NovelToon NovelToon

Pernikahan Paksa Dengan CEO Tampan

01

Di sebuah restoran yang menyajikan makanan Jepang , terlihat seorang gadis muda yang cantik sedang membawakan makanan dengan senyum manisnya. Rambut panjangnya yang bergelombang , ia ikat satu agar tidak menganggu kinerjanya.

Gadis itu bernama Olivia Xavier Surendra , gadis yang memiliki semangat dan senyum yang ceria.

''Oliv , minta tolong antar ke meja 20 okey? Aku mau ke kamar mandi sebentar. Terima kasih!!'' Ujar Salah satu temannya kerjanya.

Olivia tersenyum lalu mengantarkan makanan itu ke meja 20.

''Permisi , ini makanan yang anda pesan.'' Ujar Olivia ramah dan menyajikan makanan itu.

Baru beberapa langkah Olivia pergi , sebuah berkas melayang mengenai tumit kakinya.

''Gimana sih!!! Masa udah lebih 2 bulan dan proyek ini belum mulai juga?!! Apa kerjaan kalian dari bulan lalu hah!!! Mau makan gaji buta kalian?!!!'' Bentak seorang pria muda dengan gaya arogannya.

Pria dengan stelan jas mewah dan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya menambah kesan tampan dalam dirinya.

''Maaf pak CEO , kami sedang melakukan reset tanah agar tidak merugikan nantinya untuk perusahaan. Saya sudah berusaha agar selesai bulan ini dan bisa membangun setelahnya.'' Ujar bawahannya dengan takut dan terus menunduk.

Meski marah dan bersikap kasar , tidak mengurai ketampanan pria itu.

''Saya tidak mau tau , dalam Minggu ini harus sudah bisa memulai pembangunan. Jika tidak maka semuanya akan saya pecat!!'' Tegas pria itu lagi , Olivia menatap mereka berdua dengan kedua tangan di depan dada.

''Ba-baik pak , saya permisi.'' Ujar bawahan tadi lalu memungut berkas yang berserakan di bawah kaki Olivia. Merasa tidak tega , Olivia ikut membantu membereskan berkas itu.

''Terima kasih nona.'' Ujar pria itu dan berlalu pergi dari sana. Olivia hanya tersenyum menatap kepergian pria tadi.

''Tempramen yang buruk.'' Gumam Olivia menatap pria itu dan menggeleng.

''Pelayan!!! Kemari!!'' Panggil pria itu pada Olivia.

''Iya , tuan? Ada yang bisa saya bantu?'' Tanya Olivia sopan setelah sampai di depan pria itu.

''Tukar kopi saya dan semua makanan ini dengan yang baru.'' Titah pria itu , Olivia hanya menatap dengan bingung. Apa ada yang salah dengan makanannya? Pikir Olivia.

''Apa kamu tuli?? Kamu tenang saja , Saya bayar semuanya.'' Ujar Pria itu dengan sombong.

''Baik.'' Olivia membawa makanan itu kembali , dalam hati Olivia sudah merasa ingin mencakar wajah pria tadi.

Dalam hati Olivia terus mengumpat pria tadi , bagaimana bisa makanan yang baru datang kembali di ganti padahal belum di sentuh sama sekali? Sungguh boros.

''Ganti dengan yang baru , katanya akan di bayar semuanya.'' Ujar Olivia malas , untuk pertama kalinya ia di buat kesal oleh pelanggan.

Tak lama kemudian , Olivia kembali membawakan makanan yang baru dan pergi secepatnya agar dirinya tidak emosi.

''Semoga tidak ketemu pria sepertinya lagi tuhan.'' Ujar Olivia berdoa , dirinya bersandar pada dinding dapur dan terus bergumam.

''Ada apa? Apa yang membuatmu bicara sendiri seperti itu? Kau tidak gila kan?'' Tanya sahabat baiknya yang bernama Charlotte Humaira. Mereka sudah berteman semenjak tiga tahun belakangan.

''Ya gak lah , hanya saja sedang kesal dengan pelanggan. Kau tau? Dia sangat arogan dan sombong , yang pastinya dia suka memerintah.'' Charlotte mendengarkan curhatan sahabatnya itu dengan manggut-manggut.

