⚠️⚠️⚠️⚠️Hai... yang baru bergabung di novel ini, salam kenal dari kak UPe 🥰
Meskipun karya ini sudah tamat, mohon tetap kasih like, komen, hadiah dan vote ya manteman. Dan jangan lupa masukan ke favorit kalian ya 🥰🥰🥰
📢::::happy reading 🥳
“Ya ampun!!! Ada apa lagi ini tuhan!!!!” Seru Raya sambil melihat jam tangannya lalu melihat dengan panik deretan mobil yang berbaris seperti semut di pagi ini. Raya terlihat sangat cemas apalagi jika setiap kali dia melihat ke arah jam tangannya, waktu terus saja bertambah bagaikan tak mengerti akan kesusahannya.
Ya, pagi ini Raya yang memiliki nama asli Anulika Rayana itu memiliki interview di sebuah perusahaan. Interview hari ini akan sangat menentukan nasib keluarga Raya. Kalau Raya berhasil dilolos pada tahapan interview ini maka ia akan menjadi seorang sekretari di sebuah perusahaan asing terbesar di kota J itu.
“Sabarlah nona!! Nama nya juga pagi hari! Ya pasti macet!!” sang sopir taxi yang melihat Raya gelisah di bangku belakang itu pun akhirnya angkat bicara.
“Iya pak, saya paham! Hanya saja saya ada interview kerja pagi ini. Dan ini sangat penting buat saya pak!” jawab Raya dengan mata yang tak henti-hentinya mellihat ke depan. Kini waktu yang tersisa hanya 30 menit sebelum interview itu di mulai.
Raya menjadi semakin gelisah. “Aduh.. bagaimana ini?” Seru nya dalam hati. Raya kembali melihat ke arah jam tangannya. “tiga puluh menit lagi interview itu akan di mulai.”
Dalam situasi ini Raya harus bisa mengambil keputusan yang cepat. Apakah dia akan menunggu mobil ini berjalan dan mengantarkan nya ke perusahaan itu, tapi entah kapan. Atau lebih baik dia turun dari taxi itu dan berlari sekencang mungkin menuju perushaan itu. Hanya saja.. Raya melihat ke arah kakinya. Saat ini yang ada di kaki nya adalah sebuah high heel bukan sneaker. “aku harus bagaimana tuhan?” Raya semakin bingung. Kalau kesempatan ini sampai terlepas dari tangannya, Raya yakin dia tidak akan pernah mendapatkan kesempatan emas seperti ini lagi. Apalagi ini adalah tes yang terakhir. Kesempatan Raya sangat besar kali ini sebab hanya ada tiga kandidat yang lolos hingga ke tahap ini.
“Nona.. kalau memang terburu-buru, ya udah, turun saja. Seperti nya macetnya bakalan lama.” Saran dari supir taxi itu.. Dari kaca spionnya dia bisa melihat bahwa penumpannya itu sangat gelisah.
“Ya udah pak...!! kalau begitu saya turun saja disini. Berapa pak?” Tanya Raya, sambil mengintip ke argo taxi itu. Semoga saja tidak mahal, harap raya di dalam hati nya. Jujur saya keuangan Raya sangat tipiiiiiiiiiis sekali.
Semenjak usaha kuliner orang tua angkatnya bangkrut karena pandemi covid nineteen ini, Raya hanya mengandalkan uang yang diberikan oleh orang tuanya selama ini yang ia tabung. Raya memang seorang anak yang suka menabung. Meskipun ketika orang tua angkatnya dulu masih dalam masa-masa kejayaan mereka, Raya tidak pernah menghambur-hamburkan uang yang diberikan oleh orang tuanya. Termasuk ketika Raya kuliah di Amterdam dulu.
“Dua puluh lima ribu saja nona.” Jawab bapak supir taxi itu. Raya bersyukur dalam hati ongkos taxi itu tidak semahal yang dibayangkannya. Ini adala pertama kali Raya naik taxi. Biasanya dia membawa mobilnya sendiri. Tapi kini mobil itu sudah tidak ada lagi. Mobil itu sudah Raya jual untuk membayar gaji karyawan kerena usaha itu tidak lagi beroperasional.
