"Kamu jangan ngintilin saya terus! Sana pergi, pait, pait" usir Albian mengibaskan tangannya menyuruh Cia untuk pergi dari ruangannya.
"Aku gak mau pergi, aku kesini mau bantu bapak ngoreksi ulangan mahasiswi yang lain. Terus mau nawarin diri jadi asisten bapak Al"ujar Cia tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
" Saya tidak butuh bantuan kamu, saya bisa sendiri. Dan jangan ke genitin kaya gitu"ujar Albian kembali fokus pada tumpukan kertas ulangan yang ada di meja.
"Aku gak genit ya. Cuma genitnya sama bapak Al doang gak sama pria lain. Kan aku orangnya setia " ujar Cia tersenyum lebar.
"Mau setia apapun kamu sama saya, tapi kamu tetap bukan tipe saya " ujar Albian. Cia mengerucutkan bibirnya.
"Memangnya tipe istri bapak Al kaya gimana? Saya memaksakan diri untuk menjadi wanita tipe bapak Al? " tanya Cia.
Albian memperhatikan Cia dari atas sampai bawah. Mengukur dan menggerakkan tangannya mengikuti lekuk tubuh Cia. Setelah melakukan itu Albian memegangi dagunya seakan menilai penampilan Cia.Gadis itu menengadahkan tangannya berharap dia benar-benar tipe wanita Albian.
"Kamu bukan tipe saya " ucap Albian. Cia langsung melototkan matanya mendengar itu.
"Memangnya saya kurangnya dari sisi mana, pak?Saya sexy, iya. Cantik, pasti. Kaya raya, tidak usah di ragukan lagi. Terus kurang saya di mana pak? " tanya Cia .
"Kamu itu bodoh, masa setiap ulangan dan pelajaran saya dapat C, C,C terus tidak ada ke majuan sama sekali. Saya mencari istri yang pintar, karna dia yang akan menjadi madrasah pertama bagi anak saya nanti. Jadi jangan harap kamu bisa menjadi istri saya " ujar Albian mencomot kue yang di berikan oleh Cia dan memakannya. Albian memang penyuka makanan manis dan hobi dia hanya makan dan makan.
"Tapi tergantung pemimpin madrasahnya. Bila seorang suami tidak bisa mendidik istrinya dengan benar , maka percuma. Meski istrinya sekolah tinggi-tinggi " sahut Alvian yang sudah berdiri di depan pintu.
Uhukk uhukk
Albian langsung tersedak dan terbatuk-batuk mendengar itu. Cia langsung memberikan air putih pada dosennya itu . Albian langsung meminumnya dan tiba-tiba langsung menyemburkannya ke wajah Cia yang kaget mendapatkan semburan dari Albian.
"Ini air kobokan , Cia! Kamu ngerjain saya hah!! " bentak Albian berlari ke wastafel dan memuntahkan air yang dia minum.
"Kok aku di sembur? Kan aku gak tau kalau itu air kobokan. Itu juga kenapa air kobokan di taruh di situ? " gerutu Cia mengusap air yang membasahi wajahnya.
Sebuah sapu tangan Alvian berikan pada Cia , membuat gadis itu mendongak menatap pria itu.Gadis itu memundurkan tubuhnya, dia sangat takut dengan Alvian karna dosennya ini sangat galak lebih galak dari Albian.
"Gak usah pak, ini air semburan pak Albian berkah buat saya. Kali-kali aja pak Albian ke sem-sem sama saya. Saya permisi ya pak " ujar Cia undur diri dengan sopan santun.
Sudut bibir Alvian berkedut, sebuah senyuman terbit di wajah tampan pria itu. Dia selalu terhibur dengan kelakuan dan sikap Cia yang polos dan lugunya alami tanpa di buat-buat.
*******
"Aku sudah lama gak lihat kamu kak Fira. Makin tambah cantik kamu " puji Devia pada Fira yang tersenyum manis.
"Makasih Devia. Kamu juga cantik " puji balik Fira.
Elang masuk ke dalam rumah Devia dengan membawa anaknya yang masih berumur satu tahun. Bayi itu terus mengemuti jarinya. Elang menikah muda saat umurnya dua puluh tahun tapi baru memiliki anak karna istrinya juga masih terlalu muda waktu itu untuk menjadi seorang ibu.
"Aduh lucunya, sini El tante mau gendong " ujar Devia merentangkan kedua tangannya .
Elang memberikan anaknya itu pada Devia yang langsung memberikan ciuman bertubi-tubi pada pipi gembul Aksa dengan gemas. Bayi itu diam merasakan pipinya di cium-ciumi.
