...Hay semuanya...
Pembaca kesayangan, yang mungkin lewat dan melihat novel ini ... Dibaca yah, beri aku dukungan, jika masih banyak kekurangan, maka maafkan author ya.
...The author loves you all....
...----------------...
AWAL DARI SEMUANYA..
Hay perkenalkan, namanya Rania, ia biasa dipanggil Nia. Rania anak tunggal dari papa dan mamanya..
Rania sekarang berusia 17 tahun, ia kelas X SMK Negeri 1 Sabu Barat.
Harii ini Rania sudah siap mau ke sekolah, ia ke sekolah diantar sama supirnya yaitu Pak Mamat..
Terdengar suara mamanya memanggil Rania dari ruang makan ..
"Nia, udah siap belum? makan dulu nak."
"Ia Ma, ini udah siap kok."
Rania keluar dari kamar dengan menuruni anak tangga satu/satu hingga sampai ke ruang makan, di sana sudah ada papa dan mamanya yang memulai sarapan.
"Hay Ma Pa, Selamat pagi," Ni berucap dengan senyum ceria di pagi hari.
"Hay sayang, kesayangan papa, udah siap sekolah?"
"Udah dong Papa ku sayang."
"Udah-udah makan dulu sarapannya biar nggak telat," kata mamanya pada Nia.
Rania pun memulai sarapannya, hingga saatnya ia berangkat ke sekolah.
"Ma Pa, Nia berangkat sekarang ya."
Rania mencium pipi mama dan papanya lalu keluar dan mencari Pak Mamat, yang pastinya sudah stay di mobil untuk mengantarkan Rania ke sekolah..
"Pagi non Nia, sudah siap? Mau jalan sekarang?"
"Pagi Pak Mamat, ia jalan sekarang Pak, biar nggak telat heheh."
Pak Mamat mengemudikan mobil dengan kecepatan standar, jarak rumah dengan sekolah lumayan dekat, ditempuh dengan mobil sekitar 20 menitan ..
Di pertengahan jalan menuju sekolah, Rania melihat seorang nenek sedang berusaha untuk menyebrang, ia berniat membantunya, dan Rania pun menyuruh Pak Mamat berhenti.
"Pak .. Stopp."
Ciiiitttt...
"Ada apa Non, ngagetin Pak Mamat saja."
"hehehe, bentar ya Pak."
Ternyata Rania membuat pakaian Mamat kaget dan ngerem mendadak, lalu ia hanya cengar-cengir saja dan keluar dari mobil untuk menghampiri nenek tersebut....
"Hallo Nek, selamat pagi," Rania menyapa nenek yang mau dibantunya.
"Mari Nek, saya bantu ke sebrang."
Rania membantu nenek itu menyebrangi jalan dengan selamat.
"Nek, sekarang udah di seberang jalan, rumah Nenek di mana, mau saya antar?"
"Tidak usah Cu, rumah nenek nggak jauh kok dari sini. Terimakasih ya sudah bantu nenek menyebrang."
"Ia Nek, sama-sama, yaudah saya lanjut ke sekolah dulu ya Nek, syallom Nek."
Rania berpamitan dan hendak kembali ke mobil menemui Pak Mamat, tapi nenek yang ditolongnya memanggil Rania lagi.
"Cu, ini untuk kamu, sebagai rasa terimakasih nenek."
"Nggak usah Nek, aku ikhlas."
"Terimalah Cu, agar nenek tenang."
Rania bingung harus bagaimana, terpaksa ia terimah saja gelang pemberian sang nenek, agar selesai dan ia bisa lanjut ke sekolah, biar nggak telat.
Rania kembali berpamitan dan melanjutkan langkah kakinya ke mobil. Setelah sampai mobil, Rania menoleh untuk melihat sang nenek, tapi sudah tidak ada lagi di sana, ia pun heran. Kok cepat sekali ngilangnya?
Tapi ya sudahlah, mungkin si nenek udah jalan ke rumahnya, Rania melanjutkan perjalanan hingga sampaii ke sekolah.
"Makasih ya Pak."
"Ia, sama-sama Non, bapak pamit ya Non, nanti bapak jemput kalau Non udah kelar sekolahnya."
