NovelToon NovelToon

Menikah Karena Dendam

Pengenalan Tokoh

Rika Mahiswara

Wanita yang terlahir dari keluarga miskin yang dinikahi oleh seorang lelaki yang sangat dicintainya, bahkan rasa cintanya mengalahkan akal sehatnya. Ia berusia 23 tahun dan bekerja disebuah perusahaan di kotanya sebagai staf biasa. Ia orang yang ramah, sabar, penyayang dan juga selalu ikhlas dalam menghadapi situasi seperti apapun juga. Dan ia sangat setia pada suaminya walau bagaimanapun keadaan suaminya. Ia juga yang menjadi tulang punggung rumah tangganya. Ia sama sekali tidak tahu dengan keadaan suaminya yang sesungguhnya walaupun sudah menikah selama 1 tahun.

Angga Reynaldo

Lelaki berusia 25 tahun yang menikahi Rika demi membalaskan dendamnya di masa lalu. Ia seorang pengusaha kaya raya harus rela berpura-pura menjadi seorang pengangguran dengan dalih dipecat dari kantor tempatnya bekerja karena pengurangan karyawan dan penyebab utamanya adalah istrinya. Mempunyai seorang kekasih yang sangat dicintainya dan demi kekasihnya, ia rela melakukan apapun juga, termasuk memberikannya uang dan fasilitas.

Ambar Izz Zayani

Wanita berusia 23 tahun dan merupakan sahabat satu-satunya Rika yang memahami keadaannya. Ia selalu ada disaat Rika dalam kesusahan dan selalu berusaha untuk membantunya walau bagaimanapun keadaannya. Ia juga bekerja di kantor dan divisi yang sama dengan Rika. Bahkan ia sangat tidak menyukai Angga karena selalu menyakiti istrinya secara mental. Dan sangat mengagumi Rika karena begitu ikhlas dalam menghadapi situasi rumah tangga yang kurang bagus dan kurang beruntung.

Alvaro Samuel Taqi Areliano

Seorang lelaki yang berusia 24 tahun dan dia bekerja sebagai dokter di rumah sakit miliknya sendiri. Dia juga merangkap sebagai seorang kepemilikan perusahaan besar yang sebanding dengan perusahanaan milik Angga, salah satu rival Angga. Dia sangat ramah, suka menolong dan juga baik.

Helena

Wanita yang selalu berpenampilan seksi dan glamour bahkan riasan wajahnya selalu terlihat tebal. Dia berusia 25 tahun dan merupakan kekasihnya Angga. Ia begitu manja dan sangat suka mengunjungi kantor Angga bila ada maunya. Bahkan ia tidak perduli dengan status Angga yang sudah beristri karena ia tahu bahwa Angga menikahi Rika hanya bertujuan untuk membalas dendam pada wanita yang sudah menjadi istrinya. Mereka bahkan sudah lebih lama menjadi sepasang kekasih dari pada pernikahan Angga dan Rika, yaitu sejak 3 tahun lalu.

Asra Rajasra

Asisten pribadinya Angga dan selalu setia dengan apa yang dikatakan Angga. Dia berusia 27 tahun dan selalu bersikap dingin pada siapa saja, termasuk orang yang sudah lama dikenalnya dan terlebih bagi orang yang belum dikenalnya sama sekali. Dan akan sangat tidak menyukai seseorang yang dianggapnya dapat merugikan bosnya, seperti Helena.

Farid Firdaus

Lelaki berusia 25 tahun dan merupakan suami dari Ambar. Ia bekerja di kantor yang berbeda dengan istrinya dan memiliki jabatan yang cukup tinggi. Sangat menyayangi keluarganya dan lebih mementingkan kepentingan keluarga diatas segalanya.

Kaif Akalanka

Lelaki berusia 26 tahun dan merupakan asisten pribadi dari dokter Alvaro. Ia begitu setia dan juga selalu melindungi tuannya walau bagaimanapun keadaannya. Ia juga mempunyai sifat dingin namun akan selalu ramah pada orang yang dianggapnya baik walaupun baru dikenalnya.

