Namaku Melani Wijaya ,wanita karir sukses berusia 35 tahun,cantik meski berpenampilan kontemporer, keasyikan jomblo mikir karir tanpa embel-embel rumit.
Semua teman seusiaku telah menikah, memiliki keluarga kecil impian, tapi tidak punya karir secemerlang diriku.
"Fit ,kamu urus sisanya. Ibu ratu maksain aku pulang cepat" ku serahkan berkas dokumen yang telah ku tanda tangani. Lalu pergi dengan langkah elegan bawa tas ngantor senada pakaian.
Fitri tersenyum liat punggungku meninggalkan kantor nan megah milikku.
Fitri adalah sepupuh sekaligus sekretaris,usianya masih 20 tahun,dan rencana menikah di usia dini.(Ya ampun, masih muda punya rencana jadi ibu rumah tangga).
Beberapa menit kemudian,disebuah jalan sepi pelalu lintas kendaraan,mobil yang ku kendarai lose rem.
"Oh my God. Masa aku game over" gerutku ,coba sekuat tenaga hindari kecelakaan fatal.
Bamm.....
Titt......
Jam menunjukkan pukul 22.13 wib.
Kecelakaan maut perenggut maut tidak dapat terelak.Aku benar-benar game over.
Eh,tapi ada sesuatu yang menarikku keluar dari raga penuh luka itu.
"Kalian dewa kematian,ya?" pikirku liat dua sosok berwajah pucat seram.
"Kamu harus selesaikan misi" sosok baju hitam berkata,membuka lembaran buku hidup mati.
"Haa...Sudah meninggal,bisa punya misi juga?" aku binggung dibuat sosok seram.
Tanpa banyak penjelasan lebar ,jiwaku dibawa mereka.
.
"Mama..." bocah kecil memanggil dan mencium wajahku.
Senang rasanya dicium bocah setampan imut itu saat aku sadar dari tidur. Tapi sepertinya ada yang salah dengan pendengaranku tadi.
"Mamamu mana handsome boy?" mata mengelilingi kamar luas yang ada hanya kami berdua.
"Mama dendong (gendong)" bocah kecil naik keatas ranjang pasien.
"Hey,child.I'm not your mom" menahan pelukan bocah kecil yang duduk dalam pangkuan.
Huaa....
Tanggis bocah tampan itu mengelegar dalam ruang luas yang tentu pasti kamar VIP.
Cekrekk...
Pintu terbuka, seorang wanita paruh baya segera memanggil baby sister menggendong bocah tersebut.
"Maaf." ucap wanita paruh baya,lalu keluar.
"Aku tidak jadi game over,ya" mencubit kedua lengan bersamaan.
Memori ingatan terakhir masih jelas terbayang.Melani yang diminta pulang segera,mobil tiba-tiba rem bolong,sampai dua malaikat pencabut nyawa membawa pergi,tapi sampai disitu titik memori terakhir.
Ya sudahlah,apapun misinya yang penting masih hidup,tanpa peduli yang lainya.
Esok hari....
Cekrek....
"Selamat pagi,Nona.Hari ini anda sudah boleh pulang" suster memeriksa tensi darah.
"Tubuhku penuh luka kecelakaan,kok dapat izin keluar?" lihat suster tersenyum menggeleng.
"Tubuh yang mana ada luka?.Kemarin hasil diagnosa,anda hanya terkena anemia yang buat pingsan 2 hari" jelas suster,melepaskan alat ukur tensi.
"Tidak sus,aku ingat ,kalau aku itu habis kecelakaan" ngeyel dengan ingatan.
"Ini bulan berapa?" tanyaku memastikan dibawa kemana jiwaku oleh kedua dewa kematian.
"Ini desember tahun 2000" suster melepaskan selang infus menusuk kulit tanganku.
Melani duduk membenggong,ia kaget dibuat malaikat pencabut nyawa,yang bawa dia kembali empat belas tahun lalu.
"Misi apa yang harus ku selesaikan?" Melani bertanya dalam pikiran.
"Nona...Nona...." panggil suster dari lamunan Melani.
"Apa ada yang di rasa masih kurang nyaman kah?"
"Tidak ada. Aku mau ganti pakaian dulu" Melan menurun kaki satu persatu dari ranjang pasien.
Dalam kamar mandi,dia berhadapan langsung dengan cermin face size. Wajah cantik belia segar,bak kuntum bunga kuncup hendak bermekar ,yang tentunya juga milik wajahnya semasa remaja 14 tahun lalu.