"Aduh, tante sebenarnya mau punya cucu tapi Albian sama Alvian belum punya calon istri. Padahal umur mereka sudah 30 tahunan. Shalla sama Shella juga mau menikah tapi mereka gak mau melangkahi kakaknya duluan jadi menunggu salah satu dari Albian dan Alvian menikah lebih dulu baru mereka menikah" ujar Devia.
"Mungkin belum waktunya mereka menikah, nanti kalau sudah waktunya pasti mereka menikah " ujar Fira yang di angguki Devia.
"Elang , istri kamu mana? " tanya Devia.
"Dea lagi ke minimarket deket sini, tante" jawab Elang.
*******
"Apa!! " teriak Nevia dengan suara yang meninggi. Sedangkan Cia tersenyum cengengesan.
"Mommy gak setuju sama permintaan kamu itu. Mana ada perempuan lamar pria duluan seharusnya pria yang lamar perempuan , Cia!" ujar Nevia memegangi kepalanya yang tiba-tiba pusing tujuh keliling.
"Tapi Cia cinta sama pak Albian. Cia takut nanti pak Albian kecantol sama perempuan lain . Please mommy lamarin pak Albian buat Cia.Nanti Cia bunuh diri nih " ancam Cia.
"Gak pokoknya gak!Namanya kamu merendahkan diri kamu sendiri. Mommy bilangin ya, pria itu semakin di kejar semakin betingkah" ujar Nevia.
"Gak mau, Cia mau mommy sama deddy lamarin pak Albian buat Cia! " ujar Cia dengan wajah memohon.
Bersambung....
Cia turun dari mobil dengan membawa kotak makan berwarna pink. Senyuman gadis itu mengembang sempurna melihat Alvian yang dia kira itu Albian, tengah berjalan menyusuri koridor kampus menuju ruangannya.Dengan cepat Cia berlari kearah Alvian dan merentangkan tangannya menghalangi jalan Alvian. Pria itu mengangkat satu alisnya melihat Cia berada di depannya.
"Pak Albian, saya ada sesuatu untuk bapak. Saya bawa kue bolu kesukaan bapak. Ini buatan saya lho pak. Lihat tangan saya sampai luka gara-gara buatin bolu untuk bapak " ujar Cia tersenyum manis. Ia membuka kotak makanan itu memperlihatkan kue bolu coklat.
"Cobain pak. Ini pasti enak, saya buatnya penuh cinta dan perjuangan" ujar Cia. Alvian tidak tak kunjung mengambil kue itu karna dia memang tidak suka yang manis-manis.
"Loh kok gak di ambil kuenya. Ambil aja pak gak usah malu-malu sama calon istri" ujar Cia dengan percaya dirinya.
"Itu mahasiswi baru ke genitan banget sama bapak Alvian atau Albian sih. Susah juga ya punya dosen kembar " ujar Nisa.
"Mau Albian kek atau Alvian. Si Cia tetap aja genit. Sok cantik banget " cibir Syariah menatap tak suka pada Cia.
"Lebih baik kita kerjain dia aja " ujar Nisa.
"Kita ngerjainnya gimana? " tanya Syariah.
Nisa membisikkan sesuatu pada Syariah, membuat sudut bibirnya terangkat seakan setuju dengan ide dari sahabatnya itu.
"Aku setuju, ide kamu bagus banget " ujar Syariah.
"Saya bukan Albian, saya Alvian" ujar Alvian. Cia langsung membelalakan matanya kaget.
"Maaf Pak, saya gak tau kalau bapak bukan bapak Albian. Maaf Pak " ujar Cia langsung pergi meninggalkan Alvian yang menatap Cia yang mulai menghilang dari pandangan matanya.
******
"Kenapa aku sampai salah orang, untuk bapak Alvian gak marah tadi " gumam Cia setelah menjauh dari Alvian. Matanya tak sengaja menatap Albian yang baru datang.
"Ya ampun kalau jodoh gak kemana ya, baru aja di omongin langsung muncul aja " ujar Cia . Ia berjalan mendekati Albian yang sibuk mengotak-atik ponselnya sambil terus berjalan.
"Bapak Albian" panggil Cia membuat Albian menoleh menatap kearah Cia yang ada di sebelahnya tanpa menghentikan langkah kakinya.
"Kenapa manggil saya? Mau di tambahin tugasnya? " tanya Albian. Cia menyamakan langkah kakinya dengan Albian.
"Gak pak, bukan minta tambahin tugas. Tapi minta di nikahin" ujar Cia tersenyum malu-malu. Albian terkekeh dan menggelengkan kepalanya dengan ucapan mahasiswinya.
