Happy reading.
Seorang wanita dengan dress berwarna pink itu sedang mencuci piring kotor bekas sarapannya tadi. Tubuh wanita itu sedikit meremang tatkala sebuah tangan melingkar erat di perut ratanya. Setelah wanita itu menyelesaikan pekerjaannya, dengan segera wanita itu memutar tubuhnya dan menatap lelaki di depannya dengan senyuman khasnya.
Wanita itu bernama Aira Azzahra, parasnya sangat cantik. Pancaran matanya sangat meneduhkan bagi yang menatapnya. Aira sangat membenci perselingkuhan seperti yang terjadi di dalam drama yang sering ia tonton. Aira sangat berharap jika rumah tangganya dengan Ilham akan bertahan sampai maut memisahkan mereka.
“Pasangin dong raa,” rengek lelaki itu sambil menyodorkan sebuah dasi berwarna hitam.
Lelaki itu adalah Ilham Nugraha, lelaki pertama yang berhasil mencuri hati Aira. Ilham memiliki wajah yang sangat tampan, tubuh yang kekar, dan jangan lupakan sifat dinginnya yang melebihi Kutub Selatan. Ilham hanya akan menunjukkan sifat aslinya kepada orang-orang terdekatnya. Terutama Aira, istrinya itu bahkan sudah tahu apa yang dirinya suka dan tidak suka.
Ilham adalah seorang Ceo di Perusahaan Nugraha. Setelah Ayahnya pensiun dua tahun yang lalu, Ilham lah yang menggantikan posisi tersebut. Ayah kandung Ilham bernama Satria Nugraha, sedangkan Ibunya bernama Lina Nugraha.
Dengan cekatan Aira memasangkan dasi suaminya dengan sedikit berjinjit. Ilham yang melihat istrinya kesusahan pun sedikit mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya tepat berada di depan wajah cantik istrinya. Setelah selesai memasangkan dasinya, Aira sedikit mengusap-usap kerah kemeja Ilham dengan pelan agar terlihat lebih rapi.
“Nah selesai,” ucap Aira tersenyum kecil menatap wajah sang suami.
“Terima kasih istriku sayang,” Ilham mengecup kening Aira sambil memejamkan matanya.
“Sama-sama Mas.” Balas Aira.
“Oh iya Mas, hari ini kamu pulang malam lagi?” Tanya Aira.
Ilham terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan istrinya. “Maaf ya ra, akhir-akhir ini Mas sering pulang larut malam. Pekerjaan Mas di kantor cukup banyak ra.” Jawab Ilham sambil menatap Aira dengan pandangan merasa bersalah.
“Nggak-papa Mas. Aku ngerti kok pasti pekerjaan kamu sangat banyak. Tapi, aku minta agar kamu selalu menjaga kesehatan ya Mas?” pinta Aira menampilkan senyuman manis yang sangat Ilham sukai.
Sontak Ilham menganggukkan kepalanya seraya memandang wajah istrinya dengan perasaan campur aduk.
“Kalo begitu, Mas berangkat ke kantor sekarang ya ra,” pamitnya kepada Aira.
“Ayo Mas, aku antar ke depan.” Aira dan Ilham pun berjalan beriringan menuju pintu depan.
“Mas berangkat ya ra.” Pamit Ilham lagi.
Aira menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Hati-hati Mas, jangan ngebut bawa mobilnya. Utamakan keselamatan ya Mas.” Ucap Aira setelah mencium punggung tangan suaminya.
Ilham mengangguk patuh dan perlahan melangkahkan kakinya menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya. Kening Aira mengeryit saat melihat suaminya berbalik arah berjalan menuju ke arahnya.
“Ada yang ketinggalan Mas?” Tanya Aira. Ilham menganggukkan kepalanya membenarkan pertanyaan Aira.
“Berkas-berkasnya ada yang ketinggalan? Mau aku ambilkan?” tanya Aira kembali saat tak mendapatkan jawaban dari suaminya.
Ilham tidak menjawab pertanyaan Aira, melainkan mendekatkan tubuhnya kepada tubuh mungil Aira. Ilham meraih tengkuk Aira pelan dan mendaratkan bibirnya di atas permukaan bibir merah muda milik Aira. Jantung Aira berdegup dengan kencang, padahal ini bukan yang pertama kalinya untuk Aira. Tapi tetap saja Aira tidak bisa mengontrol debar jantungnya, terlebih mereka sedang berada di luar rumah. Aira sangat malu jika ada yang melihatnya.
Ilham menjauhkan wajahnya dari wajah Aira yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Ilham tergelak kecil saat melihat Aira yang sedang salah tingkah.
“Morning kissnya ketinggalan.” Ujar Ilham tanpa memfilter perkataannya.
“Mass!” desis Aira menahan malu.
“Semoga kamu cepat hadir ya sayang,” harap Ilham dengan satu tangannya mengusap perut Aira. Aira hanya bisa tersenyum simpul melihat kelakuan suaminya.