"Wajahku" meraba pelan wajah masa lalunya,yang kencang dan masih polos.
Melani melihat jelas perbedaan wajah sekarang dan tempo dulu. 3 tahun lalu, dia pernah berfikir selintas,andai bisa balik kemasa muda belia,dan kini akhirnya dapat terwujud keinginan impossible tersebut.
"Wait...Kenapa aku balik kemasa ini?.Bukannya masa ini aku lagi liburan pulang dari Amrik?.Sebenarnya misi apa yang belum ku selesaikan,tempo itu?" deruan pertanyaan keluar dari bibir kecil Melani.
Beberapa menit kemudian,sambil nunggu anggota keluarga datang menjemput, Melani ingat jika hari itu ayah tercinta menjemputnya dengan sebuah kejutan menarik yang tidak terlupakan.
Tok...Tok....
"Itu pasti Papa" seru Melani meraih tas ransel di meja .
"Supprise...." pria muda membuka pintu kamar,berjalan membawa seikat bunga bufet.
Wajah Melani yang awalnya senang,berubah jadi binggung. Mengapa kejadian yang seharusnya terjadi,tidak terjadi semestinya.
"Nih,kakak bawa bunga untuk adik tercantik" goda pria muda bermuka tembok.
"Kok kakak yang jemput?. Mestinya itu Papa" sewot Melani mengulurkan tas ransel untuk abangnya bawa.
"Idih...Jemput aja pake pilih orang" pria tampan mengacak rambut Melan.
...
Setiba di rumah,Melani disambut pelukan Papa Mama.
"Welcome" ucap Papa mengecup kening sang putri.
"Ayo duduk" ajak Mama.
"Kok Mama Papa tidak jemput Melan" renggek manja .
"Bukan tidak ingin jemput.Tapi klien penting Papa baru saja pulang" jelas Papa Wijaya.
"Oh..." datar balas Melan.
"Gung,besok kamu handle proyek baru Papa" titah Papa Wijaya tanpa boleh di tentang.
"Oke,Pa" jawab lesu pria tampan.
"Mel, mau kakak bantu papah ke kamar gak?" mengkode akses agar bebas dari Papa.
Untung-untung Melani sadar bahasa isyarat pria tampan. Jika tidak,maka kacau nasib pria tampan.
Melani mengangguk bantu pria tampan keluar dari lingkar ceramah bisnis yang buat pria tersebut boring.
Satu minggu kemudian..
Malam hari,Agung coba hilangkan kejenuhan dari rumitnya dunia bisnis.Ia pergi kesebuah club mengajak Melani super duper kuper(kurang pergaulan).
"Kak,janji ya .Kita hanya minum jus ,no dugem" Melani mengingatkan pria tampan tetap jaga nama baik keluarga mereka,kemana pun mereka pergi.
"Okey sis" Agung mengangguk.
Agung anak pertama keluarga Wijaya,penampilan tampan bak artis korea booming.Usia 25 tahun,punya hobi traveling,sangkin hobi traveling,dia diam-diam jadi tour guide.Selain itu juga ia punya usaha rahasia tanpa sepengetahuan sang Papa pemilik bisnis raksasa ke 5 di kota C.
Coba jika kepala keluarga Wijaya tau apa usaha anak sulungnya itu,pasti sudah dihancurkan tidak bersisa.
Apasih usaha Agung?.Apa usaha ilegal?.
Usaha Agung jelas murni legal sesuai aturan hukum,namun mampu memalukan keluarga terhormat.Usaha biro jasa tiket pesawat,serta pengiriman paket, dengan jumlah karyawan hanya 10 orang saja.
Gak malu donk,kalau punya saudara,anak seperti Agung.Tapi namanya orang kaya,prioritas utama jatuh ahli waris usaha dan lain itu terletak pada putra sulung.Semua beban ada di pundak putra sulung.
Itu yang buat Agung Wijaya coba bebas dari beban seberat itu,mana di tanggung sendiri tanpa bisa berbagi. Akibat dari keluarga inti mereka hanya ada Papa,Mama,Agung dan Melani.
.
...****************...
.
Maaf ,jika karya masih jauh dari kata sempurna 🙏.
Untuk bantu menyempurnakan, sudi kiranya teman-teman meninggalkan jejak komentar.
Terimakasih atas dukungan semua 🙏
Bab 2.