“Syukurlah.. Tidak mahal.” Seru Raya dalam hati, lalu mengambil uang dari dompetnya dan memberikannya pada supir taxi itu. “makasih pak.” Ucap Raya lalu keluar dari taxi itu.
Begitu Raya keluar, Raya segera menuju ke depan salah satu toko. “Mbak apa disini ada toilet?” Tanya Raya penuh segan. Aneh saja, tiba-tiba datang ke toko seseorang tapi malah numpang ke toilet bukannya berbelanja.
Tapi syukur nya yang punya toko itu adalah seorang wanita yang baik hatinya. Dengan sebuah senyum yang sangat indah di bibir nya itu dia mempersilahkan Raya untuk menggunakan toilet di dalam tokonya.
“ada mbak.. di pojokan paling ujung. Pakai aja.” Jawab ibu pemilik toko itu.
“terima kasih banyak ya bu!!” seru Raya senang dan langsung masuk ke dalam toko.
“Untung lah saja kau tadi memakai baju kaus hitam ini sebagai dalaman kemeja ku. “ Raya pun membuka kemeja nya dan melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam tas. Raya melihat dirinya ke cermin. “heemm mau gimana lagi! Terpaksa!!” Gumamnya pelan ketika melihat pantulan dirinya yang menggunakan kaos hitam tipi yang terkesan seksi karena dipadukan dengan rok span di atas lutut itu. Raya pun tidak lupa untuk menanggalkan sepatunya. Tidak mungkin dia berlari dengan menggunakan high heel itu. Jangan kan sampai cepat ke perusahaan itu, bisa-bisa dia malah sampai cepat ke rumah sakit.
“makasih ya bu..” ujar Raya pada ibu pemilik toko yang melongo melihat penampilan Raya.
Raya tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Kini waktu nya tinggal dua puluh menit saja. “Oke lima belas menit untuk berlari bagai kuda dan lima menit untuk memperbaiki penampilan.!! Ayoo Raya!! Kamu pasti bisa!” Raya menyemangati dirinya sendiri.
Raya pun berlari secepat yang dia bisa. Dia sama sekali tidak meperhatikan mata setiap orang yang melihatnya berlari sepert itu. Bagi Raya lebih baik dilihatin orang dari pada harus mengemis pada orang nantinya.
Raya pun terus berlari hingga tiba-tiba...
“Ttttttttttttttttttttttiiiiiiit!!!!!” Sebuah klakson mobil berbunyi sangat kencang di hadapan Raya. Ya, Raya hampir saja tertabrak oleh sebuah mobil.
Dengan nafas yang tidak beraturan Raya melihat ke arah mobil mewah berwarna hitam itu. Nyawa nya hampir saja melayang.
‘Maaf...” ucap Raya dengan isyarat tangan dan mulutnya lalu lanjut berlari lagi sebab perusahaan itu tinggal satu blok dari tempat Raya berdiri saat ini.
“Huft!! Hampir saja aku sampai di syurga!!” Gumam Raya begitu sampai di lobi perusahaan itu. Penampilannya benar-benar kacau saat ini. Kaki hitam kotor dan wajahnya penuh dengan keringat. Raya masih mencoba menentralkan pernafasannya sambil memegang dada nya yang narik turun sebab nafanya yang terengal-engal itu.
“nona mau kemana?” tanya security di pintu masuk perusahaan itu pada Raya dengan ramah.
“ha... Saya ada interview kerja di dalam pak.” Jawab Raya dengan nafas yang masih belum stabil.
Security yang mendengar jawaban yang disampaikan oleh Raya langsung melihat kearah Raya mulai dari kepala hingga ke ujung kakinya. “ini anak mau interview?” Batin si security yang benar-benar ragu karena penampilan Raya yang acak kadul seperti itu.
