NovelToon NovelToon

Cerita Mawar Suamiku Menikah Lagi

Prolog 1

Mawar merah, menikah muda dengan Wahyu Aditya. Yakni, masih berusia 18 tahun, kemudian Aditya 21 tahun.

Mawar adalah gadis yang lembut, baik, pekerja keras dan penyabar.

Walaupun, pernikahanya tidak di restui oleh kedua orang tuanya, kedua belah pihak. Karena masih terlalu muda. Namun,

kedua sejoli yang sudah menjalin kasih sejak SMA itupun, teguh dengan pendirian.

Mau tidak mau Pak Renggono Ayah Adit. Dan Pak Sutisna Bapak Mawar. Mengalah dan sepakat menikahkan anak beliau.

Yang mereka tahu, hanyalah saling mencintai, padahal Aditya belum mempunyai pekerjaan tetap. Hanya berbekal Ijazah SMA tentu sulit mendapatkan pekerjaan.

"Kripik... kripik..." Itulah yang dilakukan Mawar demi membantu suaminya. Aditya bekerja sebagai kuli bangunan itupun jika ada yang mengajaknya. Namun, jika tidak ada yang mengajak, terpaksa menganggur.

"Mbak... beli kripiknya..." pekik seorang Ibu dari kejauhan. Mawar pun berhenti. Dengan rasa semangat Mawar balik badan dan berjalan cepat menghampiri pembeli.

"Silahkan di pilih Bu..." ucap Mawar, menyodorkan keranjang yang selalu ia jinjing.

"Berapa sebungkus Mbak?" tanya seorang Ibu.

"Sepuluh ribu Bu" sahutnya.

"Saya beli 5 bungkus Mbak" ujar pembeli. Mawar memasukkan keripik 5 bungkus ke dalam kantong plastik, kemudian menyerahkan kepada Ibu pembeli.

Mawar senang sekali bisa menerima uang 50 ribu dari pembeli dan memasukkan kedalam dompet.

Mawar kembali berjalan kaki menyusuri jalanan. Tidak perduli dengan sengatan matahari. Menyeka keringat dengan tisue. Jika terasa lelah duduk sebentar kemudian berjalan kembali. Begitukah yang di lakukan Mawar setiap hari tanpa mengenal lelah.

Sebagai kuli bangunan, Aditya mendapat upah 80 ribu perhari. Namun, tidak selalu keberuntungan berpihak kepada keluarga kecilnya. Kadang selama sebulan bekerja. Tetapi, jika habis proyek. Menjadi pengangguran malah pernah sampai dua bulan hanya lontang lantung.

Mawar memutar otak, bagaimana caranya bisa menghasilkan uang. Untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk meminta-minta kepada orang tuanya. "Oh tidaak..." Monolognya.

Bagaimana mungkin, Mawar berani berkeluh kesah dengan kedua orang tuanya. Yang ada, malah hanya rasa malu, karena sudah membangkangnya.

Sedangkan penghasilan Aditya hanya cukup untuk membayar kontrak rumah, dan membayar listrik. Itupun kadang Mawar harus mencari tambahan jika uang belum cukup.

Mawar membeli singkong langsung dari kebun. Ia kupas dan di iris tipis-tipis kemudian di goreng. Setelah menjadi kripik di kemas dalam plastik.

Senang maupun susah Mawar harus berani menghadapi. Karena menikah muda sudah menjadi keputusan dia dan juga Aditya. Tidak ada gunanya kata menyesal selain berikhtiar. Mereka menjalin hubungan kekasih sampai tiga tahun setelah lulus SMA, Mawar lansung menikah.

Flashback on.

"Mawar... pikirkan dulu, menikah tidak cukup hanya sekedar saling mencintai"

"Sebaiknya, nikmati dulu masa mudamu, cari kerja buat kamu senang sendiri"

"Sukur-sukur kamu bisa kuliah nak" nasehat Ibu Riska kepada Mawar.

Pak Sutisnya yang hanya penjual ice dawet keliling, tidak bisa mengantarkan pendidikan anaknya hingga sampai perguruan tinggi. Sedangkan bisa menyekolahkan sampai SMA saja sudah empot-empot tan. Di tambah lagi Pak Sutisnya menyekolah Melati adik Mawar yang masih SMP.

