»» Vera Amalia
Gadis yang baru berusia 21 tahun, mempunyai paras yang cantik, berambut panjang, berkulit putih dan mempunyai hidung yang mancung. Gadis itu memiliki tinggi badan 165 cm. Vera gadis yang sangat baik, dia tidak pernah membeda-bedakan dalam berteman. Ia memiliki sahabat karib namanya Tantri, sahabatnya ini berasal dari keluarga yang sederhana. Meski begitu Vera tak pernah memandang rendah Tantri.
»» Dion Brian Sanjaya
Pemuda yang berusia 22 tahun. Dion adalah lelaki tampan di kampus nya. Ia memiliki tubuh tegap dengan tinggi badan 180 cm. Berkulit putih dan berhidung mancung. Dion adalah kekasih Vera, lelaki itu sangat mencintai kekasih hatinya.
»» Tantri Larasati
Gadis berusia 22 tahun, bertubuh sensual, tapi mempunyai hati yang licik. Ia satu kelas dan satu kampus dengan Vera. Tantri adalah satu-satunya sahabat yang sangat dekat dan sangat Vera percayai. Tanpa sepengetahuan Vera, Tantri diam-diam menaruh hati sama Dion kekasih hati Vera.
»» Ferdi Agraham
Pemuda berusia 22 tahun, berparas tampan. Ia adalah teman masa kecil Vera. Diam-diam Ferdi juga menaruh hati kepada Vera, tapi ia tidak berani mengutarakan perasaannya hingga Vera akhirnya berpacaran dengan Dion. Dengan berat hati Ferdi merelakan Vera, tapi walau begitu Ferdi tetap menunggu sampai Vera mau menerima perasaannya.
Cerita aku ini menceritakan tentang persahabatan Vera, Dion, Tantri dan juga Ferdi. Tantri di mata Vera adalah sosok sahabat yang baik, tapi tanpa Vera sadari Tantri diam-diam mencintai Dion, bahkan ia berniat untuk merebut Dion dari Vera. Sebagai sahabat, Tantri menusuk Vera dari belakang, ia adalah musuh dalam selimut.
Ini cerita hanya fiktif belaka, aku menulis ini hanya karena imajinasi saja. Kalau ada kata-kata umpatan atau kata-kata kasar tertulis dalam cerita aku, aku minta maaf. Kita ambil sisi baiknya saja dan kita buang sisi buruknya.
Jika ingin tau kelanjutan ceritanya, ikuti terus ceritanya ya.
Selamat membaca.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Teringat akan Papa..
Mila yang sedang menyiapkan makanan diatas meja, menunggu anak semata wayangnya yang tak kunjung keluar dari kamarnya.
"Sayang ayo bangun! ini sudah siang, nanti kamu terlambat ke kampus!" Teriak Mila sambil berdiri dibawah tangga.
"Iya Ma, Vera sudah bangun kok," sahut Vera setelah selesai bersiap-siap.
"Cepetan turun!"
Vera mengambil tas dari atas meja belajarnya, gadis itu bergegas berjalan keluar dari kamar. Gadis itu tidak ingin membuat mama nya darah tinggi karena terus menerus berteriak.
"Selamat pagi, Ma," sapa Vera sambil mencium pipi Mama nya.
"Ini sudah siang sayang, lihat matahari sudah tinggi. Ayo cepetan makan, nanti kamu terlambat ke kampus."
Mila dan Vera berjalan menuju meja makan, Vera mengambil nasi dan lauk lalu ia letakan kedalam piring kosong. Dengan lahab Vera mulai memakan makanannya. Mila hanya menggelengkan kepalanya melihat cara makan gadis kesayangannya.
"Ma, Vera berangkat kuliah dulu ya," ucap Vera sambil mencium tangan Mama nya.
"Hati-hati di jalan, kamu bawa mobilnya jangan ngebut, ingat keselamatan itu yang terpenting." Mila mencoba memberi nasehat kepada Vera.
