Hello semua, salam kenal yaa.
Call me Rin not Author, Oke!
Jangan lupa untuk vote dan komen cerita ini yaa, thx.
Selamat membaca...
Aqila Zara Maureen seorang gadis bar-bar tapi cerdas yang sedang berjalan untuk membeli buku di gramed*a terdekat sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Gara-gara Mang Sarip nih, kalo gue tau bakal gini mendingan bareng dua curut itu tadi mana masih jauh lagi" kesalnya mengusap peluh keringat di dahinya.
"Woyy lo matahari bisa kah lo redup sebentar saja, gue ini kepanasan lo tau hah!" Aqila terus saja berbicara hal yang lebih gila lagi.
"Waduhh, ngapa tuh tuyul ada di tengah jalan" ucap Aqila melihat seorang anak kecil yang berada di tengah jalan sambil menangis. Mata Qila membulat sempurna disaat melihat ada sebuah truk dengan kecepatan tinggi.
"Woyy tuyullll awasss jangan di situuuu!!" teriak Aqila berlari menghampiri bocah kecil itu.
"AWASSS!!!"
"AWASS DEKK!!"
BRAKK
BRUGGH
BRUMM
KREKK
Aqila terpental beberapa meter setelah menyelamatkan bocah kecil itu, tubuhnya sangat mengenaskan penuh dengan luka dan darah. Semua orang yang melihat kejadian itu sontak terkejut dan berteriak histeris mendekati Aqila yang penuh dengan darah dan terkapar tak berdaya.
Aqila merasakan sakit yang amat sangat di sekujur tubuhnya terutama bagian kepalanya. Matanya berkaca-kaca mengingat wajah kedua orang tuanya dan abangnya Lorenz yang selalu ada untuk dia.
"Qi-la hiks sa-yang ka-li-an hiks se-mua hiks hiks" lirih gadis itu tanpa suara.
"Apa ini terakhir kali gue di du-nia?" tanyanya lirih dengan air mata yang bercampur darah, matanya sudah memburam.
"Tuhan maafin Qila dulu pernah nyolong mangga Pak Solihin" batinnya meringis lalu gelap menghampiri dirinya dengan hembusan nafas terakhir.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Eghuuuh" lengkuhnya
"Hah gue dimana nih?" Qila menatap sekelilingnya yang berwarna putih, "Apa gue sudah mati dan ini yang namanya akhirat?" gumamnya menatap sekitar.
Njirr ternyata gini ya akhirat, kok kayak ruang biasa yaa. Kok gue belum ditanya malaikat.. Batin Aqila ngawur.
Ceklekk
Masuk seorang pria berjas putih dan menghampiri dirinya membuat Aqila berpikur dia benar-benar sudah mati bahkan malaikat pun sudah menghampirinya.
"Anda sudah sadar nona?" tanya pria tersebut membuat Qila mengerutkan dahinya bingung.
"Apa Anda ini malaikat?" tanya Qila dengan tampang polosnya membuat pria di depannya terkekeh.
"Saya dokter bukan malaikat nona"
"Oh dokter" Qila menganggukkan kepalanya polos dan terdiam sebentar memikirkan sesuatu.
Tunggu!! Tadi orang ini bilang dia dokterkan bukan malaikat jadi artinya Qila masih hidup.
"Apa!? Dokter? Jadi saya masih hidup? Belum mati?" tanya Qila dengan wajah syok dan terkejut.
"Belum nona, Anda masih hidup" jawab dokter tersebut terkekeh geli mendengar pertanyaan Aqila.
Ceklekk (anggep ae suara pintu di buka)
"Rin, kamu udah bangun, sayang?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru masuk bernama Ayudia. Terlihat dari raut wajahnya dia sangat khawatir, dia mengeluarkan air mata yang cukup deras membasahi pipinya.
"Ada yang sakit, Nak?" tanya seorang pria paruh baya yang masuk bersama Ayudia bernama Adelard.
