NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta : Hati Diduakan Yang Tersakiti

Bab 1.

...Hati Diduakan Yang Tersakiti...

IvaSyarifa dan Hadi Kesuma Wijaya sudah menikah selama dua tahun. Di tahun pertama pernikahan mereka, mereka sempat di karunia seorang bayi perempuan. Iva yang baru saja melahirkan anaknya pun harus merelakannya. Karena anaknya yang baru dilahirkan telah sakit kemudian meninggal dunia. Hadi pun harus mengikhlaskan kematian anak pertamanya. Bahkan bayi yang baru lahir tersebut belum diberi nama tapi sudah meninggal.

Di tahun kedua pernikahannya, Iva dan Hadi belum juga diberi amanah untuk mempunyai anak. Padahal semua usaha sudah mereka lakukan tapi belum juga membuahkan hasil. Saat diperiksa ke dokter pun sama sekali tak ada yang salah. Baik Iva dan Hadi sama-sama sehat dan subur. Mungkin belum saatnya mereka di karuniai anak. Iva dan Hadi hanya bisa sabar, dan berdoa suatu saat akan mempunyai anaknya sendiri.

Saat ini Hadi dan Iva bertempat tinggal di sebuah kompleks perumahan yang disediakan oleh Arman Hakim, Ayahnya Iva. Saking sayangnya pada Iva, Arman membelikan sebuah rumah di kompleks perumahan indah di sebuah kota besar. Iva dan Hadi hanya tinggal menempatinya saja.

Hadi bekerja sebagai supir Bus. Setiap hari ia menarik Bus untuk mencari nafkah. Pergi pagi dan pulang saat malam hari. Sebenarnya Iva adalah putri paling kecil dari keluarga Arman. Arman Hakim sebenarnya seorang juragan kaya di kampungnya. Punya sawah yang luas bahkan disewakan juga ke orang yang memerlukannya. Punya tanah berhektar-hektar. Juga punya perkebunan teh yang luas. Tapi Iva dan Hadi tak mau tinggal di kampung. Sehingga hanya kakak dan abangnya Iva yang membantu Ayahnya di kampung.

Hadi pun sebenarnya anak dari orang kaya. Andika Kesuma Wijaya adalah papanya Hadi. Andika mempunyai usaha Bisnis Bus. Baik itu Bus pariwisata, Bus antar pulau, Bus yang untuk sewa umum dan lainnya. Yang jelas masalah kendaraan angkutan umum Andika lah Bos besarnya (Seorang Presdir). Ia awalnya hendak mempercayai Hadi sebagai penerusnya untuk melanjutkan bisnis dan usahanya. Tapi Hadi mempunyai sikap yang ceroboh, terlalu santai dan boros. Beda dengan adiknya Hadi yaitu Niken Kesuma Wijaya. Niken sangat pandai, pekerja keras dan bertanggung jawab.

Akhirnya Papanya menjatuhkan pilihan kepada Niken sebagai CEO-nya dari bisnis mereka. Sedangkan Hadi hanya menjadi supir Bus biasa. Hadi awalnya tak terima tapi ia tak berani melawan perintah Papanya. Papanya bermaksud membuat Hadi begitu agar ia bisa berubah bertanggung jawab dan dewasa. Tapi nyatanya Hadi masih belum bisa berubah. Bahkan sikap Playboy nya masih ada dari zaman ia mengenal arti kata cinta dan wanita.

Tapi Iva berhasil meluluhkan hati Hadi. Iva gadis lembut dan baik hati juga cantik. Hadi pria tampan yang playboy pun terpesona dan jatuh cinta pada Iva. Mereka pun berhubungan dan akhirnya menikah.

Dua tahun sudah pernikahan mereka. Hadi saat ini sedang sarapan di meja makan yang di sediakan oleh istrinya. Iva duduk di dekat Hadi makan bersama suaminya. Makan pagi ini ada nasi putih dan teh manis, lauknya ikan sambal dan tumis kangkung serta ada tahu goreng dan tempe goreng.

Hadi telah selesai makannya. Ia bersiap untuk berangkat kerja.

“Mas berangkat dulu ya.” Hadi bangkit dan berdiri.

“Iya Mas.” Iva yang juga selesai makan ikut berdiri dan mengantar kepergian suaminya sampai pintu depan rumah.