"Iya Mama ku sayang," ucap Vera sambil mencium pipi Mama nya.
Vera berjalan menuju garasi, ia masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju kampus. Sesampainya di kampus Vera memarkirkan mobilnya di parkiran kampus. Saat Vera berjalan keluar dari area parkiran, ia tidak sengaja berpapasan dengan Dion.
"Siang sayang," sapa Dion sambil mengecup kening Vera.
"Dion! apa-apaan sih kamu, malu tau dilihat banyak orang," ucap Vera sambil mendorong tubuh Dion.
"Kenapa harus malu, kamu kan pacar aku dan semua anak kampus juga sudah pada tau!" Ucap Dion kesal.
Dion merasa sikap Vera sudah keterlaluan, gadis itu selalu menolak saat Dion ingin mengajaknya untuk sedikit beromantis-romantisan.
"Iya aku tau, tapi nggak harus kayak gini juga. Walau kita nggak mesra di depan orang, semua anak kampus ini tau kalau aku ini pacar kamu," ucap Vera sambil mengusap lembut pipi Dion.
"Iya-iya maaf, ya sudah sekarang kita ke kelas," ajak Dion sambil mengandeng tangan Vera.
Mereka berjalan menuju kelas, setiap melewati lorong semua anak-anak melihat kearah Dion dan Vera. Itu karena Dion dan Vera adalah siswa terpopuler di kampus itu. Yang cewek cantik dan yang cowok tampan, semua orang iri dengan perhatian Dion ke Vera.
"Dion, semua pada melihat kearah kita lo, lepasin dong tangan aku," ucap Vera sambil melepaskan tangannya dari tangan Dion.
"Biarin aja palingan mereka sirik sama kita." Ucap Dion dengan expresi santainya. Vera hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap Dion yang begitu santainya.
"Hai Vera, Dion. Sini duduk sini," sapa Tantri sambil menepuk bangku disebelahnya
Vera dan Dion berjalan menghampiri Tantri, Vera duduk disebelah Tantri sedangkan Dion duduk disebelah Vera.
"Gimana hubungan kalian?" Tanya Tantri berbasa-basi. Padahal sebenarnya Tantri tidak suka dengan kedekatan Dion dan Vera.
"Kamu bisa lihat sendirikan, kita baik-baik saja. Kita malah semakin mesra tiap hari, iya kan sayang," ucap Dion sambil merangkul pundak Vera.
"Lepasin Dion! malu kan dilihatin banyak orang," ucap Vera kesal. Ia merasa kesal karena Dion tidak bisa menempatkan diri jika memperlihatkan kasih sayangnya.
Sebenarnya Tantri iri dengan kedekatan Dion dan Vera, karena Tantri juga menyukai Dion. Tapi Dion tidak merespon perasaan Tantri dan lebih memilih Vera.
Dosen masuk ke dalam kelas dan kelas pun dimulai.
"Dion, kenapa kamu dari tadi ngelihatin aku terus?" Tanya Vera penasaran. Sejak kelas dimulai Dion tak mengalihkan pandangannya dari Vera.
"Hari ini kamu cantik banget, aku jadi pengen...itu," goda Dion sambil mengerakan alisnya naik turun.
"Sudah jangan gombal, perhatiin itu pelajaran," ucap Tantri ketus. Dion tidak memperdulikan ucapan Tantri, ia tau Tantri merasa iri dengan Vera.
Kelas pun berakhir.
"Sayang kita pergi jalan-jalan dulu yuk, sudah lama kita nggak jalan berdua," ajak Dion.
"Memangnya kita mau kemana?"
"Sudah kamu ikut saja, nanti kamu juga bakalan tau dan pastinya kamu nggak akan menyesal."
"Ya sudah ayo, lagian aku juga suntuk kalau cuma di rumah. Bingung juga mau ngapain," ucap Vera mengiyakan ajakan Dion.
Sebenarnya Vera juga ingin menghabiskan waktu berdua bersama dengan Dion. Mereka sudah lama tidak jalan berdua.
