(PENDAHULUAN)
Selamat pagi...
Kali ini saya kedatangan tamu istimewa yang mungkin pembaca sudah tau sebelumnya, mereka adalah beberapa orang yang selamat dan berjasa pada kasus Konser berdarah di Vila kutukan.
Mereka adalah Ali, Dani, Ukik, Broni, Tifano, dan Wildan, sedangkan ibor dan Gilank tidak bisa hadir karena posisi mereka berdua ada di luar kota.
Untuk tamu yang kedua ini adalah seorang buruh proyek yang entah bagaimana dia tau saya yang menulis tentang Konser berdarah...., dia adalah seorang laki laki bernama Kaswadi yang terlihat kuyu dan kelelahan.
Pembaca pasti sudah tau kan ke enam remaja itu berhasil lolos dari rumah putih dalam keadaan yang yah begitulah, pokoknya mereka selamat dari sana lah.
Nah untuk sekarang ini mereka plus pak Kaswadi datang ke saya karena adanya kasus lanjutan yang berhubungan dengan vila putih.
Tetapi bukan vila putih saja, ternyata juga ada kaitannya dengan keanehan di hotel Waji pada novel Indah laminatingrum.
Sayangnya ketiga tokoh dalam novel Indah laminatingrum tidak mau hadir. Ketika saya konfirmasi, mereka akan datang apabila saya mengundang mereka untuk mencocokan apa yang diceritakan oleh keenam pemuda plus Kaswadi.
Kali ini saya yang akan bercerita kembali kepada para pembaca dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga ( agak susah dan butuh penyesuaian dulu).
Saya bercerita berdasarkan apa yang mereka sampaikan kepada saya dengan cara dan ciri saya, termasuk kata kata yang kurang terhormat yang biasanya mereka lontarkan.
Semua ini akan saya rangkum menjadi sebuah cerita yang akan pembaca nikmati tanpa menambah atau mengurangi kadar cerita dari mereka.
Mari kita simak
\=\=\=\=
(KASWADI)
Namanya adalah Kaswadi, dia hanya buruh bangunan dari sebuah perusahaan kontraktor yang sedang menghancurkan rumah-rumah kosong di sebuah desa kosong untuk dijadikan resort.
Apa itu resort?.. Hal yang sering ditanyakan Kaswadi kepada temanya, karena dia ndak paham sama sekali arti dari resort.
Saat itu hari sabtu pukul lima sore, seharusnya Kaswadi sebagai buruh sudah pulang ke rumah masing-masing, atau bagi sebagian yang tinggal diluar kota bisa tidur di bedeng yang sudah disediakan perusahaan untuk tempat menginap buruh yang tidak pulang.
Kaswadi sendiri biasanya pulang ke rumah dua minggu sekali, dua minggu sekali bagi dia untuk ngirit biaya perjalanan lah karena rumah dia agak jauh dari proyek, Kaswadi berasal dari daerah Pct, sedangkan desa ini ada di daerah Prgn.
Tugas dia disini hanya sebagai buruh bangunan yang bertugas memasukan sisa-sisa geragal yang tidak terangkat eskavator ke atas bak dum truck yang menunggu untuk segera di isi.
Entah kenapa sore ini dia tidak ingin pulang cepat, dia masih membersihkan sisa puing-puing rumah disebuah desa yang sudah ditinggalkan penduduknya.
Bukan ditinggal penduduknya sih, lebih tepatnya mungkin area desa ini sudah dibeli oleh cukong cukong kaya untuk djadikan apa itu yang mereka biasanya sebut resort.
Sore itu di area pembongkaran sudah sepi, seluruh buruh sudah meninggalkan area itu. Sebetulnya ini adalah hal yang aneh, karena biasanya pekerjaan proyek besar seperti itu dilakukan hingga 24 jam kan.
Tetapi ndak tau kenapa, di area itu hanya diperbolehkan kerja mulai jam 06.00 pagi hingga jam 17.00 sore saja.
-Apakah para pemilik uang tidak rugi dengan pembatasan jam kerja ini?-
“Saya ndak tau, saya ya ndak ngurusi hal itu mbak, yang penting saya kerja kemudian dibayar mingguan disini” jawab Kaswadi
Tetapi sabtu sore setelah bayaran, tiba-tiba Kaswadi kok punya keinginan untuk melihat kembali rumah-rumah yang telah dihancurkan.
Remang remang lampu sorot yang ada diujung proyek tidak mampu menerangi hampir seluruh rumah yang dirobohkan.
Aura mistis di sore menjelang maghrib ini mulai bermunculan, tetapi anehnya Kaswadi merasa harus mendatangi salah satu rumah disini.
Rumah yang akan dia datangi letaknya agak ditengah dari gang yang sebagian rumahnya sedang dihancurkan.