Ni ibu-ibu dan bapak-bapak siapa? Kok manggil gue Rin? Salah orang kali ya? Jelas-jelas nama gue Aqila, dih. Batin Aqila.
"Maaf, tapi Ibu sama Bapak siapa ya?" tanya Aqila.
"Rin, kamu nggak inget sama Mommy, sayang?"
"Ibu salah orang kali, saya nggak kenal sama Ibu"
"Ririn, jangan bercanda kamu, ini Mommy dan ini Daddy. Kamu nggak inget sama kami?"
Ni orang dua ngaku-ngaku, mama papa gue ada di rumah dan sejak kapan gue panggil nyokap bokap gue Mami Dedi. Batin Aqila
"Dokter ini anak saya kenapa?" tanya Adelard cemas.
"Om tante saya nggak bercanda, seriusan deh. Bahkan bisa sampe dua rius tiga rius, om tante. Saya bener-bener nggak kenal sama kalian." Ucap Aqila berusaha meyakinkan Ayudia.
"Dok, cepet periksa anak saya!!" sertak Adelard.
"Nona saya periksa dulu"
Tapi tiba-tiba Aqila merasa sakit perut. "Aduh Dok, sebentar yaa, sepertinya saya harus cepet-cepet mengeluarkan sisa zat yang sudah tidak di butuhkan lagi oleh tubuh, Dok"
Aqila melepaskan semua peralatan medis yang menempel pada tubuhnya.
"Rin, kamu ini lagi ngapain, eh Rin?" panik Adelard. Ia berusaha mencegah anaknya untuk tidak melepaskan peralatan medis itu.
"Aduhh om, saya udah nggak kuat ni udah di ujung banget". jawab Aqila sambil berusaha melepaskan infusnya.
"Tapi Rin kamu baru sadar"
"Saya nggak papa, Tan." ucap Aqila. Ia pun segera bangun dan langsung berlari menuju ke arah kamar mandi.
Dokter yang dari tadi melihat bagaimana pasiennya dengan gampangnya melepas semua peralatan medis dan berlari terperangah. Bukankah kakinya dinyatakan lumpuh dan tangannya sedikit bermasalah tapi apa yang baru ia lihat, sungguh di luar dugaannya.
"Dok, itu anak saya kenapa?" panik Ayudia melihat anaknya berlari menuju toilet.
"Saya juga nggak tau bu" jawab sang dokter yang sedang kebingungan melihat itu semua. ia pun baru melihat hal seperti ini. Dimana pasien yang dinyatakan koma sesaat ini sudah bisa berlari kencang tanpa bantuan siapa-siapa.
"Dokter gimana sih masak nggak tau" sentak Ayudia. Sedangkan sang dokter mengabaikannya, ia masih memikirkan bagaimana semua ini bisa terjadi. Kok bisa ya
"AAAAAAAAAAA_
...----------------...
ig : @knririn_
"AAAAAAAA-" terdengar teriakan dari dalam kamar mandi.
Adelard, Ayudia dan dokter itu pun berlari menuju ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa kali mereka mengetuk-ngetuk pintu akhirnya Aqila membuka pintu kamar mandi tersebut.
"Om, kok muka saya jadi gini?" tanya Aqila panik.
"Lahh, emang muka kamu begitu, Rin" jawab Adelard bingung dengan anak gadisnya.
"Ini bukan wajah saya, Om. Dokter, saya nggak di operasi plastik kan, dok?" tanya Aqila kepada dokter tersebut.
"Rin, kamu kenapa sih? Muka kamu emang begini nggak ada yang berubah sedikit pun." jelas Ayudia.
"Kalian tenang dulu ya! Ayo Ririn kita kembali dulu ke ranjang kamu, biar saya periksa terlebih dahulu!" ucap sang dokter
Aqila pun menuruti ucapan sang dokter. Ia berjalan menuju ke ranjangnya tanpa bantuan siapa-siapa. Setelah berbaring, dokter pun langsung memeriksa Aqila semuanya secara detail.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" gumam dokter.
