NovelToon NovelToon

Kisah Romantis Anak SMA Penyendiri

Bab 1 : Prolog (Fix)

Semua orang tentu mempunyai masa lalu, tapi tak semua orang menyukai masa lalunya.

Apakah kalian ingin merasakan pahitnya kenangan? Tentu tidak, kan? Sama halnya dengan seorang pemuda di sana yang tengah duduk di suatu ruangan yang cukup luas.

Namanya adalah Daffa Pratama yang sekarang ini umurnya masih 15 tahun, dia sangat membenci masa lalunya hingga ia pernah berpikiran untuk mengubah masa lalunya, tapi sayangnya itu tak akan mungkin terjadi.

Tepatnya sebelum Daffa datang ke kota, waktu itu ia masih berada di desa bersama keluarga kecilnya dan juga neneknya. Pada saat itu Daffa masih berada di bangku SMP, di saat itulah ia mengalami semua hal yang sekarang menjadi pengalaman hidupnya.

Baik itu pahit maupun manis, ia sudah pernah merasakannya. Di awali dengan kenangan pahit, bukan berarti Daffa langsung menyerah, kehidupannya mulai sedikit berubah ketika ada seorang cowok antah-berantah muncul di hadapannya.

Dengan berpakaian ala kemewahan, seseorang tersebut selalu membantu Daffa, hingga ia tersadar bahwa orang yang sering membantunya adalah teman satu kelasnya sendiri yang baru-baru ini pindah ke sekolahnya.

Dia adalah pintu harapan bagi Daffa untuk merubah perilakunya yang selalu tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Daffa sangat senang sekali karena mendapatkan teman sepertinya. Setiap hari dari pagi sampai malam mereka selalu bermain, berlatih, belajar, dan bergurau riang bersama.

Hingga pada suatu saat, teman yang sudah dianggapnya sebagai sahabat tiba-tiba menghilang entah kemana.

Daffa tak lagi menangis seperti saat pertama kali bertemu, Daffa justru kagum dengan perkataannya yang seakan-akan menantangnya sehari sebelum pergi. "Daffa! Kamu harus berjanji...! Saat nanti kita bertemu kembali...! Kamu harus sudah berubah tidak seperti saat pertama kali kita bertemu...!"

Tapi itu hanyalah masa lalunya, sekarang Daffa sudah tinggal di kota bersama keluarga kecil sederhananya.

Daffa memilih pindah ke kota bukanlah tanpa alasan, itu semua terjadi karena Daffa yang mendapatkan sebuah informasi dari neneknya mengenai sahabatnya yang berkaitan dengan keluarga Aciel. Dengan berbekal informasi yang sangat sedikit itu, Daffa nekat pindah ke kota bersama kedua orang tuanya.

Wajahnya sudah terlihat berbeda, mungkin karena terdapat gambaran cahaya yang berasal dari handphone yang tergenggam di tangannya. Headset yang dipakainya membuat suara menjadi teredam.

Di handphonenya, Daffa sedang membaca blog tentang sekolah barunya yaitu di-SMA Merah Putih, sebab liburan musim panasnya yang panjang telah berakhir.

SMA Merah Putih termasuk sekolah paling favorit di kota ini, karena terkenal dengan siswanya yang cerdas di bidang akademik maupun non-akademik.

Bulan Juli tahun 2022, tepatnya besok Daffa akan memulai ajaran tahun baru 2022/2023.

Walau tampangnya terlihat biasa-biasa saja, sebenarnya perasaannya sungguh cemas dan begitu gugup mengetahui besok tak ada satu pun siswa yang dikenalnya di sana.

Pintu mendadak terbuka, dan ternyata itu adalah ibundanya Daffa yaitu ibu Ayu. Ibu Ayu menyalakan lampu kamarnya Daffa lalu mendekatinya, dia mengelus-elus rambut Daffa sembari menasihatinya supaya cepat-cepat tidur karena besok akan berangkat ke sekolah.

Daffa menuruti perkataan ibunya, dia pun segera menyiapkan buku-bukunya yang perlu ia bawa esok hari. Setelahnya, baru Daffa mematikan lampu kamar dan tidur bersama guling yang setia menemaninya.

...****************...

Daffa Pratama, seorang pemuda yang ingin merubah hidupnya tapi itu sebenarnya sangatlah sulit. Dia berpikir dia sangat beruntung karena bisa masuk ke sekolah SMA Merah Putih, walaupun nilainya tak bagus-bagus amat dan sifatnya yang cenderung menyendiri.