"Ok Pak."
Rania memasuki halaman sekolah, sudah banyak murid yang datang, ia langsung menuju kelasnya yaitu kelas X B.
Rania menuju tempat duduknya, meletakan tas di meja kemudian ia mengeluarkan gelang yang diberikan nenek tadi.
Cantik juga, simple tapi enak aja gitu di liat, langsung saja ia pakai gelangnya ditangan.
"Wah gelang baru ya, diliatin mulu keknya dari tadi," ucap Lany.
Ya, dia sahabat baik Rania, tukang makan yang somplak, siapa lagi kalau bukan Lany. Lany teman baik Rania, mereka sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar..
Jadi ya, keduanya sudah sangat dekat.
"Hhahhaa ia dong, gelang baru, wkwkwkw."
"Sombong amat."
Lalu kami berdua kompak aja ketawa..
Ting Ting Ting ...
Bel tanda pelajaran dimulai berbunyi, artinya sebentar lagi Bu Naema akan masuk, dan membawakan pelajaran bahasa indonesia.
"Pagi anak-anak."
"Pagi Bu," satu kelas kompak menjawab salam Bu Naema.
"Nah hari ini ada anak baru di kelas kita, pindahan dari SMK Nusantara."
"Wah, ada anak baru, cantik, lumayan sih, tapi masih cantikan Nia."
Ya begitulah anak-anak berkomentar, terlebih para lelaki....
"Perkenalkan diri kamu."
"Hay semua, perkenalkan nama saya Rosa, semoga kita bisa berteman dan belajar dengan baik ya, terimakasih."
Namanya Rosa, dia anaknya lebih pendek dari Rania, rambutnya panjang dan kulitnya hitam manis.
"Yaudah, kamu silahkan duduk di bangku kosong di sebelahnya Nia dan Lany."
"Baik bu."
"Ok anak-anak kita mulai pelajaran kita hari ini."
Bu Naema memulai pelajaran bahasa indonesia, pelajaran sangat membosankan, tapi tetap mereka semua mengikuti proses pembelajaran dengan baik, hingga Bu Naema selesai dan keluar dari kelas...
"Hay, aku Nia."
"Aku Lany."
"Hay Nia, hay Lany, aku Rosa."
Rania dan Lany mengajak Rosa berkenalan, sebelum pelajaran selanjutnya dimulai.
Pelajaran selanjutnya matematika dan Pak Rudi sudah masuk kelas, dan kembali mereka mulai tertib mengikuti pembelajaran.
Mata pelajaran matematika selesai dengan berbunyinya bel tanda istirahat.
Ting tong ting tong...
"Nia, ke kantin yuk."
Lany, ya si tukang makan mengajak Rania ke kantin.
"Ok, ajak Rosa sekalian," Rania berjalan ke arah Rosa.
"Ros, ke kantin yuk."
"Aku boleh ke kantin sama kalian?"
"Boleh dong, ayookk."
Rania, Lany dan Rosa berjalan ke kantin, di kantin anak-anak sudah sibuk memesan makanan dan minuman, kantin lumayan ramai, mereka bertiga mencari meja kosong..
"Nah, itu meja kosong di sana, Lany kamu pesenin ya, aku bakso sama es teh aja, Ros kamu apa?"
"Samain aja Nia."
"Ok, aku pesenenin dulu ya, kamu sama Nia tunggu aja di meja," ucap Lany.
Lany langsung meluncur ke barisan anak-anak yang sedang mengantri makanan .
Rania dan Rosa menuju ke meja dan duduk dengan tenang sambil memainkan Handphone dan menunggu Lany membawakan makanan mereka.
"Ros, kamu di sini tinggal sama siapa?"
"Aku di sini ngekos Nia."
"Oh, di mana Ros?"
"Di Jalan Palapa."
"Wah, dekat dong sama rumah gue, kapan-kapan main ya ke rumah, Lany juga sering kok main di rumah."
"Ia Nia, nanti kalau aku sempat, aku ke rumah kamu."
Tak Lama Lany datang dengan bakso pesanan mereka bertiga.
"Yuhuuu, ini baksonya guys, yuk dimakan."