"Apanya dok?" tanya Aqila dengan polosnya.
"Waktu kemarin kamu di bawa ke sini, kamu itu mengalami koma. Bagaimana bisa kamu langsung sehat seperti ini?" tanya dokter ith tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Dan itu, bagaimana kaki dan tangan kamu bisa di gerakkan dengan bebas, harusnya kaki kamu itu lumpuh dan tangan kamu patah tulang bagian kiri."
"Hah? Dokter doain saya lumpuh dan patah tulang" cengo Aqila.
"Bukan seperti itu. Saya hanya penasaran kenapa kamu bisa pulih dengan waktu yang sangat cepat seperti ini?"
Lahh iya ya, kan waktu itu gue di tabrak truk dan gue rasa badan gue hancur terus sekarang kenapa badan gue utuh nggak ada lecetnya yaa, bisa lari juga gue tadi hebat bener dah. Batin Aqila.
"Saya nggak kenapa-napa kok dok"
"Pak Bu, sepertinya anak kalian mendapatkan keajaiban dari Tuhan. Karena sampai saat ini, saya belum pernah melihat kejadian seperti ini. Dan anak bapak dan ibu sepertinya mengalami amnesia. Anak kalian sudah di perbolehkan pulang hari ini. Kalo begitu, saya permisi dulu ya pak bu, mari" jelas sang dokter hendak melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruangan tersebut.
"Eh tunggu dulu, dok! Ini muka saya kenapa berubah begini. Iya walaupun muka ini cantik banget tapi ini bukan muka saya dok" omel Aqila.
"Itu muka kamu kok, dek" setelah mengatakan itu, dokter tersebut benar-benar pergi keluar ruangan.
Anjirr ini gimana ceritanya? Kok gue bisa jadi gini bangs***. Batin Aqila menjambak rambutnya frustasi. "AAAAAAAAA-" Aqila teriak sekencang-kencangnya.
"Rin, kamu tenang dulu oke!" ucap Ayudia berusaha menenangkan anaknya.
Duh anjirr ini ibu-ibu sama bapak-bapak siapa lagi. Nambah beban pikiran aja, mama papa gue kok nggak dateng nengokin gue itu juga dua curut bestie gue pada kemana sih njirr. Batin Aqila.
"Rin, dengerin kita! Nama kamu itu Ririn Lethicia Xaviera dan kita itu orang tua kamu, Rin. Kamu itu anak Mommy sama Daddy, Rin." ucap Aderald.
Aduh gue jawab apa, ya? Gue iyain aja kali ya biar cepet. Batin Aqila kebingungan harus menjawab apa. Sebenarnya dia ingin mengelak. Namun, melihat raut wajah kedua orang di depannya dia jadi tidak tega, apa lagi dengan kondisi wajahnya yang begini sekarang. Walau pun dia mengelak pasti mereka tidak mempercayainya.
"Oke, aku Ririn dan kalian orang tuanya aku dan sekarang kita sedang ada dimana? Jakarta? Bandung? Surabaya? Bogor? Atau di dunia lain?" tanya Aqila.
"Kita di Jakarta, Nak. Dari dulu kita tinggal di Jakarta, kota kelahiran kamu." jawab Ayudia yang langsung di angguki oleh Adelard.
Nah loh busyettt di Jakarta nggak tuh? Mana gue nggak pernah ke luar kota lagi, bagaimana gue bisa pulang ke Bandung. Batin Aqila menjerit.
"Ya udah, kita pulang sekarang yaa! Anak Daddy pinter sembuhnya cepat." ucap Adelard sembari tertawa manis kepada anaknya.
"Iya dong, siapa dulu dong Mommynya?" sahut Ayudia.
Nih orang gila kali ya, udah salah PD banget lagi bilang 'siapa dulu Mommynya' ckck. cibir Aqila dalam hatinya.