Tapi sebenarnya tak ada kata yang beruntung di dunia ini, karena sesuatu yang didapat olehnya tergantung dengan usahanya.

Nama ibu dari Daffa adalah ibu Ayu. Namanya juga seorang ibu, ia rela bangun pagi-pagi hanya untuk merapikan dan menyiapkan sarapan bagi sang suaminya dan anaknya.

Kriiiinngg....!

Bunyi itu bergetar dan terdengar sangat menyaring di telinga hingga Daffa terbangun oleh suara itu, ia lalu mematikan suara tersebut yang asalnya dari jam weker. Daffa pun malah tertidur kembali dengan matanya yang terlihat sepet.

Ibu Ayu ternyata sudah berada di kamarnya Daffa sedari tadi, dia berusaha membangunkan Daffa dengan ucapan kata-katanya. "Anak ibu sudah bangun, cepat mandi lalu sarapan." Ucap ibu sambil menarik tangan Daffa.

"5 menit lagi Bu..." Balas Daffa yang mengantuk sambil mengucek-ucek matanya.

"Tapi ini udah jam 6:25 loh..." Jelas Ibu Ayu.

"Haahhhh...!" Daffa tampak terkaget mendengarnya, karena 35 menit lagi upacara akan dimulai.

Daffa tergesa-gesa, ia beranjak dari tempat tidurnya, ia berlari menuruni anak tangga lalu menuju ke kamar mandi.

"Awas hati-hati, jangan lari...!" Ucap ibu

Dengan cepatnya Daffa telah selesai mandi dan mengenakan seragam OSIS. Kini matanya tak lagi sepet, melainkan merasa seger.

Daffa berlari menuju ke meja makan sembari merapikan dasinya, di sana ia mengisi perutnya dengan sarapan pagi.

Setelah melakukan semuanya hanya dengan hitungan beberapa menit, Daffa bergegas berpamitan dengan Ibunya lalu berangkat ke sekolah karena waktu sudah menunjukkan pukul 6:35.

"Duh... Kayaknya telat ini mah," ucap Daffa dengan terburu-buru.

"Dan semoga hari ini aku tidak sial, seperti pada saat SD dan SMP." Ucap Daffa dalam hatinya.

Daffa berlari secepatnya mungkin tanpa mengendalikan kecepatannya saat menuju ke sekolah, dan pada saat dibelokkan tanpa disadarinya ia telah menabrak seorang Gadis yang sedang berjalan bersama kedua temannya.

Brakk...!

Brukk...!

Daffa dan Gadis itu pun terjatuh.

"Awww..." Gadis itu merintih kesakitan

"Adeh..." Daffa langsung berdiri lagi. "Seragamnya... Seragamnya sama dengan seragam punyaku! Bener-bener gawat ini mah..." Gumam Daffa dalam hatinya. Ia agak terkejut melihat seragam pakaian mereka yang ternyata satu sekolah dengannya.

"Aduhh... Kalau lari pakai mata dong!" Teriak Gadis yang terjatuh sambil dibantu berdiri oleh temannya.

"Maaf, aku sedang terburu-buru," ucap Daffa tanpa merasa bersalah.

Daffa memutuskan untuk berlari begitu aja dan meninggal gadis tersebut yang masih terjatuh di sana. "Seragam mereka bertiga sama dengan seragamku, apa berarti mereka satu sekolah denganku?" Dia terus kepikiran saat dirinya berlari langkah demi langkah.

Setelah beberapa menit, Daffa akhirnya sampai di dekat gerbang sekolah. Nafasnya tak beraturan, akibat dari dirinya yang keseringan berlari hingga keringat bercucuran di sebagian kulit tubuhnya.

Terdengar bunyi klakson mobil, Daffa yang merespon langsung segera minggir dari tengah jalan.

"Akhirnya... Akhirnya sampai juga," Gumam Daffa di depan gerbang sekolah. Sedangkan satpam yang berdiri di dekat gerbang menyuruh Daffa agar cepat untuk masuk.

Daffa berjalan melewati gerbang, pandangan matanya langsung mendapatkan suasana yang berbeda dengan tempat sekolah sebelumnya.

Di sebelah kirinya terlihat beberapa bola tergelatak di sana, nampaknya itu adalah lapangan sepak bola, sedangkan di sebelah kanannya terdapat gedung lapangan voli. "Beh, gila... Luas sekali lapangannya..."