"Makasih ya Lan," Rania dan Rosa kompak ngucapin terimakasih ke Lany .
"Sama-sama, santai aja."
Mereka pun makan dengan tenang, hingga netra mata Rania menangkap bayangan di pojokan kantin, lama-lama makin jelas, dan itu adalah seorang perempuan seumuran mereka.
Tapi Rania nggak tau itu siapa, dia hanya diam dan menunduk di sana....
...----------------...
...Terimakasih udah baca Novelnya author....
Jangan bosan ya, jangan lupa dukung author selalu ya guys .
...----------------...
Maafin author ya, kalo kisahnya membosankan . hehehe
Bantu author dengan like dan komentar-komentarnya ya readers .
Danke banyak, Tuhan Yesus berkati...
...----------------...
*****
"Lan, kamu liat nggak tu ada cewek di pojokan sana?"
"Yang mana Nia?"
"Itu loh, yang sendirian di sana, yang nunduk itu loh."
"Ran, Lany, kalian ngomongin siapa sih," tanya Rosa.
"Oh, itu loh Ros, kamu liat nggak cewek di pojokan yang lagi nunduk?"
Rosa membulatkan mata-nya, entah dia liat apa tidak, Rania bingung dengan reaksinya..
Tiba-tiba ia mendekat dan berbisik pada Rania...
"Ran, kamu juga lihat?" yang hanya dibalas anggukan kepala Nia.
Tapi kok Lany tidak melihat apapun, itu yang masih membuat Nia bingung, sedangkan Rosa hanya menaruh jari di bibir seperti isyarat agar Nia diam saja, ya sudahlah nanti saja baru ia tanyakan.
Mereka pun menemui Ibu kantin untuk membayar makanan mereka. Setelah itu mereka kembali ke kelas, masih dengan pikiran tentang cewek yang Rania lihat di kantin.
Sampai di kelas, Pelajaran berikutnya pun dimulai, hingga jam pulang sekolah.
"Ros, kasih nomor HP kamu dong," ucap Nia.
"Eh, oh ia ya, kita belum tukeran nomor HP, nih save ya."
Rania, Rosa dan Lany berjalan menuju pintu gerbang, mereka akan pulang ke rumah masing-masing, belum sampai ke gerbang, Nia melihat cewek yang tadi di kantin, dia sedang berdiri dengan pandangan kosong, di ujung koridor dengan menghadap ke arah ketiga sahabat itu.
Rania melihat Rosa, dan ternyata dia juga sedang melihat kesana, apa Rosa juga melihatnya?" itulah pertanyaan yang ada dibenak Nia.
Tapi, sejak kapan ia bisa melihat hal-hal diluar nalar seperti ini, sejak kapan ia bisa melihat sosok-sosok tak kasat mata, yang sejatinya tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
Rania menyimpan pertanyaan itu dalam benaknya, dan ternyata di sana sudah ada Pak Mamat yang menunggunya.
"Lan, Ros, sampaii jumpa besok ya, oyah Ros, kamu pulang pakai apa?"
"Oh, itu.. Aku pulang pakai bus sekolah aja."
"Kalo gitu mending kamu ikut mobil aku ajha, kan kita searah, kosan kamu juga dekat kan sama rumah aku."
Rosa seperti menimang-nimang ajakan Rania, sedangkan Lany dia msh menjadi pendengar setia..
"Tapi Ran, aku nggak mau ngerepotin kamu."
"Apaan sih Ros, orang aku aja nggak ngerasa gitu."
"Ia Ros, mending kamu bareng Rania aja, kan kalian juga searah," Lany menimpali obrolan Nia dan Rosa.
Rania langsung menarik tangan Rosa dan masuk ke mobil..
"Bye Lany sayang, sampaii jumpa besok."
"Bye Ros, Ran."
Pak Mamat menjalankan mobil, Rania meminta Pak Mamat ke kos Rosa terlebih dahulu, dengan di arahkan Rosa.
"Pak, kita anterin teman Rania dulu ya. Kebetulan ngekos dekat perumahan kita kok."
"Siap Non."
Rania dan Rosa duduk di belakang kemudi sambil bercerita tentang, bagaimana Rosa bisa sampaii pindah ke sini.
