Assalamu'alaikum, aku Melaheyko. Terima kasih sudah mampir, mohon dukungan dan subscribe untuk ceritaku ya... Selamat membaca dan semoga suka....
Oh iya, kalian juga bisa mampir ke ceritaku yang lain atau mampir juga ke Instagram:Melaheyko supaya kalian tahu karya Melaheyko ada di apk mana aja... Salam hangat buat semuanya, wassalamu'alaikum
****
"Cinta itu suci, tidak bisa dicampur adukan dengan kesucian cinta dan hubungan terlarang di luar pernikahan. Aku belajar banyak dari kisah cinta umi dan Abi, tidak bisa dipandang dan dilarang karena umur, karena status kaya, miskin, duda bujangan, perawan dan janda. Banyak yang sering bertanya sosok gadis seperti apa yang aku cari, aku tidak bisa mengatakan harus seperti umi ku umi Nailah. Karena aku juga belum tentu bisa seperti Abi ku, Abi Farhan. Aku hanya ingin gadis yang saat aku tatap dia tahu keinginan ku apa. Saat aku cemburu hanya dengan melihat aku diam, dia sudah paham."
"Cinta itu melahirkan rasa cemburu, rasa yang menjadi tombak dalam sebuah ikatan dan setiap saat bisa menghancurkan hubungan itu sendiri. Banyak gadis yang datang dan pergi, tidak satupun yang membuatku tertarik. Bukan dia yang berambut pirang sepinggang, bukan dia yang pakaiannya mewah dan tentunya mahal, aku mau hanya dia gadis yang mencintai ku karena Allah dan aku juga pasti mencintainya karena Allah. Aku ingin seorang gadis yang siap aku bawa di atas Sunnah Nabi Muhammad Saw. Yaitu ikatan suci pernikahan dan menggapai surga-Nya bersama-sama."
❤️ Muhammad Fashan Ali Zainul Majdi ❤️
"Cinta bagiku hanya Nailah, yang sampai saat ini masih aku peluk erat dan tidak akan aku lepaskan." Muhammad Farhan Ali Zainul Majdi.❤️
******
"Pria memimpikan wanita sempurna. Wanita memimpikan pria sempurna. Mereka tidak tahu bahwa Allah SWT menciptakan mereka untuk menyempurnakan satu sama lain." by: seorang ulama.
Kisah ini dibuat untuk menyadarkan kita semua tentang arti cinta sejati, suci dan terbaik atas kehendak Allah SWT. Cinta yang tak luput dari ujian karena cinta adalah bagian dari kehidupan, semua orang membutuhkan dia untuk mencintai, dan dia untuk kita cintai.
Coming soon...
Semoga bermanfaat.
Salam hangat dari keluarga umi Nailah dan ustadz Farhan kesayangan...
Hari ini adalah hari Minggu, semua keluarga janjian untuk berkumpul di rumah Umi Nai dan Ustadz Farhan. Untuk makanan-makan, mengobrol dan berdiskusi tentang bisnis.
Dan juga untuk membicarakan tentang persiapan pernikahan Fahira, yang akan berlangsung tiga bulan lagi dihari Sabtu. Calon suami Fahira adalah pengusaha, alumni pesantren Al Bidayah. Tentu saja abinya Farhan tidak akan mudah melepaskan anak-anaknya. Apalagi terkhusus untuk anak perempuan, bobot dan bibit harus jelas. Dan yang pentingnya adalah hafal Al-Qur'an. Tak harus 30 juz, tapi lebih baiknya harus 30 juz.
Di lantai dua rumah tersebut, anak-anak bermain. Berlarian dan berteriak, sangat berisik membuat seorang pria yang sedang bekerja di kamar dengan laptopnya merasa terganggu.
"Berisik!" teriaknya kencang.
"Gus Fashan" panggil Umi Nai dan Gus Fashan diam. Pintu terbuka dan sosok umi tercintanya itu terlihat. Gus Fashan tersenyum lebar, memamerkan gigi gingsul nya dan Umi Nailah tersenyum.
"Ayo ke bawah, lagi banyak keluarga kamu malah mojok di kamar Shan" ajak uminya itu dan Fashan hanya bisa menggaruk kepala.
"Aku disini aja ya mi, hehe" tersenyum paksa.