Di saat Daffa sedang terpesona oleh pemandangan di sekitarnya, tiba-tiba ia disenggol oleh sekelompok siswa lain.

Siswa yang sengaja menyenggolnya tampak menatap sinis wajah Daffa. "Oh, maaf... Trio F mau lewat." Dia sangat memandang rendah Daffa.

"Eh, gak apa-apa kok," Balas Daffa dengan gugup, sementara itu di dalam hatinya. "Eh... Ternyata ada juga orang-orang seperti mereka di sekolah ini."

Daffa mengalah, dan membiarkan mereka jalan duluan di depannya.

Tak butuh waktu lama, Daffa akhirnya sampai di lapangan tengah, di sana pemandangannya sangat ramai sekali karena terdapat siswa-siswi yang berbaris teratur. Namun suasananya sangat sunyi, karena ternyata upacaranya sudah di mulai.

Karena Daffa sudah termasuk terlambat mengikuti upacara, Daffa akhirnya di bina oleh kakak kelasnya agar langsung saja masuk ke dalam barisan paling belakang. Ia tak tahu dirinya masuk ke baris-barisan kelas mana, yang diketahuinya hanyalah dirinya yang menuruti apa kata pembina saja.

"Kamu juga telat, ya?" Siswa di sampingnya Daffa mengajak mengobrol.

"Iya," Balas Daffa singkat.

"Kamu telat karena apa? Kalau aku sih karena pacarku yang cerewet, haha..." Siswa tersebut mengajak mengobrol kembali.

Daffa hendak menjawabnya tapi keburu kakak kelasnya batuk bergaya. "Ehem!"

Daffa dan siswa yang di sampingnya seketika langsung fokus memerhatikan jalannya upacara. "Pacar, ya...? Kayaknya kata-kata itu gak bakal punah."

Hingga pada akhirnya upacara bendera tersebut selesai, tanpa berlama-lama Daffa langsung mencari kelasnya dengan petunjuk selembar kertas denah sekolah yang tertempel di beberapa tembok.

"Sepuluh MIPA satu... Sepuluh MIPA satu..." Daffa menghafalkannya sembari berjalan melihat-lihat. "Oh, ini dia sepuluh MIPA satu."

Daffa menemukan ruang kelasnya yang berada di lantai paling bawah, X MIPA 1 tulisan itu terdapat pada papan yang ada tepat di atas pintu kelasnya.

Sesampainya di kelas Daffa pun duduk di bangku yang paling pojok belakang. Seseorang murid menghampirinya, ketika Daffa selesai duduk di bangkunya.

"Kamu Yang tadi saat upacara, ya? Ternyata kita satu kelas."

"Iya," jawab Daffa singkat.

"Namaku Ridho salam kenal, namamu?"

"Aku Daffa,"

"Oh... Daffa yah, semoga kita bisa akrab."

Ridho pun meninggalkan Daffa dan kembali ke tempat duduknya yang berada di depan.

Sambil menunggu bel berbunyi, Daffa berinisiatif menggambar di buku tulisnya.

Setelah beberapa menit, ada tiga siswi yang masuk ke ruangan kelas Daffa dan tiba-tiba seisi ruangan kelas menjadi ribut.

"Wah yang benar saja, mereka bertiga berada di kelas ini?!" bisik salah seorang siswa-siswi.

"Kita beruntung sekali bisa satu kelas dengan mereka," bisik salah seorang siswa-siswi lainnya

"Memangnya mereka itu siapa sampai-sampai satu kelas ribut membicarakannya," ucap Daffa dalam hatinya yang penasaran, sedangkan pandangannya fokus terhadap gambarannya.

Daffa mendengar langkah kaki yang sedang menuju ke arahnya dan karena Daffa penasaran, ia pun melihat ke arahnya.

"kamuuuu!" ucap Daffa dan Siswi itu bersamaan.

"Kamu yang tadi menabrak aku kan!? Kenapa aku harus satu kelas denganmu?!" Ucap dia dengan wajah yang marah.

"Eh... Iya, kan tadi aku udah minta maaf," Balas Daffa dengan wajahnya yang sedikit tertekan.

"Dasar...! udah nabrak orang malah lari aja," Keluh kesahnya.

"Eh... Tadi aku sedang buru-buru," Balas Daffa.

Lalu salah seorang temannya menghampirinya dan mencairkan suasana.

