Sheyna POV
Nama ku Sheyna biasa di panggil Sensen, dan keluarga ku biasa memanggilku Nana. Aku anak tunggal dari pasangan Nani dan Seno.
Papa ku meninggal saat aku berumur 14 tahun tepatnya saat ujian kelas 3 SMP. Papa ku meninggal karena kanker, beliau merupakan pria terkuat yang pernah ku kenal, selama 7 tahun beliau menyembunyikannya dari kami hingga akhirnya dia menyerah dan kembali ke pangkuan sang ilahi.
Mama ku menjadi singel parents, kehidupan harus terus berjalan meski tertatih kami berusaha untuk bangkit dari keterpurukan. Enam bulan setelah kepergian papa, mama ku resmi menggantikan posisi papa ku di perusahaannya.
Sampai saat itu semuanya masih berjalan lancar, aku dan mama berusaha untuk saling menguatkan satu sama lain. kata mama " Meskipun papa sudah di surga kita harus tetap menjalani kehidupan dengan bahagia, jika kita bahagia maka papa di sana juga akan merasa bahagia ".
Aku tetap menjadi Sheyna yang ceria dan energik di sekolah ku. Namun sampai saat kelulusan SMP entah mengapa kondisi ku drop, aku harus di rawat selama satu minggu dan menjalani berbagai pemeriksaan kesehatan.
" Ma Nana akan baik baik aja kan? kenapa banyak pemeriksaan yang harus Nana jalani ma? " tanyaku mulai gusar dengan pemeriksaan yang di lakukan para dokter.
" Mama harapan begitu " jawab mama ku tampak murung.
Tak berselang lama dokter yang merawatku memberikan sebuah amplop berisikan hasil pemeriksaan keseluruhan kepada mama ku.
" Ibu Nani ini hasil pemeriksaan saudari Sheyna, dan Ibu boleh ikut ke ruangan saya " ucap dokter tersebut berjalan keluar ruangan di ikuti oleh mama ku.
Karena penasaran aku membuka amplop yang berisikan hasil pemeriksaan ku yang mama ku letakkan di atas nakas.Secara perlahan aku buka, bak tersambar petir rasanya begitu mengetahui apa isinya.
Di dalam surat itu tertera bahwa 98 % aku mengidap penyakit yang sama dengan penyakit yang di derita oleh papa ku. Aku syok dan berharap ini hanya mimpi. Bagaimana mungkin aku tidak syok bahwa penyakit inilah yang merenggut orang yang paling aku sayangi, laki laki yang selalu ada untuk ku.
Aku menangis sejadi jadinya, aku belum siap untuk pergi dari dunia ini, aku masih ingin menghabiskan masa muda ku, aku ingin menemani mama ku, aku tidak ingin mama ku kesepian. Semua pikiran buruk berkecamuk di dalam otak ku membuatku sangat depresi.
Semenjak itu aku berubah menjadi pribadi yang murung, dan suka menyendiri. Tidak ada lagi Sheyna yang ceria dan energik, tidak ada lagi kehebohan yang aku buat, dunia ku hampa bahkan teman pun sekarang aku tak punya.
Namun setelah beberapa bulan aku berstatus anak SMA, aku kembali menemukan cahaya, cahaya yang menuntunku untuk kembali ke jati diriku.
Awalnya aku bertemu dengan Alvaro, dia membantu ku saat aku pingsan di ajang sekolah. Sejak saat itu aku menyukainya seakan lupa dengan penyakit ku, seiring berjalannya waktu aku dan Alvaro menjadi dekat, dan saat itu Alvaro mengenalkan ku dengan temannya yaitu Rania dan Iqbal.
Secara perlahan kehidupan ku yang hampa kembali ceria, saat bersama mereka aku seakan tersihir dan melupakan bahwa diriku ini sakit, aku merasa kembali sehat ketika bersama mereka.
Hari hari yang ku jalani kembali berwarna, sampai pada penghujung tahun entah bagaimana aku dan Alvaro berpacaran. Tapi rasanya aneh ketika kami menjalin hubungan Alvaro berubah dia seperti menghindar dari ku.Beberapa hari setelah kami berpacaran aku mengetahui alasannya mengapa Alvaro menghindar ternyata Alvaro memiliki pacar selain aku.
