NovelToon NovelToon

Pangeran Berkuda Hitam

1. M O S

"PAK SATPAAAAAMMM!!! TUNGGUUUUU!!" teriak seorang murid perempuan dengan kedua tangan mendorong pintu gerbang agar terbuka. Rambut panjangnya dikuncir ekor kuda dan diberi pita merah putih, dilehernya ada seutas tali melingkar seperti kalung dan aneka ciki warna warni mengelilingi kalung itu.

"Eneng udah telat!" ucap satpam dengan nametag Suro itu.

"Belumlah! Pak satpam belum nutup gerbangnya dengan sempurna, nih badanku udah masuk setengah!" protes siswi itu yang memang badannya berada ditengah pintu gerbang alias terjepit!

"Tapi ini kan karena Neng dorong." Pak satpam tidak mau mengalah karena itu tugas negara.

"Pak satpam tega niiih? Tubuh aku terjepit tau." siswi itu memelas.

"Salah Eneng sendiri. Coba kalau ga didorong pintunya, pasti Eneng ga kejepit gitu."

"Iya ga kejepit, tapi aku ga bisa masuk!" kesal siswi itu. "Aduh, Pak satpam. Longgarin dikit kek biar aku ga kejepit."

"Sakit ya, Neng?"

"Enggak!" siswi itu memberenggut kesal. "Ya sakitlah, Pak! Orang kejepit gerbang besi masa ga sakit."

"Oh, oke oke, Bapak buka dikit." Pak satpam pun berbaik hati dengan mengendurkan tekanannya pada pintu gerbang agar si siswi tidak terlalu kuat terjepit. Daaan, , ,

"Horeee!! Makasih Pak satpam!! Mmuahhh!!" siswi itu langsung mendorong gerbangnya supaya dia bisa meloloskan diri dan langsung berlari meninggalkan ciuman jauh pada Pak satpam.

"Wah! Kena tipu saya!" Satpam itu menepuk keningnya.

Siswi itu berlari kencang menuju lapangan sekolah. Di lapangan murid-murid sudah berbaris rapih, yang perempuan dikuncir ekor kuda berpita merah putih dan berkalungkan aneka macam ciki dengan warna yang berbeda, sementara yang laki-laki kepalanya diikat pita merah putih dan berkalungkan sayur mayur. Ya, hari ini adalah masa orientasi siswa baru hari pertama. Semua siswa baru berdandan seperti itu karena peraturan dari panitia MOS, yaitu kakak kelas mereka. Jumlah kunciran pada murid perempuan akan bertambah sesuai hari keberapa MOS itu berlangsung.

"Hey, kamu yang baru datang! Maju sini!" bentak salah seorang panitia MOS laki-laki.

Siswi itu pun berjalan ke depan.

"Kenapa kamu terlambat dihari pertama MOS!?" tanya seorang panitia perempuan lantang.

"Maaf, Kak. Sebenarnya saya tidak terlambat, tapi baru sampai di sekolah, perut saya mules. Jadi, saya ke toilet. Eh pas keluar, sudah baris." bohong siswi itu.

"Kamu tidak bohong!?" selidik panitia perempuan tadi.

"Tidak! Tidak, Kak!" sahut siswi itu lantang sambil menggeleng.

"Ya sudah kalau begitu, masuk kebarisan. Tapi besok jangan terlambat berbaris." ucap panitia laki-laki yang berdiri disamping panitia perempuan tadi.

"Makasih, Kak!" ucap siswi itu senang dan langsung berbalik.

"Kenapa lo ijinin cewek itu masuk barisan sih!" protes panitia perempuan itu.

Panitia laki-laki itu mengabaikannya lalu menjauh dari panitia perempuan itu. Si panitia perempuan menatap kesal pada panitia laki-laki itu.

"Kenapa lo telat sih, Mi?" tanya Cici, teman Ami si siswi yang terlambat, sambil berbisik.

"Angkot gue telat dateng." dalih Ami.

"Angkotnya yang telat dateng, apa lo yang telat bangun!?" Leni, teman Ami yang lain, ikut menginterogasi.

"Tuh pinter! Jadi, ga usah tanya lagi ya." Ami menyeringai memperlihatkan gigi kelincinya yang putih bersih.

"Dasar ga pernah berubah!" omel Leni.

"Karena gue ga bisa berubah jadi Wonder woman atau pun Catwoman." balas Ami.

Ami, Cici dan Leni adalah sahabat sejak SMP. Mereka memutuskan masuk di SMA yang sama.

Lalu, panitia mengumumkan nama dan jabatan mereka dalam struktur kepanitiaan MOS itu. Sekarang Ami tahu, panitia perempuan yang menginterogasinya tadi bernama Nella, dan panitia laki-laki yang menyelamatkannya bernama Hengki. Setelah itu panitia mengabsen seluruh siswa baru dan membaginya dalam beberapa kelopok. Setiap kelompok terdiri dari 11 siswa. Satu sebagai komandan regu atau DanRu, dan yang sepuluh adalah anggotanya.