“Aku berangkat ya sayang, jangan kangen. Dahhh.” Ilham kembali berjalan menuju mobilnya, perlahan mobil itu pun meninggalkan halaman rumah tersebut.
Aira menatap kepergian mobil Ilham sambil memikirkan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Sudah tiga tahun dirinya menikah, tapi sampai saat ini pun ia masih belum diberi kepercayaan untuk memiliki anak. Aira dan Ilham sudah melakukan tes kesehatan dan berbagai macam lainnya. Menurut Dokter yang memeriksanya, tidak ada satu pun yang mengalami gangguan pada kesehatannya.
Aira menghela nafasnya pelan. Sungguh saat ini Aira hanya menginginkan kehadiran buah hatinya dengan Ilham. Aira takut jika nanti Ilham akan pergi dari hidupnya karena Aira tidak bisa memberikannya keturunan.Aira menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pemikiran yang sangat mengerikan itu. Tidak mungkin kan Ilham meninggalkannya? Ilham sangat mencintainya, bahkan sejak pandangan pertama. Ya, Aira yakin jika Ilham tidak akan pernah meninggalkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ilham melangkahkan kakinya memasuki Perusahaan Nugraha dengan sangat gagah. Tak jarang banyak karyawan perempuan yang terpikat oleh ketampanannya. Ilham memasuki lift menuju lantai delapan, lantai itu adalah ruangan Ceo. Setelah sampai di lantai delapan, Ilham langsung di sambut oleh sekertaris pribadinya.
“Selamat pagi Pak Ilham.” Sapa sekertaris wanita itu.
“Pagi,” sahut Ilham tanpa menatap wajah sekertarisnya.
“Hari ini jadwal Pak Ilham menghadiri meeting dengan beberapa investor ternama di kantor kita. Dan juga menandatangani beberapa berkas penting.” Tanpa diminta pun sang sekertaris langsung berinisiatif mengatakan jadwal atasannya. Ilham memilih wanita itu untuk menjadi sekertarisnya karena kinerjanya yang sangat professional.
Ilham hanya mengangguk pelan tanpa membalas ucapan sekertarisnya. Ilham langsung mendudukkan pantatnya di kursi khusus Ceo.
“Menu sarapan kali ini seperti biasanya Pak?” Tanya sekertaris tersebut sambil menatap wajah Ilham.
“Saya sudah sarapan di rumah.” Balas Ilham yang masih fokus dengan berkas-berkas di hadapannya.
“O-oke Pak.”
“Em, Pak saya mau bi-bicara sesuatu.” Ucap sekertarisnya sambil memilin kedua tangannya mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
Ilham mengangkat satu alisnya, “Nanti saja. Sekarang saya sedang sibuk!” balas Ilham.
“T-tapi ini penting M___” ucapan wanita itu terpotong oleh suaar keras Ilham.
“Arabella! Saya mohon, kita sedang di kantor. Jadi saya minta agar kamu tetap bersikap professional!” ucap Ilham dengan menaikkan suaranya satu oktaf.
Arabella hanya mampu mengangguk lesu. Setelah itu Arabella pun pamit menuju ruangannya yang berada tepat di depan ruangan Ceo.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Ilham meregangkan ototnya yang terasa pegal. Meeting dengan para investor ternama telah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Ilham menyandarkan punggungnya ke kursi. Disaat lelah seperti ini, yang Ilham inginkan adalah pelukan hangat istrinya-Aira.
Tok tok tok!
“Masuk!” seru Ilham saat mendengar ketukan pintu.
Cklek!
Pintu dibuka pelan oleh sekertarisnya, ia pun langsung mengucapkan sesuatu kepada atasannya itu.
“Maaf Pak, saya dapat telpon dari Ibu anda jika beliau dan suaminya sedang di dalam lift menuju ruangan Bapak.” Ujar Arabella.
Belum sempat Ilham membalas ucapan sekertarisnya, terdengar suara pekikan keras seorang wanita paruh baya yang memasuki ruangannya.
“Ya ampun Bella, Mama kangen banget sama kamu,” pekik wanita paruh baya itu seraya memeluk tubuh Arabella.
“A-ah iya, Ibu gimana kabarnya?” Tanya Arabella atau kerap di panggil Bella itu.
“Mama baik kok, ish manggilnya jangan Ibu dong kita kan udah deket.” Rajuk wanita paruh baya itu dengan bibir mengerucut.
Ilham meringis melihat tingkah ibunya itu. Sementara lelaki paruh baya yang merupakan suami dari wanita paruh baya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang sangat tidak cocok di usianya yang sudah memasuki kepala lima.
“E-eh i-iya Ma,” ucap Arabella dengan kikuk.
“Kalo begitu aku pamit ke ruanganku ya Ma, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Pamitanya kepada Mama Lina. Mama Lina mengangguk mengizinkan.