Kini mereka sedang berada di perjalanan pulang menuju kediaman Adelard dan Ayudia. Di sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, tidak ada yang berniat membuka suara. Di sepanjang perjalanan itu pula, Aqila melamun sembari memperhatikan jalanan. Ia mesih tidak percaya dengan apa yang terjadi kepada dirinya. Semuanya terasa sangat tidak masuk akal.
Kini mereka telah sampai di rumah Adelard. Aqila langsung di antarkan ke kamarnya oleh kedua orang tuanya. Dia memperhatikan setiap sudut ruangan tersebut.
"Njirr ni kamar udah kayak kamar bocil aja, semuanya serba pink pening pala gue liatnya. Tapi kamarnya luas juga bisa nih gue ajak satu kelurahan ke kamar. Dari depan gerbang aja udah keliatan sih seberapa gedenya rumah ini." gumam Aqila.
Aqila pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang lebih nyaman dari pada sebelumnya. Karena Aqila termasuk ke dalam golongan orang-orang *****, jadi tanpa berlama-lama dia sudah masuk ke alam mimpinya.
Kini Aqila berada di taman yang sangat indah dan dia melihat banyak bunga-bunga yang indah. Di sana tidak ada yang namanya bunga bangkai, semuanya terlihat indah dan juga wangi tentunya.
"Hai!" spaa seorang gadis yang sedang memakai baju berwarna putih.
Aqila pun merasa sangat terkejut ketika melihat seorang gadis berdiri tepat di hadapannya. "Weeh anjirr Astagfirullahalazim ngagetin aja." ucap Aqila mengusap-usap dadanya.
"Hehe maaf, kaget ya?" tanya gadis tersebut.
"Pake nanya lagi lo. Lo itu siapa si?" tanya Aqila.
Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengajak Aqila berjabat tangan. "Kenalin, gue Rirun yang aslu. Gue pemilik raga yang lo tempatin saat ini."
Aqila menjabat tangan gadis itu. "Eh bentar! Lo Ririn yang punya raga yang gue tempatin, maksudnya?" tanya Aqila.
"Entah gimana caranya, tapi tanpa sengaja lo bertransmigrasi ke dalam raga gue." jelas Ririn.
"Enggak mungkinlah. Mana ada transmigrasi-transmigrasi kayak gitu. Itu tuh cuma ada di dunia halu doang, bro." Aqila tidak percaya dengan perkataan Ririn.
"Terserah lo mau percaya atau nggak. Tapi itulah kenyataannya." ucap Ririn.
Aqila terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. Dia masih belum percaya dengan semua ini. "Lahh terus kalo raga lo gue tempatin, terus jiwa lo kemana jamilahh. Terus raga gue gimana?"
"Gue udah meninggal gara-gara kecelakaan kemarin." Ririn tersenyum getir. "Tubuh lo sekarang sudah di kubur, raga lo sudah meninggal karena kecelakaan itu tapi jiwa lo masih hidup dan tempatin raga gue. Gue juga belum beristirahat dengan tenang, karena gak ada raga yang bisa gue tempatin. Gue mohon bantuin gue supaya gue tenang, lo mau kan bantuin gue.?" tanya Ririn.
"Aelah lo udah meninggal juga masih aja minta bantuan, udah buruan mau gue bantuin apa?" ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
NEXT!
"Lo terlalu bodoh Rin, harusnya lo lawan semua orang yang rundung lo. But it's oke lo tenang aja gue yang sekarang bakal balas semua orang yang nyakitin lo." gumamnya.
"Karena gue adalah Aqila Zara Maureen gue nggak bakalan lepasin siapa pun yang berani ganggu tubuh ini" dengan senyum miring yang terbit di bibirnya dengan aura dingin yang menguar di tubuhnya.
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu yang di sebabkan oleh Nathan, abangnya Ririn.
"Dek, ayo turun makan malam." ucap Nathan.
"Dek?" ucapnya lagi karena tidak ada sahutan dari dalam.