Kami putus secara baik baik, dan memutuskan untuk menjadi sahabat. Hari hari berikutnya Alvaro kembali menjadi Alvaro yang ku kenal, sepertinya kami memang di takdirkan untuk bersahabat tidak lebih. Walau dalam hatiku masih berharap bisa kembali menjadi kekasihnya.
Di semester kedua, semua kelas kembali di atur sesuai dengan nilai siswa. Entah memang nasib baik aku,Alvaro, Rania, dan Iqbal berada di kelas yang sama.
" Sen kita satu kelas loh " ucap Rania bersemangat.
" Iya waahhh asik Lo duduk bareng gue ya " ajak ku, dengan semangat Rania mengangguk.
" Wedeh akhirnya kita satu kelas, jadi gak perlu janjian kalau mau ke kantin " ucap Iqbal mengambil posisi duduk di belakangku dan Rania.
" Iya asik gue bisa dapet contekan dari dua cewek cantik sekaligus " goda Alvaro menepuk pelan kepalaku dan duduk di samping Iqbal.
" Yoi broo Lo tahu nilai terbaik anak kelas sepuluh siapa yang megang? " tanya Iqbal pada Alvaro.
" Siapa broo "
" Peringkat pertama Sheyna dan kedua Rania sohib kita broo" ucap Iqbal heboh. Aku dan Rania hanya geleng geleng kepala, sambil senyum satu sama lain.
Kamipun berbincang ringan membahas liburan kemarin, tidak ada yang tahu bahwa aku dan Alvaro menjalin hubungan. Tak berselang lama seorang guru memasuki kelas kami.
" Selamat pagi anak anak, perkenalkan saya Ibu Sinta saya adalah wali kelas kalian X IPA 1 " Ibu Sinta memperkenalkan dirinya dan mengabsen nama nama siswa untuk saling berkenalan. Saat di penghujung perkenalkan tiba tiba seorang guru lain datang dengan seorang murid dengan seragam yang berbeda.
" Silahkan masuk nak " Ibu Sinta mempersilahkan murid tersebut untuk masuk. Murid itupun masuk semua mata tertuju kepadanya terutama kaum adam.
" Silahkan perkenalkan nama kamu " intruksi Ibu Sinta.
" Perkenalkan nama saya Billa, saya pindahan dari SMA X (salah satu SMA terkenal di kota ku ) "
Tiba tiba kelas menjadi ricuh ketika Billa membuka suaranya, suaranya yang lembut lembut manja membuat kaum adam yang centil menggodanya.
" Baiklah Billa kamu boleh duduk di depan Sheyna dan Rania " ucap Ibu Sinta.
" Haii " sapa ku saat Billa duduk di depan ku.
" Haii... kenalin gue Billa " Billa memperkenalkan namanya.
" Rania "
" Billa "
Kami berlima pun saling berkenalan, Billa memang terlihat sedikit liar dengan seragamnya yang begitu presbody, tapi setelah mengenalnya beberapa hari kaki tahu sifat asli Billa.
Billa anak yang baik, manja, dan lucu. Walaupun baru beberapa hari tapi aku merasa sangat cocok dengan Billa kesan yang kurasakan sama dengan kesan ketika aku baru mengenal Alvaro, Rania dan Iqbal. Aku seakan terhipnotis dan bisa melupakan sakit yang menggerogoti tubuhku.
Semakin hari kami semakin dekat, bahkan kemana mana kami selalu berlima. Sampai banyak orang yang menjuluki kami kembar lima. Ya walaupun aku tau di antara kami berlima tidak ada kemiripan secara fisik. Tapi kami memiliki kemiripan dari aspek lain seperti kami sama sama menyukai hal hal berbentuk seni, kami sama sama menyukai bintang, dan kami sama sama anak tunggal.
...◦•●◉✿ Happy Reading ✿◉●•◦...
Mungkin bagi remaja pada umumnya masa SMA adalah masa yang sangat membahagiakan, terlihat dari siswa siswi yang berlalu lalang sambil tertawa dan tersenyum bahagia bersama teman temannya.
Sheyna menarik nafas panjang menetralkan perasaan sedih di hatinya. Dia masih belum bisa menerima keadaannya saat ini.Memang berat yang ia rasakan, kehilangan orang yang paling kita sayang bukanlah hal yang mudah di tambah ia di vonis mengidap penyakit yang sama dengan sang papa yang sudah pergi beberapa bulan lalu.
