"Gaby... Hey! Loe, kenapa? Ya ampun, rambut loe kenapa gini sih? Loe abis ngapain?" Cecar seorang Gadis yang diketahui bernama Ve.
"Ak... Aku... Aku, aku gak papa..." Balas gadis yang kerap di panggil Gaby oleh teman sekolahnya. "Ak... Aku, mau bersihin dulu badan aku..." lanjut Gaby dengan sedikit menepis lengan Ve yang kini tengah menatap khawatir pada keduanya.
"Ini pasti karena cowok itu, kan?" Tanya Ve yang tidak sedikitpun di gubris olehnya. Ve yang mendapat respon demikian pun hanya menghela nafasnya.
Setelah membersihkan dirinya, Gaby kini memilih berbaring di tempat tidurnya dan meratapi nasibnya yang begitu naas.
Gaby Chintya, nama lengkap gadis itu, seorang gadis yang bisa dibilang cantik, dan sederhana, pintar serta rajin juga memiliki banyak prestasi membuat dirinya cukup di kenal oleh teman teman seangkatannya, hanya saja, dia tidak pandai bergaul, dan karena kesederhanannya yang terlalu dominan di kehidupannya, cukup berdampak pada penampilannya yang jarang sekali mengenakan make-up atau sebagainya. Bukannya tidak pandai berdandan, hanya saja dia belum mau mengumbar kecantikannya karena di umurnya yang masih sangat muda. Ya, Gaby sendiri kini baru menginjak kelas 1 SMA, mungkin teman sebayanya sudah banyak yang begitu lihai dan mahir dalam hal berdandan dan mempercantik diri, namun dirinya enggan, baginya cukup seperti ini. Toh, gak dandan juga gak bakalan bikin dia gak naik kelas kan?.
Namun, dibalik itu semua. Gaby juga tetap seorang gadis biasa, yang punya hati, punya perasaan, punya pandangan lain pada seorang lelaki. Gaby juga punya perasaan yang mungkin bisa di bilang "Suka" pada seorang siswa sekelasnya. Namun, satu hal yang membuatnya susah, bahkan mustahil untuk Gaby mendekatinya. Lelaki yang menarik perhatian Gaby, seorang siswa yang menyandang gelar, Troublr maker, tukang usil, suka bolos saat jam plajaran, bahkan orang tuanya sudah tidak asing di mata siswa sekolah itu, karena seringnya mendapat teguran dari para guru untuk pria itu.
Meski begitu, satu kejadian, membuat hati Gaby tersentuh, hingga membuat Gaby tertarik pada sosok pria itu. Dan dari sinilah cerita ini dimulai.
***
"Ya ampun... Ve!" Pekik Gaby yang kini tengah berjalan bersama sepupunya yang akrab disapa Ve, atau lebih lengkapanya Veranda.
"Kenapa?" Tanya Ve menatap Gabyl dengan raut yang bingung.
"Aku lupa bawa baju olahraga, hari ini kan ada pelajarannya, ya ampun gimana nih..." Ujar Gaby dengan wajah paniknya. "Masa aku harus bolos?"
"Ya ampun Gab, loe ini... Gue kira kenapa!? Masalah baju doang, lagian absen sekali gak bakal bikin loe gak naik kelas tau. Udah tenang aja, tar kita izin aja. Gue temenin." Usul Ve dengan kembali berjalan santai memasuki halaman sekolahnya.
"Ck... Gimana ya..." Gumam Gabriell dengan cemas. Ya, memang betul apa yang dikatakan sepupunya itu, namun entah, lah... Hatinya merasa was - was saat itu. "Atau klo gak gini aja, aku minjem baju kamu, nanti kamu aku izinin ke bu Asri deh, Ve gimna?"
"Dih... Gilak! Enak di loe, kagak di gue!? Tar gue bt sendiri di kelas mo ngapain Kalo loe ikut? Udah, klo lo gak mau gue temenin ijin gampang, loe ini yang gak bawa seragam olahraga!" Ujar Ve yang di akhiri dengan ancaman telak untuknya.
"Iya udah deh, iya aku gak ikut..." Akhirnya dengan wajah cemberutnya Gaby menuruti keingin sepupunya. "Gapap deh, bandel sekali - kali." Gumamnya dalam hati dengan tersenyum sendiri.
"Gila loe ya? Senyum - senyum sendiri gitu... Hiiihhh..." Ujar Ve bergidik ngeri.
"Ish..." Balas Gaby dengan berdesis kesal karena ucapan sepupunya itu.