Raya menyadari tatapan dari bapak security itu. Raya pun segera merapikan leher baju kaosnya yang agak turun itu lalu berkata, “Saya bawa baju ganti pak. Tadi sangat macet sehingga saya harus berlari ke sini.” Terang Raya.
“Kalau begitu silahkan masuk nona. Jangan lupa pakai masker dan ukur suhu dulu di sana.” Ujar si security.
Masih dengan memegang leher baju nya yang agak turun itu, Raya pun bergegas pergi ke tempat pengecekan suhu tubuh. Karena sibuk mencari maskernya di dalam tas, Raya tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang pria hingga terjatuh dan rok Raya jadi sedikit sobek hingga tampak lah pahanya yang putih mulus itu.
Pria itu hanya melihat ke arah Raya. Entah Raya entah paha mulus Raya yang dilihatnya di balik kaca mata hitam itu. Tapi yang pasti dia sama sekali tidak menolong Raya untuk bangun dan malah langsung masuk ke dalam perusahaan itu.
**Hai perkenalkan.. nama ku Kak UPe.. ini adalah karya perdana ku. Mohon bantu untuk share karya ini ya ..
🐣🐣🐣🐣
berikan pendapat mu tentang bab ini ya sobat
1.Tidak menarik
2.cukup menarik
3.menarik
4.sangat menarik
terima kasih.. jangan lupa like dan vote nya...
“kau ingin membunuh ku?” Seru Zee ketus ketika sang supir pribadi tiba-tiba mengerem mobilnya di tengah jalan itu.
“Maaf tuan!! Aku tidak bermaksud begitu!” jawab si supir, cepat sebelum terjadi amukan di pagi ini.
“Ada apa pak?” tanya Ansel pada supir itu.
“itu tuan Ansel, ada seorang gadis muda menyeberang tiba-tiba.” Terang si supir.
Ansel melihat ke arah wanita yang tertunduk-tunduk minta maaf di depan mobil Zee itu. Tapi Zee sama sekali tidak peduli dengan wanita yang hampir tertabrak oleh mobilnya itu.
Zee menolehkan pandangannya ke arah luar jendela mobilnya, mood nya jadi buruk sebab mobilnya yang mendadak berhenti. Meski tidak ingin melihat wanita yang sudah membuat hari Zee menjadi buruk, namun karena wanita itu melewati sisi mobil Zee, Zee jadi dapat melihat wanita itu. “heh.. pel*cur!” Seru nya ketika melihat wanita itu. Tapi wajar saja Zee berkata demikian. Wanita itu menggunakan rok span dan baju kaos hitam yang sangat tipis dengan bagian depan baju itu sedikit turun sehingga memperlihatkan kemolekan di balik baju hitam dan tipis itu. Zee pun mengalihkan matanya ke arah Ansel. “Apa yang kau lihat!!” seru Zee paaa sepupu sekaligus wakil direktur di perusahaannya itu.
“Aku? Aku tidak melihat apa-apa!!” ujar Ansel membela diri setelah ketahuan oleh Zee melihat ke arah gadis yang baru saja melintas di samping mobil mereka.
“Apa kau tidak akan menjalankan mobil ini!” ketus Zee pada supirnya.
“baik tuan!” Mobil itu pun kembali melaju ke arah perusahaan miliki Zee.
“Selamat pagi tuan!!” Sapa staff yang bertugas khusus menyambut Zee dan Ansel setiap pagi di pintu lobi itu.
Zee tidak menoleh sama sekali pada staff yang menyapa nya itu. Dia hanya berjalan lurus ke depan menuju tempat khusus pengecekan suhu untuk para petinggi perusahaan.
Ketika Zee akan meletakkan tangannya di alat pengecekan suhu tubuh itu, tiba-tiba seorang menabraknya. Untung saja badan Zee sangat kokoh sehingga dia tidak terpengaruh sama sekali. Berbeda dengan si penabrak itu. Kini dia telah mendarat sempurna di lantai itu.