Perlahan tapi pasti Sheyna melangkahkan kakinya memasuki SMA X ( salah satu SMA favorit di kotanya). Sheyna tidak memiliki teman di sekolahnya sekarang. Teman temannya banyak yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di SMA yayasan sekolah lamanya. Terlalu banyak kenangannya bersama sang papa di sana,membuatnya memilih untuk masuk ke SMA ini,
Sudah hampir tiga bulan ia bersekolah di sini, tapi dia tetap belum memiliki teman. Selain tidak ada yang ia kenal, Sheyna juga menutup diri jadi sulit jika ada yang ingin berteman dengannya.
Setelah tiba di kelas Sheyna, duduk di bangku paling belakang pojok sendirian.Dia sengaja mengambil posisi duduk di pojok agar saat penyakitnya kambuh dia bisa diam diam meminum obatnya tanpa ada yang tahu.
Seperti biasa sebelum bel masuk berbunyi Sheyna mengeluarkan novel dari dalam tasnya dan membacanya dengan khusyuk. Tak berselang lama bel pun berbunyi,Sheyna langsung memasukkan novelnya ke dalam tasnya dan guru yang mengajar pun sudah memasuki kelas, kegiatan belajar mengajarpun di mulai.
" Selamat pagi anak anak sebelum kelas di mulai ibu akan mengingatkan,untuk acara ulang tahun sekolah minggu depan ibu berharap semua murid bisa berpartisipasi di setiap mata lombanya " peringat Ibu Fitri selaku wali kelas mereka yang kebetulan mengajar di kelas mereka pagi ini.
" Bu " Andra selaku ketua kelas mengintrupsi.
" Iya Andra ada apa? " tanya Ibu Fitri.
" Bu semua mata lomba sudah saya data, hanya tersisa satu mata lomba estafet, kita masih kurang satu orang bu, dan masih ada yang belum berpartisipasi" ucap Andra sambil melirik ke arah Sheyna.
" Iya bu, setiap di tanya dia selalu diam bu" sambung Fenti sekretaris kelas dengan nyolot.
Dan seketika kelas menjadi ricuh, mereka semua memojokkan Sheyna. Bukannya dia tidak ingin berpartisipasi tetapi perlombaan yang di adakan adalah lomba olahraga, terlebih ini adalah lari estafet,Sheyna sadar diri bahwa dirinya tidak akan mampu mengikuti lomba tersebut.
" Stop... stop...! " Intrupsi Ibu Fitri.Ibu Fitri tahu siapa yang di maksud muridnya, melihat arah tatapan semua murid kelas tersebut.
" Setiap pelajaran olahraga Sheyna selalu izin, setiap ada kegiatan kerja bakti juga izin, dan ada lomba masa dia juga gak bisa ikut bu " protes Fenti.
" Iya bu, cuma Sheyna yang belum berpartisipasi " tambah yang lainnya.
" Eeemmm, anak anak Ibu Moh.... "
" Baiklah bu saya akan mengikuti berpartisipasi ll" ucap Sheyna dengan santainya. Ibu Fitri tampak terkejut mendengar penuturan Sheyna. Sheyna sengaja memotong ucapan Ibu Fitri karena Sheyna tahu Ibu Fitri pasti bingung harus bersikap apa di depan semua murid.
Ya Ibu Fitri sudah tahu kalau Sheyna memiliki penyakit, itu sebabnya setiap jam pelajaran olahraga Sheyna di perbolehkan untuk tidak mengikuti pelajaran tersebut.
" Eeeee baiklah, nanti saat istirahat kamu ke ruangan Ibu ya " minta Ibu Fitri dan Sheyna hanya mengangguk. Setelah itu mereka kembali melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
...***...
Beberapa menit yang lalu bel istirahat berbunyi, Sheyna baru ingat bahwa dia di panggil ke ruangan Ibu Fitri. Sheyna berjalan keluar kelas dengan wajah dinginnya menuju ruang Bu Fitri.
" Permisi...Selamat siang Bu " salam Sheyna memasuki ruang Ibu Fitri.
" Eeem iya masuk Sheyna " Sheyna pun duduk di kursi yang berhadapan dengan Ibu Fitri.
" Sheyna Ibu tahu kondisi kamu, apa kamu yakin ingin berpartisipasi? " tanya Ibu Fitri.