''Sudah , sudah , berhenti bergosip dan sekarang bersiap untuk menutup restoran.'' Ujar Sang manager yang datang entah dari mana.

''Baik kak.'' Jawab mereka berdua lalu pergi dari sana.

*

Setelah selesai membereskan semuanya , Olivia dan Charlotte berjalan keluar dari restoran. Mereka berjalan dengan bergandengan tangan , mungkin karna kebiasaan.

Saat mereka berjalan melewati sebuah gang , terdengar suara rintihan seorang wanita. Charlotte yang penakut dengan cepat menarik tangan Olivia agar berjalan lebih cepat.

Tapi gadis itu malah berhenti , Olivia memang gadis yang memiliki penasaran yang tinggi dan selalu ikut campur dengan urusan orang lain.

Olivia hendak melangkah tapi tangannya di tahan oleh Charlotte.

''Jangan!! Siapa tau yang kita dengar bukan manusia?'' Ujar Charlotte takut.

''Maka aku akan lari , hahaha....'' Di saat seperti ini masih saja Olivia bercanda.

Olivia melepas tangan Charlotte lalu berjalan pelan ke arah gang itu. Karna gangnya terlalu gelap membuat Olivia mengeluarkan senternya , gadis itu memang selalu membawa senter karna temannya yang sangat penakut itu. Jalan menuju kosan mereka , terkadang mati lampu jadi Olivia membawa senter untuk jaga-jaga.

Dengan perlahan , Olivia melangkah dengan senter mengarah ke arah gang.

''Apa yang kalian lakukan?'' Tanya Olivia saat ia mendapati seorang pria yang sedang mengungkung seorang wanita.

''Bukan urusanmu , pergilah!!'' Bentak pria itu , Olivia terus melangkah dan menarik wanita itu karna melihat ada banyak lebam di wajahnya.

''Kau!!!'' Pria itu melayangkan tangannya ke arah Olivia tapi dengan cepat Olivia menghindar.

''Wah.....Sebenarnya aku tidak ingin berkelahi. Tapi ya sudahlah.'' Ujar Olivia dan menaruh tasnya.

Setiap serangan yang di berikan pria itu selalu bisa di tangkis oleh Olivia. Gadis itu bahkan memberikan serangan yang lebih ganas , hingga pria itu berakhir kalah.

''Awas kau , aku akan membalasmu.'' Ujar pria itu dengan segera pergi.

''Tentu , akan aku tunggu.'' Ujar gadis itu lalu mengambil tasnya lagi dan keluar dari sana bersama wanita tadi.

Charlotte yang menunggu dengan cemas di luar akhirnya dapat bernafas lega setelah melihat sahabatnya baik-baik saja.

''Terima kasih , kalau tidak ada kamu , aku tidak tau lagi apa yang akan terjadi.'' Ujar Wanita tadi.

''Sama-sama , kamu pulang aja. obati lukamu.'' Jawab Olivia , Charlotte mendekat ke arah Olivia dan berbisik.

''Apa dia manusia?'' Pertanyaan Charlotte membuat Olivia gemas.

''Jika dia hantu , tidak mungkin kan dia jalan? Biasanya hantu kan terbang.'' Tanya Charlotte lagi sambil memperhatikan wanita tadi berjalan menjauh. Memang benar , wanita itu berpenampilan acak-acakan jadi membuat Charlotte berfikiran yang aneh-aneh.

''Dia manusia , jangan banyak berfikir.'' Ujar Olivia lalu berjalan duluan , Charlotte langsung mengikuti Olivia dengan masih melihat kanan kiri karna takut.

Sesampainya di kosan mereka , Olivia langsung merebahkan diri , sedangkan Charlotte membersihkan diri. Olivia menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang entah berkelana kemana.

''Apa kau sudah mendengar berita? Tentang reuni yang akan kita lakukan di bar besok malam?'' Ujar Charlotte yang sudah keluar dengan pakaian siap tidur dan menuju meja riasnya.

''Sudah , apa kau akan datang?'' Tanya Olivia memiringkan badannya dengan tangan sebagai penyangga kepala.

''Tentu , aku bisa makan gratis kan? Yang traktir kita disana itu adalah ketua kelas yang dulu itu. Dia kan memang tajir melintir. Aku bisa makan sepuasnya tanpa harus bayar. Astaga , aku sangat bersemangat jika mengingat hal itu.'' Mereka berdua adalah alumni dari satu kelas , karna Charlotte yang sangat pendiam membuat Olivia tidak begitu tau dirinya.