Panitia memberikan kertas asturo aneka warna dan bentuk yang beragam dengan nama para siswa baru tertera dikertas itu. Ami satu regu dengan Leni. Sementara Cici berbeda. Regu Ami terdiri dari 6 perempuan dan 5 laki-laki.

"Siapa nih komandan kita?" tanya siswa bernama Toto.

Semua saling pandang, mereka baru sadar kalau mereka hanya 10 siswa dan tidak ada yang memakai ember hitam kecil sebagai topi yang menandakan dialah Sang Komandan. Yang satu kemana?

"Ini regu 22 ya?" tiba-tiba ada seorang siswa yang baru saja datang dan bertanya pada regu Ami.

"Iya." jawab Toto.

"Gue Randu, gue DanRu 22." ucap siswa itu.

Oh, tampannyaaaa. . . Ami terpana dengan ketampanan Randu. Semua siswi yang seregu dengan Ami juga mengagumi ketampanan Randu.

"Gue Sesil." Sesil mengulurkan tangan yang dijabat hanya sedetik oleh Randu dan tanpa ekspresi.

"Gue, gue, , Wiwi."

Semua siswi berebut berkenalan dengan Randu. Sementara Ami, dia masih diam terpana mengagumi makhluk Tuhan paling tampan versi Ami hari ini.

"Netes tuh eces." ejek Leni yang berniat menggoda sahabatnya itu.

Ami pun spontan mengelapkan tangannya kemulutnya yang sedari tadi terbuka.

"Orang ga ada juga. Ihh ganggu aja!" kesal Ami.

"Kamu ngapain bengong terus?" tanya Randu pada Ami.

Skakmat! Mati gue! Ketahuan kan? Gara-gara si Leni nih! gerutu Ami dalam hati.

"Kamu sudah ngerti kan tugas pertama kita?" tanya Randu.

Ami menelan ludahnya kasar lalu menjawab, "i- iya, ngerti kok." lalu meringis. Ngerti apaan? Gue ga merhatiin dia ngomong apa tadi. "Len, tugasnya apaan?" bisiknya pada Leni.

"Sok - sokan ngerti lo. Padahal lo gak merhatiin omongan dia tadi kan, cuma merhatiin orangnya doang sampe ileran." Leni malah mencibir.

"Ditanya bener-bener jawabannya bikin esmosi. Es campur kek biar gue gak haus." Ami kembali menggerutu, kesal pada Leni.

"Kita disuruh ngumpulin puzzle yang udah disebar oleh kakak-kakak panitia keseantero sekolah. Tuh Randu bawa kertas bergambar puzzle apa aja yang harus kita kumpulin." Leni menjelaskan.

"Kalo kita dapat puzzle yang bentuknya sama dengan regu lain gimana?" potong Ami, padahal Leni belum selesai.

"Makanya dengerin dulu, Miss Ngaret! Lo liat tongkat yang dibawa Randu kan?" Ami mengangguk. "Ada kertas karton kaya plang bertuliskan 'ketombe', nah tiap puzzle bertuliskan 'ketombe' itu berarti milik kita. Kalo yang tulisannya 'jerawat, kutu air, kutu beras' ya bukan punya kita."

"Namanya jelek-jelek amat. Ga sekalian kutu kupret aja." protes Ami.

"Ya sono lo protes ama kakak panitia."

"Ya kalleeee. Bisa-bisa gue kena hukuman."

"Ya udah makanya terima aja."

"Tapi kan ngasih nama regu tuh yang bagusan kek. Kalo gak nama buah, pohon, atau hewan, nama artis atau nama atlet ngetop kan boleh tuh. Kaya Nicolas Saputra atau Cristiano Ronaldo misalnya."

"Itu sih maunya elu. Nicolas Saputra aja terus ama Cristiano Ronaldo." Leni menoyor kepala Ami.

"Hey kalian berdua! Jangan ngerumpi aja, kita mulai bergerak setelah aba-aba dari kakak panitia." tegur Randu.

Ami yang masih mengusap-usap kepalanya menoleh pada Randu.

"Kenapa lo liat-liat!?" bentak Randu.

"Ganteng-ganteng jangan galak, entar gantengnya ilang! Mentang-mentang jadi komandan!" kesal Ami.

"Gue emang komandan, dan gue yang bertanggung jawab sama regu ini. Gue ga mau gara-gara kalian berdua, kita seregu kena hukuman." tegas Randu.

"Bener tuh!" teman seregu mereka kompak menyahuti.

"Iya, maaf." ucap Ami pelan.

