualnya yah, mudah mudahan cucok 😁

Mikael Sebastian Neo

Leon Sebastian Thomas

**

"Apa kakak akan tinggal di sini?" tanya Mikael yang memang sangat merindukan Leon karena saat Leon mengambil kuliah S2, mereka harus dipisahkan oleh jarak.

"Ya, kakak harus belajar memegang perusahaan Sebastian Group. Kamu pun nanti harus melakukannya."

"Papa benar benar sengaja memberikan perusahaan pada kakak. Lihat saja, Papa dan Mama malah jalan jalan keliling dunia."

"Mereka hanya menikmati apa yang sudah mereka capai. Biarkan mereka bahagia."

"Kak, apa kakak tidak ingin menikah?"

"Menikah? tidak! Kakak masih muda, tidak ingin memikirkan hal seperti itu," ucap Leon sedikit berteriak. Ia tidak menyangka Mikael menanyakan hal itu padanya.

"Asal kakak nanti bisa sabar saja saat Papa dan Mama kembali dari liburan mereka," goda Mikael.

"Apa maksudmu?"

"Aku sering mendengar kalau mereka menginginkan cucu. Siapa tahu mereka sudah menyiapkan jodoh untuk kakak," Mikael terus menerus membuat Leon gusar.

"Sudah hentikan, Mik. Kakak tak ingin mendengar hal itu lagi. Lagipula Papa dan Mama baru saja berangkat liburan, jangan memikirkan hal seperti itu."

"Ya ya ... tapi kalau kakak butuh mencari seorang istri. Nanti aku akan mengenalkan seseorang pada kakak."

"Tidak! tidak perlu!"

"Ya sudah, tapi ingat ... aku siap jika kakak mau ya. Ini hanya sekedar bantuan dari seorang penjaga jodoh. Kualitasnya sudah terdengar di kampus. Nanti kapan kapan akan aku kenalkan, siapa tahu kakak bisa langsung mendapatkan istri darinya."

Leon menggelengkan kepalanya. Mikael memang banyak bicara jika berada di rumah, sedang jika di luar ia akan berubah menjadi pendiam.

"Baiklah, kakak mau ke kamar dulu. Kamu lekas mandi sana!" ucap Leon.

"Iyaaa!!" Mikael pun langsung meraih tas nya dan menaiki tangga untuk menuju ke kamar tidurnya. Ia tersenyum saat melihat wajah kakaknya yang masih terlihat gusar dengan semua ucapannya tentang menikah. Ia benar benar senang menggoda kakaknya itu.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!