"Sudah-sudah, yang penting kamu kan enggak terluka," ucap salah seorang temannya

"Hmph!" Siswi yang marah-marah tersebut meninggalkan Daffa dengan raut wajah yang tampak kesal, siswi itu terlihat duduk di bangku tengah yang tak begitu jauh dari Daffa.

Daffa menghela nafas karena dia sudah pergi. Tapi seluruh kelas melihat ke arah Daffa dengan tatapan seram bagaikan ingin membunuhnya.

"Dia itu siapa, kok bisa kenal dengan mereka," bisik salah seorang murid dengan murid lainnya.

Daffa menundukkan kepala dan tangannya memegang kepalanya.

"Hadeh... Hancur sudah kehidupan SMA ku...!" Gunam Daffa dalam hatinya sambil memegang kepalanya.

(Bel masuk kelas berbunyi)

Bel berbunyi, suasana kelas yang ribut bisa menjadi tenang seketika. Hening dan sunyi itulah keadaan kelasnya Daffa ketika bel masuk kelas telah berbunyi.

Setelah beberapa menit, ada seorang guru yang memasuki ruangan kelas.

"Assalamualaikum, anak-anak..." Sapa guru itu sambil tersenyum

"Waalaikumussalam, Bu..." Satu kelas menjawabnya secara bersamaan.

"Perkenalkan nama ibu, Ibu Fitri."

"Ibu adalah wali kelas ini dan saya juga mengajar mata pelajaran Matematika wajib. Karena kelas masih baru dan belum terbentuk, bagaimana jika sekarang kita langsung membuat struktur kelas?"

"Setuju..." Murid-muridnya sepakat semua.

Ibu Fitri menyuruh siswanya yang ingin menjadi ketua kelas supaya mengangkat tangan ke atas.

Dan ternyata ada tiga orang yang mengajukan diri menjadi ketua kelas, salah satu diantaranya adalah Ridho. Ibu Fitri pun memutuskan untuk melakukan pemungutan suara terbanyak yang akan menjadi ketua kelasnya.

"Anak-anak Kalian bisa memilih salah satu antara Ridho atau Vira atau Bella," ucap Bu Fitri.

Daffa seperti pernah melihat dengan yang namanya Vira dan Bella, ternyata mereka adalah temannya si gadis yang sukanya marah-marah. "Oh... Jadi nama teman yang aku tabrak tadi itu Vira dan Bella." Gumam Daffa dalam hatinya.

"Tapi nama orang yang aku tabrak tadi siapa yah...?" Gumam Daffa dalam hatinya.

"Aku pilih Ridho aja dah, cuma dia yang aku kenal, itu pun pagi tadi," Gumam Daffa dalam hatinya.

Setelah 30 menit melakukan pemungutan suara, akhirnya yang terpilih menjadi ketua kelas adalah Ridho, wakil kelasnya Vira dan bendaharanya Bella.

Ridho memilih Farrel untuk menjadi sekretarisnya karena dia teman sekelas Ridho saat masih SMP.

"Oke anak-anak, sekarang buka buku Matematika kalian masing-masing." ucap Bu Fitri yang kemudian pelajaran pun dimulai.

Dua jam telah berlalu dan jika sesuai jadwal yang ada, sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Daffa tampak melihat ke arah murid lainnya, namun tak ada satupun dari mereka yang mengantuk, ketiduran, mengobrol, tapi mereka justru terlihat masih berwajah semangat.

"Gila, sekolah favorit memang beda," gumam Daffa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya karena kagum dengan mereka.

Bersambung....

Bab 2 : Hujan Yang Dingin

(Bel istirahat berbunyi)

Sesaat setelah Bel istirahat berbunyi, Daffa menuju ke kantin untuk memesan makanan dan minuman.

Sesampainya di kantin.

"Enaknya pesan makanan dan minuman apa yah," ucap Daffa yang sedang bingung memilih.

"Bu, saya pesan burger dan air putih."

"Oke."

Daffa membawa burger dan air putih, lalu ia mencari tempat duduk yang belum ditempati.

Setelah mencari-cari tempat duduk yang belum ditempati Daffa melihat ada satu yang kosong.

Daffa pun duduk dan memakannya.

"Enaknya...," ucap Daffa sambil memakan burger.

Saat Daffa meminum air putih, ia melihat si cewek tadi berjalan dengan anggun menuju ke kantin. Tapi kali ini tidak bersama kedua temannya.