"Dengarkan semua! Kalian harus mencari puzzle sesuai yang sudah diberitahukan tadi oleh Kak Reno. Pencarian dimulai!!" seru Fabian ketua pelaksana MOS.

"Siap, Kak!!" seluruh siswa berseru kompak.

Semua membubarkan diri bersama regu masing-masing. Ami dan regunya mencari kesegala arah. Toto bahkan sampai memanjat pohon demi menemukan potongan puzzle.

"Eh, nih ada nih dipot!" seru Ami. Setelah diambil, ternyata puzzle itu bertuliskan 'kutu air' bukan 'ketombe'. "Yaaah, tapi tulisannya kutu air." ucap Ami lemas karena menemukan puzzle yang salah.

"Ya udah balikin lagi ketempatnya." kata Toto.

"Eh Len, kutu air kan regunya Cici, apa kita kasih Cici aja ya?" Ami meminta pendapat Leni.

"Ga usah sok baik. Taro lagi!" ketus Sesil.

"Gue kan emang baik, bukannya lagi sok!" celetuk Ami.

"Ga usah berantem! Itu bukan punya kita, mending taro lagi aja." Randu berusaha melerai saat dilihatnya Sesil sudah membuka mulut, bersiap membalas ucapan Ami.

____________________________________________________

Buat kamu yang suka kisah cinta remaja, kuy merapat. Cerita yang ringan, dengan bahasa a la remaja, akan membawamu kembali kemasa putih abu-abu.

Classmate

SETELAH pencarian puzzle yang cukup melelahkan, semua siswa baru menyerbu kantin untuk mengisi perut mereka yang dangdutan dan tenggorokan yang kehausan.

Ami, Leni dan Cici duduk mengelilingi meja. Didepan mereka sudah tersaji bakso, mi ayam, batagor dan es teh yang menggoda iman. Cici langsung menyedot es tehnya hingga tersisa setengah.

"Ahh. . " desahnya setelah menyedot es teh sambil mengusap lehernya.

"Lebay." cibir Ami.

"Ini bukan lebay, Mi. Gue bener-bener haus. Sumpah!" balas Cici parabola ehh hiperbola.

"Emang lo abis ngapain sih, Ci?" tanya Leni.

"Gue abis mendaki gunung menyelami lautan buat nyari puzzle bertuliskan 'kutu air', you know?" jawab Cici lagi-lagi hiperbola.

"Ya'elah, kalo cuma nyari puzzle sih kita berdua juga abis nyari, tapi ga parabola kaya lo." cibir Ami.

"Terserah lo! Yang pasti, gue haus gue laper!" Cici langsung menyantap mi ayamnya dengan lahap.

"Makan lo cantikin dikit kek, biar ga malu-maluin kalo dibawa ke resto." Leni memperingati Cici yang terlihat bar bar makannya.

"Bodo! Lo ga ngajak, gue bakal ngikut!" Cici melanjutkan acara makannya.

"Eh, Len. Randu cakep ya?" tanya Ami membayangkan wajah tampan DanRu-nya. Leni mengangguk.

"Randu siapa?" tanya Cici dengan mulut penuh mi.

"Komandan regu kita. Dia bener-bener makhluk Tuhan paling tampan." beri tahu Ami.

"Itu versi Ami. Dia sampe ileran liat si Randu." ucap Leni.

"Kok gue ga tau sih. Kenalin dooong." rengek Cici.

"Ga! Entar lo naksir lagi. Randu tuh inceran gue!" seru Ami cepat.

"Ga usah mimpi buat dapetin Randu. Randu ga bakal ngelirik lo, secara lo itu ga fashionable dan sexy kaya gue." tiba-tiba Sesil menyela obrolan Trio Kiyut itu.

"Ga semua cowok suka ma cewek yang pake baju kaya jablay macam lo!" tukas Ami.

"Apa lo bilang!?" Sesil terlihat marah.

"Baju lo kaya jablay! Kurang bahan!" seru Ami tidak mau kalah.

"Gue jambak lo sekali lagi ngatain gue jablay!" ancam Sesil.

"Coba aja kalo lo berani! Gue ga takut!" tantang Ami berdiri sambil menyingsingkan lengan baju putihnya.

"Mi, jangan Mi. Kita murid baru, bisa kena masalah." Leni memperingatkan.

"Bodo! Dia ngatain gue ga seksi! Ga tau aja dia kalo bodi gue yahud, menonjol sempurna dibagian yang tepat!" ucap Ami membusungkan dadanya lalu digoyangkan.

"Gila tuh si Ami!" seru Toto yang baru memasuki kantin bersama Randu.

"Biarpun lo goyang-goyangin dada sama pantat lo buat menarik perhatian Randu, tetep aja lo kalah seksi dan cantik dari gue! Ditambah gue lebih fashionable dari lo!" Sesil mendorong bahu Ami dengan ujung telunjuknya.