Ceklekk
"Kakak siapa?" tanya Ririn dengan polosnya. Sedangkan Nathan yang di tanya seperti itu terkejud bukan maen.
"Dek, ini Abang. Kamu kok tanyanya gitu sih, abang nggak suka yaa." ucap Nathan sendu.
"Abang kenal aku?" tanya Ririn lagi dengan polosnya.
"Mommyyyyyyy Daddyyyyy" teriak Nathan.
"Kenapa sih bang?" tanya Adelard
"Kok Ririn nggak inget sama abang sih, dia mau ngeprank. Maaf dek nggak mempan."
"Abang maaf" ucap Ririn.
Njirr canggung bet dah ah gila. Oke, Qil lo harus tenang, jangan kaku-kaku amat lo!. Inget, lo harus bahagiain mereka!. Batinnya.
"Rin, maaf ya mommy hari ini nggak masak telur balado, nggak papa ya?" tanya Ayudia dengan hati-hati.
"Oh ya, nggak papa kok mom" jawab Ririn. "Oh ya Mom, mulai sekarang aku nggak mau makan telur lagi."
"Tumben, kenapa?". tanya Nathan.
"Iya, itu kan makanan kesukaan kamu. Biasanya kalo nggak ada telur balado kamu nggak makan sampe-sampe Daddy bosen liatnya." ucap Adelard.
"Nah itu Daddy tau, Daddy aja yang liat bosen apa lagi Ririn yang makan."
"Tapi kan..-
"Nggak usah Mom, aku punya tangan biaa ambil sendiri." ucap Ririn terkekeh
"Ada-ada aja kamu, dek."
"Stop!!"
Ririn yang mendengar itu pun menghentikan kegiatannya. "Ke-kenapa, Dad?" tanya Ririn kebingungan.
"Sejak kapan kamu suka ayam?" bukan Adelard yang menyakan hal tersebut tapi Nathan.
"Rin, Mommy boleh minta tolong, sayang?" tanya Ayudia yang datang dari arah dapur sembari membawa sebuah kantong kresek yang lumayan besar.
Ririn yang mendengar itu mengalihkah pandangannya menatap Ayudia. "minta tolong apa mam?"
"Tolong kamu simpan sampah ini di depan rumah ya, biar besok langsung di bawa sama tukang sampah keliling."
"Iih nyuruhnya nggak aesthetic banget, buang sampah."ucap Ririn sembari berjalan menghampiri Ayudia dan mengambil kresek sampah itu.
...🌱...
ig : @knririn
jangan lupa tinggalkan jejak yaw gengs ✓
"Lo harus bisa mengubah pandangan semua orang terhadap gue, lo harus perbaiki semua yang sudah gue perbuat. Lo harus buat orang yang gue suka jadi tidak benci lagi sama gue, meski pun dia nggak cinta sama gue tapi setidaknya dia tidak benci gue lagi. Itu aja kok" ucap Ririn.
"Itu aja? Eh maemunah nggak ada yang lain apa yang lo mau gue bantu. Lagian udah mati juga masih aja nyusahin lo, aelah." omel Aqila.
"Udah ya, sampai ketemu lagi Aqila." Ririn melambaikan tangannya dan pergi mengikuti angin.
"Ehh jamilah gue belum selesee." ...
*****
Ririn atau yang lebih tepatnya Aqila yang mengisi tubuh Ririn membuka matanya. Mimpinya tadi itu sungguh membuatnya gila di tambah lagi ingatan tentang sosok yang punya badanyang sedang Qila tempati ini membuat kepalanya seakan ingin pecah dan meledak seperti bom di suatu waktu.
Jadi, Aqila harus tinggal dalam tubuhnya Ririn Lethicia Xaviera yang merupakan anak dari Ayudia Xaviera dan Adelard Joshua Xaviera serta adik dari Nathaniel Lethi Xaviera. Jangan lupakan bahwa gadis yang di tempati oleh Aqila tersebut selalu berpakaian seperti jal*ng, selalu bermake-up tebal menor, di juluki Queen of Bullying di sekolahnya dan satu lagi gadis yang selalu mencari perhatian pada seorang pria bernama Cavero Koa Nelson.