"Keluar" tegas umi Nailah dan Gus Fashan tidak bisa melawan lagi.
"Iya" singkatnya. Umi Nai menutup pintu kamar putranya itu dan pergi. Gus Fashan menutup laptopnya dan bangkit dari kursi untuk segera turun menemui semua orang. Gus Fashan mengambil botol minumnya yang sudah kosong itu. Dia menunduk dan keluar dari kamarnya, para santriwati yang kebetulan sedang menjemur pakaian di balkon tiba-tiba histeris memperhatikan Gus Fashan.
"Ganteng" puji semua Santriwati.
Melihat Gus Fashan hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan celana joger panjang sangatlah langka. Gus Fashan menoleh dan semuanya langsung membungkuk. Tatapan tajam Gus Fashan yang begitu mempesona, perawakannya tinggi berisi dan kekar. Lebih gagah dan lebih tampan dari abinya dulu. Rambutnya hitam tebal, gondrong sebahu dan dia kuncir Cepol saat ini.
Gus Fashan menuruni tangga dan dia pergi meninggalkan lantai dua rumahnya itu, kamar Gus Fashan memang langsung berhadapan dengan balkon saat membuka pintu. Dia nyaman disana. Para santriwati kecewa karena Gus Fashan sudah turun.
"Anak bujang dari tadi di kamar terus" ucap Hafshah saat melihat Gus Fashan dan Gus Fashan diam. Tanpa membuat ekspresi apa-apa, dia duduk di dekat uminya lalu bersandar di bahu uminya itu.
"Fashan berat" protes umi Nailah dan mendorong tubuh besar Gus Fashan.
"Gimana bisnis kamu Shan?" tanya Heru.
"Baik, Alhamdulillah lancar. Lagi mau buka cabang di Jakarta" ujar Gus Fashan menjawab, Heru tersenyum merasa bangga apalagi umi Nailah dan ustadz Farhan.
"Tinggal urusan jodoh nih yang belum baik-baik aja, gimana udah ada calon?" tutur Aisyah dan Gus Fashan hanya menggeleng kepala.
"Fashan belum mau menikah, dia mau fokus dulu sama bisnis dan pekerjaannya." Tutur Umi Nailah menjawab. Gus Fashan sedang sibuk dengan bisnis di bidang Fashion. Dia adalah seorang desainer, guru di sebuah sekolah negeri dan Gus yang mengajar di pesantren keluarganya. Usianya sudah 25 tahun, belum ada tanda-tanda dia mau menikah. Banyak keinginannya yang belum terwujud salah satunya adalah mengajak umi dan abinya umroh bersama.
Dia sudah menggeluti bisnis sejak lama, Gus Fashan adalah sarjana S1 lulusan Kairo Mesir. Dia bisa saja meneruskan pendidikannya, tapi dia tak sanggup untuk lebih lama jauh dari keluarganya dan dia juga ingin memiliki penghasilan. Saat dia selesai kuliah, dia langsung membuka usaha dengan modal tabungannya. Usaha kecil-kecilan sampai sekarang sudah berjalan dua tahun.
"Semoga lancar terus Fashan, sesukses apapun kamu. Tetap kamu itu butuh sosok wanita yang akan mendampingi kamu" tutu Aisyah dan Gus Fashan mengangguk.
Dia membuka mulutnya sedikit dan berucap." Aamiin" jawabnya.
Umi Nailah tersenyum dan mengusap-usap bahu kekar anaknya itu.
"Makan gih" titah umi Nailah dan Gus Fashan mengangguk. Gus Fashan terdiam saat melihat Nida, keduanya memicingkan mata sinis dan mendengus sebal bersamaan.
"Makan bi" ucap Gus Fashan menawari abinya dan Abi Farhan menggeleng kepala.
"Shan, waktu Abi seusia kamu ini. Abi udah punya dua anak Shan" ucap Abi Farhan begitu bangga.
"Itu kan Abi, gimana aku mau punya anak, nikah juga belum. Abi nyuruh aku menghamili anak orang apa sekarang?" begitu entengnya Gus Fashan berucap membuat abinya kesal dan menepuk bahunya kasar.
"Ya bukan begitu Fashan Ali, ayo dong ikhtiar cari calon istri. Kamu mau menikah di usia berapa?" tutur Abi Farhan dan gus Fashan mengunyah makanannya lembut.