"Heh! Berani lo ya nyentuh gue!?" sewot Ami.

"Waahh, bakal ada tontonan seru nih!" Toto merubah duduknya menjadi nongkrong dikursi sudut kantin. "Mereka lagi rebutan lo, Randu."

"Dasar cewek-cewek ga guna." gumam Randu yang memilih pergi dari kantin.

Leni dan Cici menahan Ami yang sebentar lagi bergulat dengan Sesil. Begitu pun Sesil, dia ditahan oleh temannya agar kantin itu tidak menjadi panggung gulat dua murid baru itu.

Acara MOS pun dilanjutkan. Saat berada di lapangan, Ami dan Sesil yang berada diregu yang sama saling membuang muka. Selama MOS berlangsung, mereka berdua selalu saja ribut, membuat yang lain kesal dan geleng-geleng kepala dengan tingkah mereka.

"Bisa berenti berantem ga sih kalian berdua!?" bentak Randu yang pusing melihat pertengkaran dua makhluk beda gaya itu.

"Gak!!" seru Ami dan Sesil berbarengan sedetik setelah bentakan Randu.

"Mending kalian berdua ga ikut MOS. Diem disini, pusing pala gue mau pecah denger pertengkaran kalian." geram Randu.

"Dia tuh yang sok cantik biar dapet perhatian lo!" seru Ami.

"Heh! Lo kali yang mau rebut Randu dari gue!" Sesil balas berseru.

"Hellloooouuuwwww. . Emang Randu cowok lo!? Bukan kan?" cibir Ami.

"Stop!! Tutup mulut kalian! Gue, ga bakal milih kalian berdua!" tegas Randu dan pergi begitu saja.

"Kenapa kalian rebutan Randu sih. Gue aja yang pasti welcome." ucap Toto.

"Ogahh!!" Ami dan Sesil berseru kompak.

"Nah! Gini nih kompak, cakep!!" Toto mengacungkan jempolnya sambil nyengir.

"Kenapa lo ikutan bilang ogah sih!?" sewot Ami.

"Lo yang ngikutin gue!!" Sesil tidak mau kalah. Mereka sama-sama membuang muka sambil bersedekap.

Beruntung, MOS hanya tiga hari, kalau lebih lama, bisa pecah kepala Randu dan Leni mendengar pertengkaran Ami dan Sesil. Pagi ini, hari pertama sekolah aktif. Semua murid berkerumun didepan papan pengumuman untuk melihat mereka masuk ke kelas apa, 1, 2, 3 dan seterusnya.

Ami, Leni dan Cici pun ikut berjubel didepan papan berwarna putih yang sudah ditempeli kertas folio.

"Tuh, tuh, nama gue! Gue di X IPA 3!" seru Leni sambil menunjuk namanya disalah satu kertas folio.

"Yaah, kita beda kelas dong, Len. Gue di X IPS 5." keluh Cici.

"Mi, lo kelas berapa?" tanya Leni.

Ami tidak menjawab, dia fokus mencari nama dikertas folio. Tapi bukan namanya, dia mencari nama Randu Mandala!

"Lo kok lama banget sih, Mi!?" Cici sudah tidak sabar karena selalu terdorong kesana kemari oleh murid lain.

"Gue belum nemu nama Randu." jawab Ami cuek.

"Ya'elahh Amii!! Gue pikir lo lagi nyari nama lo, malah nyari nama orang lain." pekik Leni berdecak kesal.

"Tau nih! Cape-cape kita tungguin dan ikut nyari, yang dicariin malah yang lain." protes Cici.

"Bentar lagi!" ucap Ami tanpa menoleh. "Dia tuh bukan orang lain, dia masa depan gue!"

"Terserah lo! Gue tunggu dikursi koridor, cape gue berdiri terus. Keringetan lagi! Huhh, wangi gue dibagi sama yang lain deh." Leni dan Cici bersiap keluar dari kerumunan, tapi baru membalikkan badan, lengan Leni ditarik oleh Ami.

"Ketemu! Ketemu!! Gue satu kelas sama dia, Len! Liat!!" sorak Ami kegirangan karena mendapati namanya tertera tiga baris dibawah Randu, dan berada dikelas yang sama. X IPS 1.

"Yuk cabut!" ajak Ami.

"Udah dapet aja buru-buru keluar. Tadi kita mau keluar lo tarik." sungut Cici.

"Soriii. Gue seneng banget bisa sekelas sama Randu. Gue bakal punya banyak waktu buat ngejar dia." ucap Ami riang sambil berjalan menuju kelas.

"Tapi Len, kelas kita jauhan dong. Gue sama Ami masih satu jalur, lo kan beda." keluh Cici.

"Ya ga apa-apa. Yang penting, saat jam istirahat kita ketemu di kantin, terus kalo pulang ya bareng." sahut Leni.

