NovelToon NovelToon

Duda Childish

Tragis

Warning : sebelum membaca karya inj, diwajibkan membaca karya ku "Beautiful Crazy Woman"

"Sayang, kamu pasti kuat. Bertahanlah." Randi mengusap air mata sang Istri.

"Sakit Mas, aku sudah tidak kuat lagi, jika terjadi sesuatu kepada ku jagalah anak kita. Carilah wanita yang bisa menerima anak kita. Aku mencintaimu Mas." Renita pingsan.

Tuhan telah berkehendak lain, pernikahan Randi dan Renita baru 1 tahun masih sayang-sayangnya. Rumah tangga mereka berdua sangatlah harmonis walaupun baru menjalaninya. Renita yang pamit ingin ke pasar bersama pelayan, ternyata di jalan ada musibah. Mereka berdua mengalami kecelakaan sedangkan Renita sedang hamil tua, yang tinggal menunggu hari untuk melahirkan.

Flashback On

"Mas, pagi ini aku ke pasar ya sama Bik Inah," ucap Renita bergelayut ditangan suaminya.

"Aku antar ya." Randi menolak halus sang istri.

"Nggak usah Mas, nanti mas kan mau ke kantor nanti telat loh. Aku lagi ngidam bawa mobil sendiri lo Mas," nego Renita.

"Ya udah aku berangkat sekarang ya, Mas kan udah selesai sarapan pagi," pamit Renita lalu mencium tangan suaminya dengan takzim.

Randi membalas dengan mencium kening istrinya.

"Sayang hati-hati di jalan ya, jaga Mama mu, oke," ucap Randi sambil mengusap-usap perut Renita.

"Iya, Papa," jawab Renita dengan suaranya dibuat-buat seperti anak kecil.

Diperjalanan Renita perasaannya tidak enak, pikiran mulai tidak fokus saat membawa mobil. Padahal baru saja keluar dari rumah rasanya Renita ingin kembali pulang ke rumah saja.

"Astaga, Renita bisa-bisanya ke pasar lupa bawa dompet." Randi berinisiatif menyusul Renita.

Randi sudah memasuki jalan raya besar, melihat sangat macet membuatnya tidak sabar agar segera melewatinya kemacetan ini. Saat mobilnya berhenti ada tukang asongan melewati mobil Randi.

"Mas mau tanya, kenapa di depan macet?" tanya Randi penasaran.

"Ada kecelakaan Mas, mana wanita itu sedang hamil besar mas. Banyak banget darah yang keluar," terangnya.

Deg...

Rasanya jantung Randi berhenti berdetak menjadi teringat dengan istrinya. Dia berharap bukan istri dan calonnya yang mengalami kecelakaan.

Tin...

Tin...

Suara klakson mobil dari belakang mobil Randi tanda menginterupsi agar Randi cepat maju ke depan. Saat Randi hampir melewati mobil yang kecelakaan ia langsung turun dari mobil. Berlari menghampiri kecelakaan tersebut ternyata Renita sudah akan dinaikkan ke dalam mobil ambulans. Randi memeluk sang istri di dalam mobil ambulans rasanya seperti tersambar petir di siang bolong.

Flashback Off

"Sayang yang kuat yah." Randi menciumi kening Renita.

Sampai di rumah sakit Renita langsung dibawa keruang ICU, kaki Randi melemas saat pintu ICU tertutup.

"Kenapa Tuhan, harus terjadi kepadaku?" Randi memukul tembok dengan kuat.

Randi sudah melampiaskan emosinya sudah merasa tenang. Randi mengambil ponselnya lalu mencoba menelepon Bellanca sang kakak.

Bellanca📞"Halo Ran," sapa Bellanca.

Randi📞"Kak, Renita Kak. Sekarang di rumah sakit," ucap Randi dengan suara menahan tangisannya.

Bellanca 📞"Kenapa Renita? kenapa suara mu bergetar seperti itu," tanya Bellanca panik.

Randi📞"Aku di rumah sakit xxxx, ku tunggu." Randi mematikan teleponnya.

Randi kembali fokus ke pintu ICU, lalu keluarlah seorang perawat mendatangi Randi.

"Maaf Tuan, tolong ke resepsionis sebentar. Anda harus mengurus biaya administrasi karena pihak rumah sakit akan mengambil tindakan operasi untuk mengeluarkan bayinya," terang Perawat lalu pergi meninggalkan Randi.