Iva mencium tangan kanan suaminya. Dan Hadi mencium kening istri yang dicintainya, yang sudah dua tahun menjadi istri yang baik untuknya.

“Di rumah baik-baik ya Iva.” Hadi tersenyum manis.

“Iya Mas. Hati-hati ya” Iva pun tersenyum.

Hadi menganggukkan kepalanya.

Pergilah Hadi dan tinggallah Iva sendirian di rumah. Seperti biasanya. Kalau ia sendirian di rumah maka yang ia kerjakan adalah melakukan pekerjaan rumah lainnya. Setelah membereskan meja makan yang ada piring kotornya, Iva kemudian mencuci piring kotornya. Lalu mencuci pakaian harian. Kemudian menyapu dan mengepel rumah, menjemur pakaian yang sudah di cuci. Lalu melipat pakaian dan meletakkannya di lemari pakaian, merapikan kamar, juga menyeterika pakaian dan di letakkan dengan rapi di gantungan baju dan disimpan di lemari. Pokoknya beres-beres rumah. Rutinitas setiap hari ibu rumah tangga.

Kemudian memasak untuk makanan makan siang. Setelah semua pekerjaan rumah beres, Iva duduk di ruang tengah untuk menonton Tv dan istirahat sejenak. Ia melihat jam dinding. Jam sebentar lagi jam 12 siang. Makanan untuk makan siang sudah tadi ia siapkan dan bahkan sudah diletakkan di bekal makanan. Iva seperti biasa akan mengirimkannya untuk suami tercintanya ke tempat terminal Bus di jam segini pasti lagi di terminal Bus di jalan G.

Iva tersenyum bahagia, karena setelah beberapa jam berlalu ia akhirnya akan ketemu suaminya lagi. Hari-hari pernikahannya sungguh bahagia sekali. Iva bersyukur, walau hidup sederhana pun mereka berdua tetap bahagia dan tercukupi.

Iva pun sedang bersiap untuk membawa bekal makan siang suaminya.

Ia lalu berganti pakaian dan membawa tas toto bag untuk tempat bawa bekalnya. Iva keluar rumah dan mengunci rumah. Kemudian menaiki sebuah ojek yang lewat.

Sampai lah Iva di tempat terminal Bus dijalan G. Iva turun dari ojek dan membayarnya. Kemudian berjalan ke halte dan menunggu sang suami.

Beberapa saat kemudian sebuah Bus berhenti di dekat halte bus tersebut. Iva pun tersenyum ke arah bus yang berhenti.

Pintu bus terbuka. Dan benar saja Hadi suaminya Iva yang jadi supir Busnya.

Iva melangkah masuk. Disertai para sewa bus ada yang naik dan turun jga dari bus.

Iva mendekati suaminya.

“Mas... Ini bekal makan siangnya. Jangan lupa dimakan ya Mas” Iva memberikan sambil tersenyum.

Hadi tersenyum dan menerima bekal yang dibawakan oleh istrinya.

“Makasih ya Iva sayang”

“Iya Mas. Sama-sama”

“Mas antar sekalian ya sampai rumah”

Iva pun menganggukkan kepalanya. Iva memilih duduk di tempat yang kosong. Bus pun kemudian melaju jalan. Setelah mendekati daerah rumah Iva dan Hadi, Hadi pun memberhentikan busnya dipinggir jalan. Iva pun pamitan sama suaminya dan turun dari bus.

Iva melambai tangan dan Hadi membalas lambaian tangannya Iva.

Iva pun kemudian berjalan sekitar 5 menit untuk kembali ke rumahnya.

***

Sore hari saat Iva baru saja mengambil cucian yang ia jemur, Iva melihat sosok suaminya telah pulang ke rumah.

“Loh Mas... Kok udah pulang?” Iva bertanya dengan wajah berkerut. Ia memandang ke arah suaminya.

Hadi baru sampai depan rumah tersenyum ke arah istrinya.

“Gak ada apa-apa Iva sayang. Mas kangen aja sama Iva” Hadi tersenyum dan membuat wajahnya yang tampan semakin tampan saja.

Iva terkekeh.

“Eleh ... gombal....”

“Ciyus kali. Mas kan sayang dan cinta sama Iva” Hadi memeluk istrinya.

“Iya deh. Percaya deh” Iva tersenyum.