Mereka mulai menjalin persahabatan setelah bekerja satu restoran. Dan mereka baru tau kalau mereka satu kelas setelah berteman satu tahun.

''Jika kau ikut , maka aku akan ikut. Aku tidak bisa membiarkan gadis polos sepertimu keluar ke tempat seperti itu.'' Ujar Olivia.

''Tidak apa , yang penting dapat makan gratis.'' Ujar Charlotte senang.

''Dasar bocah , dan ya , jangan minum apapun selain cola atau air putih. Mengerti?'' Charlotte mengangguk dan naik ke atas kasur.

''Mandi sana , bau.....iiiiiii......'' Ujar Charlotte mengejek , Olivia hanya tersenyum lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Kenapa Olivia sangat ketat pada Charlotte? Karna orang tua Charlotte memberikan Olivia tanggung jawab agar menjaga Charlotte. Jika tidak ada Olivia , mungkin saja Charlotte tidak di izinkan tinggal sendiri.

Olivia juga tidak keberatan karna dirinya sudah menganggap Charlotte sebagai adiknya. Gadis polos itu sama sekali tidak pernah berbohong pada Olivia , dirinya selalu mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Itulah mengapa dia di katakan masih polos.

...****************...

...Terima kasih telah membaca 😘...

02

Malam harinya , di bar yang sudah di tentukan. Olivia dan Charlotte sudah berdiri di depan bar , banyak sekali pengunjung yang datang dan pergi.

''Makanan! Aku datang!" Ujar Charlotte dengan menarik tangannya keatas tanda senang.

"Ingat jangan asal makan!!!." Olivia sedikit berteriak karna Charlotte sudah masuk dengan berlari kecil.

Olivia duduk dengan Charlotte di salah satu meja yang kosong. Sepertinya bar ini sangat ramai dan banyak begitu pria hidung belang disini. Olivia bagai mata elang yang terus menatap sekitar agar terkendali dan aman untuk Charlotte.

"Hay , kalian mau pesan apa? Nanti aku bawakan kesini.'' Ujar Seorang pria yang berpakaian kasual dengan kaca mata sebagai khasnya.

''Aku mau semua makanan yang enak ya ketua kelas.'' Pria yang di panggil ketua kelas oleh Charlotte hanya mengangguk.

''Dan satu lagi ketua kelas , aku mau air putih juga ya?.'' Tambah Charlotte lagi.

''Maksudnya minuman tanpa alkohol , cola contohnya.'' Timpal Olivia menjelaskan karna melihat ketua kelas sedikit bingung.

''Kamu bilang tadi air putih kan Olivia? Kenapa jadi cola? Kan beda warna dan rasa?'' Tanya Charlotte bingung , karna di rumah tadi Olivia memintanya meminum air putih saja tapi sekarang kenapa berbeda? Pikirnya.

''Iya sama aja , yang penting tidak beralkohol.'' Ujar Olivia dan diangguki oleh Charlotte.

Beberapa menit kemudian , makanan sudah tersaji di meja mereka. Charlotte yang sudah tidak sabar , dengan cepat meraih piring itu dan makan dengan puas. Olivia juga ikut makan sesekali mengawasi sekitar.

''Charlotte , tunggu disini ya? Jangan kemana-mana , aku mau ke kamar mandi sebentar.'' Tekan Olivia , Charlotte mengangguk sambil sibuk dengan mulut yang tak hentinya mengunyah.

Kepergian Olivia , tibalah seorang pria yang sepertinya tidak sengaja menaruh minumannya di meja Charlotte. Pria itu sibuk menelepon seseorang yang sepertinya sangat penting.

Charlotte yang merasa haus karena minumannya sudah habis , matanya tertuju pada minuman di gelas pria itu.

''Ini sama-sama hitam sepertinya ini cola.'' Ujar Charlotte lalu meminumnya hingga tandas tanpa meminta izin sang pemilik.

Pria yang menyadari kalau minumannya tadi menghilang , ia menatap gadis yang sedang meneguk minumannya.

''Jangan nona!!!'' Pekik pria itu dan sayangnya sudah terlambat karna Charlotte sudah meneguk semuanya.