"Kita pakai mobil kamu saja ya, biar cepat."
"Terus motor kamu gimana?"
"Tenang saja, nanti aku suruh Rio anterin ke rumah aku."
Vera menganggukkan kepalanya dan memberikan kunci mobilnya kepada Dion. Mereka berjalan menuju parkiran. Mereka masuk ke dalam mobil dan Dion melajukan mobil menuju taman kota.
"Kenapa sih sayang kamu nggak suka bermesraan didepan umum? padahal kan kita cuma cium kening, bergandengan tangan dan peluk doang?" Tanya Dion penasaran. Dion tetap fokus menatap kedepan.
"Ya bukan gitu, aku merasa nggak enak saja karena banyak yang melihat kita. Nanti mereka pada mencibir kita nggak tau malu gimana? memangnya kamu mau dikatain kayak gitu," ucap Vera sambil menatap wajah Dion.
"Ya nggak mau sih."
Kini mereka sudah sampai di taman kota. Dion turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu mobil tempat Vera berada.
"Ayo turun." Dion membukakan pintu mobil untuk Vera.
"Wah indah banget, kamu romantis juga ternyata," ucap Vera sambil melihat pemandangan yang ada didepannya. Vera keluar dari mobil.
"Betulkan kataku, kamu pasti nggak akan menyesal. Ayo kita cari tempat duduk, disini sangat panas, aku nggak mau kulit kamu yang putih mulus nanti jadi hitam karena terlalu lama berada di bawah sinar matahari," ajak Dion sambil mengandeng tangan Vera.
Mereka duduk di kursi taman di bawah pohon yang rindang dan didepannya tumbuh berbagai macam bunga.
"Kamu tau saja tempat yang romantis," goda Vera sambil menyenggol lengan Dion.
"Ya iyalah, Dion gitu loh," ucap Dion sambil bergaya sok cooll.
"Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajak kamu kesini tapi kamu selalu sibuk," sambung Dion lagi.
"Maaf ya, karena aku akhir-akhir ini nggak bisa menemani kamu jalan," ucap Vera sambil menggenggam tangan Dion.
"Kamu itu sebenarnya cinta nggak sih sama aku?" Tanya Dion sambil menatap kedua mata indah Vera.
"Ya cinta lah, kalau nggak cinta kenapa aku mau kamu ajak kesini," sahut Vera santai.
"Aku itu cinta banget tau sama kamu, apapun akan aku lakukan demi bisa mendapatkan kamu." Dion menarik tangan Vera lalu mengecupnya.
Vera merasa sangat bersalah karena akhir-akhir ini ia sering bersikap cuek sama Dion saat diajak jalan. Gadis itu akhir-akhir ini terlalu sibuk sendiri hingga tidak ada waktu untuk Dion.
"Sayang...Sayang, kamu cantik banget deh, bikin aku makin jatuh cinta sama kamu," rayu Dion.
"Sudah nggak usah gombal deh."
"Beneran aku nggak bohong sayang, kamu memang cantik." Dion menatap Vera sambil menepiskan senyumannya.
"S--sayang...boleh minta itu nggak?" Tanya Dion ragu-ragu.
"Kamu mau minta apa?" Tanya Vera penasaran.
"Minta ini." Dion lalu menaruh jari telunjuknya di bibirnya.
"Apaan sih, jangan mesum deh," ucap Vera malu-malu.
"Kok mesum sih sayang, aku kan cuma minta kiss doang."
"Nggak!" Tolak Vera.
"Ayo dong sayang, kita sudah pacaran selama 2 tahun, tapi kita belum pernah melakukannya. Selama ini kamu cuma mengizinkan aku untuk mengecup kening kamu dan pipi kamu saja," ucap Dion sambil mengerucutkan bibirnya.
Vera mencerna kata-kata Dion. Ia menatap wajah Dion yang cemberut.
"Benar juga kata Dion, selama ini aku hanya mengizinkan Dion untuk mengecup kening dan pipi aku aja." Gumamnya dalam hati.