Iva dan Hadi masuk bersama ke dalam rumah. Keduanya duduk di ruang tamu bersama di dekat kursi mereka. Iva meletakan pakaian yang ia mabil di jemuran. Iva hendak melipatnya. Hadi menatap istrinya.

“Sayang. Nanti saja kerjakan itu. Sekarang bersiaplah. Mas mau ajak Iva makan malam di luar”

“Cie... Makan di luar nih kita. Asyik. Tapi sayang dong. Tadi Iva udah masak untuk makanan makan malam Mas” Iva memandang ke arah suaminya.

“Di simpan di kulkas aja sayang. Esok pagi kan bisa untuk sarapan pagi. Jadi gak susah lagi”

“Tapi Mas... Gak fresh lagi dong kalau makan makanan di panaskan”

“Gak apa. Kalau istriku yang masak dan buat pasti ku makan dengan lahap” Hadi memeluk istrinya yang duduk disampingnya.

“Hehe...” Iva terkekeh dan tersenyum bahagia.

Syukurlah Iva menerima permintaan Papanya tinggal disini. Kalau tidak hari-harinya yang kelam di rumah mertuanya akan terulang kembali. Hadi menatap istrinya yang tiba-tiba terdiam.

“Kenapa sayang?”

“Gak apa-apa sayang. Aku senang kita bisa tinggal disini berdua dan bahagia terus. Hari-hari kita selalu bahagia disni”

“Syukurlah Iva bahagia bersama Mas” Hadi mencium kening istrinya.

Hadi lalu menatap istrinya.

“Ayo cepat bersiaplah sayang. Aku juga kan mandi dan bersiap. Iva dandan yang cantik ya”

“Kan biasanya udah cantik Mas”

“Iya istriku sayang yang cantik”

Keduanya tersenyum bahagia.

Hadi mandi terlebih dahulu. Sedangkan Iva merapikan pakaian yang baru dicuci tadi. Setelah Hadi selesai mandi, baru kemudian Iva yang mandi. Kemudian Iva memilih pakaian yang menurutnya yang bagus dan cantik. Dress selutut warna putih.

Iva sudah selesai dandan. Dan Hadi juga memakai kemeja putih kotak-kotak bergaris dan celana jeans hitam.

Keduanya pun bersiap pergi keluar bersama. Hadi mengendarai sebuah sepeda motor miliknya yang di belikan oleh Ayahnya Iva untuk Iva dan Hadi. Keduanya berboncengan dengan sepeda motor tersebut.

Hadi membawa ke sebuah restoran mahal.

Sampai di tempat, Hadi memarkirkan sepeda motornya, kemudian ia dan Iva masuk ke restoran mahal tersebut.

“Mas... Ini kan mahal tempatnya. Sayang uangnya Mas. Jangan boros-boros Mas” Iva membujuk suaminya.

“Iva... Kita hanya sekali-kali kemari. Gak apa-apa sayang. Lagian ini hari ulang tahunmu sayang. Mas mau merayakannya disini. Boleh ya sayang. Untuk mu loh Iva sayang. Mas mau berkesan di hari ulang tahunmu kali ini yang genap 20 tahun. Oke” Hadi yang malah membujuk istrinya.

Iva yang melihat ketulusan Hadi pun akhirnya menuruti suaminya. Keduanya pun masuk dan memilih tempat duduknya. Tapi saat hendak duduk, Iva dan Hadi malah tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.

Bug...

Suara tabrakan yang tak sengaja. Syukur saja wanita itu tak jatuh karena di tahan oleh Hadi. Dan sebelah tangan Hadi juga memegang Iva agar tak jatuh juga.

Dua wanita sekarang ada di kedua sisi Hadi.

Bersambung....

Klik Like, Vote, Favorit dan Komennya ya Kak reader semua.

Sertakan juga kasi dukungan dan hadiahnya ya. Kasi juga bintang/rate 5 ya kak.

Thanks. Love you all. :) :D

Yang suka dengan karya ini, ikutin terus kisahnya sampai akhir ya kakak readers semuanya :)

No Plagiat ya. Hargai usaha dan kerja keras seseorang dalam berkarya. Jadi katakan tidak pada meniru karya seseorang dan tidak menjiplaknya. No Plagiat. Makasih untuk yang sudah mampir ya kak. Love you all :)

Karya ini sedang mengikuti lomba, jadi mohon dukungannya terus ya kak.