"Memangnya kamu siap jadi istri saya? " tanya Albian. Dengan semangat gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Siap banget pak. Apalagi layani bapak di atas kasur, saya siap lahir batin " ujar Cia tersenyum lebar. Albian menggelengkan kepalanya.
"Dengerin saya Cia. Kamu itu baru kuliah di sini dua minggu dan langsung suka sama saya dan kamu bilang cinta sama saya. Tapi perlu kamu tau Cia, tidak semua yang kamu suka itu berarti kamu mencintainya, kamu hanya sekedar kagum dengan saya bukan cinta . Saya takut kamu menyesal nantinya" ujar Albian menatap manik Cia dengan intens.
"Tapi saya yakin seyakinnya kalau saya cinta sama bapak bukan kagum dan hatinya saya mengatakan bapak Albian itu jodoh saya " ujar Cia. Albian hanya membalas dengan senyuman ,mengusap rambut gadis itu dan pergi meninggalkan Cia yang mematung.
"Ya Allah, baru kepala yang di usap tapi mampu membuat jantung hamba berdebar-debar" ujar Cia berjingkrak-jingkrak ke girangan.Dia yakin bisa mendapatkan hati dan cinta pria yang dia cintai.
*******
Albian masuk ke dalam ruangannya dan melihat Alvian sudah duduk di sofa menunggu ke datangannya.
"Kenapa ada disini? Tungguin aku? " tanya Albian duduk di sebelah Alvian.
"Sebaiknya kamu jujur dengan Cia kalau kamu sudah punya kekasih, kasihan dia mengharapkan kamu terus" ujar Alvian. Albian menghela napas berat.
"Aku sudah bilang sama Cia kalau aku sudah punya kekasih tapi dia tidak percaya. Jadi bukan salah aku bila suatu saat Cia sakit hati "ujar Albian santai.
" Kamu jangan permainkan hati perempuan. Kita punya adik perempuan kalau dia di permainkan dan di beri harapan palsu dengan pria lain pasti kita berdua akan marah dan tak terima juga"nasehat Alvian pada Albian.
"Iya aku tau, lebih baik kamu pergi ke ruangan kamu sana " ujar Albian. Alvian keluar dari ruangan kembarannya itu.
********
Cia berjalan menyusuri koridor kampus dengan bersenandung kecil, tak peduli dengan orang yang menatap dirinya aneh atau semacamnya.
Brakk
Gadis itu terjatuh tersungkur ke lantai dan segera bangkit, dengan menahan sakit di pinggangnya. Dia menatap Nisa yang tersenyum manis namun seakan mengejeknya.
"Aduh maaf ya aku gak sengaja " ujar Nisa mengulum senyumannya .
"Iya, gak papa kok " ujar Cia langsung beranjak pergi meninggalkan Nisa.
"Ini baru permulaan Cia. Bapak Alvian cuma milik aku bukan kamu" desis Nisa.
Bersambung...
AKU BEBERAPA HARI INI GAK UPDATE SAMPAI TANGGAL 6 KARNA MAU ISTIRAHAT DULU YA.
TERMASUK CERITA :
SUAMIKU BIG BAYI
JODOHKU TEMAN MASA KECILKU ,
TIDAK AKAN UPDATE JUGA . AKU BENAR-BENAR MAU ISTIRAHAT DARI DUNIA TULIS MENULIS.
Cia berjalan masuk ke dalam kelasnya yang begitu bising dengan suara teman-teman satu kelasnya. Tapi saat ia masuk semua orang diam dan menatap kearahnya , ia bersikap tak peduli dengan tatapan aneh mereka semua. Dia juga tidak memiliki teman di kampus ini mungkin karna dia masih mahasiswi baru.
"Kalian tau gak? Kalau Cia sering godaain bapak Al sama bapak Vian. Lebih gila lagi dia sering keluar masuk ke dalam ruangan pak Albian" ujar Nisa mempengaruhi teman-temannya.
"Cih, paling-paling dia godaain bapak Al supaya nilainya di tambahin, kita sudah tau kalau dia selalu dapat nilai paling rendah di kelas ini " sahut Viona yang langsung di angguki teman-teman yang lain.
Tapi mereka semua langsung kembali ke tempat masing-masing saat Alvian masuk ke dalam kelas dengan membawa kertas ulangan kemaren yang sudah di nilai.
"Selamat pagi semuanya" sapa Alvian dengan suara yang nyaring dan keras.
"Selamat pagi pak " sahut semua orang yang ada di kelas serentak. Alvian berjalan menuju mejanya meletakkan kertas ulangan tersebut.
