NovelToon NovelToon

Li Xiang Sang Abadi

1 -Awal Mula

...Pertama tama, Author mau ucapin makasih buat kak Rin yang udah edit tulisan cover novel ini dan makasih juga buat pembaca yang udah sempatin waktunya buat baca novel ini serta memberikan dukungannya....

...Selamat Membaca~...

Seorang remaja laki laki duduk di bawah sebuah pohon. Ia terlihat berumur 14 tahun, bernama Li Xiang. Walaupun ia terlihat berumur 14 tahun, tapi sebenarnya umurnya sudah mencapai ratusan tahun. Hari masih pagi dan udara terasa cukup dingin.

"Hah.. bagaimana caraku melakukannya?! Selalu saja gagal!" Ucap Li Xiang dengan kesal. Ia mengacak acak rambutnya.

Semua percobaan bunuh diri yang selalu ia lakukan selalu saja gagal. Ia tidak bisa mati.

Flashback~

"Aku tau! Bagaimana jika monster memakanku dan mencabik cabikku? Itu mungkin akan berhasil dan aku akan mati!" Ucap Li Xiang dengan antusias. Ia segera berkeliling hutan. Dirinya tinggal di dalam gua yang berada di hutan ini.

Kwaakkkk

Li Xiang melihat ke atas ketika mendengar suara burung. Ia tersenyum senang. "Akhirnya ada juga monster yang datang. Kemari, kemari! Ambil aku! Ayo makan aku!" Teriaknya.

Jika ada orang lain di hutan ini, mungkin mereka akan menganggapnya tidak waras. Tapi untungnya tidak ada orang lain di hutan ini. Jadi Li Xiang tidak perlu melihat tatapan orang orang yang mungkin menganggapnya gila.

Kwaaakkk

Seekor burung elang yang berukuran cukup besar terbang menukik ke bawah dan langsung mencengkram tubuh Li Xiang dengan cakarnya yang kuat dan besar.

"Ayolah, cepat makan aku! Kau mau membawaku kemana?" Ucap Li Xiang.

Elang yang membawanya sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan Li Xiang. Tapi ia tetap mengepakkan sayapnya, pergi ke suatu tempat di daerah tebing.

Li Xiang sendiri tidak memberontak walaupun kuku tajam dari elang itu melukai tubuhnya. Ia malah merasakan perasaan tegang dan antusias secara bersamaan.

Setelah beberapa saat, akhirnya elang itu tiba di tempat tujuannya. Ia menghempaskan Li Xiang ke dalam sebuah sarang.

"Aduhh, elang sialan! Kenapa kau melemparku begitu saja?!" Kesal Li Xiang. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk bersila.

Kwaaakkkk

Li Xiang melihat ke arah suara burung lain. Ia melihat seekor burung yang sama dengan burung yang membawanya tadi. Tapi ukuran burung yang saat ini berada di dalam sarang bersamanya memiliki ukuran lebih kecil.

"Jadi kau membawaku kemari agar kau bisa memberikan aku pada pasanganmu?" Ucap Li Xiang.

Kwaakkk Kwaakkk

Burung yang membawa Li Xiang pergi begitu saja, meninggalkan Li Xiang bersama dengan burung betina di dalam sarang.

"HAHAHAHA, kalau begitu, sebaiknya kau segera memakanku. Lagi pula, akan sia sia jika pasanganmu itu sudah memberikanmu daging enak sepertiku, tapi kau tidak memakannya. Jadi ayo makan aku! Aku memiliki daging yang enak, empuk, lezat, berprotein, sangat baik untuk bulumu. Bulumu akan menjadi semakin indah dan cantik!" Ucap Li Xiang dengan antusias.

Kwaakkkk

Walau tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Li Xiang, burung itu langsung memakan remaja itu.

Kraakk krakkk

"Ternyata rasanya cukup menyakitkan." Ucap Li Xiang. "Selamat tinggal dunia! Selamat tinggal semuanya!"

Kraakk Kraakk

Suara daging yang dikoyak terdengar. Bahkan suara tulang yang dikunyah pun terdengar. Kesadaran Li Xiang perlahan menghilang setelah dirinya dimakan burung betina.