Randi langsung melangkahkan kakinya ke meja administrasi untuk menyelesaikan biaya administrasinya. Selesai itu tak sengaja Randi bertemu dengan Romeo baru saja selesai dengan tugasnya dirumah sakit.

"Kamu kenapa Ran? kenapa baju mu sedikit berlumur darah?" tanya Romeo penasaran.

"Renita..." ucapnya terhenti.

"Aku harus ke ruang operasi," lanjutnya sendu.

"Renita melahirkan? wah selamat ya Bro, sekarang jadi ayah." Romeo memberikan selamat dengan meraih tangan Randi dengan menepuk-nepuk.

"Iya, Bro," jawab Randi dingin.

Randi berjalan kearah ruang operasi dengan santai ia melangkahkan mencoba untuk tenang semua pasti akan baik-baik saja pikirnya. Romeo sedikit aneh melihat Randi murung lesu tak semangat hidup.

"Biasanya orang yang akan menjadi ayah pasti akan bahagia, Randi kenapa?" Romeo bertanya-tanya dalam hatinya.

Karena Romeo penasaran ia berinisiatif bertanya kepada pekerja bagian administrasi.

"Kak, tadi teman saya kenapa ya murung sekali?" tanya Romeo.

"Istri nya kecelakaan Dok," jawabnya.

"Apa?!" ucap Romeo sedikit syok.

Romeo langsung berjalan mencari keberadaan Randi, ternyata di sana sudah ada Bellanca sedang memeluk Randi. Randi masih menangis tersedu-sedu mendengar pernyataan perawat jika Renita telah tiada.

"Kak! tidak mungkin. Ini hanya mimpi kan?" ucap Randi tak percaya dengan kenyataan.

"Sayang kamu harus kuat, lihat anak mu. Butuh kamu." Bellanca memeluknya dengan erat.

Romeo masih terdiam ditempatnya karena ia ikut syok mendengar pernyataan tersebut. Pintu ruang operasi telah terbuka perawat mendorong brankar yang membawa jenazah Renita sudah tertutup kain putih.

"Sayang! sayang!" teriak Randi dengan dramatis sambil memeluk jenazah sang istri.

Bellanca mendekati Randi lalu menahan bahunya agar tidak terus-menerus memeluk Renita. Perawat pun membawa jenazah Renita ke kamar jenazah.

"Maaf Tuan, saya sudah mencoba semaksimal mungkin. Namun Tuhan telah berkehendak lain," terang Dokter.

"Terima kasih Dok, anak saya bagaimana?" tanya Randi.

"Anak Tuan dimasukkan ke inkubator, karena fisiknya tidak memungkinkan, mungkin karena kecelakaan. Jenis kelamin anak Tuan adalah laki-laki," ucap Dokter lalu pamit pergi.

"Kamu mau lihat anak mu?" tanya Bellanca dengan hati-hati.

Randi hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan Bellanca.

"Romeo, tolong urus jenazah Renita agar cepat dibawa ke rumah, biarkan aku mengantar Randi sebentar," titah Bellanca.

Randi termangu saat melihat sang buah hati di dalam inkubator, tangannya yang bergerak-gerak di ikuti kakinya. Ada beberapa alat yang menempel ditubuhnya, membuat Randi menitikkan air matanya.

"Sayang ini Papa," ucapnya sambil menangis.

"Maafin Papa sayang, nggak bisa jaga kamu dan Mama. Sekarang Mama sudah di surga, kita doakan Mama bahagia di sana," lanjutnya hanya bisa melihat di balik kaca.

Bellanca memeluk Randi, mencoba menenangkan sang adik agar tetap kuat.

"Halo sayang, ini aunty. Besok sama aunty ya, cepat sehat ya biar bisa main bareng Kakak dirumah," ucap Bellanca sendu sambil mengusap-usap kaca, seolah ia sedang mengusapnya.

Bellanca menjadi teringat sang buah hati dirumah, ia menangis jika ia diposisi Renita bagaimana keluarganya nanti. Lalu Bellanca menyeka air matanya, mencoba kuat untuk menghadapi semua ini.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Elgio (Kemurahan Hati Tuhan)

Bellanca menjadi teringat sang buah hati dirumah, ia menangis jika ia diposisi Renita bagaimana keluarganya nanti. Lalu Bellanca menyeka air matanya, mencoba kuat untuk menghadapi semua ini.