"Ya sudah, tapi sekali ini saja ya, lain kali nggak boleh," ucap Vera sambil menepiskan senyumannya.
"Makasih ya sayang, aku mencintaimu. Sangat..sangat mencintaimu," ucap Dion lalu mengecup kening Vera.
"Aku juga mencintaimu sayang, hanya kamu laki-laki yang aku cintai di dunia ini setelah papa aku."
Menyebut nama Papa nya, raut wajah Vera seketika berubah murung. Gadis itu sangat merindukan sosok Papa nya yang sudah lama meninggalkannya selama-lamanya.
Dion paling tidak suka melihat Vera bersedih. Dion tidak akan membiarkan gadis pujaan hatinya sampai menitikan air mata.
"Makasih sayang, maaf karena aku sudah mengingatkan kamu sama Papa kamu," ucap Dion sambil menggenggam tangan Vera.
"Nggak apa-apa kok, aku juga nggak menyangka Papa aku akan meninggal dalam kecelakaan mobil itu. Andai waktu dapat aku putar kembali, aku nggak akan mengizinkan Papa pergi waktu itu," ucap Vera sambil menundukan wajahnya.
"Itu sudah takdir sayang, jangan kamu sesali. Kita nggak akan tau kapan ajal akan menjemput kita," ucap Dion lalu menarik Vera kedalam pelukannya. Ia ingin memberikan kenyamanan kepada Vera.
¤¤¤¤
Dion ingin mencairkan suasana hati Vera yang sedang sedih karena teringat akan Papa nya yang sudah meninggal dunia.
"Sayang kamu mau es cream nggak?"
"Memangnya ada penjual es cream disini?"
"Ada dong, semua tempat pariwisata pasti ada penjual es cream, ya paling nggak satu lah," ucap Dion lalu tersenyum.
"Ya sudah aku mau," ucap Vera sambil menganggukan kepalanya.
"Sebentar ya, aku beliin dulu."
Dion berdiri dan berjalan meninggalkan Vera.
Selang beberapa menit Dion kembali dengan membawa 2 buah es cream ditangannya.
"Ini sayang, kamu yang rasa coklat ya," ucap Dion sambil memberikan es cream kepada Vera.
"Makasih ya," ucap Vera sambil menerima es cream yang diberikan Dion.
"Sayang, pasti Papa kamu sudah bahagia disana, jadi kamu nggak usah sedih lagi. Papa kamu pasti juga nggak suka melihat kamu sedih kayak gini," ucap Dion sambil menggenggam tangan Vera.
"Iya aku tau kok, maaf aku sudah mengacaukan suasana romantis ini," ucap Vera sembari tersenyum tipis.
"Nggak apa-apa Sayang, aku boleh ngomong sesuatu nggak?" Tanya Dion sambil menatap kedua manik mata indah Vera.
"Kamu mau ngomong apa?"
"Sebenarnya aku nggak suka melihat kamu deket-deket sama Ferdi." Dion membuka es cream di tangannya lalu memakannya.
"Memangnya kenapa?" Tanya Vera penasaran.
Setahu Vera biasanya Dion tidak terlalu memperdulikan pertemanan dia dengan Ferdi.
"Ya aku nggak suka saja, karena aku dengar dari Rio kalau Ferdi itu suka sama kamu," ucap Dion sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kamu cemburu ya," goda Vera.
"Ferdi itu kan temen aku dari sejak SD, dia sudah aku anggap seperti kakak aku sendiri," sambungnya.
Vera mencoba memberi penjelasan kepada Dion agar tidak salah paham tentang hubungannya dengan Ferdi.
"Tapi aku tetap nggak suka sayang, aku nggak suka cewek aku deket sama cowok lain." Dion menggenggam tangan Vera.
"Kamu nggak percaya sama aku, yang aku cintai itu cuma kamu, percaya deh sama aku," ucap Vera sambil memegang pipi Dion.