.
Malam tahun baru tiba, Melani remaja membantu Mama menyiapkan hidangan bbq di roof toof lantai atas.
"Mel, kamu tidak gabung hangout bareng teman?" Mama Wijaya melirik gadisnya yang kuper sedang memanggang ikan nila.
Melani tidak menghiraukan omongan tahunan ibunya itu. Memang begitu sifat Melani yang tidak pernah terlintas untuk pacaran sejak masa pubertas pertama dimulai.
"Gimana Melan mau dapat pacar,Ma. Otaknya itu penuh rangkaian huruf dan angka yang dihafal sampai mati" ceplos Agung yang hendak berpamitan kumpul bareng teman-temannya.
"Kakak saja masih jomblo, wek" balas ejek Melani, menjulurkan lidah dengan expresi imut.
Melani pun tau jika candaan seorang Agung Wijaya hanya sekedar candaan. Karena Agung tau apa impian serta cita-cita seorang Melani Wijaya, putri konglomerat nomer 5 di kota C.
Malam semakin larut, acara panggang memanggang akhirnya usai, beserta dengan detik pergantian tahun lama ke tahun baru sudah usai.
Esok pagi....
Sungguh enak menjadi anak konglomerat, tidur bisa nyenyak tanpa terganggu apa pun.
Matahari semakin tinggi menyinari bumi tercinta. Jam sudah pukul sebelas siang.Melani baru terbangun dari tidur liburan musim dingin di belahan dunia Amerika.
"Siang, Pa, Ma" Melani menuruni anak tangga menyapa orang tua yang sedang duduk santai kongkow.
"Siang princes" Papa Wijaya menoleh ke asal suara penyapa.
"Minum dulu susu. Bentar lagi baru makan siang" Mama Wijaya berdiri untuk membantu pelayan siapkan menu hidangan.
"Pa, lusa Melan balik ke Amrik, ya?" pinta manja Melan dari belakang, tangan bergelantung pada bahu sang papa.
"Kenapa?.Sudah bosan dengar ocehan ibu suri,hem?" Papa Wijaya mencium kedua tangan putrinya yang selalu dianggap tetap masih bayi.
Melani tersenyum malu, mengapa Papanya lebih mengerti daripada ibu yang mengandung hingga merawat sampai usia 21 tahun.
"Tapi satu syarat" bisik Wijaya dengan bibir runcing mengarah dimana letak sasaran gosip berada.
Melani ingat apa syarat yang diajukan Wijaya padanya empat belas tahun silam. Sebelum Wijaya mengatakan persyaratan, Melani langsung menjawab 'Iya'.
"Kamu kok langsung iya?.Kan, papa belum ngomong" Wijaya memandang Melani dengan wajah penasaran.
"Papa mau bilang Melan, tidak boleh pacaran, fokus kuliah,mesti kejar karir hingga sukses baru nikah,kan?" cerocos Melan, dengan ingatan syarat empat belas tahun silam.
"Bukan" Wijaya menarik tangan Melani untuk duduk di pangkuan.
"Loh bukan, ya Pa?" Melani duduk cemberut dalam pangkuan sang papa.
"Papa pusing sama ocehan ibu suri. Justru papa harap kamu bisa dapat jodoh yang baik.Latar belakang keluarga baik, soal status tidak penting, asal pekerjaan halal dan giat kerja sudah cukup" Wijaya menepuk pelan punggung tangan Melani.
Whatt....!!!😱😱
Ini tidak seperti kejadian empat belas tahun silam. Mata Melani melotot lebar, mulut menganga. Sangat amat shock dari kejadian sesungguhnya terjadi.
Rasanya dunia berdiri terbalik atau memang takdir yang sedang terbalik.
"Mel, are you okey" Wijaya menjentikkan jari.
"Papa.... Plizz.Jangan buat permintaan itu. Mending, minta Mel, cari money sangat banyak saja,ya" renggek Melani mengerjapkan mata bagai barongsai.
Wijaya dan Melani saling bertatap membaca ungkapan mata lawan status itu.
Hufff....
Keduanya bernafas berat, lalu berpelukan untuk damai mengerti keadaan mereka masing-masing.
Selera makan siang Melani hilang, setelah syarat keinginan papa ia ketahui.
.
...Ruang makan...
.
"Mel, ayo makan. Itu semua makanan kesukaan mu" Mama menyendok ayam goreng wijen pada piring putri yang berwajah murung.