''Iyekk......Kenapa rasanya pahit begitu? Eh? Maaf kak , minumannya aku habisin. Ini cola kan?'' Tanya gadis itu dengan polosnya.

''Oh ****!!" Umpat pria itu lalu pergi dari sana. Charlotte yang merasa kepalanya berputar reflek memegang kepalanya.

"Apa ada gempa? Kenapa semua orang terlihat berputar?" Gumam gadis itu sambil terus menggeleng untuk menyadarkan dirinya.

Di sisi lain , saat Olivia sudah keluar dari kamar mandi. Ia menuju mejanya tadi dan matanya tak menemukan sosok gadis yang dicarinya. Wajahnya mulai panik , dimana ia bisa menemukan Charlotte di lautan manusia ini?

Ketua kelas yang melihat Olivia kebingungan , menghampiri Olivia.

"Kau mencari Charlotte? Ia tadi ku lihat naik keatas." Ujarnya memberitahu.

Olivia tanpa berfikir langsung menuju atas , di lantai atas lebih banyak pria dan semuanya melihat Olivia. Gadis itu tidak peduli dan matanya sibuk mencari sahabatnya itu sebelum terlambat.

Olivia terus berkeliling , dan matanya tak henti-hentinya mencari keberadaan Charlotte. Hingga Olivia tiba di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Dari luar kamar itu terlihat sangat gelap , karna penasaran Olivia membuka kamar itu dan saat ia sudah masuk , pintu kamar langsung tertutup sendiri.

Mata gadis itu tertuju pada pria yang duduk santai di atas ranjang , dengan kaki yang di naikkan satu dan menyandar pada kepala ranjang. Tangan pria itu memegang wine dan sesekali meneguknya.

Pikiran Olivia mulai traveling , ia menyadari kalau dirinya salah masuk tempat. Perlahan Olivia memundurkan langkahnya , matanya terus memperhatikan gerak-gerik pria itu. Karna kamar yang begitu gelap , Olivia sama sekali tidak melihat wajah pria itu.

''Tidak perlu kabur , saya juga tidak tertarik denganmu.'' Ujar Pria itu sambil meneguk wine nya , langkah Olivia terhenti setelah mendengar ucapan itu.

Suaranya seperti pernah didengar oleh Olivia tapi ia lupa dimana? Belum sempat Olivia menjawab sudah di beri pertanyaan oleh pria itu.

''Berapa uang yang di berikan nenek untukmu? Saya akan memberikan uang lebih banyak dari itu. Ada cek kosong di meja sebelahmu , isi berapa pun yang kau mau dan pergilah.'' Ucap arogan pria itu , Olivia menautkan kedua alisnya tanda tidak suka pada ucapan pria itu.

''Dengar ya tuan , anda pikir saya wanita seperti itu? Saya kesini karna salah masuk kamar , jadi tolong jauhkan pikiran buruk anda.'' Balas Olivia tidak terima tuduhan itu.

Pria itu tersenyum miring , '' Hah! Memang banyak wanita yang sering mengatakan seperti itu dan pasti akhirnya minta pertanggung jawaban. Licik sekali!'' Ketus pria itu dengan perlahan meringsut turun dari ranjang.

''Sialan! Wanita mana yang sering menggunakan kata-kata seperti itu , sekarang tidak akan ada yang percaya dengan kata-kata itu lagi.'' Gumam Olivia , pria itu sudah berdiri di sebelah nakas dan tangannya sibuk mengisi gelasnya yang kosong dengan wine baru.

''Jangan hanya seperti batu disana dan merusak pemandangan , cepat pergilah!'' Usir pria itu tanpa menoleh.

''Saya juga tidak berniat berdiam lama disini bersama pria arogan seperti anda.'' Olivia berbalik , tapi keriuhan sudah terdengar dari luar sebelum dirinya melangkah.

''Ada apa diluar?'' Tanya Olivia pada diri sendiri , Olivia memundurkan sedikit langkahnya karna terdengar pintu yang seperti mau di dobrak paksa dari luar.

Brak!!

Saat pintu terbuka , lampu juga ikut menyala. Banyak mata yang kini tertuju pada Olivia yang masih bingung dengan situasinya. Satu wanita paruh baya dan juga seorang wanita cantik menghampiri Olivia dengan wajah yang sendu.

