Hawa pagi kala itu terasa sangat dingin.Gerimis tipis masih menguyur hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Beberapa titik genangan bekas air hujan yang semalam turun pun belum juga mengering.
Titik titik geremis terlihat menggoyangkan dedaunan dan bebungaan. Jalanan nampak masih lengang dan terlihat basah. Kabut pagi pun seperti engan pergi. Membuat suasana pagi kala itu tampak dingin, lengan dan sunyi.
Aroma pagi yang segar, sejuk serta begitu menenangkan.
Udara basah dan cuaca yang mendung tampak masih menguasai angkasa.
Tapi, suasana pagi yang hening serta masih berkabut dan sunyi itu, tak membuat seorang wanita muda dan cantik untuk tetap betah terlelap di rajang hangat nya.
Bahkan sepagi itu dia sudah bersiap akan meninggalkan rumah untuk pergi bekerja.
🍁🍁🍁🍁🍁
Seorang wanita muda tampak keluar dari sebuah kost kost an dengan mendekap seorang bayi di rengkuhan nya. Di pundak kiri nya wanita itu tampak menenteng dua tas yang seperti nya tas kerja dan tas perlengkapan bayi.
Dengan sedikit tergesa, dia mengunci rumah nya. Kemudian dia membenarkan rengkuhan pelukan pada seorang bayi di pelukan nya. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk memegang payung melindungi diri dan bayinya dari gerimis tipis kala itu.
Berjalan agak tergesa, wanita yang mengenakan rok sepan selutut dan atasan kemeja putih serta balutan blazer warna hitam itu terlihat sedikit mempercepat gerak kaki nya. Sambil terus memeluk bayi yang ia gendong, wanita itu nampak bersemangat.
Gulungan blazer berlapis jaket cekelat yang dia gulung di area lengan menampakan dua lengannya terexpose. Kulit putih bersih, rambut yang tergerai panjang menjuntai menutupi punggung. Kaki jenjang putih dan mulus serta perawakan tinggi sedang 165 meter semakin membuat wanita itu terlihat elegan.
Dengan mempercepat langkah nya, wanita itu sesekali memeluk erat bayi nya untuk memberikan sang bayi kehangatanan. Walau masih muda wanita itu nampak sudah sangat lihai mengasuh sang bayi. Seorang wanita muda yang terlihat begitu anggun, enerjik dan cantik.
Jaket tebal pajang warna cokelat melekat pas di tubuh ramping wanita itu. Menghangatkan diri nya di kala pagi yang benar benar sangat dingin itu.
Wanita muda itu bernama Georgia Savanah Almeera.
Gadis muda 19 tahun yang sudah menjadi seorang ibu dari seorang bayi laki laki berumur 2 bulan, yang ia beri nama Zeeyan Emieer Shadiq.
Tidak perlu waktu yang lama. Sava, pangilan wanita muda itu kini telah sampe di sebuah rumah kecil sederhana. Rumah itu terletak di pinggir jalan setapak berjarak 60 meter dari sisi jalan raya.
Sava mengetuk pintu rumah sederhana yang cat nya nampak hampir pudar termakan waktu.
Tak lama, seorang wanita paruh baya sekitar 63 tahun membuka kan pintu.
"Bik, titip Zee ya." ucap Sava yang masih memeluk erat bayi nya dalam dekapan.
"Ia tenang saja,aku akan menjaga nya."
"Hati hati di jalan cuaca sedang tidak bagus."
ucap wanita tua itu sambil meraih bayi Zee dari gendongan Sava.
"Semua keperluan Zee seperti biasa sudah ada di tas ya Bik!"
Sava menyerah kan bayi nya pada bik Inah. Kemudian menyerahkan tas bayi yang berisikan berbagai macam kebutuhan untuk baby Zee. Mulai dari ASI yang sudah ia pompa dari sumbernya langsung yang kemudian ia taruh di botol botol kaca sebagai wadah ASI pompa an nya. Sava juga membawakan beberapa setel pakaian,pempes, alat mandi, serta selimut.