"Nanti 30 tahun baru aku menikah bi" jawabnya asal.
"Hish itu terlalu tua, dibawah 30 lah kalau bisa"
"Gak tahu" singkat Gus Fashan dan Abi Farhan menggeleng kepala.
Gus Fashan terdiam melihat seorang gadis cantik yaitu salah satu santriwati sedang berjalan sendirian, dia Zaenab. Zaenab merasa malu harus melewati rumah pak kyai yang sedang ramai itu. Apalagi dia melihat Gus Fashan sekilas. Gus Fashan kembali melanjutkan makannya dan memalingkan wajahnya. Tanpa dia sadari, Abi nya melihat jelas tatapan lain dari putranya untuk santriwati itu.
"Aa, ada Raihan" teriak Faiza.
"Ya" singkat Gus Fashan. Lalu buru-buru menghabiskan makanannya untuk segera menemui Raihan.
"Eh Faradila cantik" puji Raihan menggoda Faradila, adik bungsunya gus Fashan. Anak keempat pasangan Abi Farhan dan umi Nailah.
"Apaan sih" ketus Fara. Masih SMA, cantik, baik tapi sedikit ketus.
"Masuk!" Tegas Gus Fashan dan Fara menoleh. Raihan kaget dan diam tidak berani menatap Fara kembali.
"Aku mau ke warung a" ucap Fara.
"Aku bilang masuk ya masuk, gue jitak juga ini anak melawan terus" Gus Fashan emosi, Fara menghentakkan kakinya kesal dan dia masuk kembali ke dalam rumah.
"Galak bener Shan" ucap Raihan.
"Gak usah cari muka sama Fara, gak usah godain Fara" ketus Gus Fashan.
"Bercanda doang, serius amat hidup lu Shan" ucap Raihan sambil terkekeh-kekeh. Gus Fashan mendelik sebal dan mengajak Raihan masuk. Raihan menyapa semuanya dan Gus Fashan memperhatikannya.
"Makan Raihan, makan dulu" ucap umi Nailah.
"Iya mi nanti, mau ngobrol dulu sama Fashan" ucap Raihan dan umi Nailah mengangguk. Gus Fashan membawa dua botol minuman dingin dan mengajak Raihan ke lantai dua rumahnya itu. Gus Fashan menggeleng kepala merasa frustasi melihat mainan berserak dimana-mana.
Keduanya masuk ke kamar Gus Fashan dan Raihan duduk di tepi ranjang.
"Mau ke Jakarta kapan Shan?"
"Besok, temani gue" ajak Gus Fashan dan Raihan mengangguk.
"Sekalian belanja?"
"Iya gue mau belanja kain katun Madinah, Alhamdulillah banyak yang ikutan po baju Koko yang baru gue apload dua hari yang lalu" tutur Gus Fashan sambil tersenyum.
"Lu gak ada niatan kerja dipabrik kayak gue Shan, lu tinggal kerja gak usah mikirin modal dan ini itunya"
"Sorry, gue lebih suka buka lapangan pekerjaan daripada kerja di bawah tangan orang lain" tutur Gus Fashan dan membuat Raihan menciut.
"Ada acara reuni, lu ikutan gak? Ikut ya" ajak Raihan memaksa. Gus Fashan menggeleng kepala, menolak.
"Sekali doang Shan, nanti hari Minggu gimana?" Raihan memaksa.
Gus Fashan tetap menggeleng kepala."Enggak tahu, gimana nanti aja"
Raihan pasrah dan dia merebahkan tubuhnya.
Setelah acara kumpul keluarga selesai, semuanya juga sudah pulang. Umi Nailah mengajak Nida untuk mengobrol dan meminum teh bersama. Nida sudah tiga hari menginap di rumahnya, bukan umi Nailah tidak mau menampungnya tapi dia takut terjadi kesalahpahaman.
"Nida, umi mau bicara. Boleh neng?" ujar umi Nailah dan Nida mengangguk, Gus Fashan duduk karena penasaran dengan obrolan keduanya.
"Umi mau bicara apa?" tanya Nida.