Flashback off.

Setahun kemudian, dengan kerja kerasnya, Mawar bisa menyisakan 20 ribu bahkan 30 ribu laba bersih penjualan kripik sisa belanja beras, lauk pauk, dan sayur setiap hari.

"Prak. Mawar memecahkan celengan boneka berbentuk beruang dari tanah liat. Dengan rasa bahagia yang membucah, ia menghitung uang pecahan puluhan dan 20 han ribu.

"Alhamdulillah...sudah 12 juta" gumamnya berbinar.

Malam harinya Aditya sudah beristirahat. Hari ini ada yang menyuruh mengecat rumah tetangga.

"Mas..." pangil Mawar yang sedang dalam dekapan aditya.

"Heemm..."sahut Aditya sambil terpejam.

"Sebaiknya, Mas Adit kuliah dech" saran Mawar.

"Kuliah..." sahut Adit, mendadak bangun dari tidur, kemudian duduk. Adit tampak berbinar mendengar kata kuliah karena sudah menjadi impianya.

"Iya Mas...kuliah" sahut Mawar ikut antusias.

"Yah...jangan bahas kuliah Maw, hanya membuat aku berharap." sahut adit. "Uang dari mana aku bisa kuliah" sambungnya. Adit kemudian kembali menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

"Aku yang biayai Mas, aku punya celengan. Kita harus maju, biar jangan begini terus" usul Mawar.

"Aku sudah lihat formulir, di kampus UP masuknya 6 juta. Ya... untuk ini itu paling 8 jutaan" terang Nawar. Adit hanya mendengarkan celotehan istrinya tidak berniat menimpali sebab uang dari mana ia pikir.

"Mas...ihh, dengar apa! orang di ajak ngobrol malah merem!" Tukas Mawar kesal.

"Udah ah, tidur saja, nggak usah bahas kuliah" tolak Adit balik badan memunggungi istrinya.

"Mas... dengarkan aku" Mawar menarik tubuh Adit hingga terlentang.

"Bangun dulu, duduk!" Tukas Mawar serius.

Adit pun duduk. "Aku punya tabungan boleh ngumpulin tiap hari" "Mas pake saja dulu, buat kuliah." ucap Mawar kekeh.

"Tapi... itukan tabungan kamu Maw" sahut Adit.

"Iya... Mas pakai dulu, nanti kalau Mas kuliahnya berhasil dan mendapatkan pekerjaannya... gantian dech, aku yang kuliah" saran Mawar. Tidak di pungkiri Mawar sebenarnya ingin kuliah. Namun, biar bagaimana ia harus menghormati suaminya.

"Bagaimana Mas?" tanya Mawar setelah saling merenung.

"Tapi kalau aku yang kuliah... kamu nggak apa-apa Maw?" tanya Adit tidak enak hati.

"Nggak apa-apa Mas... nanti kalau Mas berhasil kan, aku juga yang menikmati." pungkas Mawar.

Aditya akhirnya mengikuti saran istrinya kuliah malam hari sedangkan siang hari akan bekerja srabutan.

Namun, hati wanita mana yang tidak akan hancur? jika sudah mati-matian memperjuangkan pernikahanya. Tetapi, justeru suaminya menikah lagi? apapun alasanya. Apakah, Mawar akan kuat menghadapinya?

"Kita ikuti yuk"

Serangan Mertua.

Waktu berlalu, 4 tahun sudah Mawar dan Adit mengarungi hidup berumah tangga.

Pagi yang masih gelap, matahari masih bersembunyi. Mawar menggeliat melihat jam dinding tepat jam 4 pagi. Ia memiringkan wajah menghadap wajah suaminya yang hampir nempel.

Mawar menelisik wajah Adit yang masih terlelap. "Kamu ganteng sekali suamiku... karena itulah aku selalu mencintaimu" gumam Mawar tangannya menelusuri wajah yang semakin bergulirnya waktu, semakin ia cintai.

Adit mengulas senyum tipis, mendegar gumaman istrinya yang masih terdengar olehnya. Bak gayung bersambut Adit merekatkan tubuhnya. Kaki sebelelah ia gunakan untuk menjepit pinggul Mawar kemudian tanganya memeluk pinggang. Bibirnya memagut bibir istrinya yang menantang.