Setelah menitipkan bayi nya pada seorang perempuan tua yang bernama Bik Inah. Sava kini melanjutkan langkahnya menuju halte bus. Dengan menggunakan moda transportasi itu lah Sava pergi dan pulang bekerja.
Sava bekerja di sebuah hotel berbintang di pusat kota. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan kamar hotel atau istilah nya ia bekerja sebagai Housekeeping.
Apapun yang menjadi pekerjaan Sava ia sangat bersemangat dan bersyukur. Bagaimanapun ia harus bekerja dan menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan diri nya serta membeli kebutuhan bayi laki laki nya Zeeyan.
Siapa lagi yang bertanggung jawab atas semua kebutuhan diri nya dan juga putranya yang baru berumur 2 bulan itu, kalau bukan diri nya sendiri.
Kembali ke rumah besar minta maaf lalu meminta belas kasihan papa nya, tidak ada di benak Sava.
Sejak meninggalkan rumah mewah yang ia tinggali 18 tahun penuh cinta dan kehangatan, Sava tak ingin lagi kembali ke rumah itu. Dan dia tidak ingin minta di belas kasihani. Hidup yang keras sudah mengajarkan Sava banyak hal.
Sebenarnya ia sempat depresi beberapa hari setelah kematian sang suami. Kematian sang suami yang begitu tiba tiba sangat memukul psikis nya dan membuat nya takut. Terbiasa hidup bersama seorang pria hangat penuh cinta dan kasih sayang membuat Sava tergantung pada pria itu.
Sava sudah sangat nyaman dan terbiasa hidup bersama lelaki yang sangat ia cintai itu. Lelaki yang selalu ada di sisi nya. Lelaki penuh kehangatan yang menjaganya dengan baik ,serta membuat Sava terlindungi,bahagia, walau dalam kesederhanaan.
Tetapi sebuah kenyataan harus Sava terima. Sang suami meninggal kan diri nya dengan sang buah hati. Padahal sang suami sangat menantikan bayi mereka.
Di saat kehidupan mereka terasa sempurna dengan kehadiran seorang anak, tapi mau tak mau sang pria belahan jiwa nya malah pergi untuk selamanya.
Siapa yang bisa menghindari takdir. Tak ada yang bisa menghindari takdir.
Dulu demi pria itu, Sava rela terusir.
Saat Papa nya yang ia sayangi mengusir nya, hanya karna ia menolak di jodohkan kala itu. Sudah cukup membuat Sava menjadi anak yang tidak berbakti. Ia tidak ingin membuat beban untuk keluarga nya.
Kini Sava berjuang untuk kehidupan nya sendiri dan juga untuk putra nya.
Sesampainya di tempat kerja, di sebuah hotel berbintang yang berdiri megah menjulang berdampingan dengan gedung gedung pencakar langit lainnya di ibu kota. Sava memulai pekerjaan nya.
Pagi itu pekerjaan nya di awali dengan brifing bersama kepala staf kebersihan hotel. Bersama beberapa rekan kerja nya Sava berdiri di siplin tampak cantik mengunakan serangam housekeeping.
"Sava kamu hari ini bersihkan seluruh ruangan kamar hotel di lantai 7 dan 8 bersama Icha!"
ucap Devan kepala staf khusus housekeeping.
"Siap pak." ucap Sava dan rekan nya.
"Ingat kerja kalian adalah bagian dari nama besar Hotel ini, bekerjalah dengan baik, benar, dan sesuai SOP." ucap Devan untuk semua karyawan housekeeping pagi itu saat brifing
Seusai brifing semua karyawan melaksanakan tugas nya masing-masing.
Sava langsung berbegas menuju tempat dimana peralatannya sudah menunggu. Wanita satu anak itu nampak bersemangat menjalankan aktivitasnya.
Dengan mendorong cleaning troler berisikan semua alat alat kebersihan, Sava nampak memperhatikan larong kamar.