Pagi kini berganti menjadi malam. Burung betina yang memakan Li Xiang tadi bertelur saat sore hari. Terhitung ada 3 telur berwarna putih yang cukup besar, hampir seukuran dengan pria dewasa. Ketiga telur dierami oleh induknya.

Salah satu telur bergerak gerak, seakan ada sesuatu yang ingin keluar. Walau begitu, elang betina yang berada di atasnya sama sekali tidak terganggu dengan itu dan masih tetap tertidur. "Apa ini akhirat? Tapi kenapa sangat sempit sekali? Kenapa tempat ini terlihat gelap? Akh, aku ingin keluar dari tempat ini! Di sini juga sangat sesak!"

Kraakk Krakkk Krakkk

Perlahan, telur dengan suara samar itu retak dan cangkangnya yang berada di bagian atas terlepas. Sebuah kepala muncul dari dalam. "Hah.. akhirnya.. udara di sini terasa lebih segar dari pada tadi–Eehhhh..?!"

Kepala yang muncul dari dalam telur adalah kepala manusia. Ia adalah Li Xiang. "Dimana aku? Apa ini.. telur? Aku keluar dari telur?! Yang benar saja..!! Kenapa aku bisa ada di sini?!" Teriaknya. Suara Li Xiang menggema di tebing.

Burung betina yang awalnya tertidur terbangun ketika mendengar suara Li Xiang.

Kwaakkkk

Li Xiang langsung keluar dari dalam telur yang masih belum pecah semua. Ia segera menjauh dari burung betina yang saat ini sudah berdiri di atas sarang.

Kwaakkk

Namun sebelum Li Xiang terjun dari atas tebing, burung betina langsung mendekatinya dan mendudukinya, lalu tertidur kembali.

"Aarggh!! Burung sialan! Jangan mendudukiku! Aku bukan telurmu! Menyingkir dariku!" Teriak Li Xiang.

Flashback End~

"Hah.. Kenapa susah sekali untuk mati? Hanya itu yang kuinginkan! Tapi kenapa.. aku tak bisa melakukannya?" Gumam Li Xiang dengan agak sedih.

Bagi Li Xiang, tidak ada gunanya bila ia terus hidup. Bahkan baginya, hidup 'abadi' nya ini seperti kutukan baginya, bukan sebuah keberuntungan. Jika orang orang menginginkan keabadian, berbeda dengannya yang menginginkan kematian.

Li Xiang yang awalnya murung tiba tiba mendapatkan ide. "Bagaimana jika aku memberikan kekuatanku pada orang lain? Lalu saat aku benar benar tidak memiliki kekuatan apapun, aku menusuk diriku sendiri dengan pedang. Mungkin ini akan berhasil."

Li Xiang tersenyum, "Kalau begitu, aku tidak boleh memberikannya pada sembarangan orang. Baiklah! Aku akan pergi ke kota yang berada dekat dengan hutan ini dan aku akan membagi kekuatanku menjadi 4 bagian!"

***

Sudah 2 bulan semenjak Li Xiang mencari orang orang yang tepat untuk ia berikan kekuatannya. Ia sudah memberikan sebagian kekuatannya pada 2 orang anak laki laki yang berusia 12 dan 10 tahun. Kini ia tinggal mencari 2 orang lagi yang tepat.

"Hah.. Lelahnya.." Gumam Li Xiang. Ia duduk di samping jalanan tempat orang orang melintas. Ia mendapat banyak pandangan dari orang lain. Ada yang memandangnya kasihan dan tidak peduli. Ada pun juga yang memandangnya dengan sinis. Walau begitu, Li Xiang tidak mempedulikan orang orang itu.

Penampilan Li Xiang saat ini sangat berantakan. Pakaiannya robek di beberapa bagian. Rambutnya pun sangat berantakan. Ya, ia mencoba bunuh diri lagi setelah memberikan sebagian kekuatannya pada seorang anak 1 minggu lalu, tepatnya anak itu adalah anak kedua yang ia berikan kekuatan.