Cara mendukungnya gampang yaitu :

Like semua episodenya / bab-nya ya kak. Dibaca juga semua babnya :)

Klik Vote setiap hari ya kak. Khususnya juga hari senin :D

Klik Favorite juga ya kak. Jangan dihilangkan yak :)

Selalu berikan dukungannya ya kak setiap saat :D plus hadiahnya ya :)

Tinggalkan komen ya kak :)

Kasi bintang/rate 5 ya kak untuk karya ini sebagai menyukai karya ini dan apresiasi ke karya saya ini.

Makasih semuanya. Dukung terus karya ini ya kakak readers semuanya, biar Author semangat UP ceritanya. Love you all  :)

Bab 2

Suara tabrakan yang tak sengaja. Syukur saja wanita itu tak jatuh karena di tahan oleh Hadi. Dan sebelah tangan Hadi juga memegang Iva agar tak jatuh juga.

Dua wanita sekarang ada di kedua sisi Hadi.

Setelah semua berdiri dengan stabil, Hadi segera melepaskan pegangannya pada wanita lain tersebut. Ia memandang ke arah istrinya.

“Gak apa-apa sayang”

“Gak apa-apa Mas” Iva menggeleng baik-baik saja.

Kemudian Iva dan Hadi melihat ke arah wanita tersebut.

“Mbaknya gak apa-apa kan?” Tanya Hadi.

“Gak apa-apa. Maaf tadi aku gak lihat-lihat”

“Gak apa-apa kok Mbak. Lain kali berhati-hatilah mbak” Ucap Iva dengan lembut. Hadi pun menganggukkan kepalanya.

Wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Dua orang paruh baya memanggilnya kemudian.

“Verlita...”

Wanita itu pun menoleh ke arah kedua orang tuanya.

“Iya Pa... Ma. aku segera kesana” Jawab Verlita Maheswari Gupta. Dia lah wanita yang tak sengaja tabrakan dengan Iva dan Hadi tadi.

“Saya permisi” Pamit Verlita atau biasa dipanggil Lita. Lita pamitan pada Hadi dan Iva. Dan ia pun berlalu pergi menuju kedua orang tuanya. Mereka baru selesai makan malam di restoran tersebut dan berniat pulang ke rumah.

Iva dan Hadi kembali berjalan dan duduk di sebuah meja dan kursi yang agak di pojokan.

“Pesan apa sayang?”

“Apa saja boleh Mas” Iva tak banyak memilih sebenarnya. Sudah dirayakan ulang tahun sama suaminya saja pun ia sudah bahagia sekali.

Hadi pun memanggil waiters. Ia memesan dua jus mangga dan untuk makannya ia memesan dua steak ukuran jumbo. Waiters mencatatnya dan pamit untuk segera menyiapkan pesanan mereka.

Setelah waiters pergi, Iva memandang suaminya.

“Mas... kok pesan steak jumbo mas. Dua porsi lagi. Pasti mahal Mas”

“Gak apa sayang. Kan cuma sekali-kali aja. Lagian untuk merayakan ulang tahunmu sayang”

“Bagus kayak dulu lah Mas. Ingat gak masa pacaran kita dulu. Mas bawa aku nonton bioskop terus belikan kue ulang tahun untuk ku. Itu aja aku udah senang kok Mas. Atau kayak tahun lalu, Mas kasi kejutan buatkan kue ulang tahun untuk ku terus kita rayakan bersama di rumah. Walau kuenya agak kurang bagus tapi rasanya masih enak. Dan yang jelas kita tetap bahagia Mas.” Iva tersenyum mengingat masa indah itu.

Hadi pun tersenyum.

“Iya. Tapi kali ini aku mau beda dong sayang. Kan gaji ku juga lumayan. Walau gak seperti Niken jabatan ku. Tapi setidaknya masih bisa memberikan mu nafkah. Sekalian ini udah ku tabung juga biar untuk membahagiakan mu di hari ulang tahunmu sayang di tahun kedua pernikahan kita ini. Sudah dua tahun sayang. Makasih udah jadi istri terbaik ku”

Iva terharu.

“Iya Mas. Makasih ya. Tapi maafkan Iva yang belum hamil juga sampai sekarang” Iva terlihat sedih.