Sava biasanya mengecek terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar hotel yang akan dia bersihkan. Apakah pemiliknya sudah cek out atau sedang meningalkan kamar hotel untuk waktu yang lama.
Biasa nya Sava bisa membersihkan 5 sampe 8 kamar hotel sebelum datang jam istirahat.
Tergantung apakah kamar hotel yang di tingalkan tamu berantakan atau tidak.
Butuh kira kira 25 menit sampe 40 menit per kamar hotel untuk di bersihkan seluruh areanya.
Sava biasa bekerja 6 hari dalam satu Minggu. Gaji yang ia dapat sebisa mungkin Sava cukup kan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama bayi nya yang amat dia cintai. Seorang bayi mungil sumber semangat,cinta dan alasan Ia bertahan.
Sava masih bertahan di rumah kost untuk tempat tinggal diri nya dan juga baby Zee.
Sebelum itu Sava juga tingal di kost san yang sama bersama mendiang suami nya Emieer.
Sava masih belum bisa meninggalkan rumah kost itu. Banyak kenangan dan sejarah yang sudah ia lalui bersama Emieer di sana dari suka dan duka.
Walau hanya setahun hidup berumah tangga menjadi pasangan suami istri, kesan dalam dan mendalam yang Sava rasakan bersama Emieer sangat merubah diri nya.
Ia bukan lagi Sava si anak manja dengan segala sikap manja dan kekanakan. Sava banyak belajar tentang hidup bersama mediang sang suami. Sava pun kini harus kuat mental dan juga fisik demi melanjutkan hidup.
Kehidupan yang wah, mewah glamor serta semua hal tercukupi sebelumnya tak membuat Sava down mental.
Sejak pengusiran diri nya dari keluarga Kaya raya Hasan Malik, yang berbisnis bidang mobil sport serta onderdil dan segala suku cadang mobil mahal import itu, Sava sudah menyiapkan diri nya untuk hidup sederhana dan siap bersusah payah bersama sang kekasih Emieer.
Karna jauh sebelum dia berada dalam titik ini,ia sudah bisa menggambarkan bagaimna jika diri nya hidup pas pas an.Tak lain karna, ia berpacaran dengan pemuda sederhana yatim piatu bernama Emieer Shadiq, pria hangat yang usia nya 7 tahun lebih tua dari Sava.
Pemuda sederhana yang hangat,pintar dan dewasa dalam berfikir. Seorang pemuda mandiri, yang juga seorang yatim piatu.
Jika saat ini Georgia Savanah Almeera masih kuat semangat dalam hidup, itu karna buah hati nya bersama suami. Emieer walau kini telah tiada masih menjadi alasan Sava bahagia.
Tapi di balik kebahagiaan nya Sava pun juga menangis. Emieer meninggal 2 bulan lalu tepat saat persalinan Sava ketika melahirkan Zeeyan. Emieer mengalami kecelakaan ketika diri nya hendak menemui Sava untuk persalinan.
Nasib yang mengantar Sava menjadi janda muda beranak satu. Nasib yang membuat Sava kuat meskipun sebenarnya ia sangat terpukul dengan kepergian sang suami yang seperti mimpi. Kehilagan sosok penyejuk, pelindung,sandaran hati dan segala nya.
Tapi ini lah hidup,harus tetap berjalan maju bukan.
Bersama atau tanpa seseorang, hidup harus tetap berlanjut. Jika di tanya untuk siapa sekarang hidupnya,maka jawabannya adalah hanya untuk putra nya.
Buah hati nya bersama Emieer, buah cintanya dengan Emieer, suami, kekasih hati, belahan jiwa yang kini telah tiada untuk selamanya.
coretan pertama ku gaes....😬😬😬 harap maklum yaaa nulis nya otodidak...Jika menemukan salah salah kata atau tanda baca yang salah boleh bgt di kritik ....
makasih banyak yang sudah Sudi baca 🤗🥰🤭🤗🥰♥️😘🙏
like komen ya
Jam demi jam terus berlalu .