Setibanya di kelas, Gaby dan Ve langsung menyimpan tas nya masing - masing di bangkunya. Tatapan yang mengundang banyak arti hampir setiap hari Gaby terima dari teman - teman satu kelasnya. Hingga terlalu biasa bagi Gaby menerimanya, bahkan hanya sikap acuh yang bisa Gaby berikan pada mereka. Lagin, toh semua itu gak akan buat dia gak naik kelas, kan? Begitu fikirnya.
"Eh, loe mau nitip sesuat gak? Gue mau ke kantin nih bentar!?" Tanya Ve tiba - tiba.
"Mau ngapain?" Tanya Gaby menatap Ve.
"Ada lah, bentar." Ujar Ve yang membuat Gaby menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak ingin menitip apapun pada Ve.
"Yaudah, bentar ya..." Pamit Ve yang hanya dijawab anggukan oleh Gaby.
Seperti sebuah takdir yang sama sekali tidak akan pernah Gaby duga akan berdampak begitu serius ke depannya. Seorang siswa yang begitu terkenal, begitu populer, karena keusilannya, keonarannya dan ke...... Hmm, apa ya? Ke... Ah pokoknya yang "Ke" jelekan - jelekan lah ya. Masuk ke kelas itu dan menghampiri bangku Gaby tanpa permisi dan duduk di sampingnya.
Deg
Gaby tersentak saat siswa itu duduk di sebelahnya tanpa perkataan dan tanpa ucapan sedikitpun.
"Heh, loe semua denger ya! Gue, bukan mas Adam yang jadi makhluk Beast kalo gue marah, bukan juga Peter yang bisa lindungin seluruh galaxy jagat raya ini! Dan, loe semua gak perlu tiap hari, bahkan tiap detik liat gue seolah gue adalah dajal, yang kedatangannya di tunggu buat di bunuh. Ngerti loe semua." Ujar siswa itu dengan muka kesalnya. Sontak, semua siswa yang mengenlnya pun, langsung mengalihkan perhatian darinya ke hal - hal yang begitu random.
Senyum tengil tercipta di bibirnya dan berdiri dari bangku sebelah Gaby. "Oiya, dan satu lagi! Gue Nabil Adzrilia Putra, mulai saat ini, detik ini juga, adalah pacar dari siswi yang ada di sebelah kiri gue! Sekali gue liat loe pada ganggu dia, abis loe semua!"
Degh
Dengan perasaan yang sangat tak karuan, Gaby melihat kanan kirinya dan memebuang pandangan kesegala arah. "Ve... Aku mohon... Cepet balik!" Batin Gaby, namun sepertinya nasib baik masih berpihak padanya, meski bukan Ve yang datang, namun cukup untuk mengusir Adzrill atau Nabill dari samping Gabriell.
"Selamat pagi anak - anak!" Salam seorang Guru sekaligus malaikat penyelamat Gaby.
"Pagi Bu..." Balas semua siswa kelas itu termasuk Ve yang baru saja masuk kelasnya.
Tbc
Bell pertanda jam pelajaran kedua berakhir pun berbunyi, setelah pernyataan yang tiba - tiba tadi pagi, Gabriela sedari pelajaran pertama pun sedikit terganggu fikirannya. Entah mengapa dirinya terus memikirkan kata demi kata yang terlontar dari mulut siswa yang tidak begitu ia sukai kelakuannya itu.
"Duh... Aku cerita gak ya sama Ve?" Benaknya dengan mengemasi buku tulisnya. "Ah, ntar aja lah kalo udah di rumah. Gak enak juga kalo kedengeran sama Nabill, eh!? Kenapa juga aku mikirin dia, ish... Gak... Gak... Gak... Gaby... Gaby... Gaby... Kamu harus fokus belajar, ok! Gak ada waktu buat pacaran!"
"HEH! Ditanya, malah bengong! Kesambet tau rasa, loe!" Sentak Ve yang membuat Gaby terkejut.
"Apa?" Tanya Gaby dengan mimik yang kesal, pasalnya Ve mengagetkannya hingga siswa yang diketahui bernama Nabil langsung menatap keduanya.
"Kantin yuk!" Ujar Ve yang di angguki oleh Gaby.
"Bentar - bentar! Koq ke kantin?" Bukan Gaby, melainkan Adzril yang memang duduk di bangku sebelah belakang keduanya. "Loe pada, kagak ikut olahraga?" Lanjutnya.