" Saya yakin bu " jawab Sheyna seadanya.
" Tapi kesehatan kamu akan terganggu, Ibu harap kamu mengundurkan diri dan Ibu bisa mencari alasan kepada teman kelas kamu " bujuk Ibu Fitri, bagaimana pun Ibu Fitri juga mengkhawatirkan kondisi Sheyna.
" Ibu tenang saja saya sanggup bu, saya tidak harus memenangkan perlombaan kan? yang penting saya ikut berpartisipasi" jelas Sheyna.Ibu Fitri mengangguk yang di ucapkan Sheyna ada benarnya, dia tidak harus menang, dia hanya akan berpartisipasi, dan ibu Fitri rasa itu tidak akan mempengaruhi kesehatan Sheyna.
" Ya sudah itu hak kamu, tapi Ibu mohon jangan terlalu memaksakan ya, tetap perhatikan kesehatan kamu " ucap Ibu Fitri memegang tangan Sheyna.
" Ibu tenang saja, kalau begitu saya permisi ya bu " pamit Sheyna sambil mencium punggung tangan Ibu Fitri.
Setelah berbincang dengan Ibu Fitri, Sheyna kembali ke kelasnya. Tak berselang lama bel masuk berbunyi merekapun kembali dengan kegiatan belajar mengajar.
...***...
" Huuuuffffftttttt..... " Sheyna menghela nafas kasar dan merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Kepalanya terasa sangat sakit, dan tubuhnya terasa lemas.
" Anak mama sudah pulang " sapa Nani yang baru saja kembali dari dapur dengan potongan buah di tangannya.
" Mama kok udah pulang? " heran Sheyna, mendudukkan tubuhnya.
" Iya mama dapat telpon dari Ibu Fitri, dan mama langsung buru buru pulang deh " jelas Nani menyuapkan potongan buah kepada Sheyna.
" Huuhhh... andai Nana gak sakit semua mata lomba Nana jabanin ma " ucap Sheyna sedikit frustasi sambil mengunyah buah.
" Tapi Nana yakin bakalan ikutan? " tanya Nani lagi.
" Nana yakin ma, lagi pula beberapa hari ini Nana ngerasa cukup sehat " ucap Sheyna berusaha meyakinkan Nani.
Sheyna tahu dirinya tidak sanggup, tapi di dalam hati kecilnya dia sangat ingin mengikuti perlombaan tersebut.
" Tapi Na, mama khawatir d.... "
" Ma Nana baik baik aja, oh ya tadi kata om Nevan besok sore jadwal Cekup " ucap Sheyna berusaha mengalihkan pembicaraan. (Om Nevan adalah dokter yang menangani penyakit Sheyna).
" Ya ampun mama hampir aja lupa, untung kamu ngingetin " ucap Nani mengelus kepala Sheyna.
" Udah aa, Nana naik dulu ya ma mau bersih bersih,lengket " Sheyna menciun pipi Nani lalu berlari menaiki tangga.
" Nana jangan lari nanti kecapekan " teriak Nani.
Mendengar teriakan Nani, Sheyna tersenyum miris dan langsung masuk ke kamarnya.Di dalam kamar Sheyna kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
" Miris jadi orang penyakitan, apa apa gak boleh, kecapekan sedikit minum obat, ngerasa sakit sedikit langsung kerumah sakit, huufffftt... " lagi lagi ia menghela nafas.
" Ya Tuhan kalau umur Nana gak panjang tolong beri Nana seseorang yang bisa buat Nana bahagia sebelum Nana pergi Ya, Nana janji deh gak bakal menutup diri lagi, Nana janji bakal jadi Nana yang ceria lagi. " Doa Sheyna dalam hati.
Setelah itu Sheyna langsung beranjak mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Dia akan melaksanakan rutinitas sorenya.
...◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦...
Pruiiiiiiiiitttttt....
Suara peluit saling bersahutan, sorak sorai penonton juga saling beriringan. Pk. 08.00 acara perayaan ulang tahun sekolah resmi di buka. Semua murid dan para guru berkumpul di tempat perlombaan.
Sheyna dan teman kelasnya sudah berada di lapangan tempat perlombaan di adakan. Perlombaan sudah di mulai beberapa jam yang lalu, dan sudah beberapa mata lomba terlaksana. Sejak perlombaan pertama dimulai perasaan Sheyna berkecamuk, dan ingin rasanya memarahi teman teman kelasnya yang terlalu pasif.