Dia berjalan tepat di depan eskavator yang besok senin mulai menghancurkan dan mengangkati reruntuhan rumah.
Dia berjalan di sebuah rumah yang sebagian sudah hancur, khususnya di kamar depan dan ruang tamu, anehnya Kaswadi bisa merasakan sesuatu yang gimana gitu disini.
Anehnya dia sekarang juga bisa merasakan suatu rasa emosional di rumah yang sedang dia perhatikan dengan teliti, tapi hingga sekarang dia belum tau atau ndak tau apa yang menyebabkan adanya sebuah perasaan emosional disini.
Di gelap sore menjelang malam, Kaswadi berjalan menuju ke arah belakang, tepatnya ke arah bekas kamar mandi rumah yang sedari tadi menarik perhatianya.
Diperhatikannya lantai rumah yang sebagian berupa acian semen yang halus, dan sebagian lagi tanah yang dipadatkan, tidak sengaja mata dia tertuju kepada sebuah area di lantai yang tidak bersemen.
Lantai yang tidak bersemen ini berupa tanah yang dipadatkan hingga menyerupai acian semen.
Tetapi ada sebuah area yang menarik perhatian Kaswadi, sebuah area tanah yang agak tidak rata bagianya dari pada lainya. Lebih mbelenduk lah bahasa jawanya.
“Apa yang membuat lantai itu nampak begitu, apakah ada sesuatu yang dikubur dibawahnya” Pikir Kaswadi penasaran
Dia makin dibuat penasaran dengan bentuk tanah yang mbelenduk, “tapi apakah harus saya bongkar untuk menutupi rasa penarasan saya”
Keadaan disini sudah sepi, para buruh dan operator ekavator sudah tidak ada ditempat. Hanya ada penjaga area proyek saja yang masih duduk-duduk di pingir jalan untuk berganti dengan shift penjaga malam.
“Kalau seumpama tanah ini saya bongkar besok senin, takutnya hari senin sudah digerus oleh alat berat yang akan melakukan tugasnya mulai jam 06.00 pagi tepat” gumamnya, tetapi rasa penasaran ini makin menjadi-jadi tentang apa yang ada di bawah itu.
Kaswadi berjalan pelan menuju ke arah eskavator, karena biasanya ada linggis atau apapun di dalam situ, dan ternyata benar, di samping mesin ada sebuah linggis pajang yang biasanya digunakan untuk mencongkel sesuatu.
Dia pinjam sebentar lingis itu untuk membongkar gundukan atau blendukan tanah yang ada di rumah itu, dia merasa aneh kenapa kok semangat sekali untuk membongkar blendukan tanah itu.
Menurut kabar dari mandornya, dulu desa ini ditinggalkan oleh penduduknya karena sebuah serangan penyakit yang mematikan, mungkin sekitar lima tahunan desa ini sudah kosong.
Dan menurut cerita bakul kopi yang jualan di proyek dari pagi hingga sore, desa ini angker kalau malam hari , banyak penampakan aneh di desa ini, ndak ada yang berani membangun apa apa disini , karena katanya bisa kualat.
Sudah sepuluh menit dia berusaha membongkar gundukan tanah di rumah kosong, tetapi susah sekali untuk membongkar tanah padat itu.
Mungkin tanah itu sudah dipadatkan bertahun tahun lalu, sehigga sekarang bisa sekeras semen, tetapi rasa penasaran Kaswadi melebihi rasa capeknya, dia harus bisa membongkar tanah ini.
“Tapi..... jangan-jangan yang saya bongkar ini kuburan” dia bergumam sambil menghentikan aktifitas membokar tanah ini.
“Ah gak mungkin kuburan , kalau kuburan tidak sekecil ini lah” jawabnya sendiri
kemudian dia melanjutkan membongkar blendukan atau gundukan tanah itu
Hari semakin malam ketika linggis ini tiba-tiba menyentuh benda yang terbuat dari logam, dia lanjutkan terus membongkar tanah itu hingga benda kotak dari logam itu semakin nampak didepan matanya.
Dibersihkannya permukaan kotak besi itu dari tanah-tanah yang mengotorinya, kemudian perlahan lahan dia angkat kotak yang didalamnya keliatanya ada isinya ini.
Kotak besi yang tidak terlalu berat itu berhasil dia angkat dari dalam tanah. Dia mencoba goncang goncangkan kotak besi yang mungkin berukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dengan ketinggian sekitar 10 cm. Di dalamnya ternyata terdengar ada suara ubluk ubluk ubluk gitu.
Ada kejadian aneh ketika kotak itu dia angkat, tiba-tiba angin dingin berhembus di sekitar sana, hembusan angin dingin ini membuat dia merinding, sekitar satu menit angin dingin ini berhembus.