Setelah kepergian Arabella, hawa dalam ruangan itu sedikit berbeda. Wanita dan lelaki paruh baya itu mendudukkan tubuhnya di sofa panjang yang terdapat dalam ruangan tersebut.
“Ham, gimana setelah dua tahun bekerja di perusahaan Papa? Semuanya lancar-lancar aja kan?” Tanya pria paruh baya atau Papa Satria memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.
“Iya Pa, semuanya lancar.” Ilham menganggukkan kepalanya.
“Mama kangen deh sama Irzan,” celetuk Mama Lina membuat atensi Ilham dan Papa Satria langsung menatap ke arahnya.
“Kamu sering ngunjungin Dia kan?” Tanya Mama Lina dengan menekankan kata Dia.
“Hm,” sahut Ilham saat menyadari kemana arah pembicaraan tersebut.
“Kapan kamu akan memberitahukan hal ini kepada Aira?” tanyanya lagi.
“Ilham nggak tau Ma, Ilham belum siap.” lirih Ilham sambil kembali menyandarkan tubuhnya dengan memejamkan matanya.
“Kalo kamu terus-terusan menutupi hal ini, _____ ceraikan Aira. Bagaimanapun Aira adalah perempuan. Papa tidak sanggup jika melihat dia bersedih.” Sontak Ilham yang sedang memejamkan matanya langsung duduk tegap dan menatap Papanya dengan pandangan tidak setuju.
“Nggak! Ilham tidak akan pernah menceraikan Aira!” ucap Ilham dengan tegas sambil menatap Papanya dengan tatapan tajam.
“Kalo kamu belum sanggup untuk mengatakan hal ini kepada Aira, biar Mama sama Papa saja yang memberitahunya.” Ucap Mama Lina mendukung keputusan suaminya.
Ilham menghebuskan nafasnya gusar. Ilham tidak akan pernah menceraikan Aira sedetikpun. Ilham pastikan jika Aira akan selalu bersamanya hingga tua nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat datang di cerita pertamaku 🤗 mohon dukungannya😍 jangan lupa juga vote nya ya 🤗
Happy reading.
Seperti malam biasanya, Ilham sampai di rumah tepat pukul sebelas malam. Yang membedakan hanya Aira yang tak lagi menunggunya di sofa ruang tamu. Biasanya setiap hari Aira akan menunggu suaminya pulang sampai ketiduran di sofa tersebut. Tapi malam ini, Ilham tak menemukan Aira di sana. Mungkin Aira sudah tidur duluan pikirnya.
Ilham benar-benar bahagia malam ini. Sebentar lagi dirinya akan memiliki dua harta berharga. Bibirnya terus tersenyum sepanjang perjalanan menuju rumah. Kaki jenjangnya melangkah menuju kamar tempat dirinya dan Aira.
Cklek!
Pintu kamar dibuka oleh Ilham dengan sangat pelan. Dan benar saja, Ilham melihat Aira yang sudah terlelap di atas kasur berukuran besar dengan selimut yang membaluti tubuhnya. Ilham melangkahkan kakinya menuju kasur itu dan duduk di tepi ranjang sambil menatap wajah damai Aira.
Tangan kekarnya perlahan menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik Aira. Ilham sangat beruntung sekali memiliki istri secantik dan sesabar Aira. Tidak pernah sekalipun Aira membantah perintahnya dan marah kepadanya. Aira hanya akan bersikap diam jika dirinya melakukan kesalahan. Ilham tidak akan membiarkan itu terjadi.
Karena terlalu lelah, Ilham tidak sempat membersihkan diri di kamar mandi. Ilham langsung menaiki kasur tersebut masih mengenakan pakaian tadi pagi, dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh Aira. Ilham membawa Aira ke dalam pelukannya dengan sangat hati-hati, takut mengganggu tidur nyenyak istrinya. Ilham pun langsung menuju alam mimpinya.
Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Aira menggeliat kecil dalam tidurnya. Perlahan mata Aira terbuka saat merasakan sebuah tangan memeluk erat pinggangnya. Aira mengerjapkan matanya saat mendapati Ilham yang sudah berada di sampingnya.
Hidung Aira mengendus-endus pakaian Ilham saat hidungnya mencium aroma parfum khas seorang perempuan. Aira baru menyadari jika Ilham belum mengganti pakaiannya. Kening Aira mengerut kecil memikirkan wangi parfum itu. Setaunya Ilham tidak pernah memakai parfum khas perempuan.
Aira menyingkirkan tangan Ilham yang memeluk pinggangnya dengan pelan. Ia menyingkap selimutnya dan langsung melangkah menuju kamar mandi. Setelah Aira selesai dengan kegiatanya, Aira menatap dirinya lewat pantulan cermin yang ada di kamar mandi tersebut.