Banyak murid yang berbisik-bisik setelah cewek itu datang ke kantin. Daffa mendengar salah satu bisikan mereka.

"Oi lihat itu dia Syifa, sudah pintar, imut, cantik lagi," ucap salah satu bisikan mereka

"Iya itu benar, dia murid terpintar di SMP nya, dan juga salah satu aktris pemula yang cukup terkenal." ucap salah satu bisikan mereka.

Daffa kaget mendengar bisikan mereka.

"Oh... Jadi namanya Syifa, mana mungkin orang pemarah sepertinya bisa jadi murid terpintar dan aktris terkenal." ucap Daffa yang tidak percaya dengan bisikan mereka.

Daffa melihat Syifa yang sedang tengok sana-sini mencari tempat duduk sambil membawa makanannya.

Daffa kaget karena lupa, kalau tempat duduk yang tersisa hanya ada di depannya.

"Semoga gak kesini, semoga, semoga, semoga..." ucap Daffa dengan berdoa.

Daffa menghela napas karena melihat Syifa berjalan menuju ke arahnya dengan memasang raut wajah kesal.

"Kamu sudah kan, cepat gantian aku mau makan," ucap Syifa sambil menaruh makannya di mejaku.

"Aku masih belum menghabiskan semuanya," ucap Daffa.

Dengan terpaksa Syifa duduk di depan Daffa dan memakan makanannya dengan elegan.

Seketika semua murid yang ada di kantin melihat ke arah Daffa dengan tatapan seram bagaikan kucing melihat tikus.

Daffa hanya bisa berdiam diri menerima nasibnya yang dimusuhi satu sekolah di hari pertamanya.

"Namamu siapa," tanya Syifa

"Namaku Daffa Pratama, kalau kamu?" ucap Daffa yang tanpa disengaja menyebut nama lengkapnya.

"Namaku Syifa Fauziah," ucap syifa

"Biasanya selalu bersama kedua temanmu, mereka kemana?" tanya Daffa agar suasana tidak canggung.

"Udah kepo, sok akrab lagi,"jawab Syifa.

"Ehh..."

Aku pun bergegas menghabiskan makananku, supaya bisa cepat kembali ke kelas.

"Wajahmu kok memerah, kenapa yah?" tanya Daffa.

"Eh... eenggaaakk kok, siapa juga yang wajahnya memerah, cuma murid-murid lainnya lihat ke arah kita semua," jawab Syifa dengan malu-malu.

"Dia baru sadar haha..," ucap Daffa dalam hatinya sambil menahan tawa.

(Bel masuk kelas berbunyi)

Daffa meninggalkan Syifa yang sedang menghabiskan makanannya, lalu menuju ke ruang kelas dan melanjutkan pelajaran.

Setelah beberapa jam pelajaran.

Hujan turun dan Daffa mulai mengantuk karena suara gemercik air hujan yang tak begitu keras dan suasana kelas yang begitu dingin.

Dengan matanya yang mengantuk, Daffa tidak sengaja memandang ke arah Syifa yang sedang merapikan rambutnya karena tertiup angin.

Dak, dig, dug....

Jantungnya berdetak begitu kencang, tangannya ingin menggapainya, matanya tidak bisa beralih darinya. Daffa merasa aneh karena tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

"Daffa! Daffa! Jangan melamun terus," bentak Bu Fitri kepadaku.

"Maaf bu," ucap Daffa yang kaget karena Bu Fitri membentaknya.

Semua orang melihat Daffa termasuk Syifa, setelah Bu Fitri membentaknya.

Daffa berhasil mengalihkan perhatian darinya karena bentakan dari Bu Fitri.

"Hadehh... Aku ini kenapa sih, bisa-bisanya aku melamun karena dia." ucap Daffa dalam hatinya.

Hujan semakin deras.

Pelajaran terus berlanjut dengan iringan hujan deras yang turun dari langit.

Setelah beberapa jam Daffa mengikuti pembelajaran dan waktu menunjukkan pukul 14:00, bel berbunyi tanda pelajaran hari ini telah usai.

Daffa memandang ke luar jendela, ia melihat pelangi yang indah dan cuaca yang begitu cerah, yang berarti hujan telah berhenti.

Daffa mengemas buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas.

"Sampai jumpa di Minggu depan, anak-anak," ucap guru sambil keluar kelas.

"Baik bu." ucap murid bersamaan.

Murid-murid pun keluar kelas.

