Tempat Untuk Kita Pulang
Penggemar Nomor Satu
Raya baru saja selesai bersiap untuk pergi bekerja. Dari balik pintu kamarnya, dia mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi.
Sebenarnya, Raya tidak perlu menebak siapa si pemilik suara merdu itu. Namun, tetap saja, kakinya berjalan menghampiri seseorang yang saat ini masih bernyanyi. Sebuah punggung tegap adalah yang pertama kali dijumpai Raya begitu telah sampai di dapur.
Timur
🎵 Deras ... hujan yang turun~
Timur
🎵 Mengingatkanku ... pada dirimu~
Timur
🎵Masih di sini ... untuk setia~
Timur
*berhenti bernyanyi lalu menatap seorang gadis yang baru saja tiba di dapur.
Raya
Aku suka saat kamu bernyanyi,
Raya
Aku suka saat kamu mengisi pagi hariku dengan suara merdumu.
Raya
Tetap terus seperti ini, yah.
Raya
*Menepuk bahu Timur pelan.
Raya
Jangan pernah berhenti bernyanyi.
Timur
Aku gak akan pernah berhenti bernyanyi.
keduanya tersenyum sambil saling menatap.
Raya memutuskan tatapan duluan. Lalu beralih pada daging yang sedang dipanggang oleh Timur.
Raya
Oh iya, hari ini, kan, hari penting buat kamu.
Raya
Nanti bajunya bau asap.
Timur
Lagian, kan, yang mau tampil itu Tenggara, bukan aku.
Timur
Kalaupun nanti bajunya bau asap, ya ... gak bakal ngaruh banyak juga sama aku.
Raya
Ini, kan, hari launching album baru kamu yang ketiga.
Raya
Pasti di sana nanti bakal banyak orang-orang penting yang datang.
Raya
Kan, gak lucu kalau nanti mereka ketemu kamu, terus baju kamu bau asap.
Timur
Udah gak apa-apa. Lagi pula mereka bakal ketemu sama penyanyinya. Bukan aku.
Timur
Biar kamu gak khawatir, aku bakal ganti baju yang lain deh, nanti sebelum berangkat.
Raya
*tampak tertegun lalu raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadijadi sedih.
Raya
Kenapa hidup itu gak adil yah, Tim.
Raya
Padahal jelas-jelas itu adalah suara kamu.
Raya
Padahal kamu yang menyanyikan lagu-lagu itu.
Raya
Tapi, yang jadi terkenal itu Gara, bukan kamu.
Timur
*tersenyum dengan lembut.
Timur
Aku gak apa-apa kok, Ray.
Timur
Aku gak butuh jadi terkenal.
Timur
Aku juga gak perlu naik panggung untuk nyanyi di depan banyak orang.
Timur
Aku cuma ingin nyanyi di depan satu orang.
Timur
Dan orang itu ... adalah kamu, Raya.
Timur
*masih tersenyum manis.
Raya
Kamu harus selalu ingat, kalau Raya adalah penggemar kamu nomor satu di dunia.
Timur
Ya udah, sekarang kamu tunggu di meja makan.
Timur
Biar aku yang siapin sarapan.
Timur
Sebentar lagi daging steaknya matang.
Raya tidak segera berangkat untuk menghampiri meja makan. Dia justru terdiam sambil termenung.
Raya
Mmmh ... kalau hari ini aku bantu siapin makanan ... boleh, gak?
Raya
Anggap aja ini adalah salah satu bentuk dukungan aku untuk kelancaran hari penting bagi kamu.
Timur
Memangnya aku bisa menolak?
Raya dan Timur akhirnya memasak bersama. Bahkan disela acara memasak mereka, keduanya terus saja mengobrol hingga mereka makan bersama dan menghabiskan daging steak di atas piring.
Namun, ada satu hal yang Raya lupakan pagi itu. Raya lupa bahwa dia harus berangkat lebih pagi untuk pergi meeting dengan klien bersama bosnya.
Terlambat
Raya yang pagi itu terlambat karena keasyikan mengobrol dengan Timur, akhirnya berangkat menuju kantor dengan diantar teman satu apartemennya itu.
Raya
*Buru-buru turun dari motor
Raya
Duh ... telat nih aku.
Raya
Bisa dimarahin Pak Bos.
Timur
Ya udah, gih buruan masuk.
Raya
Iya. Aku masuk duluan yah, Tim.
Raya
Makasih udah nganterin aku.
Raya
Aku jadi gak enak udah ngerepotin kamu.
Timur
Ish. Kayak ke siapa aja.