Aira terkekeh miris melihat dirinya dari cermin. Aira memakai lingerai berwarna hitam kesukaan Ilham. Aira berharap malam ini Ilham akan memberikannya nafkah batin, tapi harapan itu harus pupus karena Ilham yang selalu pulang larut malam.
Bagaimana bisa dirinya mengandung jika Ilham saja selalu tidak ada waktu untuknya. Aira yang selama ini selalu percaya dengan apa yang dikatakan suaminya, menjadi sedikit goyah. Terlebih saat dirinya mencium wangi parfum perempuan lain di pakaian suaminya.
Aira mengganti pakaian lingerainya dengan pakaian tidur yang layak. Tidak mungkinkan dirinya membangunkan Ilham yang sedang tertidur hanya untuk melakukan aktifitas suami-istri?
Jujur saja Aira sangat iri melihat perempuan seumurannya yang sudah dikarunai seorang anak. Aira juga sangat ingin memiliki anak. Namun, Aira harus mengubur keinginannya dalam-dalam.
Aira berjalan memasuki kamarnya dan duduk di sofa kecil yang ada di kamar itu. Mata Aira melihat tas kerja suaminya yang tergeletak di atas meja dengan berbagai berkas berserakan. Aira pun mengambil tas tersebut berniat membereskan berkas-berkas yang berserakan itu.
Saat akan menyimpan tas itu ke atas meja, Aira tak sengaja menjatuhkan satu buah Polaroid. Tangan Aira mengambil Polaroid itu dan melihat foto di dalamnya. Aira membeku sesaat saat melihat foto Polaroid itu. Di dalam Polaroid berukuran kecil itu terdapat sosok anak kecil laki-laki yang sedang tersenyum manis. Sangat mirip dengan suaminya.
“Apakah ini foto Mas Ilham sewaktu kecil?” gumam Aira.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pukul tujuh pagi, Ilham terbangun dari tidur nyenyaknya. Ilham mengeryitkan dahinya saat matanya tak melihat keberadaan Aira. Ilham menyingkap selimutnya dengan cepat dan bergegas menuju ruang dapur.
Benar saja, Ilham melihat siluet tubuh Aira yang sedang memasak dengan lihai. Ilham mendekati Aira dan berdiri di belakang tubuh mungil Aira. Tangannya memeluk erat pinggang istrinya.
“Pagi sayang,” gumam Ilham tepat di samping telinga Aira.
“Pagi Mas,” balas Aira yang masih sibuk dengan kegiatannya.
“Lagi apa sih sibuk banget?” tanya Ilham sambil menaruh kepalanya di atas bahu Aira.
“Mas nggak lihat aku lagi ngapain? Lagi mandi Mas!” Aira sangat sebal dengan tingkah suaminya yang seolah-olah tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya.
“Mas kan cuman nanya ra,” renggut Ilham.
Aira tidak menjawab pertanyaan Ilham. Dengan lihai tangannya mengiris berbagai macam sayuran yang akan dibuatnya. Aira sedikit risih dengan keberadaan Ilham yang menempel di belakang tubuhnya. Membuat jantungnya benar-benar tidak aman sekarang.
Ilham yang diabaikan oleh Aira pun merenggut kesal. Bibirnya menyeringai kecil saat sebuah ide tercetuskan di dalam otaknya. Ilham meniup telinga Aira berulang kali. Aira yang sedikit terganggu dalam kegiatan mengirisnya langsung membalikkan tubuhnya menatap tajam sang pelaku.
“Apasih Mas, ganggu aja!” ucap Aira dengan wajah kesal.
Ilham tertawa kecil melihat wajah kesal istrinya yang sangat menggemaskan. Tangan Ilham menarik tubuh Aira agar mendekat kepadanya. Ilham tersenyum manis menatap wajah Aira dari dekat. Ilham memiringkan kepalanya menghapus jarak diantara mereka.
Hembusan nafas Ilham menusuki indra penciuman Aira. Aira memejamkan matanya saat benda kenyal menempel diatas bibirnya. Ilham me*umat bibir Aira dengan lembut. Perlakuan Ilham membuat Aira terbuai. Suara decapan-decapan itu terdengar nyaring dari arah dapur.
Ilham menekan tengkuk Aira berusaha memperdalam ci*man mereka. Ilham yang mendengar suara erangan kecil dari mulut Aira pun tersenyum samar dalam ci*mannya. Ilham dengan lihai menguasai bibir merah muda Aira.
Cukup lama mereka ber*iuman hingga Aira memukul pelan dada Ilham pertanda ia kehabisan pasokan oksigen. Ilham pun dengan tidak rela melepas bibirnya dari bibir Aira. Nafas Ilham dan Aira terengah-engah. Mereka saling bertatapan kemudian sama-sama tersenyum geli.
“Oh iya Mas, Mama sama Papa katanya mau kesini.” Ucap Aira setelah mengatur kembali nafasnya.
“Jam berapa?” tanya Ilham sambil memainkan rambut Aira.