Di kelas hanya tinggal Daffa seorang, karena murid lainnya sudah pergi.

Daffa beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas.

Setelah sampai di depan sekolah. Daffa melihat pemandangan yang indah dengan angin yang sejuk dan jalanan yang dipenuhi genangan air.

Pohon-pohon basah yang tertiup angin, burung-burung berkicauan di langit yang biru, dan pelangi yang membuat semuanya menjadi lebih indah.

"Waahhh..." ucap Daffa dengan tersenyum bahagia.

Daffa berasa tidak bisa mengedipkan mata saat melihatnya.

Karena merasa senang sekali, Daffa berlari melewati genangan air dan menuju ke gerbang sekolah.

Celepak, celepak, celepak....

Saat Daffa hampir sampai di gerbang sekolah, tiba-tiba Syifa muncul di balik gerbang tersebut yang ternyata sudah menunggu untuk mengagetkannya.

"Ehh... Awasss." Ucap Daffa yang kaget melihat Syifa tiba-tiba muncul.

Daffa mencoba menghindarinya.

Namun celaka, Daffa tersandung lalu terjatuh tepat di sampingnya.

Bruukk....

Suara Daffa terjatuh di genangan air.

"Hahaha..." semua orang menertawaiku termasuk Syifa dan temannya.

Baju dan celana Daffa basah, ia berdiri kembali dan menanyakan apa yang terjadi kepada Syifa.

"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Daffa sambil memeras pakaiannya.

"Itu balasan karena kamu sudah menabrak aku tadi pagi, dan sok akrab denganku" jawab Syifa sambil tertawa.

"Bukan cuman itu, tapi juga karena kamu melihat ke arahku terus-menerus saat pembelajaran sedang berlangsung," ucap Syifa dengan nada pelan.

"Eh... Tapikan, nggak gini juga," ucap Daffa dengan ekspresi kesal.

"Itulah jika kamu berurusan denganku," ucap Syifa.

Mereka pun berdebat, sampai-sampai jadi tontonan para murid lainnya.

"Syifa yang pintar dan cantik itu, kalau sekali ngejahilin orang bisa segitunya, ngerii!" ucap salah seorang murid.

"Dia pasti apes banget." Ucap salah seorang murid."

Syifa pergi meninggalkan Daffa yang basah kuyup dan menghampiri temannya, lalu mereka menaiki mobil entah milik siapa.

"Apa kamu gak berlebihan Syif?" ucap Vira di dalam mobil tersebut.

"Tapi Rencana kita berhasil kan?" ucap Bella sambil tertawa terbahak-bahak.

"Iya, biar tau rasa dia," ucap Syifa.

Sesaat setelah mereka pergi.

Ada seorang murid yang menyuruh murid lainnya untuk pergi, lalu dia berjalan menuju ke arahku.

ternyata dia adalah sekretaris kelasku yaitu Farrel.

"lo gapapa Daf?" ucap Farrel dengan raut wajah seperti menertawaiku.

"Udah biasa diginiin jadi gapapa kok," ucap Daffa.

"Karena lo itu tampan, mungkin itu sebabnya lo dijahilin terus haha...." Ucap Farrel.

"Eh... Mana ada, yang ada malahan dari dulu aku selalu kena sial di hari pertama masuk sekolah." ucap Daffa.

"Jujur saja, dari dulu setiap aku masuk sekolah di hari pertama, pasti selalu kena sial."

"Contohnya saja pada saat hari pertama masuk SD, aku menahan pipis karena tidak tahu toiletnya di mana, sampai-sampai mengompol di celana. Saat hari pertama masuk SMP, aku salah masuk ruangan kelas dan baru sadar saat jam istirahat pertama."

"Entah apa yang akan terjadi saat aku masuk kuliah nantinya."

"Aku pulang duluan ya Rel," ucap Daffa.

"Oke, hati-hati di jalan, jangan sampai tersandung lagi." ucap Farrel dengan nada mengejekku.

Yang tadinya Daffa berniat untuk jalan-jalan di sekitar sekolah, dengan terpaksa ia harus pulang ke rumah.

Daffa berjalan pulang menuju rumah dengan pakaian yang basah kuyup.

"Aaarghh... Hari ini sial banget." ucap Daffa lirih dengan nada kesal.

Bersambung....

Bab 3 : Kucing Pengganggu

Sesampainya di depan rumah. Daffa melepaskan sepatu lalu mengetuk pintu.

Tok tok tok....