"Ayo Kak, kita pulang." Randi mencoba tegar.

*****

Dikediaman Keluarga Hendriwan semua orang sudah berkumpul untuk bertakziah. Renita sudah ditutupi kain putih disampingnya ada Randi dengan setia duduk menunggu. Semua sahabat ikut berdoa menunggu jenazah Renita dimakamkan.

Beberapa jam kemudian jenazah Renita di makamkan, Randi dengan kuat memasukkan sang istri ke dalam liang lahat. Tak lupa ia mengadzani jenazah Renita, air matanya menetes untuk terakhir kalinya saat melihatnya.

Selesai dikebumikan semua orang berdoa untuk kepergian Renita.

"Ran, aku pulang dulu ya," pamit Romeo dan Sinta sambil mengusap bahunya.

Randi hanya menganggukkan kepalanya saja melihat semua orang pergi kecuali sahabat-sahabatnya.

"Bang Randi yang kuat ya, Abang pasti bisa," ucap Intan mencoba menguatkan.

Kevin, Thomas, Dimas dan Intan ikut pamit pulang satu persatu mereka memeluk Randi. Tinggallah Bellanca dan Andri di samping Randi.

"Sayang, aku pulang yah. Do'akan aku bisa mendidik anak kita menjadi orang hebat," pamit Randi sambil menciumi batu nisannya.

"Re, yang tenang ya. Kakak cuma bisa berdoa untukmu," pamit Bellanca tiba-tiba air matanya susah dibendung mengalir begitu deras.

Andri memapah Bellanca tubuhnya lemas kebanyakan nangis.

"Kak, aku ke rumah sakit mau jenguk Elgio," ucap Randi sambil berpamitan.

"Elgio siapa?" tanya Andri.

"Anak aku Kak, akan ku beri nama Elgio Hendriwan," jawab Randi dengan lugas.

"Nama yang bagus." Bellanca berjalan mendekati Randi sekali lagi ia memeluknya.

******

"Maaf, saya ingin bertemu dengan dokter Dino bisa?" tanya Randi.

..."Mohon Antri Tuan, banyak ingin konsultasi," jawab Perawat....

"Baik." Randi mengikuti instruksi perawat dan mendapat no antrian.

Sambil menunggu antriannya Randi mengunjungi Elgio terlebih dahulu. Ingin melihatnya dari luar kaca, saat sampai Randi tak melihat Elgio. Randi sedikit panik anaknya tidak ada tapi ia tetap berpikiran positif mungkin sudah tidak didalam inkubator. Lalu Randi kembali ke bagian spesialis anak dan menunggu antriannya.

"Randi Hendriwan!" teriak perawat.

Randi masuk ke dalam ruang untuk bertemu dokter Doni.

"Selamat sore Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Dokter Doni.

"Selamat sore juga dok, saya ingin mengetahui keadaan anak saya. Yang bernama Elgio Hendriwan," ucapnya dengan lugas.

"Disini sedikit ada masalah Tuan, anak anda tidak mau minum susu formula. Dengan sangat terpaksa saya dari kemarin meminta Dokter Dina kembaran saya untuk menyusui anak Tuan, maaf saya lancang," terang Dokter Dino.

"Tidak masalah jika Elgio mau dan tidak merepotkan Dokter Dina," jawab Randi dengan tenang.

"Baguslah kalau begitu, untuk kepulangannya bisa beberapa hari lagi."

Dino mencoba mengulur waktu agar Elgio bisa bersama Dina kembarannya. Karena 2 bulan lalu Dina mendapatkan kabar duka begitu mendalam didalam hidupnya. Anak semata wayangnya meninggal dunia, sebelum itu suaminya meninggal karena kecelakaan juga. Sangat tragis memang hidup Dina telah ditinggal kedua orang yang ia sayang. Semenjak bertemu Elgio Dina merasakan hidupnya berwarna dengan adanya tangis bayi.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Dina berhenti menyusui Elgio.

"Sayang, sabar yah. Nanti Tante susuin lagi," ucap Dina sambil mencolek pipi gembul Elgio.

"Masuk!" teriak Dina.

Randi membuka pintunya lalu menyembulkan kepalanya dengan wajah dinginnya.

"Boleh saya masuk?" tanya Randi.

"Masuk saja," ucap Dina sambil menatap Elgio dipeluknya.