Seorang most wanted di sekolahnya, tak hayal juga Ririn selalu menjadi bahan cemooh teman-temannya yang lain bahkan di kenal memiliki banyak musuh.
Bukan keinginannya untuk memiliki banyak musuh, tapi mereka sendiri yang menganggap Ririn musuhnya mungkin karena iri terhadap dirinya. Karena itu juga Ririn banyak memiliki rasa sakit baik itu fisik atau pun batin tanpa ada seorang pun yang mau mempercayainya.
Tapi sekarang jangan sama kan tubuh yang sekarang dengan Ririn yang asli, namun sekarang Aqila lah yang mengisi raga ini gadis barbar yang tidak jika dirinya di ganggu. Apa lagi yang berani menyakitinya siap-siap saja senggol dikit bacok itulah Aqila.
"Lo terlalu bodoh Rin, harusnya lo lawan semua orang yang rundung lo. But it's oke lo tenang aja gue yang sekarang bakal balas semua orang yang nyakitin lo." gumamnya.
"Karena gue adalah Aqila Zara Maureen gue nggak bakalan lepasin siapa pun yang berani ganggu tubuh ini" dengan senyum miring yang terbit di bibirnya dengan aura dingin yang menguar di tubuhnya.
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu yang di sebabkan oleh Nathan, abangnya Ririn.
"Dek, ayo turun makan malam." ucap Nathan.
"Dek?" ucapnya lagi karena tidak ada sahutan dari dalam.
Ceklekk
"Kakak siapa?" tanya Ririn dengan polosnya. Sedangkan Nathan yang di tanya seperti itu terkejud bukan maen.
Oke fiks mulai sekarang kita panggil Aqila dengan Ririn aja ya gengs karena dia yang punya raga.
"Dek, ini Abang. Kamu kok tanyanya gitu sih, abang nggak suka yaa." ucap Nathan sendu.
Meski pun sudah di kasih semua ingatan sama Ririn asli tapi Ririn KW tetap pura-pura dengan hilang ingatannya untuk melancarkan aksinya.
"Abang kenal aku?" tanya Ririn lagi dengan polosnya.
"Mommyyyyyyy Daddyyyyy" teriak Nathan.
"Kenapa sih bang?" tanya Adelard
"Kok Ririn nggak inget sama abang sih, dia mau ngeprank. Maaf dek nggak mempan."
"Mommy lupa kasih tau kamu, adek kamu hilang ingatan. Oh yaa Rin, ini Abang Nathan abang kandung kamu." ucap Ayudia sendu. Dia sangat sedih mengetahui anaknya mengalami hal tersebut. Nathan yang mendengar penjelasan Mommynya terkejut.
"Abang maaf" ucap Ririn.
"Eh tidak tidak bukan salah kamu, kamu tenang aja ya. Jangan di paksakan untuk ingat semua nanti kepalanya sakit. Sekarang ayo kita turun makan malam." ucap Nathan menenangkan semua orang termasuk dirinya.
Njirr canggung bet dah ah gila. Oke, Qil lo harus tenang, jangan kaku-kaku amat lo!. Inget, lo harus bahagiain mereka!. Batinnya.
"Rin, maaf ya mommy hari ini nggak masak telur balado, nggak papa ya?" tanya Ayudia dengan hati-hati.
Njir, sejak kapan gue suka segala macam telur. Batin Ririn panik.
"Oh ya, nggak papa kok mom" jawab Ririn. "Oh ya Mom, mulai sekarang aku nggak mau makan telur lagi."
Mendengar jawaban Ririn membuat semua yang ada di sana cengo, pasalnya kalo nggak ada telur balado pasti Ririn akan marah-marah nggak mau makan, tapi sekarang..