"Ee... I... Itu, emmm, a.. aku gak bawa seragamnya." Ucap Gaby gugup.
"Dan, kenapa juga loe kepo!?" Lanjut Ve dengan sinisnya. "Loe juga, ngapain nanggepin dia, Gab!?"
"Koq loe sewot, gue nanya baek - baek!" Balas Adzril sinis. "Loe, mau ikut dia, apa mau ikut jam pelajaran olahraga?" Lanjut Adzrill bertanya pada Gaby.
"A... Aku..."
"Nih... Gue udah biasa di hukum. Loe pake aja." Potong Adzril dengan menyerahkan seragam olahraganya pada Gaby.
"Udah deh, loe gausah sok - sokan nyari perhatian kita. Lagian satu sekolahan tau siapa loe, loe pasti ada maksud kan?" Ujar Ve dengan memberikan kembali seragam Adzril.
"Kenapa juga gue harus nyari perhatian sama loe, loe jadi orang kepedean banget sih!? Mak loe, waktu hamil ngidam cabe kali, ya? Ampe mulut loe pedes banget kalo ngebacot?" Ujar Adzril singit yang kembali memberikan seragamnya pada Gaby. "Lagian, apa salahnya gue perhatian sama pacar gue sendiri! Toh, kewajiban gu..."
"WHAT!? PACAR?" Potong Ve yang kaget sekaligus nggak percaya pada perkataan Adzril. "Tunggu - tunggu... Loe... Loe pacaran ama Dia, Gab? Are you kiding me?"
"Huh... are you kidding me... pret!" Ledek Adzril dengan menirukan gaya Ve dan berlalu dari hadapan mereka. "Udah Gab, loe ikut aja. Gue juga lagi males panas - panasan. Pake aja tuh seragam gue."
Nabil meninggalkan keduanya dengan Gaby yang bingung harus menjelaskan bagaimana pada Ve, dan Ve yang masih menunggu sebuah kata apa yang akan keluar pertama kali dari mulut Gaby.
"Ya... y... yaudah yuk, ganti baju dulu." Ujar Gaby yang bingung pada tatapan Ve.
"Gue tau, loe tau kalo bukan itu kata yang ingin gue denger, Gab!" Ujar Ve dengan tatapan yang begitu serius.
"K... Kamu... Percaya?" Tanya Gaby.
"Nggak!" Jawab Ve tegas.
"Y... Ya... Udah... Ka... Kalo git..."
"Tapi sikap loe, yang maksa gue buat percaya sama Dia!" Potong Ve.
"Ve..."
"Gab!" Balas Ve masih menuntut jawaban.
"Y... Ya... Yaudah, nanti di rumah aku ceritain, aku janji, Ve!" Ujar Gaby dengan menunduk.
"Nggak! Gue maunya sekarang!" Kekeh Ve.
"Ck, Ve..."
"Gaby Chitya!" Balas Ve yang masih kekeh.
"Yaudah, nanti pas istirahat, aku janji!" Ujar Gaby dengan tatapan memohonnya. "Ve... Pliss, gak mungkin sekarang aku ceritain... Plisss..."
Akhirnya, dengan terpaksa Ve mengambil seragamnya dengan wajah yang kesal dan merangkul pundak Gaby menuju ruang ganti baju.
"Gue gak tau mana yang harus gue percaya, tapi satu yang jadi pertanyaan di otak gue, kenapa harus Nabil, Gab?" Ujar Ve di tengah perjalanan keduanya. Sedangkan Gaby hanya tersenyum pada Ve yang mengartikan semuanya akan baik - baik saja.
Sedangkan di tempat lain, Adzril ternyata mengunjungi temannya yang akrab di sapa Key, atau lebih lengkapnya Davian Keynal. Banyak di ketahui oleh siswa, Keynal atau Key sendiri sudah seperti bayang - bayang Adzril, dimana ada kerusuhan, keonaran dan kejahilan pasti disitu ada Key dan Adzril.
"Loe serius sama Gaby?" tanya Key tiba - tiba ketika keduanya tengah duduk berdua di kantin. Namun, bukan jawaban yang Key terima, Hanya ekspresi wajah Adzril yang seolah mengatakan "entahlah'
"Parah si... Bacot loe doang pernah bilang 'sejahil - jahilnya gue, tapi kalo ke cewek, gue paling anti bikin mereka sakit'." Ujar Key dengan senyum remehnya. "Kasian kali, dia Zril. udahlah banyak yang ngucilin dia di sekolah trus..."