Akhirnya, mereka pun berpisah dikoridor yang menghubungkan kelas IPA dan IPS. Ami buru-buru memasuki kelas bertuliskan X IPS 1. Randu sudah ada di kelas saat Ami masuk. Melihat bangku disamping Randu masih kosong, setengah berlari Ami menghampiri Randu dan cepat-cepat duduk dibangku samping Randu.

"Hai, Randu. ." sapa Ami melambaikan tangan dengan satu tangan yang lainnya menopang dagu.

Randu hanya melirik sekilas pada Ami lalu kembali fokus pada buku yang sedang dibacanya.

"Jangan sok jual mahal. Tar kalo gue berenti godain lo, lo bakal kangen sama gue loooh." Ami menaikturunkan kedua alisnya.

"Selamat pagi, anak-anak!" seru seorang guru laki-laki yang baru saja memasuki kelas, menghentikan acara godaan Ami pada Randu. Ami baru menyadari jika kelas sudah penuh.

Saking khusuknya gue goda Randu, sampe ga sadar kalo kelas udah penuh. Eeh, yang digoda malah cuek angsa! gerutu Ami dalam hati.

Seperti janji mereka, Trio Kiyut itu sudah berkumpul di kantin saat jam istirahat. Leni yang pertama datang, disusul Ami dan Cici yang datang bersama. Dimeja Leni sudah tersaji menu seperti biasa, bakso, mi ayam, batagor dan es teh manis.

"Gue butuh es jeruk, ga mau es teh, kurang ngejreng! Bu, es jeruk buuu." seru Cici saat baru sampai dan langsung memesan minuman.

"Emang kenapa kalo es teh?" tanya Leni.

"Kepala gue panas gara-gara akuntansi. Gue mau yang dingin dan ngejreng buat ngademin kepala gue." jawab Cici dengan kedua tangan mengipas-ngipas kepalanya.

"Lebay lo!" omel Leni.

"Emamg dia ratu lebay. Kalo ga lebay dan parabola, bukan Cici namanya, Len." Ami menyeruput es teh yang sudah dipesankan Leni.

"Lo sih enak, Mi. Lo kan pinter itung-itung, jadi ga bakal ngasap tuh kepala kalo pelajaran akuntansi. Lah gue??" sungut Cici.

"Ya lo belajar! Biar lo tambah pinter kaya Ami, biar pala lo ga ngasap lagi kalo pelajaran akuntansi!" nasehat Leni.

"Bodo ah! Gue mau yang seger-seger. Gue bakso ya." Cici langsung menarik mangkok bakso yang semula dihadapan Ami padanya dan mendorong mangkok mi ayam kedepan Ami.

"Gue mah terima aja, yang penting perut gue keisi." Ami langsung menyantap mi ayamnya.

Sedang asyik menyantap bakso, Cici menelan ludah melihat Ami makan mi ayam. "Mi, minta dikit dong mi ayamnya. Sekaliiii aja." Cici memelas.

"Kalo bucinnya mi ayam ya mi ayam aja, ga usah sok-sokan selingkuh sama bakso!" biar pun berkata seperti itu, tapi Ami tetap merelakan mi ayamnya diculik Cici.

"Lo tuh bener-bener ga bisa diajak ke resto, Ci." omel Leni.

"Emang kalian bertiga pantes makan di resto? Ga kali. Selera makan kalian aja selera kaki lima, receh!" hardik Sesil yang selalu jadi iblis pengganggu diantara mereka.

"Emang lo setajir apa sih, ngatain kita bertiga kek gitu!?" tantang Ami.

"Dia itu karena kurang kerjaan aja, Mi. Makanya hobi banget ngerecokin orang, itu ciri manusia gak mutu!" tukas Leni.

"Ternyata mulut lo lebih pedes ya dari pada si Ami!" Sesil tidak terima, dia berusaha menerjang Leni kalau tidak ditahan tangannya oleh Toto.

"Katanya cantik dan seksi, kok barbar." Toto menghempaskan tangan Sesil.

"Ga usah ikut campur deh lo!" bentak Sesil pada Toto.

"Lo tuh yang suka nyampurin aja omongan orang!" Ami balas membentak.

Suara bel masuk sekolah berkumandang diseantero sekolah. Ami kembali duduk disamping Randu.

"Randu, rumah lo dimana? Kalo searah, boleh doong pulang bareng."

Randu lagi-lagi mengacuhkan Ami. Tapi Ami tidak patah semangat. "Sekarang cuek, awas looh besok naksir gue."

Ami tidak mendapatkan tanggapan apa pun hingga bel pulang sekolah berbunyi. Randu langsung keluar kelas.

"Gue sumpahin besok lo bakal bucin sama gue!" sumpah Ami pelan.