"Boleh saya menggendongnya?" Randi meminta izin.

"Kamu siapa?" selidik Dina dengan tatapan tak bersahabat.

"Saya ayah dari anak itu," ucap Randi sambil menunjuk Elgio.

"Maaf saya tidak tau," jawab Dina dengan jengah.

Dina berdiri lalu memberikan Elgio kepada Randi, Randi menerima nya dengan antusias.

"Pelan-pelan saya takut," cicitnya.

Randi tiba-tiba tangannya terasa bergetar, makhluk mungil dipeluknya menatapnya lalu tersenyum.

"Maafin Papa ya sayang, nggak bisa jagain Mama mu." Randi menciumi Elgio lalu air matanya menetes membasahi pipinya dan mengenai pipi Elgio.

Dengan sigap Dina berjalan mengambil tissue di mejanya. Dina mendekati Randi menyeka air matanya dengan tissue.

"Maaf," cicit Dina.

"Terima kasih," jawab Randi.

Dina tanpa menyadari ia tersenyum sangat manis dihadapan Randi sambil mendongakkan wajahnya. Sekian detik mereka berdua saling beradu tatapan.

Ya salam, istri baru aja dikebumikan Ran.(otor)

Tiba-tiba Elgio menangis meminta minum susu kembali Dina merebutnya dari gendongan Randi.

"Bisa keluar dari ruangan saya, biar saya susui Elgio sebentar," titah Dina.

Randi pun keluar dari ruangan Dina seperti ada yang aneh menurutnya.

"Kenapa Elgio begitu dekat dengan Dina," gumam Randi sambil duduk di kursi tunggu.

Beberapa menit kemudian Dina keluar dari ruangannya dengan menggendong Elgio.

"Ini kalo mau digendong lagi," tawarnya.

"Nggak berani," ucap Randi dengan menggaruk tengkuknya tak gatal.

"Kenapa, kan anak sendiri," ucapnya mencoba meyakinkan Randi.

Tiba-tiba ada menyerobot lalu memeluk Elgio dengan sayang langsung menghujani ciuman.

"Kakak, Mama." Randi kaget.

"Istri baru dikebumikan Randi," tegur Bellanca.

"Astaga Kak," ucap Randi mulai mengerucutkan bibirnya.

"Apa," sinis Bellanca.

"Maaf Kak, kaya jadi salah paham gini." Dina mencoba menjelaskan.

"Ini saudara kembar saya Nyonya Andri," sahut Dino.

"Lalu." Bellanca mulai mempertanyakan siapa Dina dengan tatapan meremehkan.

"Kakak," ucap Randi penuh penekanan.

"Dia telah menyusui Elgio Nyonya," sahut Dino lagi, membela sang adik.

"Kenapa nggak pakai formula saja?" tanya Bellanca.

Ribet banget si Bell hidup lo (otor).

"Maaf, Nyonya Elgio beberapa hari ini tidak mau minum susu formula. Setiap kali minum dia memuntahkannya, lalu saya menawarkan diri untuk menyusuinya. Karena saya takut jika tidak minum susu, kondisinya pasti akan turun drastis. Itu akan membahayakan Elgio," terang Dina.

"Apa kamu tidak kelelahan menyusui Elgio? nanti anak mu bagaimana?" lagi-lagi Bellanca bertanya.

"Anak saya sudah meninggal Nyonya, yang di alami Elgio telah saya alami kemarin dan merenggut suami saya juga." Dina menangis di pelukan Dino.

Deg...

Bellanca merasakan sedikit bersalah kepada Dina, telah membuatnya menangis.

"Maaf bukan maksud saya menyinggung Anda," ucap Bellanca membawa pergi Elgio.

Randi tidak enak hati dengan Dino dan Dina ia langsung meminta maaf juga.

"Maafin Kakak ku Dok, dia itu sangat perfeksionis dalam semua hal. Apa lagi dia tau istri saya meninggal ia sangat terpukul. Karena Kakak saya sudah menganggap istri saya seperti adiknya sendiri. Mungkin dia masih baper," terang Randi mencoba meluruskan kesalahpahaman diantara mereka.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

#Salamhalu

Awal

"Maafin Kakak ku Dok, dia itu sangat perfeksionis dalam semua hal. Apa lagi dia tau istri saya meninggal ia sangat terpukul. Karena Kakak saya sudah menganggap istri saya seperti adiknya sendiri. Mungkin dia masih baper," terang Randi mencoba meluruskan kesalahpahaman diantara mereka.