"Tumben, kenapa?". tanya Nathan.
"Iya, itu kan makanan kesukaan kamu. Biasanya kalo nggak ada telur balado kamu nggak makan sampe-sampe Daddy bosen liatnya." ucap Adelard.
"Nah itu Daddy tau, Daddy aja yang liat bosen apa lagi Ririn yang makan."
"Tapi kan..-
"Udah ya Mom, pokoknya mulai hari ini Ririn nggak mau lagi ada telur di sini. Ayo sekarang kita makan kasian Abang sama Daddy kasian juga makanannya kalo di anggurin begini." ucap Ririn final.
Ayudia tersenyum manis, dia sangat bersyukur karena kali ini Ririn tidak marah prihal telur balado. "Yaudah ayo! Kamu mau makan apa, biar mommy siapin?"
"Nggak usah Mom, aku punya tangan biaa ambil sendiri." ucap Ririn terkekeh
"Ada-ada aja kamu, dek."
Ririn mengambil piring dan nasi serta lauk pauk sesuka hatinya, karena dia adalah anak dari yang punya rumah sekarang haha. Namun, waktu ia akan mengambil ayam tiba-tiba Adelard menghentikannya.
"Stop!!"
Ririn yang mendengar itu pun menghentikan kegiatannya. "Ke-kenapa, Dad?" tanya Ririn kebingungan.
"Sejak kapan kamu suka ayam?" bukan Adelard yang menyakan hal tersebut tapi Nathan.
"Sejak sekarang. Ini mau ngambil ayam." jawab Ririn dengan santai dan duduk kembalu.
"Tap-" ucapan Ade di potong oleh Ayudia. "udahlah Dad, biarin aja!"
Ririn pun terkekeh melihat kejadian ini. Mereka pun makan dengan hening, tidak ada yang membuka suara. Mereka lebih memilih menikmati makanan yang ada di depannya saat ini.
Kini Ririn sedang duduk di sofa yang berada di ruang keluarga sambil menonton tv. Sebenarnya ia tidak sedang menonton tv, malahan tv yang menontoninya yang sedang fokus mengutak-atik handpone. Ia sedang berusaha membuka sandi handpone tersebut, karena ia tidak tau passwordnya dan ia lupa menanyakannya pada Ririn yang asli.
"Rin, Mommy boleh minta tolong, sayang?" tanya Ayudia yang datang dari arah dapur sembari membawa sebuah kantong kresek yang lumayan besar.
Ririn yang mendengar itu mengalihkab pandangannya menatap Ayudia. "minta tolong apa mam?"
"Tolong kamu simpan sampah ini di depan rumah ya, biar besok langsung di bawa sama tukang sampah keliling."
"Iih nyuruhnya nggak aesthetic banget, buang sampah."ucap Ririn sembari berjalan menghampiri Ayudia dan mengambil kresek sampah itu.
"Ada-ada aja." Ayudia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum manis melihat kelakuan anaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
NEXT!
"Gue ikut ngumpet bentar ya!" ucap pemuda itu. Tanpa mendengar jawaban dari Ririn pemuda itu segera mengumpat di balik tembok pagar rumahnya.
Gila kali ya ni orang. Masa main petak umpet malem-malem begini. Cibir Ririn dalam hatinya.
"Neng, liat anak laki-laki lari ke sini nggak?" tanya salah satu orang dari mereka.
"Nggak ada tuh pak, saya lagi buang sampah-sampah" jawab Ririn dengan wajah polosnya.
"Oh ya udah. Makasih ya neng." ucap orang tersebut. Mereka langsung berlari pergi meninggalkan Ririn untuk melanjutkan pencariannya lagi.
Pemuda itu pun keluar dari tempat persembunyiannya. "Thanks." Itulah satu kata yang keluar dari mulut pemuda tersebut, ia pun pergi meninggalkan Ririn.
Ehh kamprett jambret ternyata. Batin Ririn. Ia pun menutup gerbang dan berjalan menuju rumahnya.