"Emm Mas- u- dah bangun" ucap mawar kesulitan bicara karena bibirnya sedang bertaut.

"Emm... "jawab Adit rasanya sudah sulit untuk bicara, gairah paginya membuat ia menegang. Perang dalam selimut pun terjadi. Mereka merasakan kenikmatan dunia.

Setelahnya. Mawar menuju kamar mandi sempit, membersihkan tubuhnya kemudian shalat. "Mas bangun... mandi dulu" ucapnya, kemudian melenggang ke dapur melakukan tugas paginya membuat sarapan.

Mawar membuat nasi goreng, tanganya tampak sibuk mengaduk- aduk. "Heemm harum... masakannya" rayu Adit memeluk Mawar dari belakang dagunya menempel di pundak Mawar. Aroma wangi sabun bercampur dengan pasta gigi membut Mawar membiarkan suaminya.

"Sudah matang, sarapan yuk" ucap Mawar. Adit melepaskan pelukanya lalu berjalan kedepan duduk di lantai beralas tikar menyalakan telivisi.

Semua isi dalam kontrakan ini Mawar yang beli dengan cara kredit. Televisi, kulkas bekas, dan peralatan dapur.

Mawar kemudian ambil piring menuangkan nasi goreng dua porsi, lalu membawanya kedepan. Meletakkan di tikar kemudian kembali lagi ambil dua gelas air minum.

"Pagi ini ada acara kemana Mas?" tanya sekar sambil menyendok nasi goreng.

"Ada yang ngajak mengangkut pasir Maw" sahutnya.

"Bagaimana kuliahnya Mas?" tanya Mawar, inilah yang selalu ia tanyakan sudah bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliah, jika tidak serius akan sia-sia yang ada di benak Mawar.

"Lancar kok, tidak terasa sudah semester akhir" jawab Adit enteng. Padahal Mawar mencari uang selama ini sampai jungkir balik. Tapi, bagi Mawar harus bekerja keras jika ingin menuju sukses.

"Segera nyusun sekripsi Mas... supaya selesai tepat waktu" saran Mawar.

"Iya... tapi aku nggak punya laptop Maw, jadi harus bolak balik warnet biayanya lumayan" keluh Adit.

"Aku masih ada tabungan kok Mas, nanti aku beli ya..." Mawar menenangkan.

"Terimakasih Maw, kamu sudah membiayai kuliah aku sampai detik ini" ujar Adit.

"Jangan di pikirkan Mas... yang penting Mas serius" sahut Mawar. Memang benar dari awal masuk kuliah, Adit tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun.

"Aku berangkat Maw" pamit Adit sudah siap berangkat bekerja.

"Hati Hati Mas..." doa Mawar, lalu mengantarkan ke depan pintu. Mencium punggung tangan suaminya. Kemudian Adit, mencium kening Istrinya.

Mawar memandangi kepergian suaminya melihatnya naik angkot kasihan. Namun, mau bagaimana lagi? saat ini belum bisa beli motor biaya kuliah akhir semester ini semakin banyak.

Mawar beranjak mencuci piring, mencuci pakaian, beres-beres, walau kontrakan Mawar hanya ukuran 3 meter tetapi sangat rapi. Karena Mawar selalu merapikan sebelum jualan. Jika di tanya capek? sudah pasti, tadi malam Mawar menggoreng kripik sampai jam 11 malam.

"Sayur... sayur..." suara tukang sayur di depan rumah. Mawar bergegas keluar hendak membeli sayuran.

Diluar sudah banyak Ibu-Ibu yang memutari sayuran termasuk mertuanya juga ada di situ.

"Bu" sapa Mawar kepada mertuanya kemudian cium tangan.

"Belum berangkat kamu Maw, jadi Istri itu yang rajin! jangan malas!" ketus mertuanya.

"Bentar lagi Bu, beres beres rumah dulu" sahut Mawar, baginya kata-kata mertunya seperti itu sudah sering ia dengar. Maka, Mawar bersikap biasa saja.

Mawar membeli tempe, kangkung dan ayam sebelah ia pikir sekali-kali lah, makan ayam untuk stamina tubuh mereka.