"Umi minta maaf, bukan maksud umi untuk menyinggung dan menyakiti perasaan kamu. Kamu udah tiga hari tiga malam disini, hubungan umi sama ayah kamu baik-baik aja. Cuma tolong ya neng, pulang. Jangan menghindar dan bikin masalah semakin runyam" tutur umi Nailah, dia berat untuk mengusir gadis itu tapi mau bagaimana lagi. Dia harus tegas. Gus Fashan memperhatikan raut wajah Nida yang langsung berubah menjadi sedih.
"Umi juga punya anak perawan, umi juga punya anak laki-laki satu-satunya yaitu Gus Fashan. Kamu sama Gus Fashan itu saudara sepupu, halal untuk menikah..."
"Umi mau aku nikah sama aa Fashan?" ucap Nida merasa senang, dia memotong ucapan uni Nailah dan Gus Fashan menoyor kepalanya kesal.
"Mimpi lu neng, kejauhan" ketus Gus Fashan dan Nida cemberut. Umi Nailah memukul bahu Gus Fashan agar diam.
"Bukan Nida, dengerin umi dulu neng. Kamu sama Fashan bukan mahram, takutnya jadi fitnah. Kita hidup bertetangga, umi juga disini karena ikut Abi Farhan. Harus bisa menjaga nama baik pesantren dan nama baik Abi Farhan. Bagaimana kata orang-orang ada seorang gadis lajang tinggal di rumah pak Kyai yang memiliki anak laki-laki dewasa. Umi sama Abi benar-benar gak mau ada fitnah antara kamu dan Fashan" tutur umi Nailah seraya meraih tangan Nida, Nida diam dan Gus Fashan tidak perduli.
Gus Fashan bangkit dari duduknya." Apa yang dibilang umi itu bener, kalau timbul fitnah terus gimana? Pulang lah, sampai kapan kamu menghindari masalah?" ujar Gus Fashan sinis dan berlalu pergi meninggalkan keduanya.
Nida menangis dan melepaskan genggaman tangan umi Nailah." Aku gak mau pulang umi"
"Emang rese lu kalau dibilangin orang tua" sahut Gus Fashan sambil menaiki tangga.
"Fashan!" Tegur umi Nailah dan Gus Fashan pergi.
"Nida boleh tidur satu malam lagi disini, tapi besok pulang ya. Faiza yang antar kamu pulang atau Fara. Umi mohon pengertian dari kamu ya" suara umi Nailah serak, Nida berhenti menangis dan mengangguk walaupun dia berat meninggalkan rumah tersebut.
*****
Keesokan paginya, Gus Fashan berangkat ke sekolah bersama Fara. Naik motor, semua mata tertuju pada keduanya. Pria tampan yang selalu memakai kemeja hitam atau putih itu menjadi guru favorit akhir-akhir ini, sementara Fara malu dan terus menunduk. Gus Fashan bingung dan memperhatikan Fara.
"Kenapa sih lu?" Gus Fashan bertanya dengan nada pelan.
"Malu" rengek Fara.
"Malu kenapa? Udah syukur gue ajak lu nebeng ya Fara" Gus Fashan kesal. Fara terus menggeleng kepala dan Gus Fashan ingin menjewer nya kalau bukan di sekolah.
"Semua orang udah tahu kalau aa itu aa aku"
"Masalahnya dimana? Harusnya kamu bangga punya kakak ganteng, dan guru di sekolah yang sama"
"Enggak, Fara malu punya aa guru yang galak" ucap Fara dan berlari kecil meninggalkan Gus Fashan. Gus Fashan menggeleng kepala dan melepaskan helmnya, semua adiknya benar-benar membuatnya kesal. Gus Fashan melangkah dari parkiran menuju kantor guru, dia putar balik saat melihat Bu Nurma.
"Eh pak Fashan" panggil Bu Nurma dan Gus Fashan terpaksa berhenti. Gus Fashan akhirnya berbalik dan tersenyum paksa.
"Iya Bu?"
"Saya bawa sarapan loh buat pak Fashan, ayo pak sarapan sama-sama" ajak Bu Nurma, raut wajah Gus Fashan sudah terlihat tidak suka dan tidak nyaman.
"Emm maaf, saya ada urusan. Ibu sarapan saja sendiri. Terima kasih, permisi" ujar Gus Fashan dan dia buru-buru pergi meninggalkan Bu Nurma, Bu Nurma kesal karena Gus Fashan terus menghindar. Padahal, apa jeleknya dia. Dia cantik, seksi tapi dia tak pernah bisa mendekati Gus Fashan.