Raniatu Janna

Wanita berusia 53 tahun dan dia adalah ibunya Rika. Hidup seorang diri setelah Rika menikah dan memiliki rumah sendiri. Suaminya sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena sebuah penyakit kronis dan disebabkan oleh sesuatu yang lain. Hanya memiliki seorang anak yang juga sangat menyayangi dan menghormatinya. Ia hidup sederhana di desanya yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Rika sekarang. Sangat bijaksana bahkan ia akan membela orang yang dianggapnya benar walaupun itu menantunya sendiri dan memarahi anak kandungnya sendiri kalau anaknya berbuat salah.

*****

Peringatan

Hanya orang-orang yang terdekat yang lebih mengerti aku. Tapi kenapa tidak dengan kamu, padahal kamu adalah orang yang paling dekat dengan hatiku.

______________________________________

"Kenapa lagi kamu datang terlambat?!! Ini sudah yang keberapa kali?!!" hardik manejer yang menatap Rika dengan tatapan garang. Ia sangat marah pada Rika karena Rika akhir-akhir ini selalu datang terlambat ke kantornya.

Rika hanya bisa menunduk, ia tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia sadar kalau semua ini adalah murni karena kesalahannya sendiri. Karena keteledorannya, sebab itu ia datang terlambat ke kantor.

"Ini peringatan terakhir untuk kamu! Kalau kamu terlambat lagi satu kali, maka aku akan memecatmu!!!" ucapnya keras dengan muka merah padam.

Rika terkejut mendengar keputusan manejernya tersebut. Bagai disambar petir di siang hari tanpa mendung dan hujan. Tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa karena dia hanyalah karyawan biasa yang selalu melanggar peraturan kantor akhir-akhir ini.

"Tapi Pak...."

"Ah.... Sudah sana, kerja kamu!!" ucapnya dengan kesal sambil melambaikan tangannya mengusir Rika dari ruangannya tanpa menoleh sedikitpun pada Rika.

Rika kembali diam dan tidak meneruskan kata-katanya yang pasti akan berbuntut panjang. Untung ia tidak dipecat hari ini juga, coba kalau dipecat, harus berkata apalagi dirinya pada suaminya. Dia hanya menunduk dan tidak membantah apa yang dikatakan oleh manejernya. Keputusan manejernya kini sudah final, tidak ada lagi kesempatan yang lain. Semua kembali tergantung pada dirinya dan kedisiplinannya.

Semua ini memang salahnya, karena pagi tadi dia harus membeli makanan dulu untuk suaminya yang ingin memakan rendang dari restoran mahal yang biasa ia pesan, padahal dia menyadari kalau waktu itu saatnya untuk berangkat ketempat kerjanya, kalau tidak maka akan beresiko pada keterlambatannya. Ia juga tidak dapat menolak permintaan suaminya yang nyatanya hanya berdiam diri di rumah saja. Bahkan uang sakunya untuk naik taksi sudah habis diambil oleh suaminya tanpa pertimbangan sedikitpun padanya. Sehingga semua itu membuatnya kesusahan mencari alat transportasi untuk menuju kantornya. Dan keputusannya salah besar karena mengambil langkah dengan berjalan kaki untuk menuju ketempat kerjanya yang memakan waktu 30 menit.

Dengan perlahan ia berjalan meninggalkan ruangan manejernya untuk menuju ke kubikelnya. Ia benar-benar kepikiran dengan peringatan dari manejernya. Kalau ia dipecat maka otomatis semua biaya rumah tangga mereka akan berhenti karena untuk setahun ini dia adalah tulang punggung keluarga.

"Hei... ada apa dengan wajahmu? Kusut sekali," tegur Ambar sambil berbisik. Ia menatap Rika yang mendudukan dirinya pada kursi kubikelnya dengan perlahan.

Tanpa menoleh ia menjawab. "Biasa, dapat peringatan dari Manejer," jawab Rika lesu.