Tak terasa kini waktu telah menunjukkan hampir jam 4 sore. Sava tampak sedikit mempercepat pekerjanya. Jam jam pulang kerja sangat membuat Sava antusias, karna ia bisa bersama dengan putra nya walau hanya tingal berdua di kost an.
Setelah merapikan semua pekerjaanya,Sava bergegas menuju loker nya. Menganti baju kerja dengan baju casual.
Ini adalah bulan Desember yang berarti adalah musim hujan juga. Dimana biasa nya curah hujan mulai turun dengan intensitas tinggi. Bahkan hujan terlihat tambah deras sore itu tepat kala Sava hendak pulang.
Sava kini sudah berada dalam halte busway. Pandangan gelisah terarah pada sisi kedatangan bus, yang biasanya cepat datang. Tapi ini sudah hampir satu jam menunggu busway belum juga terlihat kemunculan nya.
Dengan menenteng tas di sisi pundaknya Sava berdiri cemas. Wajah yang terlihat kecapean dan lusuh,serta suasana sore itu yang terlihat macet menambah kekacauan yang ia rasakan.
Karna pasti dia akan terlambat menjemput baby Zee di rumah Bik Inah.
Suasana Jakarta sore itu tampak mencekam. Awan hitam terlihat menyelimuti seluruh kawasan. Bunyi klakson motor serta mobil bersautan seperti tidak sabar terjebak dalam kemacetan. Beberapa orang terdengar berteriak dan mengumpat karna kesal. Sava pun bertambah pening,memijat dahi nya.
Akhirnya Sava mengeluarkan benda pipih dari tas nya dan menghubungi seseorang.
"Bik....seperti nya aku akan terlambat menjemput Zee,maaf ya Bik" ucap Sava menelpon Bik Inah. Setelah mendengar jawaban dari Bik Inah dari sebrang telpon Sava tampak lebih tenang.
Beberapa saat kemudian, tak lama busway yang Sava tunggu telah datang. Dengan berdesak kan Sava menerobos masuk,
memaksakan diri nya untuk bisa masuk ke dalam busway agar bisa terangkut.
🍁🍁🍁🍁
"Maaf bik, aku terlambat menjeput Zeeyan". Ucap Sava saat telah tiba di rumah bik Inah, Sava merentangkan kedua tangannya saat bik Inah menyerahkan baby Zee kedalaman rengkuhan tangan Sava.
"Sudah tidak apa apa, tenang saja ,anak ini anak yang baik. Dia tau mama nya sedang bekerja keras" ucap Bik Inah menenangkan.
"Langsung bawa pulang saja ,jangan mampir mampir beli sesuatu.Cuaca sedang tidak bagus saat ini" Bik Inah menambahkan.
"Ia Bik, Sava pamit, besok hari Minggu, bik Inah bisa istirahat menjaga Zee."
Sambil mendekap baby Zee yang kini genap berumur 2 bulan,Sava berjalan mengendong putra nya meninggalkan rumah bik Inah.
Entah bagaimana diri nya tanpa bantuan wanita paruh baya yang baik hati itu.Dan setiap bulan Sava pun menyisihkan sekian ratus ribu untuk di berikan pada Bik Inah sebagai imbalan telah menjaga putranya. Bik Inah adalah tetangga Sava yang kesehariannya berjualan di warung yang menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga.
Sesampainya di tempat kost, Sava membaringkan baby Zeeyan yang masih terlelap dalam tidur nya. Ia meletakkan baby Zee di Sebuah box baby persegi pajang yang
Sava tepatkan di sebelah tempat tidurnya. Menidurkan nya tengkurap dan menepok lembut paha baby Zee agar ia makin terlelap.
Setelah memastikan baby Zeeyan tidur dengan nyaman, kini adalah waktu yang tepat buat diri nya untuk membersihkan diri. Ritual mandi buat Sava adalah moment yang seringkali membuat nya tak tenang.