"Selamat pagi pak" sapa para murid.
"Pagi" jawab Gus Fashan singkat.
Gus Fashan pergi ke perpustakaan, itu tempat ternyaman dan tempat paling tenang. Gus Fashan menjadi guru sudah 5 bulan, dia masih harus beradaptasi dengan kebisingan di sekolah. Seorang guru matematika, wali kelas 12 B dan terkenal tegas dan galak, guru yang paling dibenci murid laki-laki tapi menjadi guru Favorit murid perempuan. Gus Fashan hanya mengajar SMA, Nida dan Fara adalah muridnya juga. Fara merasa tidak bebas setelah Gus Fashan menjadi guru. Dia merasa diawasi.
...*...
...*...
...*...
...*...
...Bab satu sudah launching, masih penasaran untuk bab selanjutnya?...
..._Siti Fahira Nurul Majdi...
...-Muhammad Fashan Ali Zainul Majdi...
...-Siti Faiza Nuril Majdi...
...-Siti Faradila Khumairah Majdi...
Jam istirahat sekolah tiba, Gus Fashan memperhatikan Nida yang diam sendirian, tidak jajan seperti teman-temannya yang lain. Dia melamun dan terlihat sedih, Gus Fashan terus melangkah dan berpapasan dengan Fara. Fara mendelik sebal dan Gus Fashan memicingkan matanya. Gus Fashan pun melewati Fara dan Fara cemberut.
”Fara, ajak aku main ke rumah kamu lah” pinta Diana.
”Ngapain?” Fara bingung.
Sita menggoyangkan lengan Fara tiba-tiba dan Fara menoleh.” Mau jajan apa? Aku jajanin deh, kasih tahu dong tipe idealnya pak Fashan kayak gimana?” pinta Sita.
”Sama aku aja Fara, ayo” ajak Diana, sita menarik lengan Fara begitu juga dengan Dita. Fara meringis kesakitan dan menepis tangan keduanya.
”Aku bisa jajan sendiri” tegas Fara kesal, dia berlari dan kedua temannya menyusul.
Di kantor guru, Gus Fashan menikmati makan siangnya. Bekal dari rumah, buatan uminya sendiri. Dia sesekali menekan-nekan keyboard laptopnya. Bu Ima diam-diam memperhatikan, Gus Fashan sesekali menekan pecinya. Rambut gondrongnya dia gulung dan memasukkannya ke dalam peci. Semua orang tahu dia anak siapa, dan untuk guru. Hanya Bu Nurma yang berani menggodanya.
”Pak Fashan, boleh saya ngobrol sebentar?” seru pak Romi dan Gus Fashan mendongak, lalu mengangguk dan menutup kotak makanannya. Takut diminta.” Sambil makan aja pak, gak apa-apa” kata pak Romi lagi.
”Oh iya” singkat Gus Fashan dan memakan kembali makanannya.
”Begini, nanti sore ada acara syukuran. Saya mau ngundang pak Fashan sekaligus mimpin doa, pak Fashan bisa?” tutur pak Romi dan Gus Fashan langsung meggeleng kepala. Pak Romi berhenti tersenyum.
”Habis pulang ngajar saya mau ke Jakarta, ada urusan. Kemungkinan sore belum pulang pak, jadi gak bisa. Maaf ya pak” ujar Gus Fashan sambil tersenyum tipis. Pak Romi mengangguk berusaha untuk memahami.
”Kalau pak kyai bisa?” tanya pak Romi lagi.
”Abi ada urusan kayaknya pak, gak bisa juga. Rumah pak Romi juga jauh, Abi udah jarang menerima undangan dari tempat jauh-jauh pak” tutur Gus Fashan, raut wajah pak Romi semakin terlihat sedih.
”Ya sudah kalau begitu” lirih pak Romi, dia bangkit dan meninggalkan Gus Fashan. Gus Fashan diam sejenak lalu menghabiskan makan siangnya.
...***...
Saatnya pulang sekolah tiba, Gus Fashan memperhatikan Nida yang dijemput ibunya, Hafshah.