Pria itu menatap mahasiswi dan mahasiswanya bergantian. Matanya terfokus pada Cia yang tengah mengobrak-abrik tasnya. Entah apa yang di cari gadis itu tapi Alvian tak memperdulikannya.
Ia mengambil kertas ulangan yang dia beri nilai dan membagikan pada mahasiswi dan mahasiswanya satu persatu dan kertas ulangan terakhir yang dia berikan pada Cia yang masih sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.
"Aduh, mana tugas aku yang di kerjain tadi malam " gumam Cia tanpa menyadari Alvian berdiri di sebelahnya dan memperhatikan dirinya.
Ekhm...
Dehem Alvian dengan keras membuat Cia menghentikan aktivitasnya dan mendongak menatap dosennya yang melipat tangannya di atas dada. Cia tersenyum cengengesan.
"Kamu cari apa? " tanya Alvian dengan nada suara yang datar.
Semua orang yang ada di kelas menatap kearah Cia yang menyadari tatapan mereka.
"S-saya cari tugas saya yang bapak suruh kerjakan tapi tiba-tiba hilang gak ada di dalam tas " jawab Cia gugup, takut bila Alvian marah.
"Alasan" celetuk Alvian. Cia membelalakan matanya mendengar itu, seakan dosennya menganggap dia berbohong.
"Beneran pak , tadi sudah saya kerjakan tapi sudah tidak ada di dalam tas " sahut Cia.
"Baiklah, kali ini saya maafkan bila hari ini kamu tidak mengumpul tugas.... tapi kenapa ulangan kamu dapat nilai D, hmm? " tanya Alvian.
"Kan saya mahasiswi baru pak, jadi masih belum paham dan tidak mengerti pak" ujar Cia beralasan.
"Alasan kamu selalu seperti itu " ujar Alvian.
Pria itu berjalan kembali ke mejanya dan mendudukkan pantatnya di kursi.
*******
Cia menatap dirinya di pantulan cermin dengan senyuman yang terus mengembang di wajah cantiknya. Nevia masuk ke dalam kamar putrinya dan tersenyum melihat Cia memakai gaun yang dia beli.
"Kamu cantik banget, sayang. Apalagi pakai gaun yang Mamah belikan" ujar Nevia. Cia tersenyum malu-malu mendengar pujian Mamahnya.
"Makasih mah sudah beliin gaun buat Cia. Mah ayo kita ke rumah pak Albian. Cia sudah gak sabar ketemu sama calon suami" ujar Cia tersenyum membayangkan bila dia benar-benar bisa menjadi suami-istri dengan dosennya.
"Ayo, Papah juga sudah siap. Kita tinggal berangkat" ujar Nevia. Cia langsung menarik tangan Mamahnya keluar kamar membuat wanita paruh baya itu terperanjat kaget tarikan mendadak dari putrinya.
"Ayo pah kita berangkat, Cia gak sabar mau ngelamar pak Albian" ujar Cia semangat. Dirga tersenyum seraya menggelengkan kepalanya dan membukakan pintu mobil belakang untuk putri tersayangnya, dengan segera Cia masuk ke dalam mobil.
******
Albian mengerucutkan bibirnya, menatap sang bunda yang memotong sayur sedangkan dirinya di suruh mengaduk saos asam manis. Devia melirik putranya yang seperti malas-malasan memgaduk saos manis.
"Ngaduknya yang benar Al, nanti gosong lho" tegur Devia.
"Mamah kenapa sih nyuruh aku bantu Mamah masak? Kan ada Shalla, Shella, Dira, Dila , ini tugas mereka sebagai perempuan kalau aku laki-laki seharusnya tinggal makan aja " ujar Albian.
"Mereka lagi sibuk ngerjain tugas masing-masing . Kamu juga Mamah lihat cuma main ponsel di dalam kamar gak ngerjain apapun. Lagi pula yang paling banyak makan di rumah cuma kamu jadi kamu harus bantu Mamah masak " ujar Devia.
"Banyak makan di jadiin alasan" celetuk Albian dengan pelan namun masih bisa di dengar Devia.
"Kamu ngomong apa tadi?! " tanya Devia galak sambil mengacungkan pisau ke depan Albian membuat pria itu refleksi mengangkat kedua tangannya seperti hendak di tembak.
"Aku gak ngomong apa-apa cuma bilang aku seneng banget bantuin Mamah masak " ujar Albian bohong. Devia mengangguk kepalanya, percaya dengan ucapan putranya. Sedangkan pria itu bisa bernapas lega.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!