Hadi memegang kedua tangan istrinya dan di genggamnya.

“Jangan sedih dong. Kan kita lagi suasana bahagia”

“Iya Mas” Iva kembali tersenyum.

Dan Hadi mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku kemejanya. Pantas saja Iva melihat kantung saku kemeja suaminya itu nampak berat. Ternyata ada sebuah kotak kecil.

“Selamat ulang tahun istriku. Ini hadiah kecil untukmu sayang” Hadi memberikan kotak kecil tersebut ke tangan Iva.

Iva tersenyum bahagia. ia membuka kotak kecil tersebut. Isinya sebuah kalung emas. Emas 5 gram beserta surat emasnya.

“Mas ini kan... Kalung emas. Pasti mahal ya. Jangan boros-boros Mas. Uangnya bagus kita tabung”

“Iva... Mas kan baru kali ini belikan Iva kalung Mas. Jadi gak apa ya sayang. Kan untuk ulang tahun mu juga sayang” Hadi membujuk istrinya.

Iva yang lemah lembut pun akhirnya mengangguk. Ia kan seorang istri jadi harus nurut sama suami.

“Padahal dulu pas kita nikah kan Mas udah kasi cincin emas 5 gram juga untuk Iva”

“Itu lain sayang. Itu kan untuk menikahi Iva. Kalau ini untuk hadiah ulang tahun. Sudah ya. Jangan mempermasalahkan hal ini. Oke”

“Baiklah” Iva hanya bisa menurut pada suaminya.

Waiters pun datang mendekat dan membawa semua pesanan Hadi dan Iva. Kemudian Hadi dan Iva pun menikmati makan malamnya berdua dengan senyum cerah yang selalu mengembang di kedua wajah keduanya. Malam yang membahagiakan.

***

Hari-hari di lalui seperti biasanya. Iva seperti biasa menyiapkan sarapan dan makan bersama dengan suaminya. Kemudian suaminya berangkat kerja. Dan Iva pun beraktivitas seperti biasanya di rumah. Ia sekarang mengenakan kalung pemberian suaminya. Iva tersenyum di cermin melihat kalung yang sudah ia kenakan dilehernya. Sungguh bahagianya dirinya.

Sedangkan Hadi sudah mulai menarik sewa bus. Sepanjang jalan Hadi terus menyetir busnya menarik sewa yang turun dan naik. Sampai di perempatan jalan didekat halte bus di jalan X, Hadi memberhentikan busnya. Seorang wanita cantik melangkah masuk ke bus. Tadi mobilnya rusak di tengah jalan, sehingga ia menaiki bus yang kebetulan lewat.

Wanita itu adalah Lita. Lita duduk di kursi dan bus pun melaju jalan. Beberapa saat kemudian sampailah di sebuah simpang yang ada didekat sebuah rumah sakit ternama di kota tersebut. Lita pun turun bus namun sebelumnya ia membayar dahulu ke supir bus. Walau zaman sudah maju tapi bus yang di naikin oleh Lita bukan lah bus seperti di luar negeri. Ia masih memakai sistem manual bayarnya. Lita berdiri lama dan melihat isi tasnya. Sungguh kaget ia. Ternyata dompetnya tertinggal di mobil yang ia tinggalkan untuk di derek sama bengkel tadi.

Lita kebingungan bagaimana ia harus membayar. Hadi menatapnya.

“Mbak...”

Lita menatap Hadi.

“Iya Mas..”

“Jadi turun apa enggak mbak?? Soalnya yang lainnya sudah turun dan sudah ada yang naik”

Lita bingung.

“Maaf Mas... Uang dan dompet saya ketinggalan”

Hadi mengerutkan keningnya. Cantik-cantik kok gak bawa uang. Begitu pikir Hadi.

“Ya udah Mbak. Gak apa-apa. Turun aja. Gak usah bayar”

“Serius nih?”

“Iya”

Lita merasa sungkan. Ia lalu meminta nomer si supir bus.

“Kalau begitu saya minta nomernya Mas. Nanti saya bayar”

Hadi mengerutkan keningnya. Tapi karena para penumpang sudah mengeluh untuk jalan saja, akhirnya untuk mempersingkat waktu Hadi menyerahkan hapenya. Dan Lita mengetikkan nomernya di hape Hadi. Ia simpan nomernya di Hape Hadi dan Ia mencoba miskol. Dan nomor Hadi pun ia simpan.