“Jam sepuluh siang katanya, hari ini kan weekend. Jadi Mama sama Papa mau main kangen juga katanya udah lama nggak ketemu.” Aira berucap sambil memasak. Ilham merespon dengan menganggukkan kepalanya.
“Mas mandi dulu gih,” titah Aira tanpa menatap suaminya.
“Mandi bareng yukk?” celetuk Ilham dengan tampang nakal.
Plak!
Sebuah sendok kecil menghantam kepala Ilham. Ilham meringis sambil menatap horror istrinya.
“Tega kamu yang,” rajuk Ilham dengan bibir mengerucut.
“Sana-sana bau acem.” Aira menutup hidungnya dengan jari-jarinya.
Sontak Ilham berjalan menuju kamar mandi dengan mulut mencebik kesal. Bau asem katannya? Cih wangi begini! Ucap Ilham dalam hati sambil mengendus-endus ketiaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah selesai sarapan Aira menata sisa sajian yang tadi di masaknya. Netranya melihat Ilham yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bermain game online. Aira menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil.
Kaki Aira melangkah menuju kamar mandi. Sebenarnya ia telah mandi waktu pagi tadi, akan tetapi tubuhnya kembali menyengat mengeluarkan wangi tak sedap akibat memasak. Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit, Aira keluar dari kamar mandi dengan pakaian sopannya. Selama ini Aira tidak berani berpakian kurang bahan karena Ilham melarangnya. Kecuali jika sedang berdua dengan Ilham tentu saja Ilham sangat mengizinkannya.
Aira mendudukkan tubuhnya di samping tubuh Ilham. Kepalanya ia sandarkan di bahu kokoh milik Ilham. Ilham tak berkutik sedikitpun masih fokus dengan kegiatan bermain gamenya. Aira mendengus kecil melihat suaminya yang sangat fokus itu.
Entah keberanian dari mana Aira berdiri dari duduknya dan mendudukkan tubuhnya diatas pangkuan Ilham. Aira memeluk erat tubuh Ilham yang terlihat tidak terganggu oleh kelakuannya.
“Yahhhh payahh! Kok kalah sihh!” seru Ilham seraya melempar ponselnya ke arah karper berbulu.
“Kasian banget sih!” ejek Aira yang sudah menyembunyikan wajahnya di leher Ilham.
Ilham yang mendengar ejekan itu moodnya semakin jelek. Wajahnya menampilkan raut cemberut yang membuatnya terlihat menggemaskan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Suara bel berbunyi nyaring dari arah luar. Aira berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Setelah knop pintu diputar pelan oleh Aira, terlihat wajah kedua mertuanya.
“Mama, Papa.” Sapa Aira dengan tersenyum manis.
“Ayo Ma, Pa masuk dulu.” Ajak Aira menggiring kedua mertuanya menuju ruang tengah yang sudah ada Ilham.
Setelah mereka duduk di sofa ruang tengah, Mama Lina pun memulai pembicaraannya.
“Bagaimana kabar kalian?” tanya Mama Lina.
“Baik Ma, Mama sama Papa gimana kabarnya?” tanya Aira balik.
“Kita baik kok.” Sahut Papa Satria.
“Em__ Aira udah isi belum?” sontak pertanyaan Mama Lina membuat Aira dan Ilham terdiam.
“Kok nggak ada yang jawab pertanyaan Mama?” heran Mama Lina dengan alis terangkat satu.
“Be-belum Ma,” jawab Aira dengan menundukkan kepalanya.
“Udah tiga tahun loh kalian menikah, masa belum isi juga sampai sekarang?” Ilham mencoba menahan gejolak amarahnya kepada sang Ibu. Pasalnya setiap Ibunya berkunjung pasti yang dibahas tidak jauh dari soal itu.
“Ma, plis deh jangan bahas itu terus.” geram Ilham dengan nada penuh penekanan.
“Wajar dong Mama bahas itu? Mama juga pengen punya cucu dari kalian, ya nggak Pa?” Papa Satria hanya bisa mengangguk patuh membenarkan ucapan istrinya.
“Mungkin belum saatnya Ma,” celetuk Aira berusaha menguatkan dirinya.
“Terus Mama harus nungguin berapa lama lagi Aira? Mama iri liat temen-temen Mama suka ceritain tentang cucunya. Mama cuman bisa diam sambil berharap lebih sama kamu.” lirih Mama Lina dengan raut sedihnya.
“A-aira juga nggak tau Ma.” Sahut Aira sambil mencengkram erat tangannya.
“Kalo kalian masih belum juga punya anak, gimana kalo Ilham nikah lagi aja?” cetus Mama Lina tanpa menyadari perasaan Aira akibat dari ucapannya.
“Ma!”
“Mama,”
Bentakan serta teguran dari kedua lelaki disana saling bersahutan. Sementara itu Aira hanya bisa menahan bulir-bulir yang sebentar lagi turun membasahi pipi mulusnya.