"Akhir-akhir ini kamu sering terlambat, memangnya ada masalah apa?" tanya Ambar yang masih menatap kearah Rika yang baru saja menghidupkan mesin komputernya.

"Iya, gara-gara itu aku mendapatkan peringatan. Ceritanya panjang," ucap Rika mendesah sambil membalas menatap kearah Ambar dengan tersenyum. Senyum penyemangat diri, karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk sekarang dan berusaha fokus dengan apa yang ada didepannya.

Ambar menatap prihatin kearah Rika. Ia tahu persis permasalahan apa yang dihadapi oleh Rika, pasti tidak jauh-jauh dari suaminya. Suaminya yang hanya bisa menyusahkan istrinya. Dimata Ambar, suami Rika tidak lain adalah seorang pengangguran yang sangat pemalas dan suka memeras istrinya sendiri. Bagaimana tidak, dia selalu meminta hampir seluruh gajih Rika, sedangkan dirinya hanya makan dan tidur saja di rumah tanpa memikirkan kelelahan istrinya. Ia sangat tidak menyukai Angga sejak dulu selagi mereka sudah saling mengenal.

"Udah, lanjutkan kerjanya. Makan siang nanti kamu bisa berbagi cerita sama aku, berkeluh kesah juga," Ambar tersenyum dan menyemangati Rika dengan mengepalkan tangannya keatas dan berbisik kata semangat.

Rika membalas hal yang sama persis dengan yang dilakukan oleh sahabatnya, Ambar. Ia ingin melupakan sejenak permasalahan yang sedang dihadapinya. Rika berkutat dengan pekerjaannya, ia berusaha fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya. Walau bagaimanapun juga, ia harus profesional dalam bekerja dan mengesampingkan urusan pribadinya.

"Rika, laporan yang saya tugaskan padamu untuk membuatnya, apakah sudah selesai kamu buat?" tanya Randy, yang merupakan kepala divisi bagian keuangan. Ia sudah berdiri disamping kubikel Rika.

"Sudah Pak! ini laporannya!" ucap Rika sambil menyerahkan laporan yang sudah diraihnya dari atas mejanya dan diserahkannya kepada Randy.

Randy menerima laporan tersebut, ia mengangguk dan menatap Rika sesaat. "Ini akan saya periksa terlebih dahulu," ucapnya sambil berjalan meninggalkan kubikel Rika menuju kearah ruangannya.

Rika menganggukan kepalanya, ia kembali berkutat dengan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi, setelah kepergian Randy dari hadapannya.

Tidak terasa waktunya makan siang sudah tiba. Rika merenggangkan tangannya yang terasa pegal karena mengetik, ia juga memijat batang hidungnya dengan perlahan sambil memejamkan matanya sesaat. Kemudian membuka matanya dan membereskan kekacauan yang ada di meja kubikelnya. Tidak lupa ia menyimpan data yang ada di komputernya dan mematikannya.

"Rika, kita makan ke kantin yuk!" ajak Ambar sambil mendekat kearah kubikel Rika.

Rika menatap kearah Ambar, ia ingin mengutarakan sesuatu tapi ia terlihat ragu. Ia merasa malu karena akhir-akhir ini ia terlalu sering merepotkan sahabatnya, walaupun ia dan Ambar bersahabat sejak mereka masih SMP tapi tidak mungkin ia selalu bergantung pada sahabatnya itu.

"Sudah, biar aku yang mentraktir kamu. Kamu sedang tidak ada uangkan?" tanya Ambar sambil tersenyum tipis, ia seperti seorang cenayang yang mampu membaca pikiran Rika.

Mata Rika beralih menatap kearah Ambar sesaat, kemudian ia menundukan kepalanya perlahan sambil meringis. Ia merasa selalu merepotkan sahabatnya sendiri tanpa bisa membalas kebaikannya.

"Ambar, aku masih kenyang kok, aku masih bisa minum saja kok," jawab Rika sambil tersenyum, ia berusaha mengelak kali ini, dan berusaha menyembunyikan keadaan dirinya yang sebenarnya, bahwa pagi tadi ia bahkan belum sempat sarapan sama sekali karena terlalu sibuk melayani suaminya.