“Namanya Mas siapa?”

“Aku Hadi”

“Oh... Aku Lita. Kalau begitu makasih ya Mas.” Lita menyerahkan hape Hadi. Dan ia pun turun dan melangkah menuju rumah sakit tersebut.

Hadi pun kembali melakukan aktivitasnya.

Lita menyimpan kontak nomer Hadi dan menyimpannya dengan nama Hadi pula.

Jam makan siang, Iva sudah menunggu suaminya di halte dijalan G.

Bus suaminya pun datang.

Iva tersenyum. Dan bus tersenyum. Tapi kali ini Hadi yang turun. Dan duduk disebelah Iva di tempat dudukan yang ada di halte tersebut.

“Loh Mas... Kok turun?” Iva memandang suaminya yang duduk disebelahnya.

“Lagi sepi sayang. Aku jadi istirahat dulu disini sama mu. Mana bekal makan siang ku sayang”

Iva tersenyum lembut.

“Ini Mas.” Iva memberikan bekalnya. Dan Hadi pun mulai memakannya.

Saat sedang menikmati makan siangnya yang ditemani oleh Iva istrinya, hapenya Hadi malah berbunyi nada deringnya. Ada yang meneleponnya.

Hadi melihat Hapenya dan nama Lita tertera di layar hape. Iva sempat melihat nama tersebut. Ia memandang ke arah suaminya.

“Lita? Lita siapa Mas?”

Bersambung....

Klik Like, Vote, Favorit dan Komennya ya Kak reader semua.

Sertakan juga kasi dukungan dan hadiahnya ya. Kasi juga bintang/rate 5 ya kak.

Thanks. Love you all. :) :D

Bab 3.

“Lita? Lita siapa Mas?”

“Oh... Ini tadi penumpang yang gak bayar. Dia janji mau bayar makanya minta nomer hape”

“Oh...”

Hadi menerima teleponnya Lita.

“Iya. Halo” Jawab Hadi.

“Ini Mas Hadi kan. Ini aku Lita”

“Oh iya Mbak”

“Panggil Lita aja”

“Ah iya. Ada apa telepon aku, Mbak?”

“Aku mau ketemuan siang ini di cafe dekat rumah sakit tadi pagi aku turun. Aku mau bayar ongkos ku tadi. Bisa ketemuan kan?”

“Oh... Iya Mbak. Aku nakal kesitu. Bentar lagi ya Mbak”

“Baiklah. Aku tunggu”

Hadi mematikan hapenya. Ia segera menghabiskan makanannya. Iva memperhatikan suaminya.

“Kok buru-buru banget Mas?”

“Mbak nya mau jumpa. Katanya mau bayar ongkos tadi”

Hadi menyelesaikan makanannya.

Setelah itu Hadi serahkan ke Iva bekal yang sudah kosong dan hanya ada tempatnya saja.

“Mas pergi dulu ya sayang. Langsung pulang ke rumah ya Iva” pesan Hadi suaminya Iva.

“Iya Mas” Iva menurut.

Hadi menaiki busnya kembali. Dan bus pun melaju segera meninggalkan Iva sendirian.

Iva menatap bus suaminya yang semakin menjauh. Ntah kenapa hatinya merasa tak enak.

Iva pun kembali pulang ke rumah sendirian dengan naik ojek.

***

Sesampainya di sebuah cafe yang bagus. Hadi masuk ke dalam dan mencari sosok Lita.

Setelah dilihatnya, Hadi menghampiri.

“Mbak Lita?”

Lita melihat ke arah hadi.

“Ah.. Iya. Duduk Mas”

Hadi duduk dihadapan Lita.

Lita kemudian memberikan ongkosnya tadi pagi ke Hadi. Hadi menerimanya namun jumlahnya malah lebih.

“Mbak... Ini kebanyakan. Gak usah. Secukupnya aja” Hadi menolak.

“Terima aja Mas. Mas baik banget jadi aku lebihkan. Terima aja ya. please” Lita memohon.

Karena Lita cantik dan modis, Hadi pun luluh. Ia pun menerimanya.