"Iya sebentar," ucap ibu lalu membuka pintunya.

"Loh... kok pakaiannya basah semua, kamu pasti hujan-hujanan ya Daf?" Tanya Bu Pipit yang kaget karena anaknya pulang dengan pakaian yang basah kuyup.

"Ya begitulah Bu, ceritanya panjang," jawab Daffa dengan wajah pasrah.

"Ya udah mandi sana, ibu mau tidur dulu," ucap ibu.

"Okeh, bu." Ucap Daffa.

Daffa segera menuju ke kamar mandi lalu melepas pakaiannya.

"Byur, byur, byur...." Suara Daffa sedang mandi.

Setelah beberapa menit Daffa membersihkan seluruh badannya.

Saat ini Daffa berada di jendela kamar yang berada di lantai dua rumahnya.

"Setelah hujan turun, enaknya tuh gini." Ucap Daffa dengan santai.

Duduk di jendela dengan kaki lurus, menggunakan jaket hitam yang hangat dan sedang bermain game sambil menikmati kopi panas yang baru dibuat. Semua itu sedang Daffa lakukan.

Meong, meong, meong....

Suara Miko, kucing peliharaan ibunya Daffa seakan ia berkata "lapar, lapar, lapar...."

"Hus, hus, pergi sana jangan ganggu" ucap Daffa yang sedang fokus main game.

Karena mendengar perkataan Daffa, Miko marah dan berlari kencang menuju jendela lalu melompat ke arah Daffa sambil mengeong keras.

Meoongg...!

namun Miko malah terpental menuju gelas kopi lalu menumpahkannya, dan tumpahan kopi yang panas itu mengenai kaki Daffa.

"Panas, panas, panas!" Teriak Daffa kepanasan.

"Eh, eh, eh... Aaa....!" Teriak Daffa terjatuh dari lantai 2 rumahnya.

Karena tumpahan kopi mengenai kakinya, Daffa pun kaget kepanasan, lalu tubuhnya tidak seimbang dan terjatuh ke halaman rumahnya.

Brukk....

Aduuh....

"Hampir saja salah mendarat." Ucap Daffa sambil menghela napas.

Dengan merintih kesakitan, Daffa berdiri dan mengusap celananya yang basah karena tumpahan kopi lalu berjalan menuju pintu rumah lalu menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.

Daffa melepas jaket dan celananya yang basah dan menggantinya dengan celana yang lain, setelah itu ia melakukan olahraga lompat tali di kamarnya.

Kadang-kadang Daffa meluangkan waktunya untuk melakukan olahraga baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Setelah beberapa menit, Daffa melihat Miko kembali ke kamar Daffa dan duduk menghadap Daffa, lalu menjilati kakinya.

"Eh lu lagi, lu lagi pergi sana hus..." Ucap Daffa sambil menghela napas.

"Meong meong, meong meong meong..."

Miko mengeong seakan berkata

"mampus lu, makanya jangan pelit."

Daffa mendecih kesal terhadap Miko.

"Cih... Kenapa ibu harus memelihara kucing sepertinya, walaupun dia betina dan bulunya putih cantik dia hanya mau dielus-elus oleh ibu tidak dengan pria." Ucap Daffa dengan kesal.

1 tahun yang lalu Miko baru dibeli oleh ibu dari toko hewan. Saat Daffa dan ayahnya ingin mengelus Miko mereka malah langsung dicakar.

"Aku coba mengelusnya lah, siapa tau sekarang udah nggak kayak dulu."

Daffa berhenti bermain tali skippingnya lalu mencoba mendekati si kucing dan duduk disampingnya. Kucing tersebut melihat ke arah Daffa karena instingnya berkata Daffa akan mengelusnya.

Dengan cepat, tangan Daffa menuju ke arah Miko namun sayangnya ditangkis oleh Miko. Miko pun marah lalu mencakarnya.

Meoong...! Meong...! Meong...!

"Aduuh, aduuh, Sakitt anjir."

Daffa berlari ke tempat tidur dan menggunakan selimutnya agar Miko tidak mencakarnya lagi.

Miko pun pergi berlari meninggalkan Daffa yang terbaring di kasur.

"Hadeh... Capek sekali hari ini." Ucap Daffa dengan mendengus.

Karena banyak hal yang terjadi di pagi sampai sore hari itu membuat dirinya kelelahan dan mengantuk, lalu ia tertidur lelap di kasur.