\=\=\=
Hari semakin malam , disana semakin gelap, cahaya lampu hanya ada di pintu masuk proyek saja, jelas lah Kaswadi tidak akan membuka kotak itu disana, dia harus membawa keluar dulu kotak besi ini dulu.
Tetapi kalau dia keluar melalui pintu gerbang proyek, pasti penjaga malam akan bertanya tentang apa yang sedang dia bawa, atau sedang apa dia ada disini hingga malam hari. Jadi lebih baik dia keluar melalui hutan yang ada disana.
Menurutnya hutan disana termasuk hutan yang lebat dan cukup mengerikan, bahkan beberapa teman buruh disana tidak ada yang berani untuk masuk ke hutan itu, lha tapi kok dia malah nekat malam-malam setelah maghrib malah lewat sana.
“Bismilahirahmanirahim...mugo-mugo ndak ada yang ganggu saya” kata Kaswadi dalam hati
Kaswadi berjalan terus menuju ke tengah hutan yang cukup menyeramkan, tetapi untungnya tidak ada apapun yang mengganggunya di hutan itu, hingga kemudian perjalanan dia tembus ke sebuah perkebunan penduduk di suatu desa.
Dari desa itu Kaswadi lanjut jalan kaki menuju ke arah keramaian untuk mencari angkot yang menuju ke daerah asalnya di Pct.
Ternyata menurut Kaswadi disana di daerah yang namanya Gebang banyak angkot yang menuju ke arah Pct, sehingga memudahkan dia untuk pulang.
Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya angkot sampai juga di daerah asal Kaswadi, sekarang dia lanjutkan berjalan kaki dari tempat angkot ini berhenti menuju ke tempat tinggalnya.
“Di desa ini angkot selalu berhenti disini, mereka berhenti untuk menunggu penumpang yang akan menuju ke arah Prgn” kata Kaswadi kepadaku
Rumah tempat tinggal Kaswadi ini ada di sebuah gang yang sempit, gang itu hanya bisa dilewati motor saja, itupun harus dituntun, karena jalan sempit ini susah apabila dibuat berpapasan dua sepeda motor.
Tidak terlalu lama ternyata Kaswadi sudah sampai di depan rumahnya, saat itu mungkin sudah pukul 21.00, hawa di desa tempat dia tinggal sangat dingin, maklum tempat dia tinggal ini ada di kaki gunung.
Di rumah itu hanya ada isrti dan dua orang anaknya yang masing-masing berusia 10 tahun yang bernama Prawiro atau biasa dipanggil Wiro, dan satunya adiknya yang bernama Cenik yang biasa dipangil ninik usia 8tahun.
Ternyata lampu rumah Kaswadi sudah padam karena memang saat ini sudah malam, mungkin istrinya juga sudah tidur karena dia tidak mengira kalau Kaswadi sekarang pulang, karena menurut kebiasaannya dia pulang dua minggu sekali.
diketuknya pintu rumah beberapa kali sambil memanggil nama istrinya, dan akhirnya lampu ruang tamu yang merangkap dapur menyala, dari sini dia bisa dengar kalau istrinya sedang berjalan menuju ke arah pintu.
“Siapppaaaa?” tanya istrinya dari dalam rumah
“Aku bu, bukake lawang” jawab Kaswadi sambil garuk garuk selangkangannya yang gatal karena kena daun daun waktu di hutan itu
“Kok wis mulih pak ( kok sudah pulang pak)” tanya istrinya melihat dia pulang lebih awal dari pada biasanya
(Selanjutnya percakapan akan saya artikan menggunakan bahasa indonesia saja agar pembaca bisa memahaminya)
“Kangen sama keluarga bu, sekali kali pulang cepet bu”jawab Kaswadi sambil mencium kening istrinya dengan mesra
“Itu apa pak, kok bawa kotak besi segala, bukan milik proyek kan pak, jangan berbuat jahat lho pak”
“Ndak bu, ini aku dapat nemu di bawah tanah rumah yang akan dibongkar bu, aku ndak tau apa isine, memang belum tak buka bu, besok ajalah kita buka”jawab Kaswadi sambil duduk di ruang tamu
Disimpannya kotak aneh itu di bawah kolong tempat tidurnya, kemudian selanjutnya setelah dia mandi dan sembahyang Isya, dia tunaikan kewajibanya sebagai suami yang kuat dan tahan lama.
Pagi yang dingin dengan segelas kopi buatan istrinya sendiri dan sebatang rokok klembak menjan made in muntilan jawa tengah yang menjadi kegemaranya, biasanya rokok klembak menyan ini dia hisap kalau malam jumat kliwon di proyek untuk mencari ramesan nomer.
Kaswadi duduk duduk di ruang tamu yang cukup sempit tapi cukup nyaman dari pada di bedak proyek yang bersempit sempitan dengan pekerja lainya.