“Mama udah keterlaluan!” ujar Ilham dengan suara keras.
“Mama benerkan? Kalo Aira belum h*mil juga mending kamu cari istri baru aja. Siapa tahu setelah kamu menikah lagi kamu akan segera punya anak?”
“Ma udah, ayo kita pulang.” ajak Papa Satria yang menyadari perkataan istrinya telah melukai hati Aira.
“Apasih Pa, kita disini belum satu jam pun. Masa udah mau pulang sih?” protes Mama Lina.
“Udah ayo ikut Papa pulang sekarang.” Mendengar suara tegas suaminya, Mama Lina pun langsung berdiri dengan wajah jengkelnya.
“Ilham, Aira Papa sama Mama pulang dulu ya, kamu nggak usah pikirkan omongan Mama tadi.” Papa Satria mengelus pelan bahu Aira berusaha memberinya kekuatan.
“Hati-hati Pa.” Aira menganggukkan kepalanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kepergian kedua orang tua Ilham, Aira sedari tadi hanya diam. Jika diajak bicara oleh Ilham, Aira hanya merespon dengan mengangguk atau menggelengkan kepalanya saja.
“Sayang.” panggil Ilham sambil memeluk tubuh Aira dari belakang.
“Hm,” sahut Aira sambil melipat pakaian miliknya dan juga suaminya.
Ilham memasang wajah cemberut sambil berucap. “Kamu kok diam aja dari tadi.”
“Terus aku harus ngapain hm?” tanya Aira tanpa menatap wajah Ilham.
Ilham terdiam beberapa saat memikirkan kalimat apa yang akan diucapkannya. Matanya berbinar tatkala sebuah ide melintas di kepalanya. Ilham mengeratkan pelukannya pada punggung Aira.
“Kenapa sih Mas? Aku lagi ngelipat baju, jangan ganggu deh.” Sarkas Aira yang merasa terganggu.
Ilham mendekatkan kepalanya pada telinga Aira lalu berbisik, “Buat baby yuk.” Bisiknya dengan suara serak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa komen + like dan tambahkan novel ini ke favorit kalian ya😘
Happy reading.
Di dalam kamar bernuansa putih terdapat dua orang yang sedang tertidur pulas saling berpelukan. Ilham mengeratkan pelukannya membawa tubuh mungil Aira pada dada bidangnya. Mereka baru saja melakukan hubungan suami-istri. Kali ini Ilham sangat berharap kegiatannya bersama Aira akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Ilham menggeliat kecil dalam tidurnya. Matanya langsung disuguhi oleh pemandangan Aira yang tertidur kelelahan. Sudut bibir Ilham tertarik ke atas. Ilham melirik jam yang ada di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Ilham menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan tubuh Aira dengan pelan. Kakinya melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ilham tidak ingin mengulangi kesalahannya dengan datang telat lagi ke kantor. Setelah selesai membersihkan diri, Ilham keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit sepinggangnya. Ilham menoleh sekilas ke arah Aira yang masih tertidur.
Mungkin Aira sangat lelah, pikir Ilham.
Bagaimana tidak lelah? Semalam Ilham sangat bersemangat seolah tidak ada hari esok untuk melakukannya.
Hari ini Ilham memakai kemeja berwarna putih dipadukan celana kain berwarna hitam. Ilham merapikan rambutnya yang membuat ketampanannya berkali-kali lipat. Setelah sudah siap untuk berangkat ke kantor, namun Ilham ingat perutnya belum diisi sedikitpun sejak dirinya bangun tadi.
Karena tidak mau mengganggu tidur nyenyak Aira, Ilham menuliskan pesan di sticky note kecil jika dirinya akan sarapan di kantor. Ilham menyimpan sticky note itu di atas nakas samping kasur. Kaki jenjangnya melangkah mendekati Aira dan membelai pipi Aira dengan penuh kasih sayang.
Ilham mengecup dahi Aira dan mengecup bibir manis Aira berulang kali. Tangan kekarnya meraih tas kerja miliknya. Ilham berdiri dari duduknya dan perlahan melangkah meninggalkan kamar tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pukul sepuluh siang Aira baru saja terbangun dari tidurnya. Aira menatap sekitar kamarnya saat tak menemukan keberadaan suaminya. Saat netranya tak sengaja melirik jam di atas nakas, mata Aira membulat sempurna. Aira tidak melihat sticky note yang Ilham simpan di atas nakas.
Pipi Aira memerah saat mengingat kejadian semalam. Aira ingat, Ilham sangat bersemangat untuk melakukan hal itu. Terlebih suaminya itu sangat tampan dan gagah di matanya.
“Pasti Mas Ilham udah berangkat,” gumam Aira meringis kecil.