"Tidak apa-apa Tuan," sahut Dina sambil menyeka air matanya sendiri.

"Saya permisi Tuan," pamit Dino.

Lalu Dino membawa Dina ke ruangannya, Dino dengan lembut mengandeng tangan Dina.

"Kamu nggak pa-pa Din?" tanya Dino penasaran.

"Nggak pa-pa kok, sudahlah."

"Kamu mau ikut pulang dengan ku?" tawar Dino.

"Aku ingin pulang nanti agak malam, takut Elgio membutuhkan ku, aku juga sudah memompa susu ku, untuk Elgio nanti setelah aku tinggal pulang," terang Dina.

"Kamu sangat menyayanginya?" tanya Dino lagi.

"Entahlah Din, tapi aku sangat bahagia bersamanya," jawab Dina sendu.

"Aku ulur kepulangan Elgio untuk beberapa hari untuk mu, jadi kamu bisa bersamanya," ucap Dino.

Dina mendengar ucapan Dino sangat bahagia, ia mendekati Dino lalu memeluknya.

"Makasih sayangku," balas Dina.

*****

Pukul 22.00 sudah menunjukkan waktunya Dina pulang untuk beristirahat. Saat Dina keluar dari ruangannya tak sengaja bertemu dengan Randi. Dina mencoba menyapa Randi.

"Belum pulang, Tuan?" tanya Dina.

"Ini mau pulang," terang Randi.

"Ya sudah, saya duluan Tuan," pamit Dina.

"Pulang naik apa?" Randi mencoba basa-basi.

"Saya sudah memesan taksi online, Tuan," jawabnya jujur.

"Mau saya antar pulang?" tawar Randi.

"Nggak perlu Tuan, saya bisa naik taksi saja," tolak Dina.

"Perempuan itu tidak baik, jika pulang malam-malam sendirian," saran Randi.

Dina tampak berpikir sejenak untuk menyetujui Randi atau tidak.

"Aduh, gimana ya, Tuan. Takut ngerepotin," jelas Dina.

Entah setan mana yang merasuki pikiran Randi. Randi langsung menarik tangan Dina, agar cepat mengikutinya. Dina hanya menurut saja saat tangannya dipegang Randi. Tiba-tiba ada rasa nyaman, padahal baru pertama kali mereka bertemu.

"Alamat rumah mu dimana?" tanya Randi.

"Jl. xxxx no. xxxx," jawab Dina tanpa melihat Randi.

"Ada yang aneh ya?" tanyanya lagi.

"Maksudnya." Tatapan Dina tetap tak berpaling dari jendela mobil.

"Kalo diajak ngomong itu, liatin orangnya dong," sungut Randi.

"Iya Tuan, maaf," jawab Dina sedikit canggung.

Didalam perjalanan pun, Dina tidak mengucapkan sepatah kata pun. Randi juga begitu canggung untuk membuka percakapan dengan Dina. Beberapa saat mobil Randi sudah sampai dirumah Dina. Rumah yang besar hanya ditempati seorang diri dan ditemani beberapa pelayan.

"Terima kasih, Tuan. Sudah mengantarkan saya pulang. Karena sudah malam, saya masuk terlebih dahulu," pamit Dina hilang dibalik pintu gerbang.

"Ya ampun, boro-boro basa-basi nyuruh mampir," gerutu Randi.

*****

Terik matahari sudah bersinar menyinari bumi, seorang duda tampan masih sibuk dengan mimpinya.

Sreet...

Bunyi tirai yang sedang tarik oleh si empunya. "Hello, Randi Hendriwan," panggil sang Kakak.

"Astaga, Kak masih pagi bisa nggak sih." Randi hanya menggeliat di atas ranjang.

"Kamu mau sampai kapan seperti ini?" tanya Bellanca.

"Aku baru saja tidur, sudah teriak-teriak nggak jelas," gerutu Randi sambil mengusap-usap matanya.

"Kamu nggak ingat? Hari ini Elgio pulang," terang Bellanca.

"Ya Tuhan, aku sampai lupa Kak," ucap Randi sambil duduk ditepi ranjang.

"Kamu tuh fokus sama Elgio. Jangan mikirin aneh-aneh ya," saran Bellanca.