“Buke, bawa sini kotak yang kemarin kutemukan di proyek bu, aku kok penasaran sama isine bu, siapa tau isine itu rejeki buat kita bu hehehe” teriaknya kepada istrinya yang sedang ada di dalam kamar
Istri Kaswadi datang dengan membawa kotak yang dia temukan di sebuah rumah kosong yang pada hari senin besok rumah itu akan dihancurkan untuk melanjutkan pembangunan sebuah resort disana.
Kotak dari besi itu kemudian dia taruh di meja ruang tamu yang sempit, kotak itu ternyata tidak digembok atau tidak ada pengaman apapun sehingga untuk membukanya cukup mencokel seperti kita kalau ingin membuka kaleng kong guwan isi rengginang.
Sekeliling kotak itu masih bagus, belum banyak karatnya sama sekali, mungkin juga karena kwalitas besi dari kotak ini yang lebih baik dari pada besi jaman sekarang.
Setelah dia teliti ternyata untuk membukanya kotak itu cukup menggunakan tangan saja , tidak memerlukan alat bantu lainya macam tang atau obeng.
“Bu, tolong pegang bagian bawahnya, bapak mau coba tarik yang bagian atas kotak ini bu” kata dia kepada Istrinya yang masih saja curiga dengan kotak yang saya bawa ini.
Braaakk…
Dua gulungan besar uang Gulden Belanda jatuh di lantai begitu juga beberapa lembar kertas yang lebih mirip kain yang penuh tulisan mandarin juga berjatuhan di lantai rumahnya.
“B..bu ini harta k…karun bu, ini uang Belanda, siapa tau masih bisa dijual bu” kata Kaswadi kepada istrinya dengan gembira
Ada dua gulungan uang Belanda yang satu gulung masih rapat berupa uang gulden yang bertuliskan seribu gulden bergambar wayang.
Yang satu gulung lagi sudah agak longgar mungkin sudah ada beberapa lembar yang diambil , dan sisanya yang berserakan adalah pecahan dengan nominal yang kecil di dalam kotak besi itu.
Di pungutnya gulungan uang itu, ternyata gulungan uang itu adalah uang baru, kecuali yang pecahan nominal kecil.
Tetapi saat ini istrinya sedang memperhatikan tiga lembar kertas yang bertuliskan aksara mandarin yang tentu saja mereka tidak paham sama sekali apa artinya.
“Itungen bu, ada berapa lembar uang itu bu, siapa tau bisa laku dengan harga lumayan bu” suruhnya
Setelah dihitung dengan cermat oleh istrinya ternyata,
“Yang gulungan rapat ini ada 30 lembar pak, sedangkan yang agak longgar ini 27 lembar, sedangkan yang pecahan kecil ini ada 8 lembar uang seratus gulden” jawab Istrinya
“Yang tulisan cina ini apa ya artinya pak, apa mungkin ini barang berharga juga pak, soalnya kan nyimpennya bersamaan dengan uang Belanda itu pak”
“Buke jajal koe telepon ning dik Trimo, tanyakan uang ini masih bernilai atau tidak, karena sak ngertiku uang kuno itu harganya mahal bu. Perkara tiga kertas kain tulisan cina itu nanti saja kita bahas bu”
Istri Kaswadi mempunyai adik yang bernama Trimo, dia bekerja di kota Sby, dia bekerja sebagai makelar mobil.
“Trimo opo yo ngerti to pak, dia kan bukan jual beli uang, dia di kota Sby kan jual beli mobil pak”kata istrnya dengan wajah agak bingung
“Jajal wae bu, siapa tau dia paham soal jual beli uang. Sekalian tanyakan soal tiga kertas ini bu”
“Bapak iki piye toooo, Trimo adiku ini bukan orang Cina pak. Dia kan orang jawa seperti kita pak, mana bisa dia berbahasa mandarin pak”jawab Istrinya dengan polos
“Bu, hehehe. Koe iki kok yo bodoneee kebangetan bu, aku ya tahu nek Trimo itu duduk wong cino, tapi kan dia banyak teman orang Cina bu. Wong pekerjaanya saja selalu dengan beberapa orang Cina kok bu”
“Satu-satu saja dulu pak. Yang uang ini dulu saja yang tak tanyakan ke dik Trimo” kata Istrinya yang kemudian ke kamar untuk mengambil HP miliknya
Kemudian dia memfoto satu lembar uang seribu gulden secara bolak balik. Kemudian foto itu dia kirim ke adiknya yang ada di kota Sby disertai pertanyaan....duit ini kalau djual laku berapa dik.
“Wis pak, sekarang tinggal nunggu balasan dari Trimo pak, saiki bapak arep sarapan apa pak?”