“Wanita ini lagi? Cih! Cara yang sama!” dengus Zee dari balik kaca matanya melihat orang yang menabraknya ternyata adalah orang yang sama yang hampir tertabrak oleh mobilnya pagi ini. Zee melihat wanita itu bagaikan sebuah mesin pindai. Lalu Zee masuk ke dalam perusahaan tanpa memperdulikan wanita yang ada di lantai tadi.
Berbeda dengan Zee, Ansel sepupu Zee ini memang sangatlah ramah dengan semua orang tapi kelakuannya sama saja bejatnya dengan Zee. Ya sebelas dua belas lah. Bedanya Zee dingin kalau Ansel terlalu ramah. Tapi jumlah wanita yang mereka tiduri sama saja.
Ketika melihat Zee hanya meninggalkan wanita itu begitu saja, Ansel langsung mengulurkan tangannya cuma-cuma. “Are you oke?” Tanya Ansel dan mengulurkan tangannya supaya wanita itu dapat bangun.
“Terima kasih tuan.” Ucap Raya, sambil memegang ujung roknya yang sobek akibat terjatuh tadi.
Mata Ansel langsung tertuju ada rok Raya yang sobek itu, keringat langsung meluncur di dahinya begitu melihat paha Raya yang sangat putih mulus itu. “apa kau staff di perusahaan ini?” Tanya Ansel. Dia harus tahu apakah wanita cantik dan seksi di depannya ini adalah staff nya.
“Haa.. saya pelamar di perusahaan ini tuan. Dan maaf, saya buru-buru!” Ujar Raya, terburu-buru setelah melihat jam tangannya.
“Pelamar?” Ulang Ansel sambil tersenyum. Seperti nya Ansel tahu dia dapat menemukan Raya dimana nanti.
****
“Kenapa kau lama sekali?” Tanya Zee ketus pada Ansel yang lama sekali baru sampai di ruang interview itu.
“em.. Ada sesuatu tadi.” Jawab Ansel singkat.
“Ck.. kau pasti menolong pel*cur tadi kan? Ansel-Ansel!! Selera mu sungguh menjijikkan!” Ejek Zee pada sepupunya itu. “Dari penampilannya saja, terlihat bahwa dia tidak lebih dari penghangat ranjang para pria hidung belang.” Seru Zee.
“Artinya dia penghangat tempat tidur kita dong Zee!” jawab Ansel tanpa pikir panjang.
“Selera ku jauh di atas itu!! Aku tidak meniduri sisa orang! Tapi orang yang meniduri sisa ku!” Ucap Zee, sombong.
“Iya!! Iya!!! Aku paham!” Sahut Ansel, malas mencari masalah dengan sepupu sekaligus atasannya itu.
“Mana berkasnya orang yang akan diwawancara?” tanya Zee pada Ansel.
“hah?” Ansel pun langsung memberikan tiga map yang berisi data calon sekretaris Zee pada Zee.
“Kalau dia melamar di perusahaan ini, pasti datanya ada disalah satu kandidat sekretaris ini.” Ansel pun buru-buru membuka Map yang ada di depannya.
Map pertama sudah diperiksa oleh Ansel tapi foto di map itu bukanlah foto wanita yang ditolongnya tadi. Ansel pun bergegas membuka map kedua, tapi sayangnya masih bukan orang yang sama. Dan kini hanya tinggal satu map saja yang tersisa. Ansel yakin, ini pastilah Map wanita itu dan benar saja... itu adalah Map milik Raya.
“Anulika Rayana... Em, nama yang unik!” Seru Ansel dalam hati. Dan menutup kembali map milik Raya.
****
“matilah aku!!” Seru Raya pelan di dalam kamar mandi itu sambil membuka baju kaos hitam yang dikenakannya tadi. Baju itu sungguh basah oleh keringatnya yang sangat bersemangat untuk keluar sewaktu dia berlari tadi.
Raya mengeluarkan kemeja putih yang awalnya dipakainya dari rumah tadi. Yang dia simpan di dalam tas nya sebelum melakukan lari sprint pagi ini. Raya mengangkat baju kemeja putih itu ke atas. Dahi Raya langsung berkerut melihat betapa tipisnya baju kemeja ini. “Sudah lah putih.. tipis pula.” Serunya sambil menelan saliva nya.
