Cinta Di Ujung Senja
Bab 1
Nanang termenung di depan clothing store miliknya sembari menyesap sebatang rokok yang menemani kesendiriannya diusia sangat matang.
Meski harus jungkir balik dan mati-matian mempertahankan usahanya, ia kerap kali mendapati manusia yang hilir mudik masuk ke tokonya.
Ada yang membuatnya menahan tawa, penasaran, atau mencibir diam-diam.
Namun malam ini suasananya berbeda.
Ia sendiri, merenung, memikirkan bagaimana masa depannya dalam kesendirian ini.
Apalagi keponakannya sudah dewasa.
Sudah mengenal jatuh cinta dan sejenisnya.
Sementara ia yang jomblo dengan tarif ketampanan maksimal masih saja sendiri.
Bukan karena gak laku-laku. Tapi karena masa lalunya yang masih berlari-lari kecil di hatinya.
Dia adalah kakak iparnya sendiri.
Nanang membuang puntung rokok seraya melindasnya dengan sepatunya sebelum melihat tingkah dua remaja tanggung memasuki clothing store-nya.
Nanang melengos pergi untuk kembali santai-santai.
Sakila
Ini tuh toko jadul, yang! Gak kekinian... Aku gak mau ah masuk kesini.
Toni
Cuma bentar, yang! Cuma lihat-lihat dulu.
Mahasiswa semester dua ini merajuk dengan wajah cemberut.
Toni
Udah aku bilang nurut aja!
Sakila mendesah pasrah saat Toni menariknya masuk dengan kasar.
Nanang terus mengamati keduanya dari kejauhan sambil memainkan ponselnya sampai ia harus beranjak untuk memastikan tokonya tidak menjadi tempat pertengkaran Toni dan Sakila.
Sakila
Udah dibilang jangan kasar, yang!
Toni
Aku juga gak suka kalau kamu begini! Gak sabaran.
Sakila berdecak kesal, ia melengos pergi dari rak sepatu tanpa memperhatikan sekeliling.
Sakila mendongkak begitu menabrak tulang punggung Nanang.
Nanang
"Ah... Ah... Enak banget suaranya."
Sakila
Maaf, Pak. Aku gak lihat. Lagi gak fokus.
Nanang berbalik dan menatap wajah Sakila yang chubby.
Nanang hanya mengangguk sambil tersenyum kaku.
Bab 2
Toni yang melihat Sakila berbicara dengan laki-laki tua meggeram kesal.
Ia benar-benar kesal jika ada laki-laki yang mendekati kekasihnya.
Tak peduli siapapun itu, meskipun hanyalah seorang Nanang yang sudah memiliki uban di rambutnya.
Sakila merengut. Ia menjep dulu sebelum memandangi Toni, senior di kampusnya.
Sakila
Gak ngapa-ngapain, cuma nabrak doang.
Toni menatap Nanang tajam sambil mengamatinya baik-baik.
Toni
Lebih baik om pulang, istri om mungkin sudah nungguin untuk tidur bareng!
Nanang menyunggingkan senyum konyol.
Nanang
"Tidur bareng istri? Ckckck... Bareng guling lebih betul anak muda!"
Toni menarik paksa tangan Sakila untuk melihat-lihat lagi koleksi baju-baju pria yang ada disana.
Sakila melempar pandangan frustasi kepada Nanang.
Terlihat seperti pandangan memohon.
Nanang
"Pasti cuma relationshit, kata keponakanku gitu kalau lagi curhat."
Nanang melengos pergi lagi ke area favoritnya karena urusan Toni dan Sakila bukan urusannya.
Pikirnya begitu karena sudah banyak ratusan pasangan orang keluar masuk ke tokonya.
Entah bucin akut, entah easy going, entah model beginian yang membuat ia geleng-geleng.
Bab 3
Gadis dengan pipi chubby itu duduk menggelesot di sofa.
Wajahnya benar-benar muram.
Nanang yang masih duduk santai meliriknya sekilas dengan pandangan bertanya.
Ia kepo setengah mati dengan pengunjung tokonya ini.
Dan baru pertama kali, ia tersita oleh atensi seorang gadis menyedihkan hanya karena cintanya kepada Toni.
Nanang
Iya, sis. Kenapa? Marahan sama pacarnya?
Sakila
Bapak sendiri kenapa malam-malam di toko anak muda, mau belanja untuk anaknya?
Nanang dengan refleks menyentuh wajahnya.
Nanang
Saya benar-benar kelihatan tua?
Sakila malah mengamati wajah Nanang dengan saksama.
Sakila
Iya, kelihatan tua seperti ayahku.
Seketika wajah Sakila berubah muram.
Dari gesture Sakila, bapak-bapak tanpa anak itu tahu. She's poor girl.
Sakila mengangguk pelan, ia mendesah sambil menyaut beberapa lembar kertas yang berada diatas meja.
Nanang mengamati baik-baik. Jelas kata maaf tadi sudah membuka segalanya tentang gadis ini.
Nanang
Ada lowongan jadi model pemotretan katalog baru. Kalau mau lumayan gajinya.
seloroh Nanang tiba-tiba.
Sakila melirik ke arah Nanang sebentar.
tanya Sakila ragu dengan seulas senyum tipis di bibirnya.
Nanang
Bener, ini toko milik saya!
Nanang
Kalau mau bisa langsung kirim CV ke saya atau ke siapa saja yang kerja disini.
Sakila menyunggingkan senyum lembut.
Sakila
Nanti aku pikir-pikir dulu.
Nanang terbahak ketika pikir-pikir dulu, menjadi alasan gadis itu.
Pikir-pikir risikonya kalau Toni sampai tahu.
Pun dari kejauhan Toni melihat interaksi keduanya dengan amarah yang bergemuruh di dadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!