"Aku percaya sama kamu, tapi aku nggak percaya sama si Ferdi itu. Jelas kelihatan banget dia suka sama kamu dengan cara dia menatap kamu."
"Yang penting kamu percaya sama aku dan aku nggak mungkin mengkhianati kamu. Bagi aku kamu satu-satunya yang ada di hati aku," ucap Vera dengan senyuman di wajahnya.
"Walau berat tapi Ok deh, tapi kalau Ferdi sampai berbuat macam-macam sama kamu, aku nggak akan tinggal diam," ancam Dion.
"Iya, aku juga nggak akan tinggal diam kalau itu sampai terjadi."
"Janji."
"Iya janji, ya sudah ayo kita pulang, sudah sore juga. Aku takut nanti mama aku nyariin lagi," ajak Vera lalu berdiri.
"Ya sudah ayo, aku juga nggak mau kamu dimarahi sama mama kamu," ucap Dion lalu berdiri dan mengandeng tangan Vera.
Mereka berjalan menuju parkiran dan masuk kedalam mobil. Dion melajukan mobilnya menuju rumahnya.
"Mau mampir nggak?" Tawar Dion sambil membuka pintu mobil.
"Nggak usah, sudah sore juga..salam saja buat Tante dan Om," ucap Vera lalu turun dari mobil.
Dion keluar dari mobil. Vera masuk ke dalam mobil.
"Aku pulang dulu ya," ucap Vera sambil melambaikan tangannya. Dion membalas lambaian tangan Vera. Gadis itu lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Dion.
Sesampainya di rumah, Vera membuka pintu rumahnya.
"Ma..Vera pulang!" Teriak Vera sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
"Kok sepi ya, Mama kemana sih." Vera melihat sekeliling ruangan.
"Mendingan aku mandi dulu deh, habis itu baru telfon Mama."
Vera berjalan menapaki anak tangga satu persatu menuju kamarnya, ia melepaskan semua bajunya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa menit Vera pun selesai mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya.
Gadis itu duduk didepan meja rias, ia menatap kearah cermin dan memandang wajahnya.
"Cantiknya wajah ini, aku mirip banget sama Mama." Gumamnya dalam hati.
Vera mengingat kembali kejadian di taman kota tadi siang. Ia merasa ada perubahan pada diri Dion.
"Ada apa ya dengan Dion? kenapa sekarang dia sering banyak menuntut? padahal dulu dia nggak begitu menginginkan hal-hal yang kayak gitu. Kalau aku bilang tidak mau dia pasti nurut, tapi sekarang--" Vera sangat penasaran dengan perubahan sikap Dion.
"Sudah lah, mungkin hanya perasaan aku saja, pakai baju dulu ah." Vera lalu berdiri dan berjalan menuju lemari.
Vera mengambil t-shirt dan celana pendek, setelah selesai berpakaian Vera bergegas menelfon mama nya.
Tutt..tuttt..tutt..
Selang beberapa detik tetap tak ada jawaban dari Mila.
"Mama kemana sih, kenapa telfon aku nggak diangkat-angkat? coba aku telfon lagi." Vera mencoba kembali menelfon mama nya.
Tuttt...tuttt..tutt
Vera merasa sangat kesal, karena mama nya tetap tak mau menjawab telfon darinya. Akhirnya Vera keluar dari kamar dan pergi mencari mama nya. Gadis itu takut terjadi apa-apa sama Mama nya.
Saat Vera mau melajukan mobilnya, ia melihat mama nya sedang membuka pintu gerbang. Vera pun turun dari mobil dan berlari menghampiri mama nya.
"Mama dari mana saja?" Tanya Vera lalu memeluk mama nya.
"Mama habis menengok bu Risa, dia baru pulang dari rumah sakit." Vera melepaskan pelukannya.
"Kenapa Vera telfon nggak diangkat-angkat? Vera kan jadi khawatir sama Mama." Vera mengerucutkan bibirnya.
"Ponsel Mama ketinggalan di kamar sayang, maaf ya sudah bikin kamu khawatir," ucap Mila sambil mengusap puncak kepala Vera.