“Sembarang bu, aku ini tidak pernah rewel kalau mbok kasih makan apa saja bu, asal ojo racun bu hehehe”jawab Kaswadi yang berusaha mbanyol di depan istrinya agar gampang kalau Kaswadi minta jatah nganu
“Bu, dik Trimo belum balas Wa nya?”tanyanya dengan tidak sabar
“Kosik pak, ibu masih ambilkan bapak sarapan dulu pak, nanti tak lihatnya”
Mereka berduasarapan dengan lauk sederhana hanya tempe dan telur dadar serta sambel tomat bikinan istrinya, sambel ini menurut Kaswadi adalah paling enak sak dunia.
“Pak ini ada balasan dari Trimo” kata istrinya yang sedang memeriksa hp miliknya
“Tolong bacakan bu, aku kan isih makan bu”
“...Mbak kalau uang palsu harga di t*ko p*dia Cuma antara 25 ribu sampai 100 ribu, tergantung kondisine, tapi kalau uang asli bisa sampai 500 juta perlembar..”
Hooekk....!! Kaswadi memuntahkan makanan yang ada di dalam mulut..
Dia gemetar sambil melihat ke arah istrinya yang juga menjatuhkan Hp nya. Mereka berdua bingung dengan pesan Wa dari adik istrinya yang menyatakan kalau uang asli bisa bernilai 500 juta selembar.
“B..Bu.. u..uang yang ad..ada pada kita ada b...berapa lembar bu”
“A...ada 57 le...lembar pak” kata istrinya dengan wajah yang pucat sambil terus menerus beristigfar
Kaswadi ndak bisa bayangkan berapa rupiah yang akan dia terima apabila dia jual semua lembaran uang itu, tetapi dia juga mikir keselamatan keluarga apabila memegang uang sebanyak itu. jadi lebih baik dia jual satu lembar dulu saja.
“Sik pak, iki ada wa dari Trimo lagi pak” kata sang istri sambil membacakan isi wa dari adiknya
“...mbak, ini temanku ada yang mau beli uang palsu itu 100 ribu, kata temanku uangnya bagus, kondisine koyok asli....”
“Kui wa dari Trimo mas, piye ini mas apa yang harus aku wa lagi ke adiku lagimas ?” tanya istri Kaswadi dengan wajah yang bingung
“Begini saja bune , suruh Trimo kesini saja bune, bilang saja ada hal penting yang mau dibicarakan”
Istri Kaswadi akhirnya menyuruh adiknya untuk datang ke rumah ini, sebenarnya Kaswadi kurang percaya sama adik istrinya ini karena dia adalah makelar dan agak kurang baik dalam berdagang.
Tetapi untuk hal ini Kaswadi butuh pembuka jalan dulu sebelum menemukan pembeli yang serius, karena untuk buruh bangunan seperti dia ini kan tidak punya relasi jual beli sama sekali.
“Bu, kalau Trimo datang, jangan bilang kalau kita punya uang itu dalan jumlah banyak, bilang saja kita hanya punya 2 lembar saja bu, dan itupun dikasih oleh orng desa tempat bapak kerja”
“Iya pak, ibu ngerti Trimo itu kurang baik orangnya pak, kita harus lebih berhati-hati sama dia pak”
Ternyata istri Kaswadi juga paham dan sepemikiran dengan dia, sedangkan kalau menurut Kaswadi Trimo itu orangnya suka mencari kesempatan dari hal apapun.
Contohnya kalau saudara sedang susah, dia akan mencari sumbangan kepada saudara lainya. Tetapi dia juga ambil keuntungan dari sumbangan itu.
“Bu,simpan dulu gulungan uang dan lainya ini di tempat yang aman bu, takutnya ada apa-apa”
“ibu simpan di mana enaknya pak. Kita ambil dua lembar dulu saja, kemudian sisanya dimasukan ke kotaknya lagi pak, terus kubur di dapur saja pak, di bawah lemari dapur kan ada tanahnya pak” usul istri Kaswadi
Kedua anak Kaswadi datang dan duduk di pangkuan ayahnya, mereka berdua selalu menunggu ayahnya pulang. Setelah salim tangan kemudian mereka ngobrol hal biasa antara anak dan orang tua.
Setelah itu kedua anak Kaswadi sarapan, setelah sarapan mereka ucul dolan ke tetangganya lagi.
“Kubur sekarang saja pak, keburu Trimo datang lho, nanti kalau Trimo datang malah bakalketauan dia pak”
****************
“Asalamualaikum mbak ….Massss.” teriak Trimo dari luar
“Waalaikum salama, dik Trimo , ayo monggo masuk dik Trimo, wah kok cepetmen datangnya sih dik”
“Nganu mas, soalnya sekalian teman mau survey kendaraan di sekitar sini mas, jadi aku sekalian mampir ke rumah, tapi ndak bisa lama-lama mas, soale ndak enak sama temanku yang lagi nunggu di mobil itu” kata Trimo sambil menunjuk ke luar
“Ini ada apa to mas, eeh mas Kaswadi habis dikasih uang replica kuno ya mas, tapi lumyan lho, temenku mau beli 100 ribu kok je” kata Trimo
“Replika kui apa artine dik Trimo?”