"Sudah, tidak apa-apa. Yuk, kita kantin! Keburu habis waktu istirahat," ajak Ambar sekali lagi sambil melihat kearah jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya.

Namun Rika tetap menolak. "Tapi... aku...."

"Atau aku pesankan saja untukmu, gimana?" tanya Ambar lagi.

"Jangan! kamu___," Rika tampak terdiam setelah Ambar menyambar ucapannya.

"Ya sudah, temani aku makan saja kalau begitu, bagaimana?" kata Ambar yang dengan cepat memotong kata-kata Rika. "Kamukan tadi sudah janji untuk cerita masalah kamu sama aku, jadi aku minta kita kekantin sekarang saja. Disana bisa lebih santai sedikit," ucapnya lagi.

"Tapi aku tidak bisa membalas kebaikan kamu, Mbar," ucap Rika merasa tidak nyaman sambil menatap teduh kearah Ambar.

"Ya ampun Ka, kamu kayak kesiapa aja. Dengan keadaan kamu baik-baik saja, itu sudah cukup membalas semua jerih payahku dan kebaikan yang kuberikan padamu."

Rika tampak berpikir dan sesekali menatap kearah Ambar yang menunggunya sejak tadi dengan setia. Ia jadi semakin merasa bersalah karena sudah mengulur-ulur waktu istirahat mereka.

"Jangan sungkan begitu dong Rika, biasa saja. Akukan sahabat kamu dan akan selalu ada untukmu," ucap Ambar meyakinkan.

Rika masih menatap Ambar, ia terharu mendengar penuturan Ambar yang terdengar sangat tulus. Ia terkesan dengan semua kebaikan Ambar padanya selama ini, dan kembali dihampiri perasaan bersalah karena menolak kebaikan yang ingin diberikan oleh Ambar padanya. Biasanya, ia tidak pernah menolak ajakan Ambar sedikitpun dan mereka akan selalu kompak dan saling berbagi cerita apa saja mengenai diri masing-masing diselingi dengan candaan.

 •

*******

 

 

Nasehat Seorang Sahabat

Ketidak berdayaanku dalam merengkuh hatimu, membuatku terperangkap dalam jurang cintamu sehingga membuatku buta untuk mengenal rasa sakit

______________________________________

Rika mengangguk dan berdiri sambil menghampiri Ambar yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ayo!" ajak Ambar lagi.

Rika kembali mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Ambar untuk menuju kearah kantin perusahaan yang terletak di lantai dasar disamping gedung kantor, tepatnya disamping lobi.

Sesampainya mereka disana, suasana kantin tampak sangat ramai dan penuh. Mereka berjalan memasuki kanti tersebut serta mencari meja yang masih kosong. Akhirnya mereka menemukannya, tepat berada di pojokan ruangan kantin tersebut.

"Kamu duduk dulu, aku mau pesan makanan kedepan. Kamu mau pesan apa?" tanya Ambar yang masih berdiri dan menatap kearah Rika yang sudah duduk di kursinya.

"Nasi sop aja, minumnya seperti biasa, air mineral. Ma'af karena aku selalu merepotkan kamu," ucap Rika dengan tulus sambil menatap Ambar yang juga menatap kearahnya.

"Kayak sama siapa aja, kamu hari ini terlihat sangat sungkan begitu. Udah, semua anggap seperti hari biasa. Aku tidak suka loh kalau kamu bersikap seperti ini," kata Ambar. "Aku kedepan dulu," ucapnya lagi. Ia menatap sekali lagi kearah Rika, ia melihat Rika yang sangat berbeda hari ini. Selalu mengucapkan hal-hal yang menjurus pada perpisahan. Entah ada apa dengan sahabatnya tersebut.

Tidak! tidak! pasti ini hanya perasaan Ambar saja, mungkin karena Rika menghadapi masalah yang sangat besar hingga ia bersikap seperti ini pada hari ini. Ya, pasti karena itu saja.