"Mel diet, ma" lesu jawabnya, sambil aduk nasi putih di bentuk patahan hati.
"Sudah kurus, kok masih diet" Mama melayani suami ambil hidangan.
"Biar saja. Sedang trend sekarang" bela Wijaya lihat raut wajah putrinya yang minta naik banding.
"Ko, Kamu jangan selalu bela Melan. Dia sudah dewasa, jika kamu bela sampai manja, mana ada pria yang berani dekatin princes mu" keluh mama, mengapa tidak ada yang mengerti perasaannya sebagai seorang ibu.
Suasana makan siang hening begitu ibu suri keluarga Wijaya berkomentar.
.
Dua hari kemudian....
Melan menuju aiport kota C menuju Amerika. Dia diantar Agung yang hendak traveling ke benua Eropa.
"Kak, kakak cepat pulang temani Mama,ya. Jika bisa, bawa pulang menantu bule.Biar Mama tidak ngomel" Melan tau, begitu Agung pulang dari traveling benua Eropa ,ia akan mendapat seorang kakak ipar bule.
"Kamu sudah berani ngeledikin kakak, hummm" pria tampan itu mencubit pucuk hidung pesek Melani.
"Kakak jangan suka cubit hidung Melan, napa." Melan menghempas tangan pria tampan, yang suka cubit hingga merah.
"Biar kamu tuh lebih mancung. Habis, entah kenapa hidungmu itu blesek" goda pria tampan merangkul erat sebelum perpisahan di pintu jalur keberangkatan.
"Kan udah kakak ambil hidung Mel" Melani memeluk erat pria tampan. Karena dalam waktu amat lama, mereka tidak akan bertemu.
Perjalanan panjang pun dimulai kembali. Dari sini pula misi Melani kembali ke masa muda akan dimulai. Perjalanan penuh lika liku seluk beluk kehidupan,tangis,canda,ceria,menarik hati Melani yang terkukung dalam dunia karir cemerlang berubah drastis.
Seberapa drastis perubahan hidup Melani masa muda saat kembali dari dimensi masa depan ?.
Mungkin hanya lima belas derajat, atau mungkin berubah terbalik penuh hingga tiga ratus enam puluh derajat.
Ya, siapa yang tau bagaimana nasib baru Melani muda. Bahkan dirinya yang telah banyak tau masa depannya saja, tercengang tidak percaya dengan masa lalu yang beda, sangat-sangat beda telak jauh.
Dalam perjalanan udara yang sangat lama, Melani duduk membaca sebuah buku berjudul 'Kiat Menjadi Pengusaha muda '.Karena buku itu memotivasi dirinya semenjak lulus SMA,hingga sukses jadi wanita karir cemerlang setelah ia mulai meneruskan perusahaan sang ayah ,di usianya ke 23 tahun nanti.
Sedang fokusnya membaca tiap kata penulis, Melani tiba-tiba mengalami sesak nafas. Ia tau kalau dia tidak ada riwayat asma atau berhubungan dengan saluran pernafasan.
"Help.... " tangan kanannya melambai ke udara memanggil pertolongan, yang kiri menepuk dada agar tetap masih bernafas.
Brukk....
"Uncle, aunty itu kenapa melambai ke aku?" bocah laki-laki kecil mengusik sang paman yang sedang baca koran, sambil ikut melambai ke arah Melani.
Polos banget pikiran bocah kecil, yang ramah pada orang yang ramah padanya pula.
"Mungkin karena lihat kamu tampan" dingin ucapan paman, tanpa menurunkan koran yang sedang di baca.
"No Uncle. Looked at aunty" bocah kecil masuk dalam celah siku tangan paman,coba menunjukkan keadaan.
Kesal dong jika saat santai terganggu sesuatu tidak amat penting di rasa.
"Okey, Uncle pergi lihat. And you, must stay here!!" titah paman, tidak ingin lihat bocah kecil mencari ulah sensasi saat ia kembali duduk damai.
Langkah paman bertubuh atletis, baju kaos santai, tinggi sekitar 180 cm, gaya maskulin jaim(jaga image),rambut tersisir rapi, pakai kacamata hitam, umur sekitar 30-an, wajah campuran asia bule itu menuju kursi penumpang Melani.
...****************...
.
Maaf ,jika karya masih jauh dari kata sempurna 🙏.
Untuk bantu menyempurnakan, sudi kiranya teman-teman meninggalkan jejak komentar.