"Walaupun aku sudah memberikan sebagian kekuatanku, tetap saja aku tidak benar benar mati. Padahal aku sudah mencoba membunuh diriku sendiri kemarin." Gumam Li Xiang. "Apa mungkin kekuatanku harus benar benar habis, agar aku bisa mati?" Batinnya.

"Kakak, ini untukmu."

Li Xiang mendongak ke atas ketika mendengar suara anak kecil. Dilihatnya seorang anak perempuan yang manis dan sangat cantik. Anak itu memberinya sebuah roti dan 1 koin perak.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

1 koin emas\= 100 koin perak.

1.000 koin emas\= 1 platinum, sangat sulit didapat. Tidak banyak yang memilikinya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tanpa berpikir sama sekali, Li Xiang menerimanya, "Terimakasih."

Anak perempuan itu mengangguk dan tersenyum manis. "Selamat tinggal, kakak." Ia pun pergi menemui Ibunya yang menunggu tidak jauh darinya.

Li Xiang memandang kepergian anak itu. Setelah anak itu menghilang diantara kerumunan, Li Xiang melihat tangannya yang memegang roti dan 1 koin perak. Ia berkedip beberapa kali, "Sialan! Kenapa aku menerimanya?! Apa dia pikir aku ini pengemis tidak berdaya yang tidak memiliki uang?!" Kesal Li Xiang.

Orang orang memandang Li Xiang dengan aneh ketika mendengar ucapan remaja itu. Seharusnya pengemis itu merasa senang karena ada yang memberikannya roti dan uang. Kenapa dia malah marah? Itulah yang dipikirkan orang orang.

Li Xiang berdiri dari posisi duduknya. "Hmph! Jangan pikir aku akan memakan roti ini!" Ia berniat membuang roti dan koin perak yang diberikan anak tadi. Tapi, ia mengurungkannya. "Tapi jika kubuang akan sia sia. Lagi pula, roti ini diberikan gratis." Ia pun menggigit roti yang dimakannya dan menyimpan 1 uang koin perak di pakaiannya.

Li Xiang segera pergi dari tempat itu sambil memakan roti.

Jangan Lupa Like, Vote, Komen Dan Favorite Jika Suka.

2 -Xiao Xing Fu

Pada malam hari, di sebuah desa yang tak jauh dari kota Taiyang, bernama desa Yunxu. Langit malam yang gelap diterangi oleh cahaya api berkobar membakar setiap rumah yang ada di tempat itu.

Banyak rumah yang sudah hancur dengan batang batang kayu yang terbakar dimana mana. Banyak juga orang yang terbakar di dalam kobaran api. Darah tergenang di beberapa titik tempat. Semua orang sudah mati. Kini hanya menyisakan seorang anak yang terbaring sekarat. Darah terus keluar dari luka tusuk di perutnya. Pakaiannya yang berwarna merah muda telah dikotori oleh darah.

Anak itu memandang sebuah rumah yang terbakar di sampingnya. Pandangannya buram, namun ia masih bisa melihat jika di dekatnya terdapat dua mayat yang terbakar. "I-ibu.. A-ayah.." Tangannya mencoba menggapai mayat kedua orang tuanya. Namun ia tidak memiliki tenaga untuk bergerak.

Anak itu merasakan sakit di perutnya yang tertusuk tadi. Tapi yang lebih menyakitkan baginya adalah melihat kedua orang tuanya dibunuh di depan matanya. Bahkan orang orang yang ada di desa dibunuh, hingga hanya menyisakan dirinya yang sebentar lagi akan menyusul mereka.

Anak itu terus memandang jasad kedua orang tuanya, "Aku tidak boleh mati sekarang. Aku harus menemukan orang itu. Aku harus.. membalas perbuatannya." Batin anak itu. "Aku tidak mau mati sekarang.. Aku tidak boleh mati sekarang.."

"Keinginanmu untuk tetap hidup besar sekali."

Anak perempuan itu mendengar suara samar samar di telinganya. Ia berpikir mungkin itu hanyalah halusinasinya sebelum mati. Namun, suara itu kembali terdengar dengan sebuah pertanyaan yang membuatnya menoleh, "Kau ingin hidup? Aku bisa membuatmu tetap hidup."