*****
"Eh njirr, si Ririn ternyata cantik banget. Ini nih yang namanya definisi cantik luar dalam dan dalam. Raganya cantik, jiwanya apalagi, gue juga orangnya baek. Definisi bidadari kerasukan bidadari, perpaduan yang sangat perfect." Ucap Ririn berbicara pada dirinya sendiri.
"Eh tunggu, nanti kalo gue ke bawah harus cupika-cupiki nggak ya? Biasanya kan kalo orang tua sama anak suka pake cium-cium gitu. Oh My God kalo gitu nanti gue bakal ciuman sama om-om dong. Aduh dia bikan bapak gue, ******."
"Eh tapi kan yang ciuman kan raganya si Ririn ya. Tapi, gimana kalo ciuman itu bekasnya sampe ke jiwa gue bisa habis gue, nanti gue nggak suci lagi dong. Aaaahhhh anjim. ngeribetin banget sih, sama bapak sendiri aja gue nggak pernah. Apa gue gas aja ya? Semoga aja gue dapet promo kan, lagian raga gue udah di kubur mungkin sekarang tinggal tulangnya doang. Disini kan gue lagi menjalankan suatu misi kebaikan. Nah iya gitu aja, ya udahlah gas aja njirr."
Setelah berdebat dengan logikanya, Ririn keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk sarapan.
"Eh Rin sudah siap?" tanya Ayudia yang melihat anaknya sudah rapi sembari merentangkan tangannya.
Udah gue duga harus cupika-cupiki. Batin Ririn jengah.
"Rin, kamu mau hadiah apa dari daddy?" tanya Ade secara tiba-tiba.
Ririn mengangkat sebelah alisnya. "Hadiah buat?" Tanya Ririn kebingungan.
"Atas kesembuhan kamu ini."
"E-eh nggak kok, dad."
"Jadi, mau hadiah apa?"
"Motor, dad" jawab Ririn cepat.
Mereka bertiga yang mendengar permintaan Ririn terkejut sekaligus bingung.
"Nggak ada motor-motoran." Bukan Ade yang jawab tapi Nathan. Pasalnya dia sangat tau adiknya inu tidak bisa pake motor.
"Tapi aku maunya motor, bang" rengek Ririn. "Dad, ya ya ya!"
"Nggak. Daddy mending beliin kamu rumah, apartemen atau mobil pun yang lain. Kalo motor daddy tolak!." ucap Ade tak terbantahkan.
"Nggak kok dad, bang. Aku janji akan hati-hati." ucap Ririn meyakinkan.
Ade menghembuskan nafasnya kasar. Kalau tau begini, ia tidak akan menawarkan hadiah kepada Ririn, pikirnya. "Ya udah nanti daddy beliin motor mafic buat kamu." ucap Ade final.
"Iish kok motor matic sih, dad. Nggak keren tau."
"Terus maunya motor apa? Supra? King" ucap Ade
"Eh motor apaan tuh? Aku tuh maunya motor sport dad" ucap Ririn cengengesan. Biarlah kali dia dikatakan tidak tau malu.
"Mending beli matic atau nggak sama sekali?" ucap Ade menengahi pertengkaran adek kakak itu.
"Iya nggak matic, makanya beli motor sport, dad. Gitu kan?"
Mereka yang mendengar penuturan Ririn sama-sama menepuk jidatnya masing-masing. "Nggak gitu konsepnya, Rin!!" ucap Nathan frustasi dengan kelakuan adiknya ini.
"Ya udah gini aja deh, gimana kalo aku buktii dulu kalo aku bisa motor. Nanti kalo kalian udah liat baru deh beliin. Gimana?" tawar Ririn.
"Deal!" ucap Ririn tersenyum senang.
"Mang Ucup!!" Panggil Ririn kepada satpam tersebut.
...🌱...
ig : @knririn_
jangan lupa tinggalkan jejak ya gengs, vote dan komen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!