Dengan segera Aira turun dari kasurnya dan langsung menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuhnya yang sangat lengket, Aira pun memulai membersihkan rumahnya. Memang selama ini Aira hanya menjadi ibu rumah tangga. Aira bukan berasal dari keluarga kaya raya. Aira hanyalah wanita yang di asuh di panti asuhan sejak berusia lima tahun. Kedua orang tuanya sudah meninggal karena tertabrak oleh pengemudi yang sedang mabuk.
Aira dibesarkan di panti asuhan dengan sangat baik. Tidak pernah sekali pun Ibu panti membeda-bedakan dirinya dengan orang lain. Aira pertama kali bertemu dengan Ilham saat usianya genap dua puluh tahun di panti asuhan tersebut.
Saat itu Perusahaan Nugraha sedang mengadakan event di pantinya. Tanpa menunggu waktu lama lagi, Ilham datang kembali ke panti tersebut berniat untuk melamar Aira menjadi istrinya. Aira saat itu bingung dengan keputusan yang akan diambilnya. Sebab, Aira sama sekali belum pernah berinteraksi dengan seorang lelaki selain Ayah angkatnya-suami Ibu panti.
Karena Ibu panti dan suaminya mendukung Ilham untuk menjadikan Aira sebagai istrinya, lantas Aira langsung menerima lamaran itu. Sampai saat ini pernikahan Aira dan Ilham berjalan tiga tahun lamanya.
“Mas Ilham pasti belum sarapan tadi pagi?” gumam Aira setelah menyelesaikan pekerjaannya.
“Nanti aku bawakan bekal siang aja deh buat Mas Ilham.” putus Aira.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah membayar ongkos, Aira langsung keluar dari sebuah taxi yang membawanya ke kantor suaminya. Aira menatap gedung pancakar langit di depannya dengan tatapan kagum. Dulu Aira seringkali mengunjungi suaminya saat bekerja, namun entah kenapa suaminya menyuruhnya agar tetap di rumah saja agar tidak kecapean katanya.
Aira mulai melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut. Banyak pegawai kantor yang menyapanya dengan sangat ramah. Aira masuk ke dalam lift menuju lantai delapan. Setelah tiga menit lebih akhirnya pintu lift terbuka. Dengan perasaan senang Aira berjalan menuju ruangan suaminya.
Kening Aira mengeryit tatkala pintu ruangan suaminya terbuka. Setahunya suaminya itu tidak akan membiarkan seseorang memasuki ruangan pribadinya jika tidak ada urusan yang penting. Aira juga tidak melihat sekertaris suaminya, biasanya dia akan menyambutnya jika Aira datang kesini.
Aira memasuki ruangan suaminya dengan langkah hati-hati, dengan memegang sebuah rantang ditangannya. Aira tidak menemukan keberadaan suaminya di dalam ruangan ini. Tangan Aira menyimpan rantang tersebut di atas meja. Aira ingat jika di dalam ruangan suaminya terdapat satu buah kamar untuk beristirahat.
Kaki Aira pun melangkah menuju kamar itu. Beruntung sekali pintu kamar tersebut terbuka sedikit. Bibir Aira tersenyum saat hidungnya mencium parfum khas suaminya. Akan tetapi senyum Aira perlahan pudar saat matanya melihat Ilham tengah memeluk seorang wanita.
Dengan langkah cepat Aira mendekati Ilham yang sedang memeluk wanita lain. Aira mendorong tubuh wanita itu dengan sangat kencang sampai membuat wanita itu terjatuh di lantai. Mata Aira membulat sempurna saat mengetahui jika wanita yang dipeluk suaminya ialah sekertarisnya sendiri.
“Aira!” pekik Ilham yang terkejut dengan kehadiran Aira.
“Kenapa Mas? Kamu kaget liat aku datang ke sini?” Aira terkekeh sumbang sambil menatap Ilham.
Ilham yang akan membalas ucapan Aira terendam oleh ringisan sakit seseorang.
“A-awwsshh.” ringis Arabella sambil memegang perutnya yang sangat sakit.
Ilham langsung beralih menatap sekertarisnya dengan pandangan khawatir. Terlebih saat netranya melihat noda darah dari kedua lutut kaki Arabella. Dengan sigap Ilham langsung menggendong Arabella ala bridal style. Ilham keluar dari ruangannya dengan sedikit berlari tanpa menghiraukan ucapan Aira.
Hati Aira sakit saat Ilham mengabaikannya. Aira tahu dia salah karena telah mendorong dengan keras wanita itu.
Wanita mana yang tidak sakit hati melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain? Apalagi saat Aira melihat tatapan khawatir yang ditujukan Ilham kepada Arabella.
Aira menghela nafasnya kasar mencoba menormalkan degup jantungnya yang menggila. Aira berlari keluar dari ruangan mengikuti langkah Ilham menuju sebuah rumah sakit dengan menaiki gojek.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah kurang lebih dua puluh menit, Aira turun dari motor lalu membayar ongkos gojek itu. Aira berjalan mengikuti Ilham yang menggendong Arabella dengan sedikit berlari. Saat sampai di ruang IGD Arabella langsung ditangani oleh dokter yang berjaga di sana.