"Loenggak tau apa - apa, loe cukup diem dan gausah ngurusin hidup gue!" potong Adzril dengan menatap Key dengan tajam. "Siapapun dia, dan darimanapun dia, kalo dia nantangin gue, Gue terima! Kalah - menang, itu ada di akhir! Ngerti, Lo!?"
"Ck... Ok! Kalo sampe ada apa - apa sama tu anak, ataupun loe, gue..."
"Dan gue!?" ucap Adzril menggantung dan menatap lebih tajam lagi pada Key. "Gue, gak pernah minta loe, buat urusin hidup Gue!"
"Selama ini, gue baek sama loe, deket sama loe, cuma karna kebetulan, loe juga suka ngerusuh... gak ada yang lain, lo bahkan gak lebih kenal apa - apa tentang gue!" Ujar Adzril yang tentu membuat Keynal mengerutkan keningnya. "Gue, lahir ke dunia ini sendiri, hidup gue sendiri, dan matipun gue sendiri! gak akan ngajak loe, atau siapapun!" tutur Adzril yang membuat Key semakin jengah dan menatap berang padanya. "Apa!? gasuka loe sama gue? jangan loe fikir, gue ngebiarin loe waktu itu, gue mau temenan sama loe!"
"Gue, Keynal Putra! bakal buktiin, kalo lo, bakal butuh banyak orang, buat loe bisa jalanin hidup di dunia ini!" Ujar Key dengan berdiri sedikit kasar hingga kursi yang sebelumnya ia duduki terdorong kebelakang hingga jatuh. "Kalo loe masih nganggep diri loe sendiri, itu sama saja, loe anggep diri loe SETAN!"
Setelah mengucapkan kata tersebut, Key meninggalkan Adzril yang hanya menyinggungkan senyum remehnya.
"Dan loe sekutunya, njing" Teriak Adzrill seolah tiada terjadi apapun pada keduanya.
Saat merasa tak ada yang ingin Adzril lakukan, dirinya pergi dari kantin entah menuju kemana, yang jelas tempat yang bisa membuatnya cukup tenang.
Tbc
Gaby dan Ve kini tengah berada di kantin sekolahnya, awalnya Gaby menolak karena dia tahu apa yang akan Ve lakukan padanya, ya... apalagi jika bukan tentang Nabill dengannya.
"Jadi..." Ujar Ve langsung.
"Jadi apa?" tanya Gaby sengaja membuang - buang waktu.
"Jadi apa kek... jadi batu kek, loe Gab!" kesal Ve yang membuat Gaby terkekeh. "Serius dikit napa!?"
"Ve, gini deh... kamu kan tau, aku tuh gak suka sama siapapun di sekolah ini, ya maksudnya bukan gak suka karena benci. Ya kamu sendiri ngerti lah maksud aku. Jadi gak mungkin aku nerima Nabil gitu aja."
"Trus?" tanya Ve penasaran.
"Ya nggak terus - terusan, Ve!" balas Gaby dengan tersenyum meledek. "Ya aku nggak nerima dia, nggak juga Nolak. Biarin aja kayak gini, toh pernyataan dia, gak bakal bikin aku gak Naik kelas kan, Ve?"
"Ya... tapi ini masalahnya beda ketika loe, nggak bawa seragam olahraga. Loe gak bisa bawa gue masuk dalam masalah hati loe." tutur Ve yang terlihat begitu khawatir pada Gaby. "Kalo sampe loe kebawa hati sama dia, trus dia ngecewain loe, akhirnya loe depresi!? Apa bisa lo nggak sampe, nggak masuk kelas?"
"Aku nggak selebay itu, Veranda" Ujar Gaby dengan memegang bahu sahabat sekaligus keponakannya itu.
"Ck... Gab! sekarang loe bisa bilang gitu..."
"Udah gausah belit - belit deh omongan loe! aslinya loe cemburu kan? Sebenernya lo juga cinta sama Gaby kan? lo Lesbian kan!?" ujar Adzril yang tiba - tiba datang entah dari mana.
"Eh, jaga bacot loe, yak!"
"Ve!?" sentak Gaby tiba - tiba yang juga kaget dengan perkataan Adzril.
"Eh, gila loe ya, Gab! Gue seribu persen Stright ya! Gue masih suka sama, Cowok! Gue gini, karena gue peduli sama loe, loe itu keluarga gue! kita sama - sama dari kampung, dari keturunan yang sama! Dan lagi, Nyokap - Bokap loe udah wanti - wanti buat gue jagain loe disini!" Tutur Ve dengan berapi - api karena tidak menyangka jika Gaby akan mudah percaya pada Siswa yang sangat ia tidak suakai itu.