"Siap Bos," ejek Randi.

"Kamu kebiasaan iya-iya aja," ucap Bellanca sambil mukul bahu Randi.

"Kakak nih, pagi-pagi udah sampai sini, suami dirumah tuh diurusin. Malah ngurusin aku," gerutu Randi.

"Kamu!" teriak Bellanca sambil memukul-mukul bahu Randi.

****

"Buruan keluar, Ran," titah Bellanca.

"Sabar, Kak. Tanggung nih," ucapnya.

"Kakak duluan ya." Bellanca meninggalkan Randi di dalam mobil.

Bellanca berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Bellanca tak sabar untuk bertemu dengan keponakannya. Sampai Bellanca meninggalkan sang buah hati di rumah bersama baby sister-nya. Tiba-tiba Bellanca menghentikan langkahnya saat melihat Dina mengendong Elgio penuh kasih sayang.

"Ya Tuhan," gumam Bellanca sedikit terenyuh.

"Kakak kenapa berhenti di sini?" tanya Randi.

"Lihat, Ran. Kasian ya Dina," ucap Bellanca.

"Ya begitulah, Kak. Mau gimana lagi."

"Nikahi saja dia," titah Bellanca.

"Kakak gila ya?" tangan Randi memegang kening Bellanca.

"Kamu nggak sopan," ucap Bellanca sambil mencubit pinggang Randi.

"Bisa nggak si, Kak. Nggak main cubit, sakit," cicit Randi sambil mengusap-usap pinggangnya.

"Lumayan ngeringanin tugas Kakak buat ngurusin kamu," balasnya.

"Tau lah Kak." Randi berkacak pinggang lalu pergi meninggalkan Bellanca.

"Randi," gumam Bellanca dengan pelan.

***

"Eh, Elgio liat tuh ada, Papa," ucap Dina seolah-olah Elgio mengerti.

Randi tersenyum, lalu ia berkata. "Duh, sayangnya Papa," panggilnya.

Randi mendekati Dina lalu secara hati-hati mengendong Elgio.

"Udah kaya keluarga ya," ejek Bellanca.

"Apa Kakakku ini sudah gila? Kemaren aja marah-marah nggak jelas sama Dina. Eh, sekarang jodoh-jodohin aku, fix ini," batin Randi.

"Apa," seru Bellanca karena Randi menatapnya dengan tatapan aneh.

"Dasar aneh," cicit Randi.

"Kamu."

"Ampun Kak, cuma bercanda. Gitu aja sewot," ejek Randi.

Dina berdiri di dekat Randi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Randi dan Bellanca langsung menoleh ke arah Dina. Seolah-olah dari tatapan mereka sedang bertanya-tanya apakah ada yang lucu.

"Maaf," ucap Dina sambil menahan tawanya.

"Nggak pa-pa kok, Din. Ketawa aja," jawab Bellanca.

Dina hanya tersipu malu mendengar pernyataan Bellanca.

"Saya izin, Nyonya. Untuk keruangan saya. Karena sebentar lagi praktek saya sudah dimulai," terang Dina.

"Jangan buru-buru, kita bisa mengobrol sebentar?" tanya Bellanca.

"Boleh Nyonya. Ada yang bisa saya bantu."

"Sepertinya kamu sangat menyanyi Elgio."

"Memang, Nyonya. Saya sangat menyayangi Elgio. Seperti anak saya sendiri."

Dari nada bicara Dina sangat terlihat tulus, membuat Bellanca sedikit terenyuh. Yang tadinya Bellanca menyangka jika Dina itu hanya memanfaatkan momen ini. Ternyata tidak, Bellanca telah mengirim mata-mata untuk mengawasi Dina jika di rumah sakit.

"Jika kamu mau, bisa ke rumah Randi untuk memberikan susu. Jika kamu berkenan." Bellanca mencoba meyakinkan Dina.

"Apakah itu benar Nyonya," jawab Dina antusias.

"Jadi Ibu sambung Elgio juga boleh," canda Bellanca.

"Kakak," ucap Randi penuh penekanan, risih melihat sang Kakak mencoba menjodoh-jodohkan dirinya dnegan Dina.

"Kenapa, Ran? Siapa tau kan, Dina mau ya Din," ucap Bellanca seperti emak-emak rempong.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like,komentar,vote & hadiah.

Stay tune terus ya guys,jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untuk ku ❤❤❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!