Raya kembali melihat ke arah kaos hitam yang sudah basah oleh keringat itu. “Apa aku pakai saja baju kaos hitam itu lagi? Tapi – “ Raya mengurungkan niatnya. Kalau dia memakai kaos hitam yang basah itu maka otomatis baju kemeja putih itu pun akan ikutan basah. “Kenapa berantakan seperti ini?” gumam Raya pelan, lalu melihat jamnya. “ Tidak ada waktu lagi!!” Raya pun akhirnya memutuskan memakai baju kemeja putih yang tembus pandang itu. “Bukankah waktu di luar negeri dulu banyak cewek yang pakai baju seperti ini untuk pergi kerja! Ayoo Raya santai saja!!!” Ucap Raya menyemangati dirinya sendiri.
Kemeja itu sudah terpasang sempurna, Raya pun keluar dari kamar mandi itu untuk merapikan penampilannya. Diambilnya sepatu high heel yang dijinjingnya selama dia berlari tadi. “Untung sepatu ini tidak ikutan rusak! Kalau rusak, abislah diri ku!” serunya di depan kaca.
Raya menguncir tinggi rambutnya yang hitam dan panjang itu hingga memperlihatkan leher indahnya yang jenjang. Kemudian Raya mengambil gelang tangan yang di lilitkan nya di tangan kanan nya itu dan memasangnya menjadi sebuah kalung hitam di lehernya untuk menambah kemolekan dirinya. “Perfect!!” Seru Raya ketika melihat dirinya sendiri di cermin. “Eitt.. sebaiknya bedakan dikit dan pasang lip!”
“Nah begini kan jadi lebih perfect!” Gumamnya. Namun ketika Raya akan melangkah, raya baru teringat roknya tadi sobek.
“Bagaimana ini? Kalau di biarkan bisa bertambah sobek ketik berjalan.” Raya berpikir sebentar dan akhirnya mengambil pin kecil yang digunakannya untuk menjepit baju bagian atas nya. Karena pin itu diambil, baju bagian atas Raya jadi sedikit terbuka. Tapi Raya terpaksa membiarkannya, dari pada rok yang dipakainya itu dan satu – satu nya yang dimilikinya, terbelah hingga pangkal pahanya. Bisa-bisa dia mengalahkan pramugari pesawat terbang pikirnya.
🐣🐣🐣🐣
berikan pendapat mu tentang bab ini ya sobat
1.Tidak menarik
2.cukup menarik
3.menarik
4.sangat menarik
terima kasih.. jangan lupa like dan vote nya...
"Apa hanya dua kandidat ini saja?" Tanya Zee pada Ansel yang duduk di sebelahnya.
Ansel melihat ke arah pintu masuk ruangan itu. "dimana gadis itu?" Gumam Ansel, tak menghiraukan perkataan Zee.
"Ansel?!!!" Teriak Zee.
"Masih ada satu peserta lagi. Tapi aku tadi aku bilang ke panitia seleksi nya kalau kita akan pakai dua shift. Pada shift pertama akan masuk dua kandidat secara bergantian sedangkan pada shift kedua hanya kandidat terakhir saja." Terang Ansel berbohong.
"Sungguh buang-buang waktu saja Ansel!!" Ujar zee ketus dan keluar dari ruangan itu.
"Aku akan menelpon mu kalau sudah waktunya untuk wawancara." Teriak Ansel pada Zee yang sudah melangkah keluar dari pintu.
"Dimana kau Raya?!" Gumam Ansel sambil melihat foto Raya yang ada di dalam map itu.
🍀🍀🍀
Raya buru-buru pergi ke ruang wawancara. "Interview nya pasti sudah berlangsung."Seru Raya sambil berlari menuju ruangan lantai atas itu.
Raya terus menerus melihat ke arah jam tangannya. hingga tanpa sengaja sekali lagi Raya bertabrakan dengan seorang pria.