Timur
Udah, cepet masuk gih.
Raya
*berlari menaiki tangga lalu tiba-tiba berhenti dan berbalik badan
Raya
*melambaikan tangan lalu masuk ke dalam kantor
Lana
Kamu kok baru dateng?
Raya
Iya nih, jalanan macet 😭
Lana
Perasaan tadi jalanan ....
Raya
Eh, jadi gimana-gimana?
*buru-buru memotong perkataan Lana karena dirinya takut ketahuan bohong.
Raya
Si Bos nanyain aku gak?
Lana
Dia nyariin kamu tiap lima menit sekali.
Raya
Padahal aku cuma telat tujuh menit.
Lana
Ya udah gih sana ke ruangannya.
Raya
Kayak ngumpanin diri ke sarang penyamun.
Lana
Kamu tuh perumpamaannya, yah 😂
Raya
Habisnya, emang bener, kan, si bos kayak penyamun?
Lana
Udah ah, pagi-pagi jangan gosip.
Lana
Udah buruan sana masuk ke ruang si bos.
Raya
Ih dibilangin gak mau.
Lana
Ini tuh tadi si bos yang nyuruh, tahu.
Raya
Ah, sial pasti doi marah besar ini. Mati aku.
Raya
Ya udah, aku ke ruangannya si bos dulu.
Bos Ari
Jam berapa ini yah, Ray. Jam saya kok rusak yah.
Raya
Saya terlambat. Tadi, jalannya ... macet, Pak.
Raya
#dalam hati.
maaf Pak. Saya gak bisa bilang alasan sebenarnya, kalau alasan saya terlambat itu gara-gara keasyikan ngobrol sama Timur.
Raya
#dalam hati.
Aku gak mau Pak Ari dan yang lainnya tahu soal Timur. Bukan apa-apa sih. Aku cuma takut mereka tahu siapa Timur, lalu tahu fakta apa yang aku sembunyikan, bisa-bisa dipecat aku, kalau Pak Ari tahu aku tinggal sama cowok dalam satu rumah tanpa ada status pernikahan. Entar aku malah dikira kumpul kebo. Kan berabe.
Raya
Jadi ... ada apa, Pak?
Bos Ari
Coba, kamu cari ingatan saya. Kok mendadak saya jadi hilang ingatan begini. *menyindir
Raya
Saya lupa kalau kita harus berangkat untuk ketemu klien di Sanggar Seni.
Raya
Ayo, Pak. Sepertinya kita sudah sangat terlambat.
Raya
Kita berangkat sekarang, Pak?
Bos Ari
Itu yang saya tunggu dari tadi.
Bos Ari
*berjalan ke luar ruangan diikuti Raya.
Bos Ari
Kamu tau istilah 'waktu adalah uang' kan?
Bos Ari
Kalau gitu, di kesempatan selanjutnya, kalau kamu seperti ini lagi, gaji kamu saya potong sesuai kerugian waktu saya yang telah kamu buang percuma yah.
Raya
Saya janji tidak akan mengulang lagi.
Bos Ari
Saya menunggu wujud nyata janji itu, Ray.
Raya hanya tersenyum tipis. Tanpa bosnya tahu, Raya yang berjalan di belakang diam-diam merapal kan gumaman-gumaman kecil berupa umpatan. Bahkan sesekali dia berpantomim memukul bosnya.
Untung saja, bosnya itu adalah lelaki yang tidak suka menengok ke belakang. Jika tidak ... maka Raya sudah habis karena ketahuan diam-diam mengumpat pada bosnya.
Perisai Tembus Pandang
Raya telah tiba di Sanggar Seni. Buru-buru dia menyusul Ari yang telah keluar dari mobil mewahnya.
Raya tampak terpesona, karena ternyata hari itu ada pameran lukisan yang diadakan di Sanggar Seni.
Sambil berjalan, matanya tak lepas dari mengamati tiap lukisan yang terpajang di dinding. Raya begitu kagum dengan lukisan-lukisan itu hingga dia tak sadar beberapa kali menubruk Ari yang berjalan di sampingnya.
Bos Ari
Bisa disimpan dulu rasa kagumnya?
*menyindir Raya
Bos Ari
Tadi ada yang mengingatkan saya, kalau kita sudah terlambat.
Raya tersenyum getir. Dia paling sebal jika bosnya itu mulai menyindirnya dengan berbagai macam perumpamaan.
Bukankah lebih baik langsung dikatakan saja ketimbang harus bermain kata? Raya benar-bensr heran dengan bosnya itu.