Dan ternyata dia awalnya orang cukup berada di desa. Tapi karena ayah dan ibunya meninggal pada kecelakaan ketika mereka pergi berlibur, sekarang dia hanya tinggal seorang diri.
Rania sangat prihatin dengan keadaannya, ia sangat bersyukur karena sampai sekarang, Rania msh punya mama papa yang baik dan sangat menyayangi Nia.
Tapi ia nggak nyangka, ternyata Rosa, dia sangat kuat menghadapi ujian hidup seperti ini, walau sekarang harus bekerja untung kelangsungan hidupnya di kota.
Karena semua yang dipunyai mama sama papanya, diambil alih oleh sang paman yang serakah, dan dia diusir dari desa. Sehingga memilih untuk ke kota, bekerja dan melanjutkannya sekolahnya di sini.
Tak terasa mereka sudah sampai di kosannya Rosa.
"Non, udah sampai," kata Pak Mamat.
"Oh, ok Pak."
Rosa keluar disusul dengan Rania yang kepo dengan kosannya.
"Ran, kamu mau lihat kosan ku?"
"Boleh?" padahal pada dasarnya emang udah kepo.
"Boleh dong, ayookk. Makasih ya Pak," tak Lupa Rosa mengucapkannya pada Pak Mamat.
Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan, hingga sampai di kamar kosnya Rosa, Rosa mengambil kunci dan membuka pintu.
"Ayuk masuk, tapi maaf ya, kamarnya kecil, hehehe."
Rania melepas sepatu dan mengikuti Rosa ke kamarnya, ia melihat kamar kecilnya Rosa, Lebih kecil dari kamar Rania. Sungguh kasian Rosa harus menjalani kehidupan yang keras di kota seperti ini.
Rasanya Rania ingin mengajaknya tinggal di rumah Nia saja, ia berpikir akan membahasnya sama mama dan papanya nanti .
"Duduk say, aku ambilkan minum ya."
"Ah, nggak usah say, aku nggak lama kok, intinya aku udah tau kosan kamu, nanti aku kesini deh, ngajak kamu main ke rumah aku."
Akhirnya Rania dan Rosa hanya duduk sambil cerita, karena masih kepo soalnya cewek di sekolah, Rania memutuskan untuk menanyakannya pada Rosa .
"Ros."
"Hhm.. Kenapa Ran."
Rania bingung harus mulai dari mana, tapi rasa penasarannya sungguh tidak bisa dibendung lagi.
"Ros, kamu tau nggak."
"Enggak," jawab Rosa.
Padahal Rania blm selesai bertanya sudah dijawab.
"Kan aku belum nanya Ros," Rosa hanya tertawa, Rania menepuk lengannya dengan buku di mejanya.
Ternyata dia juga somplak orangnya, ah rasanya mereka bertiga bakalan jadi geng somplak di sekolah..
"Itu siapa ya, cewek yang di kantin tadi. Kamu juga liat kan pas kita mau pulang?"
Rosa mulai serius dan menggenggam tangan Rania..
"Ran, aku mau jujur sama kamu, tapi aku takut kalian bakalan menjauh dari aku."
Eh, maksud Rosa apaan sih, Rania masiih bingung, sedangkan Rosa terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Rania hanya diam, menunggu Rosa melanjutkan perkataannya.
"Ran, Sebenarnya aku ini bisa melihat hantu."
Spontan Rania melepas tangannya, kaget dong Nia-nya, soalnya Rania rada-rada penakut.. Hehehhehe.
Tapi ketika ia melihat wajah Rosa yg murung, mungkin Rosa mulai berpikir kalau Rania dan Lany tidak akan mau berteman lagi dengannya.
"Eh maaf Ros, aku kaget aja tadi hhehe," Rania nyengir biar Rosa nggak sedih.
"Ran, kamu sama Lany nggak akan menjauhi aku kan, seperti orang-orang."
Rosa berucap dengan sedih, Rania jadi ikutan sedih melihatnya.
"Ros, kamu tenang aja yah, gue sama Lany nggak akan jauhin kamu kok, tenang saja, percaya sama gue," Rania menghiburnya..