Hafshah menoleh, menatap Gus Fashan lekat dan keduanya sama-sama melemparkan senyuman. Nida masuk ke dalam mobil dan menatap Gus Fashan lekat, ibunya juga masuk dan mobil mulai bergerak lalu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan sekolah. Gus Fashan masih diam ditempatnya, dia tarik Hoodie jaket Fara, Fara berjalan seolah tidak melihat Gus Fashan yang sedang memperhatikan kepergian Nida, Fara berontak saat Hoodie nya ditarik.
”Bang lepas” rengek Fara.
”Mau kemana kamu, pulang sekolah langsung pulang. Dan pulangnya bareng sama aku, itu kata umi. Harus nurut” tegas Gus Fashan.
”Abang ku yang ganteng, Abang Fara yang baik. Izinkan Fara buat main ke rumah temen ya, sekalian minta izinin sama Umi.” Pinta Fara, dia memuji tak tanggung-tanggung. Gus Fashan terdiam sejenak.
Gus Fashan menggaruk pelipisnya sekilas.” Jijik tahu gak, gak ada main-main. Langsung pulang, paham?”
”Fara muji Abang, Abang jijik?”
"Ya” singkat Gus Fashan dan Fara mendelik sebal. Gus Fashan memakaikan helm kepada adiknya itu dan Fara diam.
Fara cemberut, dia naik ke atas motor dan memeluk pinggang kakaknya itu erat. Motor melaju perlahan dan berubah menjadi kencang setelah keluar dari gerbang sekolah. Fara memukul bahu Gus Fashan berulangkali karena takut jatuh.
...***...
Di rumah Nida, gadis itu diam membisu saat berhadapan dengan ayahnya. Ibunya Hafsah terus membelai rambut Nida agar mau berbicara, mengeluarkan sedikit saja untuk menghormati ayahnya.
”Ikhsan adik kamu, ajak dia main” pinta ayah Nida, yaitu Robi.
”Ikhsan memang lucu, tapi sayang dia anak dari wanita yang merebut ayah dari ibu” tutur Nida ketus. Sorot mata Robi berubah menjadi tajam, urat-urat di lehernya menegang dan dia melayangkan telapak tangannya ke atas meja.
Brak..
Suara yang begitu keras terdengar. Hafshah diam dan Nida bangkit dari duduknya.
”Ayah menikah lagi aku gak perduli, terserah ayah mau kemana dengan keluarga baru ayah itu. Tapi jangan atur aku supaya bersikap baik sama mereka, aku gak mau dan aku gak suka!” teriak Nida lantang, dia berteriak dan memancing emosi ayahnya.
”Bawa dia ke kamar” titah Robi. Hafshah sudah menangis dan mengajak Nida untuk ke kamar.
”Ayah gak usah pulang sekalian, aku malas lihat ayah. Aku benci ayah!” teriak Nida terus-menerus, Robi diam dan menatap kepergian anaknya itu sinis. Sesampainya di kamar, Hafshah berusaha menenangkan anaknya itu.
”Nida, neng diam!” bentak Hafshah dan Nida terdiam.
”Aku benci ayah, kenapa ibu mau dipoligami. Aku benci ayah, ayah lebih sayang sama keluarga barunya, anak laki-lakinya itu. Ayah gak pernah sayang sama aku hiks....” Tutur Nida, Hafshah terus menenangkannya agar berhenti menangis.
Mau bagaimana lagi, Hafshah sendiri belum bisa ikhlas sepenuhnya. Nida berubah drastis setelah ayahnya menikah lagi, dia kasar dan malah sering kabur ke rumah uwa nya, Umi Nailah.
”Dengerin ibu, semuanya sudah terjadi. Ikhsan adik kamu, kamu gak bisa menyangkal itu Nida. Bukan cuma kamu yang mau nangis. Tapi ibu juga sayang, kuat ya. Demi ibu, kalau kamu terus begini, jujur ibu capek” suara Hafshah sesak, kedua matanya berair dan akhirnya pipinya basah dengan air mata.
”Ibu jangan nangis” lirih Nida.
”Gimana ibu bisa tahan kalau kamu sendiri begini terus, kamu sudah dewasa sayang. Tolong, kuat ya. Bagaimana pun ayah kamu, dia tetap ayah kamu. Jangan terus memancing emosi nya” tutur Hafshah dan Nida langsung memeluknya erat. Hafshah menahan tangisannya agar tidak semakin menjadi-jadi, istri mana yang bisa sepenuhnya ikhlas jika suaminya menikah lagi. Sangat tidak mungkin, apalagi untuk Hafshah.