Tingal sendiri an bersama putranya membuat seorang Georgia Savanah Almeera yang dalam satu tahun ini berstatus istri lalu menjadi ibu dan sekarang janda adalah sebuah perubahan dan perjalanan hidup yang luar biasa ,yang juga tidak dia sangka sangka.
Seusai ritual membersihkan diri, Sava membuka lemari pendingin, mengeluarkan susu UHT putih dan mengambil dus kecil yang berisikan sereal. Biasa nya Sava hanya makan malam semangkuk sereal. Sebagai pelengkap untuk kebutuhan ASI nya Sava merebus brokoli ato makanan lainnya agar ASI nya tetap terjaga.
Setelah berbagai hal rutin yang ia lakukan saat pulang kerja. Barulah Sava punya waktu buat diri nya.
Biasa nya di waktu itu lah Sava banyak merenungkan berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya.
Berbagai hal yang kadang hampir membuat nya putus asa, tapi juga di lain sisi ia tidak boleh menyerah.
Setiap malam Sava memandangi putranya nya yang tertidur lelap itu.
Sava memandangi bayi tampan yang wajahnya selalu mengingat pada sang suami yang belum lama tiada. Bahkan masih bisa ia memcium aroma khas sang suami memenuhi ruangan. Foto pernikahan pun masih terpajang di dinding. Baju baju sang suami masih tertata rapi di lemari,bahkan jaket Emieer yang biasa ia kenakan masih menggantung di balik pintu.
Rasa sesak kembali menikam hati Sava, kerinduan yang tak akan terlampiaskan menggerogoti jiwa nya. Rasa cinta yang berkembang pada hati nya makin besar pada pria yang sudah tak lagi bisa Ia jumpai itu.
Ia hanya bisa berjumpa di alam mimpi,jika ia bisa memimpikan nya.
"Emieer......aku merindukan mu."
Dan jika Sava sudah di landa rasa rindu berat yang tak akan mungkin terobati dengan cara apapun ia hanya bisa menangis.
"Emieer kadang aku merasa marah pada mu, marah sekali. Kenapa kamu pergi dengan menitipkan dia (baby Zeeyan)." ucap Sava dalam hati sambil tiduran miring menatap box baby, yang di dalam nya seorang bayi tampak tertidur dengan sangat lelap nya.
"Apa kau sengaja melakukan ini pada ku."
"Bahkan kau pun belum sempat melihat putra mu,bahkan kau belum sempat mencium nya,bahkan kau belum sempat memberi ku ucapan selamat." Sava kembali teriris oleh perasaan rindu bercampur kemarahan pada takdir.
"Kau yang bersikeras membeli box bayi itu agar nanti anak kita tidur terpisah dengan kita."
"Agar kita, kata mu bisa tetap tidur tenang sambil berpelukan."
"Kau memaksakan beli box bayi ini, supaya kita tidur tanpa harus bersempitan dengan anak kita, karna ukuran tempat tidur ala kost yang sempit ini."
Sava terus meniti kan air matanya.
"Tapi sekarang apa. Kau tega meninggalkan kami berdua"
Saat Sava terhanyut dalam rasa rindu dan perasaan kesal nya dengan nasib, baby Zee terbangun.
Entah karna naluriah sudah menjadi ibu ,Sava yang tak ada pengalaman soal mengurus bayi dan segala cara merawat bayi, dengan mengalir nya ia bisa merawat bayi nya.
Sava mengambil baby Zee dari tempat tidur box nya, lalu menaruh bayi nya di tempat tidur .Baby Zee yang terlihat haus mencari cari sumber makanannya. Dan Sava dengan penuh sayang memberikan ASI untuk Zee langsung dari sumbernya. Jika mereka sedang berada di kost an Sava memberikan ASI untuk anak nya secara langsung.
Sambil menyusui bayi nya, Sava terus memandangi putranya. Dan itu adalah cara nya mengobati rasa rindu nya pada Emieer. Wajah putra nya mirip sekali dengan Emieer.