Tiga mata lomba berlalu, dan ketiganya mereka kalah. Sheyna benar benar tidak habis pikir dengan teman kelasnya bagaimana bisa mereka tidak memberi semangat kepada teman temannya yang mengikuti perlombaan seperti kelas lainnya.
" Ini mereka pada kenapa ya, di kelas aja pada teriak teriak kalau ngomong, giliran ajang teriak teriak malah diem seribu bahasa ". Dumel Sheyna dalam hati.
" Woiii... Kalian gak ada niatan gitu nyemangatin teman kalian? " tanya Sheyna pada salah satu teman kelasnya.
" Eeh buat apa capek capek teriak, toh gak bakal menang juga " jawab Fenti meremehkan.
Sheyna benar benar tidak habis pikir, ada manusia macam Fenti ini. Sheyna terus memperhatikan Henny yang sedang berjuang di perlombaan lari putri. Tampak nafasnya terengah engah, dan ingin menyerah.
Walaupun Sheyna tidak berteman dengan teman sekelasnya, tapi Sheyna tetap merasa kasihan dengan teman kelasnya jika mereka tidak memenangkan satu perlombaan pun.
" Henny...!!! ayo semangat!!!! " teriak Sheyna secara sepontan, mulutnya sudah tidak bisa menahan gejolak di dalam hatinya.
Semua teman kelas Sheyna menatap heran ke arah Sheyna, termasuk Henny yang masih berada di tengah lapangan. Sheyna tidak menghiraukan tatapan mereka, dia terus berteriak menyemangati Henny.
" Goo Henny goo Henny gooo...!!! Lo pasti bisa ayo lari lebih cepat " teriak Sheyna lagi.
" Henny semangat....!!! kamu pasti bisa!!!! " Sheyna mengalihkan pandangannya ke arah Ibu Fitri yang berdiri di sampingnya, Ibu Fitri tersenyum.
" Goo... Hennyyy semangat!!!! " teriak teman kelasnya membantu Sheyna dan Ibu Fitri menyemangati Henny, hanya Fenti yang menatap tidak suka ke arah Sheyna.
Henny yang berada di lapangan pun tersenyum, dan seakan mendapat tenaga baru Henny kembali berlari dengan cepat. Sheyna tersenyum melihat Henny kembali bersemangat di lapangan.
Terkadang suport dari orang sekitar itu lebih penting di banding, memiliki seluruh dunia. Sheyna tahu bagaimana rasanya ketika ia berjuang dengan penyakitnya dan orang sekitar mensuport nya itu akan menumbuhkan harapan dan semangat baru di dalam dirinya. Ketika ia tidak mendapat suport Sheyna yakin rasanya pasti sangat menyakitkan.
" Henny... Henny... Henny....dan yeeeeaaaahhhh!!! " teriak teman teman kelas Sheyna saling berpelukan , ketika di detik detik terakhir Henny berhasil menyusul semua peserta dan berada di urutan ke 3. Ibu Fitri memeluk Sheyna, dengan perasaan senang ketika Henny berhasil merebut juara 3 lomba lari putri.
" Sen..." panggil Henny yang baru saja kembali. Sheyna pun menolehkan pandangannya.
Buggghhh....
Henny langsung memeluk tubuh Sheyna dengan keras, Sheyna yang tidak siap hampir terhuyung kebelakang.
" Thankksss ya, Lo udah nyemangatin gue hikss... gue bangga banget akhirnya gue bisa menang hiksss... gue hampir nyerah karena gak ada yang nyemangatin gue, tapi tiba tiba Lo teriak dan ngasih semangat ke gue hiksss... " ucap Henny terharu.
Sheyna bingung harus berucap apa, di satu sisi dia bangga karena berhasil membangkitkan semangat Henny dan di sisi lain dia masih ingin menutup diri. Sheyna takut jika ia kembali membuka diri dan teman temannya tahu keadaannya, mereka akan kembali menjauhinya, dan itu akan sangat menyakitkan.
" Sudah, kan kamu sudah menang mulai sekarang kita harus saling mendukung ya, supaya bisa memenangkan perlombaan yang tersisah " ucap Ibu Fitri memeluk Sheyna dan Fitri sambil melirik murid lainnya, mereka semuapun mengangguk, kecuali Fenti yang menatap sinis ke arah Sheyna.