Walau sejujurnya Rania juga kepikiran, sejak kapan ia bisa ngeliat makhluk tak kasat mata?
"Oya Ran, kamu juga indigo?"
"Enggak Ros, selama ini tu gue nggak pernah liat kayak begituan, tapi tadi kok tiba-tiba bisa ya?" ucap Rania sambil berpikir.
Tooolllooonngggg .. Toloongg akuu ..
Spontan Rania dan Rosa saling berpandangan. Seketika Rania merasa merinding, apaan tu..
"Ros, apa tu?" Nia bertanya sambil menarik tangannya Rosa.
"Udah, nggak usah dipikirkan, nanti baru kita bahas, mending sekarang kamu pulang, katanya tadi cuma sebentar, hahahah. Eh, malah keasikan ngobrol."
"Hahhaha" Rania pun ikut tertawa.
Lalu ia berpamitan untuk pulang, kasian Pak Mamat, pasti sudah ketiduran menunggunya di mobil.
Rania memakai sepatu dan berpamitan lalu keluar menemui Pak Mamat di mobil, tidak salah lagi, Pak Mamat ketiduran. Kasihan tadi rencananya nggak lama di kosnya Rosa, eh malah kebablasan ngobrolnya.
"Pak, ayo kita pulang."
"Eh ia Non, aduh maaf ya Non, bapak ketiduran."
"Heheheh ia nggak apa-apa Pak, ini juga salah Rania kok, yang kelamaan di kosnya Rosa."
Pak Mamat menjalankan mobil untuk mereka kembali ke rumah, ternyata sudah sore, mamanya pasti udah nungguin Rania di rumah, mana Rania lupa lagii ngabarin mamanya.
Mobil melaju dengan Rania yang msh memainkan hp ditangannya. Hingga tiba-tiba Nia merasa merinding sendiri.
Aaaaaakkkkhhhh...
"Non Rania kenapa?"
Pak Mamat kebingungan karena Rania tiba-tiba berteriak ..
Itu karena Rania melihat poci yang tiba-tiba ada di jendela mobil, otomatis Pak Mamat tidak melihatnya bukan, jadilah Nia yang ketakutan sendiri.
"Nunggak Pak, tadi kaget aja liat berita orang kecelakaan di hp."
Terpaksa deh Rania berbohong, karena Pak Mamat pasti tidak akan percaya padanya, sebab tidak melihat poci yang tadi ia lihat.
Pak Mamat melanjutkan perjalanan menuju rumah.
...----------------...
Guys, Thank you yah... Yang udah meluangkan waktu membaca novel Nunna.
Semoga nggak bosan ya .heheheheh ..
Jangan lupa dukungannya buat author ..
...Terimakasih.....
...----------------...
Thanks buat reader yang masih mau membaca karya author.
...Love u all....
...----------------...
******
"Sore Mam, maaf ya Nia baru pulang."
"Sore sayang, kok nggak ngabarin mama, dari mana aja syg?"
"Maaf Mam, tadi Nia anterin teman Nia ke kosnya."
"Emang kosnya di mana sayang, teman kamu siapa sayang?"
"Teman baru Nia Ma, namanya Rosa, dia ngekos dekat sini juga, itu loh Mam di kos-kosan Bu Romlah."
"Oh ia sayang ya udah, sana ganti terus mandi, lalu makan ya, mama siapin makanannya dulu," Bu Laura beranjak ke dapur.
"Ok Mam. Nia ke kamar ya," Rania menjawab sambil menaiki tangga menuju kamar.
Rania melempar tasnya ke tempat tidur, melepas sepatu dan beranjak ke kamar mandi.
Segaarrrnyaaa kalau udah habiis mandii, Rania beranjak menuruni tangga menuju meja makan, di sana ada mamanya sudah menunggu Rania.
"Sini sayang makan dulu, nih udah mama siapin."
"Thanks Mam."
Rania menyantap makanan dengan tenang, tapi kemudian ia ingat apa yg terjadi hari ini. Rania berniat untuk menanyakan pada mamanya, mungkin saja mamanya tau kan?
"Mam, Nia mau nanya boleh?" Rania melihat mamanya.