****
Gus Fashan sudah berada di Jakarta, dia menuju pulang. Mobilnya terjebak macet, Gus Fashan sesekali menoleh melihat Raihan terus tidur. Dia memang benar, hanya sekedar menemaninya. Tiba-tiba ponselnya berdering dan Gus Fashan tersenyum lebar, melihat uminya yang menelepon.
”Assalamu'alaikum, umi Fashan yang cantik, Sholehah, Habibati nya Abi Farhan. Sudah ke sepuluh kali telepon ya umi, apalagi sekarang umi?” tutur Gus Fashan merasa gemas sendiri dengan uminya itu. Sontak Umi Nailah terkekeh-kekeh.
”Wa'alaikumus Salaam, gantengnya umi masih dimana?”
”Masih di Jakarta, kan udah dibilang dari tadi, astaghfirullah. Sebentar lagi masuk tol, jangan khawatir. Umi tidur, ini udah jam 9 mi” ujarnya dan umi Nailah tersenyum.
”Umi masih bikin kue”
”Fahira, Faiza sama Fara bantuin umi gak? Awas aja kalau umi repot kerja tapi mereka malah asik sendiri” ketus Gus Fashan, ketiga gadis itu mendengus sebal saat mendengarnya, karena umi Nailah mengaktifkan mode loud speaker.
”Ini mereka lagi bantuin umi, hati-hati di jalan Nak.”
”Iya umi sayang” Gus Fashan berucap lalu tersenyum.
”Ya sudah, hati-hati ya. Assalamu'alaikum”
”Wa'alaikumus Salaam”
Gus Fashan meletakkan ponselnya kembali dan dia akhirnya bisa melajukan mobilnya, Raihan bangun dan dia merasa harus segera ke toilet.
”Shan, berhenti dulu. Cari toilet Shan, kebelet nih” pinta Raihan.
”Hadeuh” Gus Fashan kesal.” Nanti di rest area aja, tanggung."
”Gila, gue pengennya sekarang. Lu mau gue pipis disini Shan, di mobil lu yang tercinta ini" ancam Raihan. Dan Gus Fashan akhirnya menepikan mobilnya.
Gus Fashan dan Raihan keluar dari mobil, Gus Fashan mengunci mobilnya dan mencari toilet.
”Tuh di sana tuh” tunjuk Gus Fashan.
”Ya udah gue ke sana dulu” Raihan pamit dan Gus Fashan mengangguk.
Gus Fashan diam menunggu, tatapan tertuju pada kios yang menjual berbagai macam boneka, Gus Fashan tersenyum dan langsung teringat pada adiknya Fara. Gus Fashan melangkah masuk untuk memilih boneka, jika hanya Fara yang dibelikan. Pasti Fahira dan Faiza iri, akhirnya Gus Fashan memutuskan untuk membeli tiga boneka. Gus Fashan memilih boneka beruang, berwarna pink. Supaya adil. Dia membayar dan membawa tiga boneka itu keluar. Saat hendak memasukkan dompet ke kantong celananya, dompetnya dirampas seorang pria.
”Ish" Gus Fashan sontak meletakkan bonekanya, dan berlari untuk mengejar jambret itu. Jambret masuk ke dalam gang, Gus Fashan terus memperhatikan dan mengejarnya. Jambret itu memakai jaket berwarna merah.
”Hei!" Teriak Gus Fashan frustasi, jambret itu berbelok ke gang sempit dan bertabrakan dengan seseorang.
”Buta lu!” bentak gadis itu. Jambret itupun tidak perduli dan kembali berlari, gadis itu juga sedang berlari menghindari kekasihnya. Dia hendak berlari lagi Gus Fashan memeluknya dari belakang, menahan gadis itu dan mengira dia lah jambret nya karena jaketnya sama-sama berwarna merah.
”Balikin dompet saya" tegas Gus Fashan. Gadis itu terkejut dada ranumnya di tekan, Gus Fashan juga kaget. Bagaimana bisa seorang pria memiliki dada empuk dan besar begitu, Gus Fashan langsung melepaskan cengkeramannya dan gadis itu mundur menjauh.