"Jadi Istri itu jangan boros, segala beli ayam, huh! nggak ngerasain suamimu itu loh! mencari uang sampai pontang panting." omel mertuanya.

Mawar menghela nafas panjang rasanya sakit sekali mendengar kata-kata mertuanya, menahan butiran air di kelopak matanya.

"Apa nggak salah Bu? setahu saya, Mawar dech! yang pontang panting, kaki buat kepala. Kepala buat kaki!" sahut salah satu Ibu tetangga satu kontrakan Mawar. Ia lah yang menjadi saksi perjuangan Mawar.

"Iya, kalau aku punya menantu sepert Mawar sudah aku sayang-sayang!" tetangga Mawar yang satu lagi menimpali.

"Kalian jangan ikut campur, saya yang tahu! anak saya kalau siang kerja, kalau malah kuliah, kalian pikir nggak cape apa?! sahut mertua Mawar emosi.

Mawar hanya diam tidak menyahut masih sibuk memilih kangkung yang bagus. Inilah alasan Mawar tidak ingin tinggal satu rumah dengan mertuanya. Walaupun Adit mengajaknya agar menghemat biaya. Mengontrak rumah selain membuatnya mandiri juga merasa lebih tenang.

"We lha kok? malah pada ribut to? lha wong Mbak Mawar saja diam kok" tukang sayur menengahi.

"Huh menyebalkan!" tukas mertua Mawar kemudian pergi meninggalkan tukang sayur.

"Mawar... Mawar. Kalau saya punya mertua seperti itu sudah aku tendang!" sungut tetangga mawar.

"Iya, Mawar itu memang kelewat sabar!" sahut tetangga Mawar yang satunya.

"Sudah Bu, biar saja" ucap Mawar kemudian masuk kedalam kontrakan. Mawar pun menenteng rinjing yang berisi keripik singkong kemudian berangkat. "Bismillah... lancarkan ya Allah..." doa Mawar.

Seperti biasa Mawar berkeliling jalan kaki, kali ini berkeliling komplek.

"Kripik... kripik..."

"Kakak... beli keripik nya..." panggil gadis yang masih mengenakan baju seragam sekolah SMA.

"Oh iya dek" Mawar mendekat. "Ini dek, mau rasa apa saja? ini yang original, ini rasa keju, lalu yang ini rasa balado," tutur Mawar mengeluar kripik satu persatu.

"Beli semua saja dek" seorang pemuda tiba-tiba berdiri di samping adiknya.

Mawar mendongak menatap pria tersebut belum pernah melihat sebelumnya.

"Kenalkan kak, ini kakak saya yang kuliah di Jakarta" ucap anak SMA tersebut.

Mawar hanya mengangguk tersenyum. Sedangkan cowok itu hanya bersikap dingin.

*******

Waktu berlalu Adit bisa menyelesaikan kuliahnya mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi ( SE )

Saat wisuda hanya kedua orangtuanya yang mendapingi. Mertuanya melarang Mawar untuk ikut. Mawar lagi-lagi mengalah, ya Sudahlah, toh suaminya di antar sama mertuanya bukan orang lain.

Seminggu kemudian Adit mendapat panggilan kerja dari Jakarta. Adit mengirimkan lamaran lewat internet.

"Mas, di Jakarta hati-hati ya... awas loh! tergoda wanita lain!" ujar Mawar cemberut.

"Eeh... kok bicaranya begitu sih...? kamu nggak percaya sama aku Maw "sahut Adit.

"Percaya sih, tapi kan? di Jakarta ceweknya Cantik-Cantik" kata Mawar kemudian.

"Sudah... kita rayakan malam ini, besok kan aku berangkat, jangan ragu dong! bukankah kamu yang selalu support aku, nanti kalau aku sudah dapat gaji, aku cari kontrakan lalu menjemputmu" ujar Adit

"Iya Mas..."

Mereka pun menghabiskan malam panjang, hingga Adit merasakan puncak kenikmatan dunia berkali-kali.

Awal Aditya Merantau

Malam ini Mawar terlelap dalam dekapan Aditya. Menghabiskan malam bersama. Pasalnya, Adit akan pergi dalam waktu yang cukup lama.