"Boleh sayang, mau nanya apa emangnya?" Bu Laura memperhatikan anaknya.
"Eeehhmmmm... Gini Mam."
Sambil mengunyah makanan, Rania bingung dan berpikir akan mulai dari mana ceritanya.
"Apa sayang, katanya mo nanya, kok malah diam."
"Eh, ia Mam... Oyah Mam, tadi di sekolah Nia ngeliat sesuatu yang harusnya selama ini nggak pernah Nia liat, Nia Ngeliat hantu Mam."
"HANTU?" mamanya kaget bukan main, karena emang Bu Laura tidak terlalu percaya hal-hal seperti ini..
"Ia Mam, makanya Nia bingung, selama ini nggak pernah tu Nia liat ke beginian, kok tiba-tiba tadi di sekolah Nia bisa lihat. Apa keluarga kita ada yang mempunyai kelebihan seperti itu Mam?"
"Ehhmm, kalau dari mama sendiri, setau mama nggak ada sayang, mungkin nanti coba kamu tanyakan sama papa kamu."
"Ok deh Mam, nanti aku tanyakan ke Papa, kalau Papa udah pulang."
Karena Rania sudah selesai makan, ia beranjak ke kamar, ah mendingan dia chat Rosa aja deh sama Lany sekalian, begitu pikirnya.
Rania melangkahkan kaki menuju kamar, sampai di kamar, kok tiba-tiba Rania ngerasa ada yang ngeliatinnya dari jauh, merinding banget rasanya, padahal masih sore..
Rania duduk lalu ngechat Lany sama Rosa, biar lebih afdol ia mulai berpikir kenapa nggak buat group aja untuk mereka bertiga ye kan.
Rania memulai dengan nama group "Trio somplak."
Rania mulai memasukan nomor Lany dan Rosa .
♡ Chat room trio somplak ♡
"Hay guys."
Lany : Woyyy. Gini amat nama groupnya, hahahahah
Rosa : Hhahhahaha.. ada-ada aja kamu Nia.
"Oyah guys, gue tu mo cerita, ini di kamar gue kok tiba-tiba merinding sendiri ya?"
Lany : Hahaha hayyoookk awas ada hantu.
Rosa : Udah tenang aja Ran, nggak usah takut, btw kalian lagi ngapain ni.
"Lagi chat-chatan di group trio somplak, hahahaha"
Rania dan Lany sama-sama mengirim teks seperti itu di group.
Rosa : Hahahahah. Bisa aja kalian mah.
"Udah ya guys, aku mau nemuin Papa dulu, nanti kita lanjut lagi, bye-bye syantik ku berdua, hahahah.
Lany & Rosa : Hhhhhhahahaha lebay.
"Chat room end"
Rania berniat menemui papanya di ruang tamu, karena Pak William sudah pulang kantor, ia akan menanyakan perihal dirinya yang bisa melihat hantu.
"Hay Pa, lagi ngapain?" basa basi Rania.
"Hay sayang, nggak kok, papa lagi duduk aja sambil ngopi. ada apa sayag?"
"Ehmm. Mama di mana Pa, kok nggak sama Papa di sini?"
"Oh, Mama di taman sayang, ngurus bunga-bunga kesukaan Mama, biasalah hehehe," kata Pak William sambil tersenyum ke arah Rania putrinya.
"Oyah Papa, Nia mau nanya boleh?"
"Anak papa yang cantik ini mo nanya apa?"
"Pa, dari keluarga Papa, ada nggak yang punya kelebihan, melihat makhluk yang nggak biasa dilihat mata telanjang manusia pada umumnya."
"Hhhhmmmmm.. Bentar ya, papa ingat-ingat dulu," Pak William mulai dengan gaya sok berpikir.
"Ah, ia syg setau papa, Nenek kamu mempunyai indra keenam, atau yang biasa disebut indigo."
"Nenek?"
Tapi sayang, Rania tidak mengingat dengan benar wajah neneknya, soalnya nenek Rania sudah meninggal sejak ia masih bayi, dan foto neneknya nggak ada, karena nenek Rania nggak suka berfoto kata papanya.