''Nak kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Apa dia melukaimu? Jawab nak!'' Ujar wanita paruh baya itu dengan tidak sabaran karena Oliva masih diam.

''Adik! Aku tidak nyangka kalau kamu akan berbuat seperti ini , kamu harus bertanggung jawab. Lihat bahkan dirinya tidak bisa bicara karna syok , benar kan nek?'' Ucap wanita cantik itu dengan memegang pundak neneknya.

''Benar! Kalian semua menjadi saksi atas kejadian ini , cucuku akan menikahimu segera. Kamu tidak perlu khawatir nak.'' Ujar yang di panggil nenek itu.

''Ah , tidak nyonya! Semua yang kalian pikirkan tidak benar! Sebenarnya-'' Olivia ingin menjelaskan tapi sudah di sela oleh nenek itu.

''Jangan mengarang cerita nak , kami tau kamu pasti di ancam oleh cucuku. Kami akan tetap bertanggung jawab.'' Ujar Nenek itu , Olivia membalik badan menatap pria yang sedang santai meminum wine nya , ia seperti tau ini akan terjadi dan ia hanya menonton.

Olivia memperhatikan dengan seksama dan ia ingat bahwa pria yang ada di depannya adalah pria yang sama , yang ada di restoran waktu itu. Pantas saja suaranya yang arogan terdengar tidak asing di telinga Olivia.

''Tidak nyonya , tanya saja dia. Kami tidak melakukannya dan kami baru saja hmm.....'' Wanita cantik itu menutup mulut Olivia dengan tangannya.

''Kamu hanya perlu menunggu , maka kami akan datang ke rumah untuk menikahkan kalian. Hmm? Kami tidak akan membiarkan pria itu melarikan diri dari tugasnya. Mereka semua menjadi saksinya.'' Ujar Wanita itu lantang , Olivia menggeleng dan ia sangat bingung harus menjelaskan bagaimana.

''Kalian bisa pergi! Semua akan kami bicarakan." Tegas pria itu dengan aura dinginnya , orang yang tadi berdiri di depan pintu dengan cepat pergi sebelum pria itu marah.

"Sudah selesai dramanya?" Ketus pria itu lalu menghampiri ketiga perempuan yang sedang berdiri menatapnya.

"Drama apa yang kamu maksud dik? Kami tidak melakukan drama apapun , ini semua real tanpa setingan. Iya kan nek?" Ujar Wanita cantik itu meminta persetujuan neneknya.

"Benar , kamu harus bertanggung jawab.'' Ujar tegas nenek itu.

''Cukup dramanya , NYONYA GRIZELLE KYRA RICHARDS DAN NYONYA CHALONDRA SHERLY RICHARDS.'' Ucap Pria itu dengan penekan di setiap katanya.

Kedua wanita itu adalah nenek dan kakak dari pria yang berdiri di depan Olivia. Dirinya sangat bingung kenapa harus terseret di perdebatan keluarga yang bahkan tidak di kenalnya ini.

''Astaga nenek!" Pekik Chalondra saat neneknya tiba-tiba ambruk di sebelahnya. Olivia juga ikut memegangi nenek Grezelle yang sepertinya hampir pingsan.

''Nenek.......Cukup.......'' Kesal pria itu yang mulai luluh , pria itu berjongkok di depan neneknya dan menggenggam tangan neneknya.

''Cucuku , Christian. Aku hanya meminta mu bertanggung jawab pada gadis ini dan menikahi nya. Apa kamu akan menikahinya jika nenek tua mu ini sudah tiada?'' Pria yang di panggil Christian itu melotot mendengar ucapan neneknya.

''Jangan bicara seperti itu nenek , baiklah , baiklah , terserah kalian mau lakukan apa.'' Ujar Christian yang sudah frustasi dan keluar kamar dengan wajah yang gusar.

Setelah Christian keluar dan tidak terlihat , kedua wanita didepan Olivia ini saling berpelukan dan adu tos. Mereka berdua seperti mendapat apa keinginan mereka. Olivia hanya menatap mereka dengan perasaan yang mulai merasa tidak aman.

**Bersambung …………………………

...****************...

...Terima kasih telah membaca 😘**...