" Maaf..!!" Ujar Raya, dan buru-buru ingin pergi.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan disini?" Zee yang sudah kesal sebab berkali-kali bertabrakan dengan Raya akhirnya menahan tangan gadis itu agar tetap berada disana dan menjawab pertanyaan nya.
"tuan tolong lepaskan tangan mu! Aku sedang terburu-buru." Jawab Raya yang masih terdengar sopan. Raya sadar memang dia lah yang bersalah telah menabrak pria itu. Tapi sungguh saat ini Raya sedang sangat terburu-buru sehingga dia tidak ingin ada urusan apapun yang membuat nya semakin terlambat ke ruang interview.
"Terburu-buru? Apakah orang yang memesan jasa mu sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan mu?" Ucap Zee dengan nada ketus sambil membuka kaca mata hitamnya hingga terlihatlah wajah tampannya yang menawan itu.
"Memesan jasa? Maaf aku tidak mengerti dengan perkataan mu tuan!" seru Raya sambil berusaha melepaskan tangannya yang di pegang erat oleh Zee.
"ck.. baru kali ini aku ada melihat seorang pela*cur tidak mengakui pekerjaan nya. " Ujar Zee dan tersenyum merendahkan Raya.
*Pela*cur??" Seru Raya sangat marah dan menarik lengannya kuat namun sayang masih belum bisa lepas dari genggaman tangan Zee yang ternyata sangat kuat itu. . "Siapa yang kau katakan sebagai pela*cur tuan!!" Ucap Raya memandang Zee dengan kesal. "cepat lepaskan aku! Kau membuat ku terlambat!!"
"Terlambat untuk melayani pelanggan mu?" Ucap Zee semakin menyulut amarah Raya. Benar Raya memang orang tidak punya harta tapi paling tidak dia punya harga diri. Dengan sekuat tenaga Raya menarik tangan nya agar terlepas dari Zee. Mungkin karena terlalu marah, Raya berhasil melepaskan tangan dan langsung menampar wajah Zee yang sedari tadi menunjukan ekspresi jijik ketika memandang Raya.
"Dasar laki-laki bermulut sampah!!!" Ucap Raya lalu ingin meninggalkan Zee.
Tapi bukan Zee namanya jika dia hanya diam diperlakukan begitu oleh Raya.
Zee langsung menarik Raya dan menciu*m bibir Raya dengan kasar. Zee bahkan memegang dan menahan tengkuk Raya agar gadis yang tengah meronta-ronta itu tidak dapat lepas dari ciumannya.
"Bagaimana rasa mulut sampah ini!!" Seru Zee pada Raya.
Begitu Zee selesai bicara Raya langsung menpar Zee sekali lagi. " laki-laki bajin*gan!!!" Umpat Raya. Dadanya sampai naik turun menahan amarahnya.
"Terlalu banyak gaya untuk ukuran seseorang penjaja kenikmatan!!" Balas Zee dengan menyeringai kan sebuah senyuman penghinaan lalu pergi.
Setelah Zee pergi pertahanan diri Raya roboh. Kaki nya gemetar. Baru saja dia lecehkan oleh seorang pria yang tidak di kenal. Andaikan Raya tidak dalam kondisi yang mengharuskannya untuk tetap tenang saat ini maka sudah pasti Raya sudah terjatuh ke lantai itu meratapi kesialan nya bertemu dengan pria mesum itu.
Tapi Raya ingat ada sesuatu yang harus diperjuangkan nya sekarang. Sehingga dengan tangan gemetar Raya menghapus air matanya dan merapikan kembali ikat rambut dan make up nya.
Raya menarik nafas berkali-kali agar dirinya bisa tenang seperti semula. Kalau dirinya tidak bisa tentang, bagaimana Raya akan menghadapi wawancara ini.
🍀🍀🍀
Sesampai Raya di depan ruang wawancara ternyata sudah ada petugas yang menunggu di sana.