Perlombaan kembali berlanjut,sesuai kesepakatan mereka tadi, mereka memberikan semangat kepada semua yang berpartisipasi dalam perlombaan. Kelas mereka kembali bangkit, semua perlombaan mereka menangkan, ya walau mendapat juara 3, lumayan lah.
Dan sekarang giliran Sheyna, Andra, Fenty, dan Julio mengikuti perlombaan lari estafet. Mereka mengambil posisi, Andra di garis start, Julio di garis kedua, Fenty di garis ketiga, dan Sheyna berada di garis akhir.
Pruiiiiiiiiitttttt....
Suara peluit terdengar, semua peserta di garis awal mengambil posisi.
pruiiiiiiiiitttttt...
Dan mereka mulai berlari menuju pelari kedua sambil membawa tongkat. Perlombaan berjalan lancar, sekarang Fenti yang menerima tongkat dan bersiap berlari menuju Sheyna.
Bruuuggghhh...
" Sheyna!! " teriak Ibu Fitri saat tiba tiba Fenti menabrak tubuh Sheyna sampai terjatuh ke tanah.
" Eeehh sorry! " ucap Fenti tersenyum smirk. Tanpa memperdulikan Fenti, Sheyna berusaha untuk bangun.
" Gue tahu Lo penyakitan " Sheyna menatap Fenti dengan tajam.
" jangan asal ngomong!" ucap Sheyna berhasil berdiri.
" Hehh, buktiin kalau Lo gak penyakitan !" ucap Fenti berbisik di telinga Sheyna.
Sheyna benar benar tidak habis pikir dengan teman kelasnya satu ini. Sejak awal mereka bertemu Fenti selalu mencari masalah dengan Sheyna, namun Sheyna tidak pernah menghiraukannya.
Merasa di rendahkan jiwa Sheyna kembali terpanggil, saat SMP Sheyna sudah terbiasa dengan kegiatan seperti ini, bahkan dia banyak memenangkan Olimpiade olahraga, hanya saja semenjak dia di vonis kepercayaan dirinya menghilang.
" Lo liat aja! " balas Sheyna langsung berlari meninggalkan Fenti yang tersenyum merendahkan.
"Ayo Na Lo pasti bisa! " Sheyna berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Sheyna terus berlari,dan berhasil menyusul peserta lainnya, namun saat hampir mencapai garis finish kepalanya terasa pusing dan dadanya terasa sesak.
" jangan sekarang plisss... jangan sekarang."
Ibu Fitri yang melihat Sheyna mulai berlari lambat, membuat Ibu Fitri khawatir dan berlari mendekati arena perlombaan.
" Sheyna jangan di paksa! " ucap Ibu Fitri pelan namun mampu di dengar oleh Sheyna.
Sheyna menarik nafas dan menghembuskan nya berusaha menetralkan rasa sakitnya. Kata kata Fenti kembali terngiang, ia tidak mau membenarkan spekulasi Fenti,walaupun spekulasinya benar, tapi ia akan berusaha semampunya.
Sheyna memejamkan matanya " Ayo Lo harus bisa " Tanpa memperdulikan peringatan Ibu Fitri,Sheyna kembali berlari dengan kencang. Membuat Ibu Fitri semakin khawatir.
Sheyna terus berlari mengejar ketertinggalannya yang cukup jauh. Pandangannya mulai buram, Sheyna memejamkan matanya dan berlari sekuat tenaganya. Teriakan teman sekelasnya yang menyemangatinya semakin samar samar terdengar.
" Gue harus menang, ayo Na Lo bisa sampai Finish " Sheyna kembali menyemangati dirinya.
" Sheyna berhenti!!! " Ibu Fitri meneteskan air matanya, dia tahu Sheyna sedang memaksakan dirinya. Sheyna tetap berlari sekuat tenaganya.
Prruiiiittttt....
" Yeaaaahhhh.... " Teriak Sheyna sambil tersenyum saat dirinya berhasil menyusul dan berhasil tiba di garis Finish pertama.
Sheyna menatap kearah Ibu Fitri sambil tersenyum bangga, Ibu Fitri langsung berlari menghampiri Sheyna. Baru saja dia ingin berbalik badan menghadap teman kelasnya berkumpul tiba tiba pandangannya menjadi gelap.
...◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!