Rika mengangguk dan ia menatap seisi kantin yang dipenuhi oleh para karyawan. Kemudian matanya beralih menatap handphone miliknya yang tergeletak diatas meja. Dibibirnya terukir senyum, senyum kecut saat melihat foto yang terpampang sebagai walpaper di handphone miliknya. Disana terlihat foto dirinya dan juga suaminya, mereka terlihat sebagai pasangan yang paling bahagia, dengan saling memandang dengan penuh cinta. Foto itu diambil 10 bulan yang lalu saat mereka dalam perjalanan bulan madu.

"Mas Angga sekarang sedang apa ya? kenapa dia akhir-akhir ini berubah? apa karena ia tidak punya pekerjaan?" gumam Rika sambil menatap foto suaminya yang ada di galerinya. Di foto itu suaminya memeluk dirinya dengan erat dan juga dengan senyum manis menempel di bibirnya, seolah-olah memberikan perlindungan dan kebahagiaan untuknya.

Ia kembali teringat dengan kejadian setahun yang lalu. Saat mereka berjanji untuk mengikrarkan cinta suci mereka, mereka seperti pasangan yang akan selalu bahagia selamanya. Dan saat Angga melamarnya, ia berjanji agar selalu membahagiakan Rika walau bagaimanapun keadaannya. Tapi semua itu hanyalah tinggal janji yang diucapkan suaminya dimasa lalu, yang mungkin sudah dilupakannya sekarang. Bahkan dulu, Angga selalu membuatnya bahagia, walaupun kehidupan mereka sederhana. Tapi kini, ia terkadang selalu menyalahkan Rika atas semua yang terjadi padanya. Egois memang karena selalu melimpahkan kesalahan pada orang lain yang bahkan tidak melakukan hal apapun itu.

"Ka, ini pesanan kamu," ucap Ambar sambil meletakkan nampan yang berisi makanan di meja mereka. Ia menatap prihatin kearah Rika yang melamun sejak tadi sambil menatap kosong kearah handphonenya.

"Rika!" Ambar menyentuh tangan Rika dengan perlahan. Sehingga membuat Rika terlonjak kaget dengan keberadaan Ambar yang sudah duduk dihadapannya. Ia kembali meletakkan handphone yang ada di tangannya keatas meja, sudah berapa lama ia melamun hingga tidak menyadari kedatangan Ambar. Ia tersenyum kearah Ambar dan kembali fokus dengan makanan yang ada dihadapannya, setelah Ambar meletakkannya dengan perlahan.

"Coba kamu ceritakan masalah kamu pagi tadi!" pinta Ambar tanpa basa-basi. Ia menatap Rika dengan serius.

Rika mengambil nasi sopnya dan juga air mineralnya. Ia menatap sesaat kearah Ambar, kemudian menatap kearah air mineralnya. Ia meraihnya dan membuka tutup botolnya serta meneguknya beberapa tegukan. Tangannya masih memegang botol mineral yang masih belum ditutup olehnya.

"Sebenarnya aku dapat peringatan dari Pak Manejer, kalau sekali lagi aku datang terlambat ke kantor, maka aku akan kehilangan pekerjaannku selamanya." Rika masih menatap kearah botol air mineral yang ada di tangannya, dan tidak berani menatap kearah Ambar karena ia tidak ingin melihat respon Ambar yang terkejut saat mendengar kabar darinya.

"Apa!!?" tanya Ambar setengah berteriak. Ia menggebrak meja mereka dengan mata melotot. Sungguh Ambar terlihat sangat mengerikan dengan aura yang mencekam saat sedang terkejut.

Rika meringis menatap kearah Ambar, ia sudah tahu respon apa yang akan diberikan oleh Ambar. Ia menatap kesekeliling mereka, beberapa dari karyawan lain sedang memperhatikan mereka.

"Ka, kenapa bisa?" tanya Ambar yang sudah bisa menguasai emosinya. Ia merubah inotasi suaranya yang kembali normal, setelah ia menyadari bahwa mereka menjadi pusat perhatian seisi kantin.