“Aku traktir makan siang ya Mas”

“Gak usah Mbak. Tadi udah makan aku loh”

“Udah ku pesankan loh”

“Waduh.... bener loh udh makan akunya Mbak”

“Aduh Mas. Jangan panggil Mbak napa. Panggil aja Lita”

“Baiklah Lita. Emangnya umurmu berapa?”

“Aku 27 tahun Mas.”

“Nah... lebih tua situ dong. Aku masih 25 tahun. Jadi cocok ku panggil Mbak aja”

“Gak perlu. Panggil aja Lita” Lita tersenyum manis. Hadi pun luluh dengan senyuman manis Lita.

“Nama lengkapnya apa Lita?”

“Oh iya kenalan dulu secara resmi. Aku Verlita Maheswari Gupta. Panggil aja Lita” Lita mengulurkan tangannya.

“Aku Hadinata Kesuma Wijaya. Biasa dipanggil Hadi” Hadi menyambut tangannya Lita. Mereka pun berjabat tangan.

Sedang asyik ngobrol berdua, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya mendekat. Ternyata dia adalah Jihan Wijaya, Mamanya Hadi.

“Hadi...?”

Hadi menoleh.

“Mama??”

Jihan mendekati putranya tersebut. Ia melihat Lita yang cantik juga.

“Mama kok ada disini?”

“Mama lagi ketemu teman-teman disini tadi. Ini mau pulang. Kau kok disini Hadi? Dengan Siapa?” Jihan menatap Hadi lalu Lita.

Lita bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya.

“Perkenalkan Buk. Namaku Verlita Maheswari Gupta. Panggil Lita saja buk”

Jihan berpikir.

“Maheswari Gupta??? Kok gak asing ya. Kayak nama rumah sakit di dekat cafe ini” Ucap Jihan.

“Oh... Benar sekali buk. Rumah sakit tersebut adalah tempat aku bekerja dan itu adalah rumah sakit Papa aku” Lita tersenyum.

“Serius??” Jihan berbinar-binar menatap Lita. Wah... anak orang kaya nih. Begitu pikir Jihan Wijaya.

“Jadi nak Lita ini seorang dokter kah?”

“Iya Buk”

Jihan langsung berjabat tangan dengan Lita. Hanya Hadi yang merasa kurang nyaman.

“Duduk bersama buk?” Ajak Lita.

“Gak usah Lita. Mama ku mau pergi kok. Oh iya, aku sekalian pamit ya” Hadi langsung bangkit dan menarik Mamanya pergi bersamanya.

Lita malah bingung menatap Hadi dan Mamanya pergi. Ingin dibilangnya tunggu tapi Hadi dan Mamanya sudah jauh.

Di luar cafe. Di parkiran.

“Ma... cepat pulang deh, atau aku antar ya?”

“Malas ah... masak naik bus mu seh. Papa mu juga aneh, kok malah Niken yang di jadikan CEO. Lah kau Hadi malah cuma jadi supir bus. Gimana seh??? Kau juga Hadi, kok mau aja.” Jihan nampak kesal.

Hadi hanya diam. Karena ia tak berani melawan Mamanya.

“Oh iya. Wanita tadi siapa. Lita ya. Ah iya Lita. Dia cantik dan kaya juga masa depan bagus. Sebaiknya kau bersamanya Hadi” Bujuk Jihan.

“Mama... Hadi kan sudah menikah” Hadi menolak.

“Hadi... jangan kau bela istri tak berguna itu. Sudah dua tahun kalian menikah tapi belum juga punya anak”

“Kami selalu berusaha Ma”

“Jangan-jangan istrimu mandul” Jihan menatap sinis.

“Tak mungkin Ma. Kami sudah periksa ke dokter, hasilnya kami sama-sama sehat dan subur”

“Ah... sudah lah. Kau ceraikan saja istrimu. Dan dekati lah Lita jadikan dia istrimu. Kalau Lita, Mama setuju saja”

“Dulu Mama juga suka dengan Iva kan, kok sekarang begini?” Hadi nampak kesal juga sama Mamanya.

“Dulu iya, tapi setelah Papanya gak mau ngeluarin uang lagi dan Iva tak punya anak juga, jadi Mama udah gak suka sama dia. kalian cerai saja. Jadikan Lita saja istrimu. Titik”

Hadi kesal. Dan pergi meninggalkan Mamanya seorang diri. Jihan nampak kesal. Jihan pun menyusun rencana untuk Hadi agar bisa menikah dengan Lita.