____________________________________________________

Hai haaaaiiii si labil Ami balik lagiiii

Adakah yang seperti Ami disini?

Ngejar cowok duluan

Aku lagi bosen sama cewek lemah lembut dan selalu mengalah

Maka lahirlah Ami, si cewek labil dan blak-blakan

Author minta jempolnya boleh dooong 😁😁

Nantikan kelanjutannya yaaa 😘😘

3. Ekskul

"SOK cool, sok jual mahal, sok alim, , ," gerutu Ami kesal melihat Randu yang mulai menjauh.

"Napa lo? Ngedumel itu ga baik, yang baik itu ngemil." tegur Cici.

"Noh, si Randu! Diajakin pulang bareng malah meluncur sendiri aja!"

"Udah lama nunggu?" tanya Leni yang baru bergabung untuk acara pulang bersama.

"Lumayan buat Ami kesel." jawab Cici.

"Kesel nungguin gue? Emang kalian keluar jam berapa?"

"Bukan kesel nungguin lo." sahut Cici.

"Terus?" Leni belum mengerti.

"Pangeran berkuda putih gue pulang duluan!" rengek Ami.

"Pangeran berkuda putih??" seru Leni dan Cici penuh tanya.

"Iya, Randu udah pulang duluan gara-gara gue nungguin lo berdua!!" seru Ami penuh kekesalan.

"Emang lo udah yakin kalo si Randu pangeran berkuda putih?" tanya Leni.

"Pangeran berkuda putih tuh apa ya?" tanya Cici tidak mengerti.

Ami dan Leni menepuk kening masing-masing. "Pangeran berkuda putih itu, cowok ganteng, tinggi, atletis, pinter, plus tajir. Itu pangeran berkuda putih versi Ami." Leni menjelaskan.

"Iya kalo si Randu tajir. Kalo kismin?" tanya Cici lagi.

"Ya berarti dia pangeran berkuda hitam!" jawab Leni santai.

"Woy! Jangan rusak mimpi gue buat dapetin pangeran berkuda putih!" protes Ami kesal.

"Mendingan, lo harus siapin ati lo,Mi. Siapa tau Randu bener-bener pangeran berkuda hitam. Biar lo ga terlalu sakit saat nerima kenyataan." saran Leni.

"Masa sih, cowok secakep Randu, kudanya item? Pantesnya kan putih." kata Ami.

"Kalo Randu kudanya item, lo pilok aja biar jadi putih." celetukan Cici itu mendapat hadiah toyoran dikepalanya dari Ami. "Aduhh!"

***

TIGA minggu sudah para mantan murid seragam putih biru itu menjalani sekolah dengan seragam putih abu-abu. Mereka sudah mendapatkan formulir ekstra kurikuler untuk diisi sesuai organisasi yang mereka inginkan.

Saat jam istirahat, seperti biasa, Trio Kiyut sudah berkumpul di kantin. Mereka tidak memiliki meja khusus untuk mereka duduk, asal ada meja kosong, disitulah mereka akan menghabiskan waktu istirahat mereka dengan acara mengisi perut. Menu kali ini sedikit berbeda. Ami yang biasa bakso, mengganti menunya dengan ketoprak. Leni yang biasanya batagor, kali ini ingin menjajal kelezatan gado-gado kantin SMAnya. Dan Cici, tipe paling setia diantara mereka bertiga. Tetap, mi ayam!

"Ga bosen lo, Ci, makan mi ayam mulu?" tanya Ami.

"Karena gue tipe cewek setia, jadi gue ga akan selingkuhin mi ayam gue sama yang lain." jawaban Cici tetap, , hiperbola!

"Hallaahhh. Ngaku cewek setia, tapi kalo liat cowok agak cling dikit, lo yang paling depan buat nyleding tuh cowok." cibir Ami. Leni mengangguk setuju.

"Iya, kaya Randu. Dia bener-bener kinclong ya, Mi? Pantesan aja lo bilang dia pangeran berkuda putih." sahut Cici.

"Jangan berani-berani nyleding Randu kalo lo ga pengen gue lempar ampe Suramadu!" ancam Ami.

"Sadis bener sih, Mi, ampe Suramadu. Emang lo kuat angkat gue!? Badan lo lebih kecil dari gue, jadi lo ga bakal kuat!"

"Ya emang! Lo kan embot! Hahaha. . " ejek Ami dan Leni lalu terbahak.

"Dasar kuntilanak! Seneng banget kalo ngetawain temen!" maki Cici lalu kembali menyantap mi ayamnya.

"Ketawa yang puas sebelum lo nangis karena liat gue jadian sama Randu!" seperti biasa, si iblis pengganggu menurut Ami, selalu mengusik ketentraman mereka bertiga.

"Yakin bener lo bakal jadian sama Randu. Langkahin dulu gue!" tantang Ami.