"Lain kali kalau Mama mau pergi ponselnya harus dibawa terus, biar Vera mudah menghubungi Mama."
"Iya-iya, maafin Mama. Sudah ayo masuk, diluar udaranya sangat dingin, nanti kamu sakit lagi," ajak Mila.
Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Vera menutup pintu dan menguncinya.
"Kamu laper nggak sayang? tadi Mama masakin makanan kesukaan kamu."
"He emm...Vera lapar banget Ma," ucap Vera sambil menganggukkan kepalanya.
Mereka berjalan menuju meja makan, mereka duduk di kursi meja makan.
"Tadi kamu pergi kemana sayang? kok terlambat pulangnya," tanya Mila sambil mengambil makanan dan menaruhnya ke dalam piring.
"Tadi Vera jalan-jalan ke taman sama Dion Ma. Mama tau nggak, tamannya itu indah banget Ma, banyak bunga-bunga gitu, romantis deh pokoknya," ucap Vera antusias.
"Kamu masih sama Dion? kirain sudah putus," sindir Mila.
"Kok Mama ngomong gitu, doain Vera putus ya," ucap Vera sedikit kesal.
"Bukan gitu sayang..habis akhir-akhir ini Dion nggak pernah main ke rumah."
"Mungkin lagi banyak urusan Ma, lagian akhir-akhir ini banyak tugas dari kampus," ucap Vera memberi alasan.
Gadis itu juga berfikiran sama dengan Mama nya. Akhir-akhir ini Dion memang sudah jarang main ke rumahnya.
"Ma, Vera sudah selesai makan, Vera ke kamar dulu ya, tadi dosen memberi tugas banyak banget." Vera lalu berdiri.
"Ya sayang, belajar yang rajin ya, tapi kamu jangan tidur larut malam lagi, besok kamu ada kelas pagi," ucap Mila sambil membereskan meja makan.
"Iya Mama ku sayang, selamat malam, Ma." Vera mengecup pipi Mama nya.
Vera sangat menyayangi Mama nya, karena hanya Mama nya yang Vera miliki setelah Papa nya meninggal dunia.
Vera menatap Mama nya lalu tersenyum. Dari dulu Vera memang manja. Gadis itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Semoga kamu selalu bahagia seperti ini sayang, maafin Mama jika Mama belum bisa membahagiakan kamu," ucap Mila sambil melihat kepergian Vera.
¤¤¤¤
Hari ini Vera bangun pagi-pagi sekali, karena dia ingin membantu Mama nya memasak sekalian ingin belajar memasak.
"Pagi, Mama ku sayang," sapa Vera sambil memeluk Mama nya dari belakang.
"Pagi sayang, tumben kamu sudah bangun. Biasanya nunggu Mama bangunin baru bangun," sindir Mila sambil tersenyum.
"Vera mau bantuin Mama memasak, sekalian Vera ingin belajar memasak, hehehe," ucap Vera sambil tersenyum.
"Memang kamu kuliah jam berapa? nanti kalau kamu terlambat gimana?" Ucap Mila cemas.
"Tenang saja Ma, Vera masuk siang kok."
"Ya sudah sini bantuin Mama memotong sayuran, biar Mama lanjutin yang lain." Mila lalu memberikan sayuran kepada Vera.
"Siap, Ma." Vera lalu menggantikan Mila memotong sayuran.
"Vera ingin belajar memasak Ma, biar besok kalau Vera sudah menikah, Vera bisa masakin makanan buat suami Vera."
"Mama senang jika kamu mau belajar memasak, dengan begitu kamu bisa bantuin Mama setiap hari," ucap Mila sambil menampakan senyuman di wajahnya.
"Ibarat sambil menyelam minum air ya Ma," sindir Vera. Mila tertawa mendengar sindiran dari anak gadisnya.
Setelah 1 jam akhirnya makanan sudah siap. Mila menyiapkan makanan diatas meja makan.