5 jam kemudian....

Kini jam 8 malam, hari sudah gelap, ibu sudah tertidur lelap dan ayah masih belum pulang juga dari kantornya.

Daffa merasa lapar karena dari sore ia belum makan karena bertengkar dengan Miko lalu ia tertidur lelap.

Daffa turun ke bawah mencari makanan namun tidak menemukan apa-apa. Ia pun berinisiatif mencari makanan di luar.

Daffa kembali ke kamar lalu memakai jaket dan menuju keluar rumah dengan berjalan.

Berselang beberapa menit kemudian, Daffa berjalan kesana kemari tapi belum menemukan tempat makan yang ia inginkan.

"Yaelah, mana nih tempat makan yang cocok dengan seleraku." Ucap Daffa dengan mendengus kesal karena kebingungan.

Daffa terus berjalan entah kemana, lalu ia melihat ayahnya sedang berjalan pulang bersama rekan kerjanya. Dia menghampiri ayahnya yang sedang mengobrol sambil berjalan bersama rekannya.

"Yahh..." Teriak Daffa lalu menghampiri ayah.

"Daffa? Kamu ngapain ke sini?" Tanya ayah.

"Lagi cari tempat makan Yah, dari sore Daffa belum makan karena sibuk di kamar, terus... Pas Daffa turun ke bawah gak ada makanan." ucap Daffa terus terang kepada ayahnya.

"Gak bilang ke ibu Daf?" Tanya ayah

"Ibu udah tidur duluan," jawab Daffa.

"Oh, yaudah nih ayah kasih uang, tapi inget jangan sampai pulang lebih dari pukul 10, kalau nggak nanti ayah hukum kamu." ucap ayah sambil menngambil uang Rp.20.000 di sakunya.

"Okeh, makasih Yah." Jawab Daffa.

Daffa menerima uang pemberian ayah lalu berterimakasih kepada ayah.

"Kalau mau cari tempat makan yang enak, kamu tinggal lurus... lalu belok kiri terus belok kanan, nah di situ ada restoran yang namanya Chicken Good," Ucap ayah sambil menunjukkan arah jalan dengan tangannya.

"Oh... Okeh Yah, aku pergi dulu." ucap Daffa

Daffa segera berjalan ke arah yang tadi ditunjukkan oleh ayahnya.

Di sisi lain.

Rekan kerja ayahnya Daffa yaitu Jojo yang berada disamping ayah Daffa bertanya kepadanya sambil berjalan pulang.

"Adi, jadi itu anak kamu ya?" Tanya Pak Jojo.

"Iya Jo, dia anak semata wayangku." Jawab ayah.

"Pantas saja mukanya mirip denganmu Adi. Mungkin saja Daffa juga Pintar, bisa olahraga, jago bela diri sepertimu dulu ya, Di?" Tanya Pak Jojo.

"Gak mungkin Jo, karena dari dulu Daffa itu orangnya selalu menyendiri, dan gak mau cari masalah. Dia juga gak pernah ikut Ekstrakulikuler di sekolahnya, padahal sudah aku nasihati tapi dia jawabnya malah gini

'gak mau yah itu terlalu merepotkan, lebih baik olahraga sendiri bebas mau kapan saja'

begitu." Jawab ayah panjang lebar sambil geleng-geleng kepala.

"Ternyata sifat yang diturunkan oleh mu cuma sifat pendiammu saja yah haha...." Ucap Pak Jojo sambil tertawa terbahak-bahak.

Di sisi Daffa.

Daffa terus berjalan di keramaian, karena saat ini ia berada di pinggir jalan utama, motor dan mobil melaju sangat kencang.

"Dimana yah, perasaan udah Deket," ucap Daffa sambil kebingungan.

Saat Daffa sedang mencari restoran Chicken Good, tiba-tiba ada seorang yang menepuk bahunya dari belakang.

"Copeeet, copeeet..." Ucap Daffa karena kaget bahunya ditepuk.

"Eh copet? Copeeet, Copeeet..." Ucap orang yang menepuk bahu Daffa sambil tengak-tengok ke kanan-kiri.

"Eh ini aku lah, Ridho," ucap Ridho sambil menepuk bahunya Daffa lagi, tapi kali ini lebih keras.

"Ehh... Ternyata Ridho yah terus sama... Viraaa...?! Malam-malam begini..?!" Daffa kaget karena bertemu dengan Ridho yang sedang jalan-jalan bersama Vira.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!