"Ga perlu langkahin lo, Randu pasti bakal lebih milih gue!" ucap Sesil percaya diri.

"Dihhh, pede gila! Jangan kepedean entar lama-lama jadi gila! Hahaha. ." balas Ami dan mereka bertiga menertawakan Sesil yang pergi dengan menghentakkan kaki.

Sesil yang melihat Randu makan disudut kantin bersama Toto dan teman-temannya, menghampiri Randu dengan membawa semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Dibelakangnya Dewi, teman Sesil, mengekori.

"Gue ikut duduk disini ya?" pintanya pada Randu yang tidak mendapat tanggapan dari cowok itu. Sesil duduk didepan Randu.

Tanpa menoleh dan pedulikan Sesil, Randu tetap menyantap ketopraknya denga khidmat dan setelah habis langsung pergi meninggalkan kantin. Ami yang melihat kesempatan berlian di depan mata untuk membalas Sesil, tidak ingin kehilangan momentum. Dia langsung menghabiskan es jeruknya lalu berjalan cepat kearah Sesil.

"Emang enak dicuekiiin. ." sindir Ami pada Sesil lalu meninggalkan kantin sambil tertawa kuntilanak, dengan background tatapan membunuh dari Sesil.

Leni dan Cici menyusul Ami meninggalkan kantin.

SEPULANG sekolah, sambil berjalan menuju halte, Trio Kiyut mengobrol seru seperti biasa.

"Lo mau masuk ekskul apa, Mi?" tanya Leni.

"Mmm. . kayanya PMR deh." jawab Ami setelah berpikir sejenak.

"Emang lo pantes masuk PMR, lo kan kaya dukun pijet tuh, jadi bisa nolongin yang sakit." sahut Cici.

"Ga ada apa bahasa yang lebih keren dari dukun pijet?" protes Ami.

"Apa ya??" Cici mengetuk-ngetuk dagunya, berpikir keras guys. "Maparanji? Tukang urut? Tukang pijet? Tu--"

"Udah deh! Sama aja ga keren!" potong Ami cepat.

"Gue sih pengen masuk paskibra." ucap Leni.

"Moga-moga lo bisa masuk istana negara, Len." doa Ami

"Aamiin. ."

"Emang lo mau ngapain di istana negara, Len?" tanya Cici yang belum nyambung.

Ami dan Leni hanya memutar bola matanya. "Gini nih, kalo pakenya masih 3G. Lemot!" Cici hanya memanyunkan bibirnya mendengar ejekan Ami.

"Ami ikut PMR, Leni ikut paskibra, terus gue ikut apaan dong?" tanya Cici pada dua sahabatnya.

"Ikut makan!" jawab Ami dan Leni kompak.

"Emang ada ekskul makan? Boleh tuh, gue mau!!"

Tepuk jidat lagi deh Ami dan Leni dengan sifat Cici yang terkadang tulalit seperti jaringan triji.

***

"Suwiiwitt!" Ami bersuit memanggil Randu. "Hoy, Randu, lo ikut ekskul apa?" tanya Ami setengah berbisik karena saat ini mereka di kelas dan pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung.

"Bukan urusan lo." hanya kalimat itu yang keluar dari bibir sexy Randu dan dengan intonasi yang datar sedatar lantai keramik hotel bintang lima.

Ami memberenggut sebal. Apa kalo cowok cakep itu harus cool ya? Cool sama judes kan beda tipis. Huwaaaa gue ga rela kalo Randu terbukti judess.

Kegiatan ektra kurikuler dimulai hari senin ini. Sepulang sekolah, Ami harus rela ditinggal sendirian oleh kedua sahabatnya yang jadwal ekskulnya berbeda. Ami menuju ke ruangan UKS, untuk mengikuti materi ekskul PMR.

Ruang UKS berada diseberang lapangan basket. Saat melintasi lapangan basket, Ami melihat makhluk Tuhan paling sexy di sekolahnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Sang Pangeran Berkuda Putih versi Ami. Bukannya melanjutkan perjalanan ke ruang UKS, Ami malah berdiam diri terpana melihat pemandangan indah didepannya. Tapi saat dipikirannya melintas sikap cool yang berbeda tipis dengan judes, buyar sudah keindahan didepannya. Ami dengan segera melanjutkan perjalanannya ke ruang UKS.

"Selamat siang, Kak. Maaf terlambat." Ami tersenyum canggung.

"Kenapa kamu telat?" Kakak kelas bernama Ilham bertanya.

"Maaf, Kak. Tadi nyasar, belum tau ruang UKS." jawaban Ami membuat sebagian yang ada di ruangan itu tertawa.

Ekstra kurikuler selesai hingga jam 5 sore. Ami langsung mengambil tas ranselnya, dia ingin segera pulang. Lambungnya sudah mulai dangdutan, ususnya meronta-ronta meminta diisi. Menyesal Ami tidak mau menerima bekal dari Ibunya pagi tadi.