Terimakasih atas dukungan semua 🙏
Bab 3.
.
"Hello, are you okey?" paman tampan menepuk pelan wajah gadis pingsan,berposisi duduk miring.
Jari telunjuk orang tersebut di arahkan pada lubang hidung, test apa masih bernafas atau tidak. Nafas gadis itu terlalu lambat, denyut nadi juga sangat pelan lemah.
Segera orang tersebut memanggil pramugari, untuk menanyakan apa ada dokter dalam penerbangan ini.
Sambil menunggu, orang tersebut berusaha untuk menyadarkan Melani dengan mengoleskan minyak kayu putih yang di dapat dalam tas pocket milik Melani.
"Hey, wake up!" menepuk pelan wajah gadis, membiarkan gadis itu terus hirup aroma kayu putih.
Tidak banyak penumpang dalam kabin kelas VIP ,hingga sukar cari pertolongan pertama dengan cepat.
Pelan-pelan gadis itu mulai dapat kesadarannya kembali. Jari kelingking bergerak ingin memberitahukan, bahwa ia sudah sadar.
Selang tidak lama, pramugari membawa seorang wanita. Wanita itu memeriksa keadaan gadis setengah sadar, nafas juga mulai normal dalam ritme lemah.
Keadaan yang sudah normal, wanita itu kembali ke kabin ekonomi. Itu pun setelah mengingatkan paman tampan agar pantau reaksi hingga 1 jam kedepan.
Perjalanan panjang itu membuat paman tampan amat tidak menikmati masa santai liburan. Sudah mendapat titipan satu bocah kecil, eh.. sekarang mesti pantau gadis tidak di kenal.
"Thank you, Mister" ucap lemah Melani.
Enam jam kemudian,....
Akhirnya tiba tujuan mereka di bandara sebelum ke kota tujuan mereka masing-masing.
Bocah tampan kecil melambai pada gadis yang berjalan masih lemas.
"Uncle, kata teacher, kita harus punya jiwa saling tolong menolong.Kenapa kita tidak bantu aunty itu sampai rumahnya?" ibah bocah kecil, lihat Melani berhenti setiap jalan beberapa langkah.
"Anak kecil jangan suka ikut campur. Cukup duduk manis" paman tampan menggerek koper jumbo.
"Orang baik, moneynya banyak loh. Masa uncle gak mau jadi orang baik" cemberut bocah, berhenti melangkah.
Benar-benar dibuat sulit tujuh keliling oleh seorang bocah kecil. Menghadapi tantangan bisnis saja tidak perlu banyak ancaman.
"Listen to uncle. Kita ini sudah baik pada aunty tadi. Dan pula, money kita juga cukup untuk biayai kamu lulus college,understand!!" menjelaskan sederhana agar tidak banyak diperintah seorang bocah lagi.
Bocah melanjutkan langkah dengan terpaksa menuju mobil penjemput mereka.
Setiba di rumah, bocah itu berlari menuju ruang kerja sang ayah. Sebuah pelukan serta ciuman menuju wajah dingin tampan, tidak lupa mengadu perbuatan paman tampan pada ayahnya.
"Ko, tolong jangan dengar ucapan bocah itu. Anakmu itu selalu buat aku susah" keluh paman tampan, dengan wajah tersiksa.
"Josh, kamu ke kamar dulu. Ada yang mau dady bicarakan sama uncle" titah ayah berexpresi dingin.
Bocah kecil keluar dari ruangan kerja, karena ia tau batasan sebagai anak kecil.
Saat hanya tinggal 2 pria dewasa dalam ruang kerja, pemilik rumah menanyakan hal lebih penting.
"Apa kamu sudah selidiki keberadaan wanita itu" wajah serius.
"Sudah. Dia telah menikah lagi, tapi kali ini sebagai simpanan pria tua bangka" mengambil sesuatu dalam kantong mantel.
Paman tampan menunjukkan selembar foto, di baliknya tertulis alamat, serta rincian lain.
"Dasar wanita ******!!.Tidak pernah berubah!!" meremas foto pemberian paman tampan.
"Ko, kalau mau aku bertindak, maka akan ku utus anak buah kita untuk menghancurkannya"
"Tidak usah. Aku mau wanita itu tidak cari putranya lagi" melempar remasan foto ke dalam tong sampah.
"Sekedar saran" ragu paman tampan.