"Vera mandi dulu ya Ma, setelah itu baru sarapan."
"Ya sudah, jangan lama-lama mandinya nanti kamu bisa kesiangan."
"Iya, Mama ku sayang." Ucap Vera sambil memeluk Mama nya.
Vera berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar dan langsung menuju kamar mandi. Setelah beberapa menit Vera selesai mandi.
Vera berjalan menuju lemari dan diambilnya sebuah kemeja berwarna pink, itu adalah kemeja kesukaannya, karena kemeja itu hadiah ulang tahun dari Dion.
"Ok, sudah cantik, sekarang waktunya sarapan." Vera lalu mengambil tas di atas meja belajar.
Vera turun dari tangga dan berjalan menuju ruang makan.
"Kamu cantik banget sayang," sanjung Mila.
"Siapa dulu dong Mama nya, Mama Vera kan juga cantik banget," goda Vera.
"Sudah ayo makan, nanti kamu keburu siang," ucap Mila mencoba mengalihkan pembicaraan. Kini raut wajah Mila bersemu merah karena sanjungan dari anak gadisnya.
"Ma, Vera berangkat kuliah dulu ya." Vera lalu mencium tangan Mama nya.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut ingat pesan Mama."
"Iya, Ma," sahut Vera lalu berjalan menuju garasi.
Vera berjalan menuju mobil. Saat Vera hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
SMS masuk..SMS masuk..
Vera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya, dibuka itu sms dan ternyata SMS dari Tantri.
"Ver, jemput aku dong, motor aku mogok ni, mana dari tadi nggak ada taksi." ( Tantri )
Vera membalas SMS Tantri..
"Ok..tunggu aku di rumah. Ini aku baru mau berangkat." ( Vera )
Vera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah Tantri.
Sesampai di rumah Tantri, ternyata Tantri sudah menunggu di depan rumah.
"Ayo masuk," ucap Vera sambil membuka pintu mobil.
Tantri masuk ke dalam mobil. Vera melajukan mobilnya menuju kampus. Sesampainya di kampus, Vera memarkirkan mobilnya.
Vera dan Tantri berjalan menuju kelas.
Sampai di kelas Vera mencari-cari keberadaan Dion. Tidak seperti biasanya Dion datang terlambat.
Vera akhirnya bertanya sama Rio. Sahabat dekat Dion.
"Rio, Dion kemana kok nggak kelihatan?" Tanya Vera sambil berdiri di depan Rio.
"Nggak masuk," sahut Rio singkat.
"Kenapa? kemaren kayaknya masih baik-baik saja," tanya Vera cemas.
"Aku juga nggak tau kenapa, tadi Dion cuma sms aku kalau dia lagi sakit dan nggak masuk kuliah."
"Ok..makasih ya." Vera lalu kembali ke tempat duduknya.
"Gimana? apa kata Rio?" Tanya Tantri yang juga mencemaskan Dion.
"Katanya Dion lagi sakit, tapi nggak tau sakit apa." Vera lalu duduk di samping Tantri.
Dosen masuk kedalam kelas dan kelaspun dimulai.Vera nggak bisa konsentrasi pada palajaran. Ia selalu kepikiran sama Dion, ia begitu sangat mencemaskan keadaan Dion.
Bel berbunyi tanda waktunya istirahat..
"Yuk ke kantin, aku lapar nie," ajak Tantri sambil mengandeng tangan Vera.
Walau rasanya malas, tapi Vera tetap mengikuti Tantri ke kantin.
"Kamu mau makan apa Ver?" Tanya Tantri sambil mencatat pesanannya.
"Aku nggak lapar, pesan es jus saja," sahut Vera lemas.
"Kamu ini kenapa nggak punya daya kayak gitu?" Tanya Tantri cemas.
"Aku sangat mencemaskan Dion--"
"Ya sudah, aku pesankan minuman kamu dulu ya," ucap Tantri lalu berjalan menjauh.