Ami kembali melintasi lapangan basket. Ekstra kurikuler paling ngetop itu belum selesai. Ami mencoba peruntungan dengan melemparkan senyum manis pada Randu, tapi pangeran berkuda putih itu malah mengacuhkannya. Ami kesal! Dengan menghentakan kaki dan gerendengan yang keluar dari bibir sexynya, Ami meninggalkan lapangan basket. Dia keluar gerbang sekolah dan duduk di halte depan sekolah.

Matahari semakin turun, tetapi sudah hampir tepos pantat Ami, tidak ada satu pun angkot yang melintas didepannya. Hari sudah hampir gelap, Ami tidak tahu mau minta tolong pada siapa. Teman-teman PMRnya sudah pulang, ada yang membawa kendaraan sendiri, ada yang dijemput oleh keluarganya, dan ada pula yang ikut numpang dikendaraan temannya.

Saat Ami sudah mulai merasa takut, ada sebuah sepeda berhenti didepannya. Pangeran berkuda putih!

"Jam segini angkot ga bakal lewat. Mau pulang sekalian?" tawar Randu.

Ami terdiam. Dia terlalu kaget mendapat tawaran pulang bersama dari pangeran berkuda putihnya. Tapi kok, kenapa pangeran berkuda putih naik sepeda? Seharuanya kan kalau tidak naik mobil keren, setidaknya naik motor sport lah. Eh, kali aja si Randu lagi nyamar. Ya, Randu lagi nyamar jadi cowok kismin kayanya.

"Kalo lo ga mau ya udah, gue duluan." Randu sudah bersiap mengayuh sepedanya.

"E, e, e, eh. . Randu, Randu! Tunggu!" seruan Ami menghentikan pergerakan Randu. "Lo tega ninggalin gue disini? Kalo gue diculik gimana?"

"Siapa juga yang mau nyulik cewek bawel kaya lo."

"Gue ga bawel!" Ami tidak terima. "Emang rumah kita searah?"

"Iya."

"Kok lo tau? Lo kepoin gue yaaaa. . " Ami menunjuk Randu dengan senyum kepedeannya.

"Kurang kerjaan banget kepoin lo!"

"Buktinya, lo tau arah rumah gue. Gue aja ga tau rumah lo!"

Randu merasa tidak ada gunanya dia bicara lama-lama dengan Ami, dia kembali hendak mengayuh sepedanya.

"Tunggu!Gue ikut!" seru Ami. "Gue bonceng dimana?"

"Belakang! Tuh ada pijakan kakinya!"

"Kenapa ga didepan aja?"

"Lo bukan cewek gue, jadi ga usah sok manis pengen bonceng didepan."

"Emang gue manis." ucap Ami pede.

"Cepetan! Mau naik ga!? Udah mau malem nih!" Randu mulai tak sabar.

"Iya, iya, iya gue naik." Ami pun naik dipijakan kaki yang ada diban belakang sepeda Randu. Kedua tangannya berpegangan erat dibahu Randu.

Randu mulai mengayuh sepedanya. Ditengah perjalanan, Ami perlahan melingkarkan tangannya dileher Randu. Wanginya maskulin bangeeeet. . .

"Ga usah ngayal macem-macem, pindahin tangan lo!" ucapan Randu berhasil membuyarkan kehaluan Ami.

"Iya, ganggu aja kesenangan orang!" tangan Ami kembali keposisi semula, dibahu Randu.

Sampai dipertigaan jalan, Randu menghentikan sepedanya. "Rumah lo lurus apa belok?"

"Lurus."

"Ya udah, lo turun disini. Rumah gue belok." ucap Randu cuek.

"What!!? Lo seriusan nyurih gue turun!?" Ami tidak percaya ada cowok yang tega menurunkan cewek cantik sepertinya dipertigaan jalan.

"Jalan kita udah ga searah lagi. Gue belok dan lo lurus, karena ini sepeda gue ya lo harus turun." ucap Randu dengan teganya.

"Terus gue lanjutin sampe rumah naik apa?" Ami memelas.

"Ya jalan kaki!"

"Entar yang ada kaki gue bisa pecah-pecah!"

"Itu sih derita lo!" Randu pun mengayuh sepedanya.

"Randu! Hey! Mana ada orang nganterin pulang cuma setengah jalan!?" protes Ami. Tapi Randu sudah berlalu.

____________________________________________________

Si cewek labil dan halu balik lagiiiii

Mas ilham lagi ngapelin aku buat Ami

Jadi cepet up-nya ☺☺

Makasih buat kalian yang sudah baca

Jangan lewatkan perjalanan Ami mencari

Pangeran berkuda putih

Bye byeeee 👋👋

Cirebon, 19 Desember 2021

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!