03

Di tempat yang sama , Olivia masih terdiam dan menatap kedua wanita yang tengah gembira ini.

''Sebenernya ada apa ini?'' Tanya Olivia pada kedua wanita didepannya.

''Bukankah sudah kami kasih tau kalau kau harus menyiapkan diri. Kami juga sudah membicarakan ini dengan orang tuamu kemarin.'' Jawab Chalondra , Olivia semakin bingung dan tercengang.

''Kalian membicarakannya? Dan kedua orang tuaku setuju?'' Tanya Olivia memastikan.

''Benar , mereka setuju.'' Sahut kedua wanita itu.

''Kalian membicarakannya di kuburan? Apa kalian bisa bicara dengan orang yang sudah tiada?'' Tanya Olivia yang membuat kedua wanita itu membulatkan matanya.

''Apa?!!'' Kaget kedua wanita itu bersamaan. Olivia duduk di sebelah nenek dan menatap intens kedua orang itu.

''Ayah sudah meninggal setengah tahun yang lalu dan ibu 1 tahun yang lalu. Apa kalian bicarakan ini dengan mereka di kuburan? Tapi kalian bilang mereka setuju , apa kalian bertanya padanya? Bagaimana caranya? Beri tahu diriku agar bisa bicara pada mereka.'' Olivia terus bertanya karna menurutnya jika mereka bisa kenapa dirinya tidak bisa.

Chalondra dan nenek Grizelle saling menukar pandangan. Mereka sepertinya juga bingung apa yang di ucapkan Olivia. Di tengah kebingungan yang terjadi , tibalah seorang wanita cantik dan seksi ke kamar itu dengan terburu-buru.

''Maaf nek , kak , aku terlambat.'' Ujar Wanita itu sambil menurunkan dress ketat miliknya.

Ketiga wanita itu langsung berdiri dan menatap wanita yang baru saja datang. Setelah beberapa detik mengamati , nenek Grizelle langsung angkat bicara.

''Terlambat , kau didiskualifikasi. Pergilah , katakan pada orang tua mu kalau perjodohan ini di batalkan.'' Ucap tegas nenek , Chalondra juga seperti tidak menentang setelah melihat penampilan wanita itu.

Ada bekas merah di leher dan dadanya , lipstik yang ia gunakan juga sedikit belepotan. Itu menandakan kalau dirinya baru saja abis menghabiskan waktu dengan pria lain. Wanita itu tidak bisa membantah atau keluarganya akan jadi tumbal dari ucapannya. Ia pergi dengan diam dan menunduk.

''Jadi kita salah sasaran nek , gadis tadi yang seharunya menjadi calon istri Christian. Tapi tidak apa , gadis yang ada disini juga terlihat baik dari pada wanita tadi.'' Ujar Chalondra melirik Olivia.

''Benar sekali , kau adalah cucu menantuku sekarang.'' Olivia memundurkan satu langkahnya lalu mencerna ucapan mereka.

''Tunggu sebentar , jadi yang kalian maksud bicara dengan keluarga ternyata wanita tadi? Lalu kalian ingin aku menikah dengan pria tadi?'' Kedua wanita itu mengangguk dengan tersenyum penuh harap.

''Tidak , aku tidak akan menikah dengan pria seperti dia. Pria sombong dan arogan , ia juga seenaknya berfikir tentang orang lain. Aku tidak mau.'' Beberapa detik kemudian Olivia mengingat tujuannya ke lantai atas hingga sampai di kamar ini.

''Ya ampun , Charlotte!!!'' Pekik Olivia lalu berlari keluar , gadis itu sekarang berlari sangat cepat untuk mencari sahabatnya dan meninggalkan kedua wanita yang tak di kenalnya.

Langkah kaki Olivia terus membawanya ke lantai bawah. Ia merasa kalau Charlotte tidak berada di lantai atas. Dirinya berlari turun hingga kedepan bar. Matanya yang jeli tertuju pada gadis yang kini tengah berdiri sempoyongan di depan seorang pria.

Gadis itu terus menunjuk-nunjuk pria tadi dan tertawa. Olivia perlahan menghampiri gadis itu.

''Wahhh......Enak.....'' Ujar Charlotte dengan tubuh yang tak bisa berdiri tegak.

''Minggir nona....'' Ujar Pria itu dengan wajah datarnya.