“Replika itu artinya tiruan atau palsu yang mirip sekali dengan aslinya mas”
“Hehehe nek misal uang itu asli, kancamu wani piro dek Trimo?” tanya Kaswadi dengan tersenyum
“kalau asli temenku ndak berani mas, tapi ya ada kolektor khusus uang kunonya, tapi ya mosok iyo duit yang ada sama mas ini asli”tanya Trimo ndak percaya
Kaswadi ambil uang yang tadi dia taruh dibalik taplak meja, selembar uang kertas 1000 gulden gambar wayang asli!
“Perhatikan baik baik dek Trimo, yang kamu pegang itu yang asli , bukan tiruan atau buatan jaman sekarang, aku dikasih sama orang belanda yang rumahnya mau mas bongkar untuk proyek resort”
Trimo memperhatikan dengan teliti uang yang dia pegang, sesekali dia lihat internet untuk mengetahui keaslian uang kertas yang ada di tanganya. Sesaat kemudian dia menaruh uang itu di meja.
“M..maas kalau lihat ciri-cirinya..., itu u..uang asli, aku ndak berani megang mas, itu h...harganya bisa sampek setengah milyar mas” kata Trimo dengan terbata-bata.
“Aku yo wes ngerti yen uang iki asli Dek, wong masmu iki dikasih sendiri sama orang Belandanya lho. Wis gini saja, kamu coba tawarkan tapi jangaan semahal itu , tawarkan antara 200 sampai 300 juta, nanti kamu mas kasih persenan lima puluh juta, gimana dik Trimo?”
“Tenan mas? Serius ki mas? Tapi aku ndak berani bawa lho mas, kalau ada yang serius baru aku bawa kesini orangnya mas” kata Trimo yang kemudian memfoto uang itu dari berbagai sudut untuk menunjukan keotentikanya.
“Mbakyu ku mana to mas, kok dari tadi ndak keliatan”
“Mbakyumu sik belanja ning pasar kono lho dek, arep mbok tunggu ta dek?
“Ndak wis mas, aku tak langsung aja, sudah
ditunggu temanku di mobil mas”
Hari minggu sore Kaswadi harus kembali ke proyek, karena senin sudah harus mulai penuh aktivitas kerja di proyek.
"Bu'e uang yang dua lembar ini kamu pegang saja. Simpan dimanapun kamu bisa bu. Pokoke ojo sampek Trimo tau ya bu"
“Bu’e, kalau seumpama Trimo wa koe, kasih kabar aku secepatnya yo bu, nanti aku tak ijin pulang dengan alasan ada saudara yang sakit bu, kalau ndak mbok kabari ya aku baru bisa pulang hari sabtunya bu”
“Pokoke nek ada yang mau lihat uang, aku telponen dulu bu, jangan dikasih lihat dulu uangnya bu, bahaya soale bu, pokoknya jangan lupa telepon aku bu, nek hpku rak iso ditelepon , iki koe tak kasih no telpon mandorku si Samijan” Kaswadi menuliskan no telepon mandornya yang bernama Samijan
Samijan adalah mandor yang berasal dari desa yang sama dengan kaswadi, tetapi karir Samijan hebat , sekarang bisa jadi mandor, padahal dulu dia adalah buruh sama dengan kaswadi juga.
Setelah maghrib Kaswadi berangkat, sekarang dia ada di angkot jurusan prgn, angkot ini penuh dengan pekerja proyek yang pulang sabtu dan minggu, tetapi Kaswadi tidak mengenal mereka, paling jugahanya tegur sapa saja dengan mereka.
Tiba di proyek pada pukul 20.10 Kaswadi langsung menuju ke bedeng tempat teman-temannyayang tidak pada pulang kampung tinggal disana.
Lagu campur sari terdengar nyaring di dalam bedeng, memang untuk mengusir kejenuhan, ada teman yang membawa spiker mp3 dari rumah mereka, dan lumayan juga untuk menghilangkan jenuh.
“Asalamualaikum…..” kata Kaswadi ketika akan masuk ke dalam bedeng yang mungkin berukuran panjang hampir sepuluh meter dengan lebar sekitar lima meter. Bedeng itu cukup besar karena berisi manusia dan alat alat pertukangan.
Malam sudah larut, mp3 campursari sudah dimatikan, teman teman sebagian sudah pada tidur. Saat itu Kaswadi sedang dalam posisi tidur di pojokan, dimana pojokan adalah tempat dia biasanya tidur.