"Kamu tahukan kalau akhir-akhir ini aku selalu datang tidak tepat waktu, yang artinya aku tidak disiplin." Rika menyendok dan menyuap nasi supnya dengan perlahan, ia mengunyahnya dan menatap kearah Ambar.

"Hanya itu alasannya?" tanya Ambar yang kurang puas dengan jawaban Rika. Ambar juga menyuap makanannya sambil matanya sesekali memperhatikan suasana kantin.

Rika mengangguk dan kembali menyuap makanannya. Ia kembali meraih botol air miliknya dan meneguknya untuk mengangsurkan makanan yang ada didalam mulutnya.

"Kamu tahukan peraturan perusahaan, mereka tidak akan mentoliler kesalahan sekecil apapun itu, terlebih lagi bagi orang yang berpotensi merusak kinerja mereka dan merugikan pihak mereka."

"Iya, kamu benar. Selain itu, memangnya apalagi yang membuat kamu terlambat datang ke kantor? Apa ini masalah suami kamu lagi?" tanya Ambar yang baru saja selesai meneguk minumannya.

"Ya, seperti biasa. Mas Angga akhir-akhir ini selalu marah-marah padaku. Bahkan ia juga selalu meminta uang padaku, yang seharusnya menjadi jatah ongkos taksiku ke kantor, harus berakhir dengan seonggok kue atau cemilan."

"Kenapa kamu tidak minta antar saja padanya, Diakan punya mobil?"

"Dia tidak mau, katanya dia sedang sibuk mencari pekerjaan."

"Perhitungan sekali suamimu. Masa istri sendiri minta antar ketempat kerja, dia malah menolak." Ambar mencibir, ia tidak suka dengan Angga sejak dulu, sejak Rika memperkenalkannya pada Ambar. Ambar merasa bahwa Angga bukanlah sosok yang baik. Apa sih yang dilihat Rika pada Angga hingga ia tidak sadar kalau dia sudah disakiti, apa karena rasa cintanya membutakan mata hatinya sehingga ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dirinya sendiri.

"Sudahlah Mbar, mungkin dia memang ada kesibukan," ucap Rika membela suaminya, ia sudah menghabiskan separuh makanannya.

"Sibuk apa juga, sampai sekarang masih pengangguran," ucap Ambar dengan sinis. "Padahal kamu masih bisa loh berangkat kerja lebih pagi kalau hanya soal Angga yang marah-marah padamu."

"Bukan itu juga sih, setiap pagi aku harus pergi ke restoran yang buka 24 jam untuk membeli makanan kesukaan mas Angga."

"Kenapa kamu tidak masak saja, bukankah masakanmu sangat enak," ucap Ambar yang merasa heran dengan sahabatnya.

"Dia bilang masakanku tidak enak, bahkan ia bosan memakan rasa yang selalu tawar setiap harinya."

"Hah menyebalkan sekali. Itu namanya pemborosan!" ucap Ambar yang tampak sedikit emosi. Dengan cepat ia menyambar gelas minumannya dan meneguknya hingga tandas. Rasanya kepalanya mulai mengeluarkan asap setiap kali mereka membahas masalah Angga.

"Apa yang dia katakan itu memang benar, karena aku yang kurang teliti dalam mengurus rumah tangga," ucap Rika mengalah dan mendukung suaminya. Ia sudah menghabiskan makanannya.

"Kamu selalu saja membela suamimu, yang nyata-nyata selalu menyakitimu secara mental bahkan kamu selalu menurut dan mengalah, padahal nyata-nyata itu akan merugikan dirimu sendiri. Contohnya pekerjaanmu. Padahal kamu sudah berjuang hingga posisimu sedikit naik dari awal kamu bekerja. Apalagi pekerjaan ini sudah kamu lakukan sejak kamu masih sendiri. Apa kamu rela mengorbankan semua itu, perjuangan yang sia-sia. Lalu apalagi yang akan kamu harapkan dari semua ini kalau kamu dipecat, suamimu juga pengangguran," ucap Ambar panjang lebar.

*******

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!