🌹Walau kau kini telah tiada di sisi ku, aku
berjanji pada mu belahan jiwa ku,kamu tidak akan tergantikan.Tidak akan ada yang bisa Mengantikan diri mu. Kamu akan selalu di hati ku..... Emieer Shadiq 🌹
*Selamanya*
anggap aj ini Emieer Shadiq ya 🤭😊😁😬
Pertemuan tak sengaja
flashback on
(tentang Emieer Shadiq)
Kala itu Sava sedang berada di sebuah Hotel berbintang untuk merayakan ulang tahun salah satu teman. Semalaman suntuk Sava dan beberapa temen nya tampak asik ber party di sebuah kamar hotel. Sekitar jam 1 malam Sava dan beberapa temenya baru keluar dari kamar hotel. Sava menandatangi petugas resepsionis untuk minta bantuan di pesankan taksi. Mereka nampak berkumpul di lobby hotel menunggu sampai pesanan taksi mereka datang.
Setelah beberapa saat menunggu pesanan taksi mereka telah datang. Dan mereka kini telah pergi menumpangi taksi yang Sava sudah pesan kan untuk mereka.
Hanya pesenan taksi Sava yang belum datang karna Sava pesan taksi tersendiri. Sambil menunggu taksi nya datang, Sava berjalan menuju sebuah papan lukisan yang tergantung di dinding Lobby hotel sebagai hiasan. Sava tampak fokus berdiri mengamati beberapa lukisan Abstrak yang terpajang di dinding ruangan itu.
Di lain sisi seseorang pria tampak sedang memperhatikan Sava.
Beberapa saat kemudian seorang pria yang berseragam ala bell boy tersebut mendekati Sava.
"Nona, pesanan taksi anda sudah datang,"
Sebuah suara maskulin merdu terdengar di panca indera pendengaran Sava. Membuyarkan konsentrasi Sava yang saat itu sedang asik mengamati lukisan abstrak yang menurut Sava sangat indah dan manarik.
"O iya, terimakasih" ucap Sava sambil menoleh ke arah suara yang terdengar hangat itu.
Entah ada dorongan apa, tiba tiba Sava sangat terkesan dengan cara pandang pria putih yang berseragam ala "bell boy" hotel itu. Sava mematung di tempatnya.
Sava terfokus pada wajah pria tampan putih tersebut. Seorang Pria ber kulit putih,beralis hitam tebal,hidung mancung dan berjambang tipis di seputaran dagu. Belum pernah Sava terkesan sedemikian dalam terhadap seorang Pria. Bahkan ia belum pernah sekalipun memindai seorang pria sedemikian tajupnya.
Sebagai seorang gadis 18 tahun, Sava sudah biasa terpesona dengan lawan jenis. Yang kadang membuat hati nya meleleh.
Hal biasa yang dirasakan gadis se usia nya yang memang akan sangat gampang mengangumi fisik lawan jenis karna dorongan hormon. Apa lagi saat melihat pria pria tampan berseliweran akan menjadi topik menarik untuk bisa di jadikan bahan gibahan bersama teman teman nya.
Tapi pria yang ada di hadapannya saat ini terasa berbeda, ada daya tarik sendiri seperti magnet. Sava benar benar tajub menatap Pria itu. Sedangkan pria tersebut tampak heran, karna Sava terus memandangi nya.
"Maaf taksi anda sudah menunggu di lobby" ucap pria itu ramah, menyandarkan Sava dari lamunan.
"Oh..,baik ... terimakasih,"
Sava kemudian berjalan ke arah lobby di mana sebuah taxsi warna biru menunggu nya. Dan yang membuat Sava kembali tajub adalah, perlakuan manis pria tersebut, saat dengan sigap membukakan pintu mobil bagian penumpang untuk nya. Sava kemudian masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang sudah campur aduk. Bahkan dirinya pun heran bisa bisa nya dia seperti itu,sangat membingungkan baginya.