''Syutttttt.......'' Charlotte menaruh telunjuk di depan bibir ranumnya.

''Wahhhh.......Ayam gorengku bisa bicara ya? Maaf sepertinya aku harus memakan mu. Tapi tenang saja , aku hanya akan memakan mu dan menyimpan mu di perutku. Aku tidak akan mengeluarkan nya lagi hehehe......'' Ujar Charlotte , lalu kedua telapak tangannya menangkup pipi pria itu dan mencium bibirnya.

Cup.

Charlotte menggigit bibir pria yang tengah berdiri mematung. Mereka kalau bibirnya sakit , pria itu mendorong gadis itu dan hampir terjatuh.

''Charlotte....'' Panggil Olivia dan memegangi temannya , ia melihat jelas kejadian tadi dan ia bingung harus berbuat apa.

''Ck , gadis bodoh.'' Ucap pria itu dengan mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.

''Dia tidak bodoh , kamu emang sengaja ya? Mau cari kesempatan dalam kesempitan.'' Olivia menatap sahabatnya , gadis itu sangat mabuk berat karna menopang tubuhnya saja tidak mampu.

''Heh! Lihat terlebih dahulu situasinya. Yang saya seharusnya tiba 15 menit yang lalu , kini saya harus terlambat karna temanmu itu. Dia berdiri di depan mobil saya , apa saya harus menabraknya tadi?'' Ketus pria itu lalu menuju mobilnya dan menutup pintu mobil dengan kasar.

Tin.

Tinnn.

Olivia tidak bicara dan minggir dari sana , pria itu melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

''Ayam gorengku!!!'' Teriak Charlotte sambil melambaikan tangan , Olivia dengan kesal memukul tangan Charlotte.

''Ayam goreng , ayam goreng. Jika di culik bagaimana? Bahkan tulang ayam pun kamu tidak akan dapat.'' Olivia sedikit menyeret tubuh Charlotte karna tubuh gadis itu mulai kehilangan tenaganya.

****

Keesokan paginya , di kosan kecil milik Olivia. Charlotte terus keluar masuk kamar mandi karna muntah. Ia memuntahkan semua isi perutnya kemarin. Olivia hanya diam dan memasak di dapur. Dirinya juga menyiapkan makanan penghilang mabuk untuk sahabat baiknya.

Makanan sudah terhidang di meja kecil yang biasa di gunakan makan oleh mereka. Gadis itu keluar kamar mandi dengan wajah yang sangat lelah dan mengantuk. Ia duduk di depan sahabatnya yang masih menatap kesal dirinya.

''Kenapa kamu bisa mabuk? Bukankah kamu hanya minum cola?'' Tanya Olivia dengan tatapan elang miliknya.

''Aku kehausan terus tidak sengaja meminum minuman orang lain. Tanpa bertanya.'' Ucap Charlotte dengan nada kecil di akhir kalimatnya.

''Huhhh! Sudahlah , istirahat saja dirumah hari ini. Aku akan meminta cuti sehari untukmu.'' Charlotte hanya mengangguk lalu mengambil makanan yang tersedia.

Mereka makan dengan diam , kedua gadis itu memilih diam karna masih lelah akibat kemarin. Selesai sarapan Charlotte naik ke atas kasur dan terlelap , sedangkan Olivia berangkat kerja.

***

Siang harinya , terdengar keributan di dalam restoran. Olivia yang baru saja selesai mencuci piring , ikut berjalan pelan menuju depan.

"Kenapa semuanya sepi?" Gumam gadis itu kala melihat semuanya menghilang kecuali kursi dan meja. Tadi saat ia kemari juga semua teman dan manager tidak terlihat batang hidungnya.

"Dengan nona Olivia?" Ucap seseorang yang datang dengan setelan jasnya kerjanya. Ini kan pria tadi malam yang bertengkar denganku? Pikir Olivia.

''Iya , ada apa?'' Tanyanya dengan hati-hati.

''Silakan duduk di meja ini , bos saya ingin bertemu dengan anda.'' Ujar pria itu dengan sopan lalu berdiri di depan pintu.

Olivia hanya menurut saja , ia duduk dengan menatap ke arah pintu. Siapa bos yang ia maksud?