"Oyah Pa, tadi di jalan ke sekolah, Nia nolongin seorang nenek. Kok Nia jadi kangen nenek Nia ya." Rania meneteskan air matanya.
"Cup cup cup, jangan nangis dong sayang, nenek Nia udah bahagia di surga, walaupun waktu nenek ninggalin Nia, Nia msh bayi, usia 6 bulan. Tapi Nia harus tau, kalau nenek sayang banget sama Nia, Nia harus selalu doain nenek ya, biar nenek bahagia di surga." Pak William berucap sambil menghibur anaknya.
"Nenek itu ciri-cirinya seperti apa sih pa?" Rania penasaran sama neneknya.
"Nenek kamu orangnya baik sekali, cantik, punya lesung pipi dan tahi lalat ada pada ujung mata bagian kiri."
Deg.
Dalam hati Rania berucap.
"Kok persis kayak nenek yang tadi ia bantuin di jalan ya, ah tapi masa ia sih."
"Sayang, kok diam?" papanya mengagetkan Rania yang asik berpikir..
"Oyah Pa, tadi nenek-nenek yang Nia bantu kok ciri-cirinya persis kayak nenek Nia yg Papa jelasin sih, dan 1 lagi Pa, tadi nenek yang Nia tolongin, ngasi Nia gelang ini," Rania menunjukan gelang yang ada pada pergelangan tangannya.
Pak William Kaget melihat gelang yang dipakai Rania.
"Sayang, itu gelangnya kok sama persis kayak punya nenek kamu?" kata papanya.
"Ah, masa sih Pa," Rania msh bingung dengan ini semua.
"Ia sayang, masa papa bohong sih. Jangan-jangan nenek emang sengaja nemuin kamu buat ngasih gelang itu sayang, dari tadi kamu nanya, emang kenapa sih sayang, ada apa?"
"Jadi gini Pa, tadi di sekolah, tiba-tiba aja Nia bisa ngeliat hantu, padahal kan selama ini Nia nggak pernah liat."
"Hmmm sepertinya dugaan papa benar, nenek sengaja nemuin kamu, memberikan gelang itu ke kamu, sebagai pelindung kamu. Juga karena kamu sudah 17 tahun, mungkin udah saatnya mata batin kamu terbuka," jelas Pak William.
Rania mendengarkan apa yang papanya jelaskan, kata papanya memang akan ada yang mewarisi kelebihan seperti yang neneknya miliki..
Tapi papanya nggak nyangka bakalan Rania-lah orangnya, cucu nenek. Tapi Pak William juga berpesan agar Rania jangan takut sama makhluk yang mungkin mengganggu aku kedepannya.
Asal selalu mengandalkan Tuhan, pasti semuanya akan baik-baik saja, begitu kata papanya.
"Papa, Nia... Serius amat ngobrolnya."
Mama datang dari taman dan ikutan duduk di sofa sama Rania dan Pak William.
"Ini Mam, anak kita Nia, ternyata dia yang terpilih mewarisi kelebihan seperti Ibu. Semoga dia ikhlas dan nggak takut."
"Oh, jadi Ibu punya kelebihan seperti itu Pa?" tanya Bu Laura.
"Ia Ma, dan sekarang Nia yang mewarisinya, Nia sayang, kamu nggak apa-apa kan?" Tanya papanya.
Khawatir Rania nggak akan mau nerima kelebihan ini.
"Ma, Papa. Nia nggak apa-apa kok, Nia ikhlas, mungkin emang ini takdir Nia. Semoga Nia bisa lebih baik kedepannya dan selalu andalkan Tuhan."
"Ternyata anak papa sama mama makin dewasa," kompak papa dan mamanya.
Rania membalasnya dengan senyuman, ia yakin dibalik semua ini ada hikmah, ada tujuan Tuhan dalam hidupnya.
Akhirnya Rania mulai tenang, sedikit banyak ia sudah tau, akan seperti apa kira-kira kehidupan yang akan ia jalani selanjutnya ..
...----------------...
Gomawo/Terimkasih.
Terimakasih udah baca novelnya Nunna.
Tuhan Yesus memberkati.
Jangan lupa dukungannya buat author ya.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!