"Apa tidak ingin balas perbuatan wanita itu?" menatap ragu.
"Kenapa?.Kamu tidak yakin kalau Josh suatu hari hanya butuh aku saja ?" balik natap dingin.
Bisa mati jika dilanjutkan bicara, mendingan kabur sebelum ada percikan api dalam mata sang abang penguasa.
"Aku mau mandi dulu. Sudah capek" pamit paman tampan berwajah tegang cengengesan.
Lee Min Wi (Wiliam Lee) pengusaha sukses terkenal dengan cara bisnis tanpa kompromi panjang lebar pada lawan bisnis, usia 35 tahun, status duda beranak satu,tinggi lebih kurang 178 cm, perawakan tampan khas asia face, kharisma, kekar, putih .
Banyak wanita muda mengelilingi seorang Wiliam, tapi siapa yang berani coba mendekatinya, harus berani patah hati dibuat pria dingin tidak berperasaan tersebut.
Sedangkan paman tampan adalah adik pengusaha sukses terkenal, yang bernama Ronald Lee. Masih jomblo, trauma dengan kehidupan keluarga kakak.
.
Di tempat lain, Melani sampai juga di rumah sewanya. Ia meletakkan koper dan tas pocking samping sofa besar. Lalu melempar pelan tubuh ke sofa melanjutkan istirahat sejenak.
Beberapa jam kemudian, Melani terbangun lebih segar. Lalu mandi sebelum membongkar isi koper berisi banyak makanan kesukaan.
Hp yang sedang dalam mode pesawat, begitu terbuka banyak pesan suara dari papa mama yang mencemaskan, mengapa tidak ada kabar setelah sampai beberapa jam lalu.
Perbedaan waktu yang terpaut jauh, mengharuskan Melani pintar-pintar memilih waktu berkomunikasi langsung.
"Halo Pa, Ma. Mel sudah sampai dari tadi, tapi karena ngantuk, Mel tidur sampai forget ubah mode jaringan" jelas Melani dengan handuk membungkus rambut basah.
"Baguslah. Ingat makan tepat waktu, tidak usah ikut diet" titah Mama.
"Siap,Ma" Melani membungkuk memberi hormat ala kerajaan dinasti.
"Mel,kamu harus pintar jaga diri. Jangan bergaul dengan orang sembarangan" Papa Wijaya selalu cemas dengan putri polos lugunya, mesti pintar dalam pelajaran, tapi karena kurang bersosialisasi mengenal banyak sifat teman berbulu domba, selalu buat dia tidak tenang melepas putrinya ke tempat jauh.
Nah, dari sini saja jalur yang seharusnya sesuai sekenario ingatan sebelumnya terjadi, sudah berubah. Tidak sesuai dengan skenario sebelumnya,itu buat Melani jadi semakin penasaran. Menunggu misi dari dewa pencabut nyawa.
Bukannya kembali dimensi untuk menikmati kembali masa muda itu, malah sekarang main teka teki misteri kehidupan dengan takdirnya sendiri.
Takdir yang bagaimana sedang menunggu Melani di depan?.Semakin skenario lama banyak yang tidak sama, semakin pula Melani tertantang untuk ikuti arus misi kepulangannya ke masa lalu.
Setiap cerita bab baru coba di kondisikan dengan misi baru. Beda cerita dulu dengan tantangan yang berbeda pula.
Akhir liburan musim dingin semester pun usai, di tandai dengan masuk sekolah serentak dari jenjang play grup sampai universitas.
Tatanan rambut simpel,dengan make up simple (bedak tabur dan lipgloss), pakaian casual, Melani mengambil tas berisi buku mata kuliah ekonomi di hari pertama musim dingin usai.
"Welcome january" menyapa bulan pertama awal semester baru.
Jejak langkah kaki Melani sedikit kaku menuju tangga universitasnya. Karena,memori ini sudah empat belas tahun silam terjadi. Tapi untung saja dari kurangnya bersosialisasi, ia tidak mesti banyak tegur sapa dengan teman seuniversitas itu.
Dag dig dug, jantung Melan setiap melangkah. Mungkin ada misi juga pada hari itu. Tidak seperti dulu yang santai dalam setiap keadaan.
.
...****************...
.
Karya ini hanya haluanku, semata-mata menyalurkan hobi dengan sedikit campuran bumbu kisah nyata.
Maaf, apabila karya ini jauh dari kata sempurna.
Terimakasih 🙏😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!