"Kalo loe nggak cemburu kenapa..."
"Nabil, udah deh kamu pergi dari sini..." ujar Gaby tiba - tiba dengan berani.
"Loe, ngusir gue?" tanya Adzril pada Gabriela dengan raut yang heran. "Gue beneran sayang sama loe Gab, Gue..."
"Buktiin!" Potong Gabriela yang membuat Ve dan Adzril menatap cepat kearahnya. "Kalo kamu serius suka sama aku, Kamu buktiin!"
"Caranya!?"
"Ketik REG sepasi Buktiin kirim ke JNE terdekat, pake nanya lagi loe, ya loe mikir lah, gimana cara supaya loe bisa dapetin hati Keponakan gue ini!" jelas Ini bukan Jawaban Gabriela, melainkan si jutek Veranda yang menjawabnya. "Itupun kalo loe, mampu!"
"Hemh..." hanya sesimpul senyuman remeh yang Adzril berikan pada Ve dan berlalu begitu saja. "Nyesel loe nantang gue kayak gitu, Ve!"
"Nah loe liat Gab, Segitu doank dia udah pergi. Gimana dia mau buktiin kalo dia sayang sama loe, coba!?" ujar Ve setelah Adzril cukup jauh dari pandangan keduanya.
"Udahlah Ve, toh aku juga gak nanggepin serius perkataan aku tadi, dan tadi aku hanya gertak dia aja." Ujar Gaby acuh. "Oiya tapi, Beneran Ve? kamu cemburu sama Nabil?"
"Masya Allah, Gaby Chintya! Loe ada ada aja sih!? gue cuma khawatir sama loe! kan Loe tau gimana tuh orang di mata kita, Trouble Maker, Langganan BP, suka Ribut, ya pokonya The King of Minus" Tutur Ve yang membuat Gaby tertawa renyah.
"Ya lagian... aneh juga gitu, kalo gue cinta sama loe... hiihhh... geli gue bayanginnya aja, Gab!" lanjut Ve dengan bergidik ngeri. "Belom juga, pasti gue di penggal sama kakek."
"Hahahaha... udah... udah Ve, udah... hahaha..." Tawa Gaby semakin pecah kala Ve terus berandai, jika apa yang Adzril ucapkan sebelumnya itu benar. "Ke kelas yuk, udah selesai, kan?"
Tanpa menjawab, Ve langsung berdiri dan di angguki Gabriela dan keduanya berjalan menuju ke kelasnya. Memang pada dasarnya, Gabriela tidak terlalu suka akan tempat - tempat yang ramai, seperti kantin ini, ditambah lagi, keduanya sedari tadi menjadi pusat perhatian semenjak Adzril bergabung hingga di usir oleh Gabrirla pun, keduanya terus menjadi pusat perhatian.
"Oiya, Gab! Kalo lo gak mau sama Nabil, biar gue aja yang ladenin dia, gimana?" tanya Ve yang sukses membuat Gabriela lembali terkejut akan pernyataan tersebut.
"Kamu suka sama Dia?"
"Nggak lah, biar gue yang buat dia baper sama gue, trus gue kecewain dia, biar dia tau, apa itu rasa sakit!" ujar Ve dengan tersenyum nakal.
"Gila, jangan gitu Ve, ah... aku gak suka kamu jadi orang jahat." Ujar Gabriela yang membuat Ve tersenyum.
"Ya, gue gak jahat Gab... gue cuma mau kasi plajaran buat dia. biar dia bisa rasain apa yang mereka rasain saat dia bikin rusuh." Ujar Ve enteng.
"Udah ah, gak usah urusin hidup orang lain... lagian biarin aja tuhan yang ngasi ganjaran buat Adzril..." balas Gaby yang sebenernya Khawatir jika Ve akan melakukan hal tersebut pada Nabil. pasalnya Ve merupakan orang yang bukan berfikir 'Nanti Bagaimana?' tapi lebih ke 'Gimana nanti aja'.
"Ah... bodo ah! Asal dia gak ganggu hidup kita, ya gue gak bakal apa - apain dia, Gab... tapi sedikit aja dia senggol gue atau loe, gue jamin dah, hanya pedih yang akan dia kenal selama hidupnya. Percaya sama gue..."
"Tanpa loe pun, gue udah rasain itu semua!"
Tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!