Akhirnya mereka tiba di salah satu ruangan dalam Sanggar Seni. Mereka mendapati kliennya sudah tiba lebih dahulu.
Klien
Akhirnya datang juga.
Klien
*menjabat tangan Ari dengan senyum lebar.
Bos Ari
Maafkan atas kedatangan kami yang terlambat.
Klien
Bisa kita langsung mulai saja meetingnya?
Bos Ari
Ray, berikan proposal yang sudah kita siapkan pada klien kita.
Selang dua jam, Ari memutuskan untuk istirahat.
Kebetulan sudah waktunya jam makan siang.
Raya memisahkan diri untuk mencari makan di pinggir jalan.
Saat Raya selesai makan mie ayam di pinggir jalan ...
orang-orang
Eh, lihat gak tadi waktu Tenggara nyanyi?
orang-orang
Iya, ganteng banget, yah.
orang-orang
Gila! Keren no debat sih udah.
orang-orang
Pengen aku bawa pulang deh rasanya.
Raya
*baru ingat kalau acara launching albumnya Tenggara dan Timur diadakan di Sanggar Seni.
Raya
Kenapa aku bisa lupa.
Raya
Berarti Timur ada di sini, kan?
Raya
Tapi, kira-kira acara mereka diadakan di gedung yang mana yah?
Raya
*berjalan mencari keberadaan Timur.
Di atas panggung Tenggara sedang bernyanyi. Penggemarnya yang lebih banyak perempuan itu bersorak sambil ikut menyanyikan setiap bait yang didendangkan Tenggara.
Raya mendengkus sambil mencari jalan menuju belakang panggung.
Raya
#dalam hati.
Apa bangganya sih nyanyi lipsing?
Raya
*berjalan ke belakang panggung
Raya
*menemukan keberadaan Timur yang sedang menyanyi.
Raya
#dalam hati
Kamu jauh lebih bersinar ketika kamu sedang bernyanyi, Tim.
Raya
#dalam hati
Tapi ... sampai kapan kamu akan berperan terus menjadi bayangannya Tenggara?
Raya
#dalam hati
Padahal ... aku tahu, kamu lah yang lebih pantas untuk berdiri di atas panggung itu.
Timur yang baru saja menyelesaikan nyanyiannya itu tak sengaja melihat Raya berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu melambaikan tangan sambil tersenyum ketika tatapan mereka saling beradu. Buru-buru Timur pun berjalan untuk menghampiri Raya.
Timur
Kok kamu ada di sini?
Timur
Kamu ... gak lagi sengaja buat nyamperin aku, 'kan?
Raya
Pertanyaanmu soalnya ambigu.
Timur
*bingung
Aku gak paham.
Timur
Kamu, bukannya ada meeting?
Raya
Yap. Aku malah masih ada meeting setengah jam lagi.
Timur
Terus? Kok bisa ada di sini?
Raya
Aku lupa kalau tempat meeting hari ini itu di sini. Maaf yah, tau gitu tadi aku minta anterin kamu ke sini aja.
Raya
Yap. Buktinya aku ada di sini.
Timur
Kirain ... kamu sengaja buat nyamperin aku ke sini.
Raya
Aku lagi istirahat makan siang.
Raya
Terus ... aku sengaja ke sini buat lihat kamu perform.
Raya
Ternyata ... kamu ... selalu keren.
Timur
Kamu udah datang ke sini buat nonton aku.
Timur
Padahal, kan, harusnya kamu nontonin Tenggara.
Timur
Yang punya acara ini, kan, dia.
Raya
Ish. Ngapain aku nontonin dia?
Raya
Ini tuh acara kamu juga tahu.
Raya
Memangnya dia bisa apa tanpa kamu?
Timur
Dasar. Jangan gitu ah.
Timur
Gitu-gitu ... Tenggara itu adik kembar aku, tau.
Raya
Iya, adik kembar yang gak berakhlak.
Raya
Di luar ada banyak penggemarnya Tenggara loh. Entar mereka nyinyirin dan jahatin kamu lagi.
Timur
Aku, kan, punya kamu.
Timur
Perisai tembus pandang aku.
Timur
Kalau sama kamu, aku jadi gak terlihat.
Timur
Tepatnya ... aku jadi merasa aman.
Raya
Hmm ... iya lah. Yang dianggap perisai mah bisa apa?
Timur
*mengacak lembut kepala Raya.
Timur
#dalam hati.
Kalau ada kamu, aku jadi merasa kuat, Ray. Aku jadi merasa bisa menghadapi apapun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!