Saat itu Kaswadi tidak dapat pejamkan matanya karena yang ada dipikiranya adalah dia akan menjadikaya raya, sehingga dia tidak perlu lagi jadi buruh seperti
Malam itu ndak tau kenapa Kaswadi ndak bisa tidur sama sekali, dia merasa ada sesuatu yang sedang melihat dirinya dari ujung bedeng, tetapi ketika dia toleh sesuatu itu kemudian tiba-tibahilang,
Hingga beberapa kali kejadian adanya sesuatu yang melihatnya dipojokokan, membuat Kaswadi tidak bisa tidur sama sekali.
Malam semakin larut, semua buruh yang ada di bedeng ini sudah terlelap tidur... kecuali si Kaswadi. Dia tidak bisa tidur karena dia makin merasa ada sesutu yang selalu melihat ke arahnya.
Tiba-tiba sesuatu yang lebih mirip bayangan itu datang mendekati Kaswadi, dia yang dari tadi belum sempat tidur sama sekali menjadi semakin ketakutan ketika bayangan hitam itu semakin mendekati tempat dia tidur.
Tiba-tiba tangan bayangan yang makin mendekat itu berusaha meraih leher Kaswadi dan yang kemudian terjadi adalah dia pingsan.
“Di Kaswadi...bangun Di, ayo bangun... kamu kenapa kok teriak teriak ketakutan” beberapa teman Kaswadi mengerubutinya sambil membawa minyak angin dan air minum
“Aku tadi dicekik sama bayangan hitam yang datang dari arah sana cak” kata Kaswadi sambil menunjuk ke arah pojokan bedeng
“Ada ada saja kamu ini Di, memangnya tadi kamu dari mana dan habis melakukan apa kok sampai dicekik penunggu daerah sini”tanya teman Kaswadi yang bernama Tejo
“Aku ndak melakuan apapun Jo, tadi aku kan baru pulang, kemudian aku mau tidur, tau tau di pojokan ada bayangn hitam mengerikan yang mendadak mencekik leherku”
Kaswadi jelas tidak akan mengatakan keadaan yang sebenarnya, tetapi apakah hal ini ada hubunganya dengan keadaan dia setelah mengambil kotak berisi uang dan kertas bertuliskan bahasa mandarin?
Lalu bagaimana dengan keadaan istrinya dan anaknya yang ada di rumah, dia takut kalau terjadi apa-apa dengan mereka yang ada di rumah.
“Di, ndang turu maneh, sesuk nyambut gawe” kata temannya yang bernama Bangkit
Hingga pagi Kaswadi tidak merasakan gangguan apapun mungkin yang semalam itu hanya kebetulan saja, mungkin yang semalam itu ada lelembut yang lewat sini
Pagi itu Kaswadi kerja seperti biasanya, tidak ada apapun yang terjadi hingga sore,tetapi pada sore hari menjelang maghrib ada temannya bagian pembongkaran yang kesurupan.
Saat itu teman Kaswadi kesurupan ketika sedang mengangkati geragal dari rumah tempat dia menemukan kotak berisi uang itu.
Kaswadi dan beberapa teman berlari ke arah teman yang kesurupan itu, takutnya ada apa-apa dengan dia karena dia kesurupan di tempatnya menemukan kotak berisi uang dan kertas yang bertuliskan aksara mandarin.
“BERIKAN KEPADA AKUUU KOTAK ITUUUUUU AAAAARRGHH..... ATAU KALIAN DISINI SATU PERSATU AKAN MATI.... TJDUUUUIH !” teriak teman dia yang sedang dalam keadaan kesurupan, tetapi suara yang keluar dari mulut temanya itu adalahsuara perempuan
Akhirnya Kaswadi tidak berani mendekati teman yang kesurupan itu, dia takut kalau temanya akan melihatnya dan akan berkata yang aneh aneh kepadanya. Hingga lebih baik Kaswadi pergi dari sana saja dari pada ada yang aneh aneh lagi.
Malam hari kembali datang, Kaswadi bersama temanya sedang menikmati sebatang rokok klembak menyan buatan muntilan, rokok yang dia hisap ini memang ada campuran menyan sehingga yang tidak suka dengan bau menyan akan muntah muntah.
Saat ini Kaswadi sedang bersama temannya yang bernama Saudi , mereka berdua sedang membicarakan teman mereka yang barusan kesurupan.
“Kas, itu tadi Aripin kok aneh ya kesurupanya, dia bilang minta kotak, lha sakjane kotak pa ya Kas”
“Aku yo ndak paham Di, opo mungkin disekitar sini ada kotak rahasia yang bikin si Aripin kesurupan, Cuma yang aneh itu kotak opo sih yang diminta sama Aripin?”