Pagi harinya Mawar masak yang istimewa menurut Mawar. Sebab, Mawar jarang sekali masak menu seperti ini. Yakni, Mawar memasak rendang, orek tempe, dan sayur buncis. Selain untuk memanjakan suaminya pagi ini. Mawar akan membuatkan bekal.

"Mas... bangun, katanya mau kerumah Ibu dulu" Mawar membangunkan suaminya. Seperti yang di bicarakan tadi malam, Adit akan pamit dengan Pak Renggono dan Ibu Reni yang tak lain orang tua Aditya.

"Ya... jam berapa memang sekarang?" tanya Adit masih bermalas-malasan.

"Sudah Jam delapan" sahut Mawar sambil membersihkan wajah dalam pantulan kaca, terasa berminyak setelah memasak.

Adit segera bangun kemudian siap-siap, tidak perlu mandi lagi sebab tadi subuh sudah mandi wajib.

"Waw... masaknya mewah sekali" ucap Adit kegirangan, setelah selesai menyiapkan keperluan yang akan di bawa. Mereka sarapan pagi. Jarang sekali Adit makan daging.

"Nanti kan mau mampir ke Ibu Mas, aku ingin membawa buah tangan, sekalian Mas membawa bekal juga." tutur Mawar.

"Kamu memang Istri terbaik" sahut Adit. Mawar tidak lagi menimpali mereka pun sarapan bersama.

Setelah makan, Adit berangkat. Mawar akan mengantar sampai terminal. Mereka berjalan kaki karena ke rumah orang tua Adit tidak jauh dari kontrakan.

"Assalamualaikum..." mereka sampai di rumah Pak Renggono dan Ibu Reni. "Waalaikumusallam..." Pak Renggo dan Ibu Reni muncul dari dalam.

Mereka pun duduk dan mengobrol sebentar kemudian pamit. Sebab Adit tidak tega kata-kata Ibu Reni selalu menyinggung Mawar.

"Pak, Bu, Adit pamit ya... doakan semoga aku betah di Jakarta, dan titip istriku di rumah ya" kata Adit.

"Ya. Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang layak di sana" doa Pak Renggo.

"Alah... titip Istri! paling nggak ada kamu, nanti dia selingkuh!" Tukas Ibu Reni.

"Ibu!" Tukas Pak Renggo, menatap Istrinya tajam.

Mawar rasanya ingin menjerit menangis. Namun, karena tidak ingin ribut Mawar menahannya. Adit segera menarik tangan Mawar dan berjalan naik angkutan umum menuju terminal.

"Hiks hiks... hati-hati ya Mas... aku akan selalu berdoa semoga Mas mendapat pekerjaan yang layak" doa Mawar dalam pelukan suaminya.

"Terimakasih Maw, kamu yang sabar ya... aku akan selalu merindukan mu"

"Mudah mudahan sebulan kemudian, aku sudah bisa menjemputmu" ujar Adit.

Mawar melepas kepergian Adit dengan deraian air mata. Mereka melambaikan tangan. Karena saat ini Adit sudah di dalam bus.

*********

Keesokan harinya, Adit sampai di perusahaan masih jam 4 pagi. Sebab ia bingung mau kemana sedangkan di Jakarta tidak ada saudara. Terpaksa langsung ke tempat yang di tuju.

"Selamat pagi Pak" sapa Adit kepada security. Adit berdiri di depan pos.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya security menatap penampilan Adit dari atas sampai bawah.

Security paham bahwa Adit baru datang dari Daerah pasalnya sambil menenteng tas pakaian.

"Pak, saya akan wawancara kerja hari ini, tapi tidak ada tempat tinggal. Apakah boleh, menunggu disini?" tanya Adit.

"Boleh saya melihat Identitas diri Anda?" tanya security.

Adit mengeluarkan KTP bukti panggilan kerja. Security pun percaya. Adit berbincang dengan security menunggu sampai terang.

Adit kemudian numpang ke toilet membersihkan diri, mengganti pakaian. Menggunakan kemeja baru dan celana bahan, sepatu yang di belikan Mawar.

"Istriku, kamu memang tau apa yang aku butuhkan" gumamnya setelah mematut diri di depan cermin toilet.