***

Saat sore hari, Iva sedang memasak di dapur. Ia baru saja selesai memasaknya. Menu untuk makan malam.

Tiba-tiba ada ketukan di pintu depan. Iva pikir suaminya. Ia berlari ke depan dengan senyum cerah. Namun saat dibuka ternyata bukan suaminya. Tapi malah mertuanya.

“Mama??” Iva menatap Jihan, mertuanya setelah ia membuka pintu depan.

“Lama amat seh buka pintunya” Jihan langsung masuk saja. Dan duduk di kursi di ruang tamu.

“Maaf Ma. Mau minum apa Ma?” Iva mendekati mertuanya itu.

“Gak perlu. Aku cuma main sebentar. Aku udah lama gak main kemari lagi jadi mau main kemari sebentar”

“Oh iya Ma..”

“Iva...”

“Iya Ma”

“Kau cerai saja dengan Hadi”

Iva kaget.

“Kok tiba-tiba Ma?”

Jihan menatap sinis ke menantunya itu.

“Karena buat apa juga kau pertahankan. Kau tak bisa kasi anak ke Hadi. Dan tak bisa kasi cucu untukku”

“Tapi Ma...”

“Ah... udahlah. Gak ada tapi-tapi. Mama mau Hadi menikah lagi”

Iva kaget dan serasa di sambar petir. Dengan teganya Mama mertuanya berkata seperti itu.

“Tapi Ma...”

“Tapi tapi terus. Ah sudah lah. Aku mau pulang. Gak perlu diantar ke depan.” Jihan langsung keluar tanpa menoleh ke Iva sedikit pun.

Iva menangis. Ia menangis sendirian di ruang tamu tersebut. Dan hal tersebut tak pernah Iva cerita kan pada suaminya atau siapapun. Ia pendam sendiri.

Sedang kan diluar, Jihan sudah naik mobilnya dan ia sedang menyusun rencana untuk menyingkirkan Iva dari Hadi. Lalu menikahkan Hadi dengan Lita.

Jihan mengendari mobilnya ke sebuah rumah sakit ternama. Rumah sakit tersebut sudah terkenal dan kesannya sangat mewah juga.

Jihan masuk kedalam rumah sakit saat sudah sampai disana. Ia langsung mencari Lita.

“Permisi Sus... Ada dokter yang bernama Lita?” Jihan bertanya ke salah seorang suster.

“Dokter Verlita ya buk?”

“Ah iya”

“Ada buk. Silahkan langsung aja ke ruangannya buk dokter. Sebelah sini buk” Suster mengantarkan.

Setelah sampai, Jihan langsung mengetuk pintu. Dan Lita pun menyuruh silahkan masuk.

“Masuk..”

Jihan pun masuk. Ia tersenyum ramah ke Lita.

“Oh ibuk. Ada yang mau diperiksa bu? Tapi seharusnya ibuk langsung buat jadwal ketemu dahulu. Namun karena aku lagi istirahat, tak apa-apa kalau begitu”

Jihan tersenyum pada Lita.

“Silahkan duduk buk”

“Makasih ya”

Jihan pun duduk. Ia menatap Lita. Lita tersenyum ramah.

“Ada yang bisa aku bantu buk?”

“Aduh nak Lita. Panggilnya Mama aja ya”

“Eh.. kok Mama ?” Lita nampak bingung.

“Iya. Biar akrab aja. Oh iya. Lita sudah punya pacar atau sudah menikah?”

“Eemm... Gak punya buk eh Ma. Lita belum punya pacar dan belum menikah”

Wah... bagus ini. Kebetulan sekali. ucap Jihan dalam hatinya.

“Kalau menurut nak Lita, Hadi itu gimana?”

“Mas Hadi itu baik kok. Dia juga tampan” Lita tersenyum.

‘Kalau Mama jodohkan sama Hadi gimana? Lita mau gak?” Jihan to the point' ah.

Lita mengerutkan keningnya. Namun ia lalu tersenyum.

Bersambung....

Klik Like, Vote, Favorit dan Komennya ya Kak reader semua.

Sertakan juga kasi dukungan dan hadiahnya ya. Kasi juga bintang/rate 5 ya kak.

Thanks. Love you all. :) :D

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!