“Sing lucu itu setane malah ngidu ngidu hahaha, setan opooo iku kok ngidu ngidu barang hahahah” sahut Saudi
“Huushhh ngawur ae kamu Di, jangan ngerasani demit di malem gini , bisa bisa mereka datang modiar koe Di hehehehhe”
“Aku dari awal agak takut kerja diproyek iki Kas, soale aku merasa ada barang alus yang selalu berkeliaran di sekitar sini. Aku ngene ngene yo kadang bisa kroso nek ada barang alus kas” kata Saudi
“Tapi menurutmu barang aluse itu jahat opo ora Di, opo Cuma ngganggu pekerja disini?” tanya Kaswadi kepada saudi
“Barang alus yang disini muacem muacem Kas, tapi ada satu yang paling besar ngeri, dia tinggal disana, diantara rumah-rumah itu Kas”
“Lha terus piye iki Di? Apa diterusno kerja di proyek ini. Kira-kira penunggu disini sik akan bikin ulah lagi sama kita ndak?” Kaswadi makin penasaran dengan yang barusan dikatakan Saudi temannya itu
“Tetapi kalau seumpama memang keadaanya semakin kacau, lebih baik saya mengundurkan diri dari proyek itu”
-Lho memangnya pak Kaswadi takut dengan keadaan disana?
“Saya jelas takutlah , karena saya yakin apa yang akan terjadi disana itu tidak hanya itu saja, pasti setelah ini akan banyak kejadian aneh yang akan terjadi disana”
Setelah Kaswadi ngobrol dengan temanya yang bernama Saudi, akhirnya Kaswadi memutuskan untuk pulang ke desa secepatnya karena dia juga memikiran keadaan keluarganya di desa, dia takut kalau ada apa-apa dengan meraka.
“Di...Saudi, aku arep ngomong sama sampeyan” panggilnya kepada Saudi yang sedang tidur pulas karena saat itu mungkin sudah menjelang tengah malam.
“Opo Kas, awakmu mau kemana malam-malam gini, kok bawa tas segala Kas” tanya Saudi
“Tak putuskan aku balik ae ke desa, karena perasaanku setelah ini akan ada aneh-aneh disini Di, awale aku dicekik, terus Aripin kesurupan, lama-lama pasti ada kecelakaan kerja Di” Kaswadi berusaha memberikan pengertian kepada temannya
“Tapi nek ndak kerja di sini gimana kasih makan anak bojo Kas, pancen sih proyek iki gak ada lemburan, soale kerja Cuma sampek jam lima sore kan” kata Saudi
“Iku teserah awakmu Di, tapi wis cukup ada dua kejadian aneh disini, seharuse bos ndatangkan orang pintar sebelum proyek iki jalan, tapi ya mboh maneh Di”
“Pokoke aku kudu balik ndeso ae Di” lanjut Kaswadi
Baru saja Kaswadi selesai bicara, tiba tiba terdengar suara mesin eskavator yang nyala sendiri disertai teriakan rekan rekan sesama buruh disana.
Tepat pukul 23.00 mesin eskavator itu nyala disertai dengan teriakan beberapa pekerja yang ketakuan dan berlari mencari tempat yang aman, mereka takut apabila eskavator itu akan berjalan dan menabrak mereka.
Untungnya letak bedeng mereka agak jauh dari posisi ekavator yang tiba tiba nyala sendiri mesinya, tapi hal itu cukup membuat mereka panik juga.
Beberapa rekan buruh meminta pertolongan kepada penjaga proyek, tetapi hingga saat ini tidak ada yang bertindak sama sekali. Malam yang mengerikan, sebagian rekan tidak ada yang berani mendekati eskavator yang sedang dalam kondisi nyala.
Mereka hanya buruh yang tidak paham cara menyalakan dan mematikan mesin mesin disini, dan kebetulan operator eskavator sudah pada pulang , karena dia tinggal tidak jauh dari sini.
Para buruh takut apabila eskavator itu tiba-tiba jalan dengan sendirinya dan melukai mereka.
Selanjutnya Kaswadi tidak tau apa yang terjadi dengan mesik berat itu, karena dia buru-buru pergi dari proyek itu dari pada setelah ini ada saja yang terjadi dengan buruh disini.
Ternyata tidak hanya Kaswadi yang malam itu pergi dari proyek, ada juga beberpa orang mengikutinya pergi dari proyek.
“Aku harus pulang ke rumah, harus segera saya tinggalkan suasana proyek yang semakin lama semakin ndak karuan ini, karena perkiraanku, setelah ini pasti ada korban jatuh. Proyek ini benar-benar tidak aman untuk pekerjanya” geram Kaswadi sambil jalan
Ternyata ndak Cuma Kaswadi saja yang pergi dari proyek itu, buruh lainya pasti juga sudah mulai merasakan adanya hal mengerikan yang akan menyerang mereka yang kerja disana.
Hanya saja sebagian mereka yang tetap bertahan disana bukan berarti mereka tidak takut, mereka hanya tidak tau pakerjaan apa yang akan mereka lakukan apabila tidak di proyek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!