Mungkin nasib baik berpihak kepada Adit seolah semua di permudah. Tas pakaiannya ia titipkan di pos satpam. Nanti sore baru akan mencari tempat kos yang satu kamar paling tidak bisa untuk tidur.

Jam 8 pagi Adit menemui resepsionis menanyakan ruangan Human Resources Development (HRD)

Setelah melalui serentetan wawancara Adit di terima sebagai Menejer SDM Sumber daya manusia. Dan bisa langsung kerja hari ini.

Sore harinya Adit di ajak tinggal satu kost dengan security. Adit pun senang sekali.

********

Sebulan kemudian, Adit sedang bergijabu dengan tugasnya. Ia senang, nanti setelah terima gaji pertama, akan mengabari istrinya agar menyusul.

"Pak Adit, Ceo perusaan memanggil anda" ucap Asisten Ceo perusaan mengejutkan lamunanya.

"Saya? ada apa ya?" tanya Adit dengan perasaan campur aduk.

"Saya tidak tahu, lebih baik Anda segera temui boss" sahut asisten Ceo. Dengan rasa gemuruh di dalam dada Adit mengikuti langkah asisten.

Ada apa ini? apakah pekerjaanku kurang memuaskan? atau aku akan di peringatkan? atau aku akan dioecat? banyak prtanyaan yang memenuhi hati dan pikiran Adit. Asisten pun sampai depan ruang ceo.

Tok tok tok

"Masuk" sahut Ceo perusaan.

Asisten membuka handle pintu kemudian masuk bersama Adit.

"Ini Wahyu Aditya yang Tuan cari" ujar asisten.

"Tinggalkan kami berdua Ric" perintah Ceo.

"Baik Tuan" asisten yang bernama Riko itupun meninggalkan ruangan.

"Silahkan duduk" ucap Ceo menunjuk kursi di depannya.

"Baik Tuan" sahut Adit, menarik kursi kemudian duduk.

"Kamu nyaman bekerja di sini?" tanya Ceo.

"Sungguh sangat nyaman Tuan, saya mohon jangan pecat saya" sahut Adit masih deg degan.

"Apakah kamu puas dengan jabatanmu sekarang?" tanya Ceo kemudian, sambil berdiri berjalan memutari Adit.

"Puas Tuan"

"Saya akan memberimu jabatan yang lebih tinggi, bahkan kursi saya ini jika kamu menuruti perintah saya" ucap Ceo dengan tegas.

"Maksud Tuan?" tanya Adit menatap Ceo lagi-lagi di buat bingung.

"Menikahlah dengan putri saya, maka, saya akan memberi apapun yang kamu mau, termasuk perusahaan ini" ucap Ceo menekan meja menatap Adit seksama.

"Tapi, saya sudah punya istri Tuan" jawab Adit mencoba tenang padahal hatinya gemuruh.

"Saya tahu, jika kamu mau, kamu tidak harus meninggal kan Istrimu, atau menceraikanya. Beri dia pengertian. Jika kamu menolak, kamu akan kehilangan kesempatan ini. Ingat, kursi saya ini, kelak akan kamu duduki" tutur Ceo.

"Adit menatap Ceo, kemudian menatap kursi. Tentu Ia tidak ingin menyakiti Istrinya. Tetapi, ia kembali memperhatikan kursi sungguh sangat menggiurkan.

"Lebih baik, kamu pikirkan dulu, jika kamu ingin istrimu tidak lagi berjualan kripik berjalan kaki keliling, ikuti saran saya" pungkas Ceo.

"Tuan tahu darimana? jika istri saya jualan kripik?" tanya Adit bingung. Padahal istrinya di kampung kok bisa tahu semuanya. Padahal Adit tahu, yang membawa dirinya sampai ke tempat ini dan bisa menjadi menejer, berkat istrinya jualan kripik.

"Tidak perlu tahu darimana saya bisa mengetahui latar belakang keluargamu." pungkas Ceo.

"Saya boleh pikirkan dulu, Tuan?" tanya Adit.

"Silahkan! tapi ingat! kesempatan tidak datang dua kali" ucap Ceo penuh penekanan.

Adit melenggang keluar, kembali ke ruang kerjanya. Hatinya bimbang antara kursi Ceo dan Istrinya keduanya masa depanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!