Tantri pergi memesan makanan dan minuman. Sebenarnya Tantri juga sangat mengkhawatirkan Dion, tapi Tantri nggak mau menunjukannya kepada Vera.
"Hai, Vera," sapa Ferdi lalu duduk di samping Vera.
"Hai," sapa Vera balik.
"Kamu sendirian?"
"Aku lagi sama Tantri, dia lagi pesan makanan. Kok kamu masuk kuliah, bukannya kamu lagi nggak ada kelas?" Tanya Vera penasaran.
"Aku mau ketemu kamu, ada yang mau aku ceritakan sama kamu." Vera mengeryitkan dahinya.
"Soal apa?" Tanya Vera penasaran.
"Nanti saja aku ke rumah kamu."
"Kenapa nggak sekarang saja?" Tanya Vera semakin penasaran.
"Nanti saja, aku nggak enak sama Tantri." Vera semakin mengeryitkan dahinya.
"Memang kenapa? apa ada hubungannya sama Tantri?" Tanya Vera semakin di buat penasaran oleh Ferdi.
"Ya pokoknya ada, aku pergi dulu ya." Ferdi lalu beranjak dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan Vera.
"Ada masalah apa sih, kok main rahasia-rahasia an segala, bikin aku tambah penasaran saja," gerutu Vera.
"Kenapa?" Tanya Tantri yang sudah ada di samping Vera sambil membawa makanan dan minuman.
Tantri meletakkan makanan dan minuman diatas meja.
"Bukannya tadi itu Ferdi?" Sambung Tantri lagi sambil duduk di depan Vera.
"Iya, itu Ferdi." Vera lalu mengambil jus dari atas meja, lalu meneguknya.
"Mau ngapain dia kesini? bukannya dia nggak ada kelas?" Tanya Tantri yang juga penasaran.
"Aku juga nggak tau, tapi tadi katanya mau ketemu aku gitu."
"Ver apa kamu nggak sadar kalau Ferdi itu suka sama kamu?"
"Aku tau kok, tapi aku sudah bilang sama Ferdi kalau aku sudah menganggap dia seperti kakak aku sendiri."
"Terus gimana tanggapan Ferdi?" Tanya Vera penasaran.
"Ya dia cuma bilang, katanya mau sabar menunggu sampai aku bisa menerima dia."
"Gila apa si Ferdi itu, apa dia mendo'akan kamu supaya cepat putus dari Dion? Apa dia nggak tau kalau kamu cinta mati sama Dion?"
Tantri memang sengaja memancing Vera agar ia jujur dengan perasaannya dan bisa meninggalkan Dion. Dengan begitu Tantri bisa mendekati Dion dan mendapatkannya.
"Nggak mungkin Ferdi kayak gitu, Ferdi itu orangnya baik, aku sudah mengenalnya sejak aku masih SD." Vera kembali menyeruput jus yang masih ada di tangannya.
"Andai kamu putus sama Dion, aku akan sangat bahagia, Vera. Dengan begitu aku bisa memiliki Dion selamanya," gumam Tantri dalam hati.
Setelah selesai makan mereka kembali ke kelas. Selang beberapa jam, kelas pun berakhir.
"Aku mau menjenguk Dion, kamu mau ikut nggak?" Tawar Vera.
"Boleh, aku juga ingin tau Dion sakit apa. Orang kayak Dion bisa sakit juga ternyata." Ucap Tantri sambil tersenyum.
"Dion kan juga manusia Tan, bukan robot," ucap Vera sedikit kesal.
Mereka keluar kelas dan berjalan menuju parkiran. Mereka masuk ke dalam mobil. Vera melajukan mobilnya menuju rumah Dion.
"Kita mampir dulu ke toko buah ya, nggak enak datang dengan tangan kosong," ucap Vera sambil terus fokus menyetir.
"Ide bagus itu, Dion kan paling suka makan buah-buahan, biar cepat sembuh."
"Iya, nggak ada Dion rasanya nggak asyik. Kayak ada yang hilang gitu," ucap Vera lalu tersenyum.
¤¤¤¤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!