Aira mendekati Ilham yang sedang berdiri di ruangan IGD sambil mondar-mandir. Aira menatap jelas raut kekhawatiran dari wajah Ilham.
“M-mas,” panggil Aira dengan gugup.
Ilham menoleh pada Aira dengan raut datarnya. Aira yang ditatap seperti itu ketakutan.
“Kalo sampai terjadi sesuatu sama dia, kamu akan tahu akibatnya.” Ucap Ilham dengan dingin.
“Mas aku cuman dorong dia! Nggak usah lebay deh Mas!” protes Aira yang tidak terima jika dirinya disalahkan.
“Nggak usah lebay kata kamu? Kalo anak aku kenapa-napa gimana Aira?!” bentak Ilham dengan nada keras.
Aira terkesiap mendengar bentakan itu. Belum pernah sekalipun Ilham membentaknya dengan kasar. Lalu apa ini? Ilham sudah membentaknya dan berhasil menorehkan luka pertama di hatinya.
“A-anak?” tanya Aira dengan raut kosong.
“Iya anak aku.” Ilham kembali berucap dengan penuh penekanan.
Aira memegang dadanya yang terasa sesak. Sungguh saat ini Aira hanya ingin mendengarkan semua penjelasan dari suaminya. Aira menggigit bibirnya dalam berusaha menahan isakan tangis yang sebentar lagi keluar dari mulutnya.
“Ilham gi-gimana keadaan Bella?” Mami Lina tiba-tiba datang sambil menggendong anak kecil dengan nafas terengah-engah.
Ilham hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mami Lina menatap bergantian Ilham dan ruangan IGD dengan khawatir.
Aira termenung melihat wajah anak kecil yang ada dalam gendongan Mama Lina. Wajah itu mengingatkannya pada sebuah Polaroid yang ada di tas kerja Ilham. Papa Satria yang melihat raut kebingungan Aira pun sontak membuka suara.
“Dia anak Ilham.” Ucap Papa Satria.
Tubuh Aira mendadak kaku mendengar ucapan yang terlontar dari mulut mertuanya. Aira menggenggam kuat jemarinya berusaha menahan diri agar tidak menangis di hadapan mereka.
“Gimana keadaan Bella dok?” sambar Ilham saat melihat dokter yang menangani Arabella keluar dari ruang IGD.
Dokter itu menghela nafasnya pelan, “Ibu Arabella membutuhkan donor darah secepatnya, jika tidak janin dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan. Apakah disini ada yang memiliki golongan darah O? Stok darah O di rumah sakit sedang kosong saat ini.” Ujar dokter tersebut.
Ilham terdiam ditempatnya. Golongan darah Ilham adalah A. Ilham sangat tau jika golongan darah O sangat langka dan sulit ditemukan. Tapi Ilham akan melakukan apapun agar anaknya bisa terselamatkan.
“Darah milik Aira O kan?” tanya Mama Lina sambil menatap Aira lekat.
Ilham beralih menatap Aira dengan pandangan sulit diartikan. Tapi, Ilham akan tetap dengan pendiriannya untuk menyelamatkan anaknya.
“Dok, ambil darah Aira.” Ucap Ilham tanpa menatap ke arah Aira sedikit pun.
“Nggak! Aku nggak mau Mas!” teriak Aira sambil menggeleng keras.
“Aira kamu harus mau! Jika tidak anak aku akan mati Aira!” bentak Ilham.
Aira menangis pilu mendapat paksaan dari Ilham. Aira benar-benar tidak sudi mendonorkan darahnya kepada wanita itu. Wanita yang telah merusak rumah tangganya.
“Kita akan melakukan beberapa tahapan untuk mencocokan darah tersebut, tapi Ibu Aira tidak sedang mengandung atau menyidap penyakit lain kan?” tanya dokter itu memastikan.
“Dia mana mungkin h*amil, udah lah dok ambil aja darahnya.” Celetuk Mama Lina yang berhasil menyayat hati Aira.
Papa Satria hanya bisa menatap Aira dengan pandangan iba. Belum saatnya dia mengambil aksi saat di keadaan genting seperti ini.
Aira pun dengan terpaksa mengikuti langkah dokter itu menuju sebuah ruangan untuk mengambil darahnya. Aira berbaring di atas kasur rumah sakit dengan isakan kecil. Dokter yang mengambil darah Aira hanya bisa menatap Aira dengan pandangan kasihan.
Setelah selesai mengambil darah milik Aira sebanyak dua labu, dokter itu kembali menuju ruangan IGD. Aira terbaring dengan wajah pucatnya. Tidak ada satupun orang yang menemaninya. Bahu Aira naik turun, bibirnya bergetar kuat. Aira terisak hebat dalam kesendiriannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa komen+like+favorit ya 🤗 biar author semangat terus bikin ceritanya 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!