" maaf, apa wawancaranya sudah berakhir?" tanya Raya pada seorang pria yang sedang berdiri sambil memegang kertas ditangan nya itu.
"Mbak Anulika Rayana?" tanya pria itu, terlihat sedikit kesal.Ya wajah saja, Raya memang sudah sangat terlambat. Tapi itu semua bukan sepenuhnya kesalahan Raya. Laki-laki brengsek yang melecehkannya tadi adalah salah satu penyebab utama Raya terlambat.
"benar mas... " jawab Raya segan.
"ayoo buruan masuk mbak." Ujar petugas itu.
"Terimakasih... " Jawab Raya pelan dan membuka pintu ruang wawancara itu.
"Kleek.. terdengar suara pintu terbuka.
" Raya? " Seru Ansel dalam hati ketika wanita yang ditunggu-tunggunya dari tadi akhirnya tiba.
"Nona Raya? " Ansel memang tidak tahu siapa panggilan Raya tapi dia memutuskan untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Raya karena pasti sangat tidak enak jika memanggil wanita itu dengan sebutan anu.
"Ya tua... " Jawab Raya sopan.
" mari silahkan duduk... " Ansel mempersilahkan Raya untuk duduk di tempat yang telah disediakan
"tunggu sebentar ya nona Raya, saya harus menelpon seorang yang akan ikut mewawancarai mu." Ansel pun mengambil ponselnya dan menelpon Zee.
"Zee.. wawancara nya akan segera di mulai. Kemari lah."
"Kau mulai saja dulu. Aku sedang dalam perjalanan kembali ke ruangan itu.
" Baiklah!" Seru Ansel bersemangat.
Ansel meletakkan ponselnya. Kemudian Ansel mengambil map Raya pura-pura membaca CV dan berkas lain milik Raya padahal sedari tadi itu sudah berkali-kali dia lakukan menunggu kedatangan Raya.
"Nona Anulika Rayana, jelaskan motivasi mu yang paling jujur yang membuat mu memilih perusahaan kami sebagai pekerjaan yang kau ingin kan." Tanya Ansel sembarangan. Apapun jawaban yang akan diberikan oleh Raya, sesungguhnya Ansel tidak peduli. Dia hanya ingin melihat bibir seksi itu komat kamit di depannya. Raya sungguh cantik dan seksi.
"Sejujurnya, motivasi saya bekerja di perusahaan ini adalah Uang. Dari sekian banyak perusahaan yang ingin saya lamar, perusahaan ini adalah satu-satunya perusahaan yang menawarkan gaji yang paling besar. Sehingga saya sangat yakin untuk ikut melamar di perusahaan ini." Jawab Raya.
"Kleek.. " Terdengar pintu ruangan terbuka tapi tidak sopan jika Raya yang sedang di interview melihat siapa orang yang sedang masuk ke ruangan itu. Jadi Raya tetap pada posisi nya. Seakan-akan tidak mendengar apapun tadi.
"Jadi motivasi mu uang?" Tanya Ansel sekali lagi ditengah - tengah derap langkah Zee.
"benar.. motivasi utama saya ada uang. " Jawab Raya yakin.
"Suara itu.... " Zee menghentikan langkahnya sebab dia mengenali suara itu.
"Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini agar saya dapat menghasilkan banyak uang." Raya melanjutkan jawabannya.
"Ternyata benar dia." Seru Zee ketika melihat rok Raya yang sobek di sebelah kanan itu. Zee pun berjalan hingga Raya lalu berdiri tepat di depan Raya. Dengan penuh Arogansi Zee membuka kacamatanya dan kembali menyeringai di depan Raya. "Layani aku.. maka aku akan memberikan mu uang!!"
"Kau!!!" Seri Raya yang tidak percaya dia akan kembali bertemu laki-laki breng*sek ini di ruang ini
🐣🐣🐣 continued
berikan pendapat mu tentang bab ini ya sobat
1.Tidak menarik
2.cukup menarik
3.menarik
4.sangat menarik
terima kasih.. jangan lupa like dan vote nya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!