Perasaan berdebar,jantung yang berdetak lebih cepat tak seperti biasa. Bahkan detakan jantung nya lebih cepat saat dia biasa mengangumi pria pria tampan sebelumnya.
Dengan pelan pria itu menutup pintu mobil bagian belakang yang Sava tumpangi. Dari balik kaca, Sava mencuri curi pandang melihat pria itu. Kemudian Sava membuka sedikit kaca taksi, untuk mengucapkan terimakasih, di sertai angukan kepala.
"Hati hati di jalan nona,sudah larut malam," ucap pria tersebut pada Sava.
Mendengar itu keringat dingin mulai membasahi baju yang Sava kenakan. Pakaian yang ia kenakan kini seolah olah menjadi sangat lembab akibat keringat yang terus membanjiri tubuh nya. Perhatian kecil dari pria yang bahkan tidak dia kenal, terlebih dia tau nama nya itu sudah membuat Sava terkesima.
Bagaimana tidak, saat hormon oksitosin telah melanda diri nya. Layaknya serbu hormon oksitosin yang datang tiba tiba perasaan hangat menyelimuti hati Sava. Karna hormon oksitosin yang juga istilahnya di sebut sebagai hormon cinta kini telah merajai hati Sava.
Dan Sava berani bersumpah, bahwa ia menyukai pria itu. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Sava tak hentinya mengembangkan senyum. Dan Sava mencoba mengingat pria berwajah timur tengah tersebut.
🍁🍁🍁🍁🍁
Ketukan pintu mengagetkan Sava ketika ia masih terlelap tidur di ranjang nya yang hangat. Kamar luas dan mewah bernunsa cokelat cream memenuhi interior kamar Sava.
"Georgia sayang... bangun, waktunya sarapan sayang," Pangil Hannah,ia adalah ibu Sava di rumah besar. Sava biasa di pangil Georgia oleh papa,mama dan juga dua angota keluarga yang lain. Dua anggota keluarga lainnya adalah Kemal Malik dan Audrey Malik.
Sedangkan pemilik rumah besar itu adalah pengusaha kaya raya Hasan Malik. Seorang pengusaha mobil import yang punya banyak showroom mobil mewah di dalam dan luar Negeri.
🍁🍁🍁🍁
Beberapa saat kemudian di ruang makan.
"Papa liat kamu pulang larut, Georgia,"
tanya Hasan Malik pada putrinya saat mereka sedang bersama sama menikmati makan pagi . Georgia adalah pangilan akrab Sava di rumah besar.
"Ia Papa, Georgia merayakan private bday teman Geor," jawab Sava dan sejurus kemudian ingatannya kembali pada peristiwa semalam. Ingatanya kembali pada pria tampan yang membuat nya susah tidur.Kemudian dia tersenyum senyum sendiri.
"Oh ,****...." umpat Sava pelan.
Dia baru ingat jika diri nya lupa membawa kembali ponsel pulang. Semalam karna batere ponsel nya lowbet dia menumpang mengisi daya ponsel milik nya di resepsionis. Dan Sava lupa membawa ponsel kembali.saat ia meninggal kan hotel semalam.
"Geor, tidak mengumpat ya di meja makan!" tegur kemal kakak tertua Sava.
"Upsss.... sorry kak," ucap Sava sambil menutup mulutnya.
"Kamu kenapa sejak tadi aku perhatikan tampak bahagia,dan senyum senyum sendiri."
Audrey pun ikut menimpali. Wajah Sava tiba tiba bersemu merah padam.
"Nothing...kak,"
Sangkal Sava tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang melanda nya jika ingat pria tampan semalam.
"Papa, mama aku sudah selesai,aku kekamar dulu ya," izin Sava meninggalkan meja makan dengan sopan.
Tata krama yang tinggi memang sudah menjadi aturan di rumah itu. Dan dari kecil Georgia Savanah sudah di ajarkan itu. Sejak kecil,meski Sava bukanlah putri asli Hannah dan Hasan tapi mereka sangat mencintai Georgia seperti anak sendiri.