” Asstaghfirullah umi, Ashan meluk anak orang. Dosa”
Gus Fashan merasa bersalah dan hanya bisa menunduk.
”Kurang ajar” maki gadis itu.
Plak...
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Gus Fashan, di pipi yang sering di cium uminya. Gus Fashan tersentak kaget dan mundur.
”Saya minta maaf, saya kira jambret tadi. Saya gak sengaja, maaf" tutur Gus Fashan dan terus menunduk, tak berani dia menatap seorang gadis. Gadis itu kesal dan memegang dadanya.
Kurang ajar nih cowok, untung ganteng...
”Raihanah!” teriak seorang pria, meneriaki nama gadis itu. Gadis itu ketakutan dan mendekati Gus Fashan. Raihanah, gadis cantik berkulit putih, tinggi semampai, dan rambutnya berwarna coklat. Bola mata berwarna hitam kebiruan, ibunya asli Bandung dan ayahnya berasal dari Kanada.
”Tolong saya, saya dikejar pria jahat. Tolong saya mas" pinta Raihanah. Dia panik dan mencengkram dada Gus Fashan." Tolong saya" pinta Raihanah lagi. Gus Fashan mendorong tubuh gadis itu agar menjauhinya.
”Bukan mahram" ketus Gus Fashan dan melangkah pergi, Raihanah mengejarnya dan menarik lengan Gus Fashan.” Minggir”
”Saya mohon mas, tolong saya. Kalau saya kenapa-kenapa, mas juga berdosa karena gak nolongin saya mas. Saya di pukul mas sama dia, tolong saya mas” lirih Raihanah, dia menangis dan sangat takut. Tiba-tiba Hoodie jaketnya di jambak dan rambutnya juga tertarik.
”Ikut" tegas pria itu.
”Lepas, enggak. Aku gak mau!" Teriak Raihanah, dia sesekali menjerit-jerit dan menatap Gus Fashan penuh harap. Gus Fashan tidak tega mendengar jeritan gadis itu, dia berbalik dan melangkah cepat lalu menarik tas selempang Raihanah.
”Jangan ikut campur ya" ucap Kabir.
”Kabir lepas!" Bentak Raihanah, dia langsung bersembunyi di belakang tubuh besar Gus Fashan.” Ini pacar baru aku, lihat otot lengannya. Sekali pukulan saja kamu mati Kabir" tutur Raihanah dan menekan-nekan otot lengan Gus Fashan tapi Gus Fashan menepisnya.
”Dia punyaku” ucap Kabir.
”Dia tanggung jawab ku" tegas Gus Fashan. Kabir mengangkat tangannya, ingin memukul Gus Fashan tapi dia tumbang duluan, saat Gus Fashan menendang kaki pendek nya itu dengan kaki panjang dan kuatnya.
”Aaaa sial" umpat Kabir. Raihanah tersenyum dan terus berlindung di belakang tubuh Gus Fashan. Gus Fashan melangkah pergi untuk segera mencari jambret tadi, Raihanah menendang kaki Kabir dan dia pergi menyusul Gus Fashan.
”Jangan ikuti saya!” tegas Gus Fashan. Tapi Raihanah tetap mengikutinya.” Kemana jambret tadi” ucap Gus Fashan frustasi.
”Aku tahu dimana base camp pada jambret disini, lupakan saja dompet kamu itu. Daripada kamu terluka” ucap Raihanah dan gus Fashan menoleh.
”Di dompet itu ada foto keluarga saya, saudara kembar saya dan adik-adik perempuan saya. Saya gak mau foto itu dilihat pria tadi, saya gak rela” tegas Gus Fashan, dia menyimpan Fahira, Faiza dan Fara sedang tidak memakai kerudung. Gus Fashan tidak mau." Antar saya kesana” pinta Gus Fashan.
Kedua mata indah Raihanah membulat mendengarnya.” Cari mati?” ucap Raihanah.
Gus Fashan tidak perduli dan malah meninggalkannya, Raihanah terus melangkah mengikuti Gus Fashan dan akhirnya dia setuju untuk mengantarkan Gus Fashan.
”Saya antar, tapi janji antar saya pulang.” Rengek Raihanah dan gus Fashan mengangguk.
Raihanah dan gus Fashan terus berjalan cepat, Raihanah sesekali menoleh dan takut Kabir menyusulnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!