Saat pintu terbuka , seorang pria tampan dengan rambut yang di cepak ke kanan. Dan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya menambah kesan plus untuknya. Cara berjalannya hingga duduk pun dirinya terlihat sangat arogan. Olivia tau siapa pria itu.

''Saya tidak akan basa-basi lagi , pernikahan sudah di tentukan dan itu besok.'' Ucap tegas pria itu yang tidak lain adalah Christian.

''Hah!! Kau pikir diriku akan mau menikah denganmu? Tidak!'' Tolak Olivia dengan penekanan.

''Ck , menyusahkan saja. Gilbert!'' Pria yang kemarin itu bernama Gilbert Maverick , sahabat baik sekaligus sekretaris dan kaki kanan Christian.

Gilbert memberikan iPad kepada Christian. Pria itu memperlihatkan ancaman untuk Olivia.

''Pikirkan baik-baik , kamu ingin rahasia ayah mu yang telah tiada itu terungkap. Bahwa dia mencuri di salah satu bank milikku untuk keperluan rumah sakit istrinya. Aku bisa menuntut hal itu meski ia sudah tiada. Pikirkan lah , ku beri waktu 30 detik untuk menjawab ya atau tidak.'' Ucap Christian dengan wajah datarnya.

Jika bukan karna neneknya , Christian tidak akan menikah ataupun memaksa seperti ini. Ia tadi pagi harus mendengar desakan neneknya , yang terus meminta agar membujuk Olivia menikah dengannya. Bahkan neneknya sampai mengancam untuk tiada , Christian yang sangat menyayangi neneknya tidak bisa mendengar hal semacam itu. Hingga membuatnya harus melakukan hal semacam ini hanya untuk seorang gadis yang bahkan ia baru temu 2 kali.

Pria itu melipat kedua tangannya di dada dan menatap Olivia dengan wajah tanpa ekspresi. Olivia bingung , dirinya memang tau ayahnya mencuri karna biaya rumah sakit yang tinggi. Sedangkan mereka bukanlah orang kaya , hingga membuat ayahnya melakukan hal itu.

Olivia bingung , apa yang harus ia lakukan. Jika ia berkata tidak maka berita ini akan tersebar dan nama ayahnya akan jelek meski ia sudah tiada.

''Jawabnnya?'' Tanya pria itu , Olivia memejamkan matanya beberapa detik lalu menjawab.

''Ya , aku setuju.'' Ujar Olivia dengan terpaksa.

Dengan isyarat tangan , Gilbert menaruh berkas di depan Olivia.

''Ini adalah kontrak tertulis , dimana tampa persetujuan dari tuan Christian maka anda tidak bisa menggugat cerai. Dan dimana tuan Christian ingin bercerai maka perceraian akan berlangsung detik itu juga.'' Jelas Gilbert , Olivia menatap tajam pria yang ada di hadapannya itu.

''Aku akan menandatangani ini dengan satu syarat.'' Christian menaikan satu alisnya.

''Apa situasi mu sekarang mendukung negoisasi?'' Tanya Christian.

''Bukan syarat tapi permohonan , aku ingin mengajak sahabat ku bersama denganku dan aku ingin terus bekerja.''

''Apa temanmu itu tidak punya rumah? Kenapa harus tinggal dengan mu?'' Mereka berdua saling menatap saat beradu argumen , mereka seperti tidak mau mengalah satu sama lain.

''Aku hanya tidak mau dia tinggal sendiri , ini adalah tanggung jawab yang di berikan oleh orang tuanya padaku.'' Ujar Olivia tegas.

''Hmm , untuk pekerjaan mu aku tidak peduli.'' Setelah mengucapkan itu , Christian pergi tanpa pamit. Olivia menandatangi kontrak itu dengan perasaan yang masih ragu.

''Permisi tuan Gilbert? Maksudnya hmm itu apa?'' Tanya Olivia sebelum Gilbert melangkah.

''Berarti tuan mengizinkan.'' Pria itu juga langsung pergi sama seperti bosnya. Sangat tidak sopan.

Semua orang kembali datang dari arah depan setelah mendapat isyarat tangan dari Gilbert. Semuanya seperti tidak terjadi apapun dan melakukan hal biasanya. Olivia juga melanjutkan pekerjaannya tanpa bicara.

Bersambung...………………

...****************...

...Terima kasih sudah membaca 😘...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!