Dan anak mereka kandung Kemal dan Audrey pun sangat menerima Sava dan juga menyayangi gadis cantik itu. Bahkan Sava sangat di manjakan di rumah itu.
Kembali ke kamar nya,Sava langsung memuju telpon rumah yang terdapat di atas meja di sisi empat tidur. Menekan tombol nomor dan menaruh gagang telepon ke telinga nya.
"Hallo...saya Georgia Savanah, kemarin saya menumpang untuk men charge ponsel saya di meja resepsionis, dan saya lupa membawa ponsel saya.Bisa di cek sebentar please"
ucap Sava merutuki keteledoran nya bisa bisa nya dia lupa membawa ponselnya.
Setelah sekian detik menunggu. Akhirnya sebuah suara terdengar oleh panca indera pendengaran Sava. Dan seperti nya Sava langsung mengenalinya. Suara yang membuat dia gemetar bahkan kini tangan nya berkeringat dingin. Dan kaki nya terasa lunglai.
"Halo nona,saya sudah mengamankan ponsel nona yang semalam tertinggal." ucap pria di sebrang telpon.
"Nona akan ambil sendiril apa saya antar saja ponsel nona ke alamat nona," sambung pria itu lagi.
Dengan suara bergetar Sava menjawab dengan tergugup. "Bisa tolong bawa ponsel ku ke cafe deket hotel,di sana ada Bluesky cafe, bertemu saya di sana jam makan siang, apakah bisa?" tanya Sava masih gemetaran,sampe sampe dia mengigit bibir bawah nya. Saking ia penasaran menunggu jawaban pria tersebut.
"Baiklah....kita bertemu jam makan siang."
jawab Pria di sebrang telepon itu. Dan sebuah senyum manis mengembang di wajah Sava. Perasaan senang ketika ia kembali mendapatkan ponsel dan bisa bertemu lagi dengan pria itu.
"Hemm..siapa nama mu?"
akhirnya Sava memberanikan diri menanyakan nama pria itu.
"Emieer," jawab pria itu singkatan.
"Baiklah, emmm.. Emieer,nanti tanyakan meja reservasi atas nama Georgia Savanah di Bluesky cafe. Aku akan datang tepat waktu."
"Oke " ucap singkat pria itu.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jam 12.30
Bluesky cafe akhirnya menjadi tempat Emieer dan Sava bertemu untuk ke dua kali nya setelah semalam di lobby hotel.
Dan akhirnya kisah mereka pun berlanjut.
Tidak berhenti di tempat itu.
Tetapi berlanjut saling mengangumi satu sama lain. Saling memiliki rasa, saling ada rasa ketertarikan dan berakhir dengan saling menyatakan cinta.
Paham keberadaan Emieer tak akan dengan mudah di terima keluarga nya. Sava merahasiakan hubungan nya dari keluarga nya. terutama sang papa. Sava merahasiakan hubungan dengan Emieer tak lain karen Emieer berasal dari keluarga sederhana. Dan Emieer hanya seorang pemuda biasa, bahkan ia hanya bekerja sebagai bell boy hotel. Emieer juga masih membagi waktu nya untuk menyelesaikan kuliah.
Emieer Shadiq pria yang telah membuat dunia Sava jungkir balik. Pria hangat sederhana yang juga seorang yatim piatu. Hidup mandiri sendiri. Emieer tingal di sebuah kost kostan sepetak,tapi cukup luas dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Apapun tentang Emieer,Sava tidak peduli. Sava menerima Emieer apa ada nya.
Tapi berbeda dengan Sava yang santai dan menikmati hubungan nya, Emieer sebenarnya ragu. Karena ia sangat memahami siapa diri nya dan siapa Sava. Emieer merasa tidak tega pada Sava dan akhirnya Emieer menjalani saja hubungan itu dengan Sava apa ada nya dan berpasrah.
bab 3 Alhamdulillah
masih tahan belajar ya
masih berantakan cara nulis nya 😬😁🤭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!