Dalam pandangannya yang buram, anak itu melihat seorang remaja pria yang terlihat berumur beberapa tahun lebih tua darinya, berdiri di sampingnya. Remaja itu memakai kain hitam yang menutupi matanya. Walaupun terdapat kain yang menutupi mata, dia seakan bisa melihat dengan jelas.

Anak itu tidak juga menjawab. Ia seakan sudah tidak memiliki tenaga, bahkan hanya untuk berucap.

"Aku bisa mengabulkan keinginanmu itu. Aku bisa membuatmu tetap hidup. Jika kau menerima tawaranku , maka aku akan membuatmu tetap hidup dengan satu syarat." Remaja itu terdiam sejenak. Ia pun berjongkok di samping anak perempuan itu.

"Aku ingin kau mengabulkan 1 keinginanku. Jika suatu hari aku menagihnya darimu, maka kau harus mengabulkannya. Aku tidak akan mengatakannya sekarang. Jadi pikirkan dengan baik. Kau ingin membalas dendam pada orang yang sudah melakukan kejahatan ini bukan? Maka dari itu kau harus tetap hidup." Lanjut remaja itu. "Tentukan pilihanmu sekarang. Kau ingin tetap hidup.. atau mati, menyusul orang orang di tempat ini?"

"Apa dia benar benar bisa melakukannya? Apa dia benar benar bisa membuatku hidup, walaupun aku akan mati sebentar lagi?" Batin anak perempuan itu. Ia memandang remaja di sampingnya dengan mata setengah terbuka. Ia perlahan mengangguk, "Aku.. i-ingin.. h-hidup.."

"Pilihan yang bagus!" Ucap remaja itu sambil tersenyum senang.

***

1 bulan kemudian..

"Apa kau mencoba bunuh diri lagi?" Ucap seorang anak perempuan yang tampak berumur 10 tahun. Ia memandang seorang remaja pria yang bersandar pada sebuah pohon di dalam hutan. Pakaian remaja itu tampak sobek di beberapa bagian.

"Kau bodoh sekali. Menyakiti dirimu sendiri dengan bunuh diri. Tapi kau tidak mati dan hanya memberikan rasa sakit pada tubuhmu. Sangat bodoh!" Ucap anak itu lagi sambil melipat tangan di dada.

Remaja pria yang saat ini bersandar di depannya adalah Li Xiang. Sementara anak perempuan di hadapannya adalah anak yang saat itu ia selamatkan, bernama Xiao Xing Fu.

"Hei, hei.. aku ini gurumu! Bersikap sopanlah padaku!" Protes Li Xiang.

Xiao Xing Fu malah menginjak telapak tangan Li Xiang dengan keras, "Heh! Mana ada guru yang mengajarkan hal tidak benar pada muridnya! Menyuruh seorang anak membunuh gurunya sendiri!"

"A-aakhh, s-sakit.. singkirkan kakimu itu dari tanganku!" Ucap Li Xiang dengan ringisan kesakitan.

Xiao Xing Fu menyingkirkan kakinya dari telapak tangan Li Xiang. Ia mendengus kesal, "Hanya diinjak saja sudah sakit! Tapi bunuh diri yang lebih menyakitkan tidak pernah membuatmu jera! Dasar bodoh!"

Li Xiang langsung berdiri tepat di hadapan Xiao Xing Fu, "Memangnya kenapa? Kau tidak perlu menceramahiku, dasar kerdil." Ia langsung menjentrikkan jarinya di dahi Xiao Xing Fu hingga membuat kepala anak itu sedikit tersentak ke belakang.

Xiao Xing Fu cemberut. Ia pun menginjak kaki Li Xiang dengan keras, "A-akh.. Sshh.." Li Xiang mendesis kesakitan.

"Guru bodoh! Menyebalkan! Tidak berguna!" Xiao Xing Fu langsung pergi dari sana setelah menginjak kaki Li Xiang.

Li Xiang terduduk di permukaan tanah sambil mengelus kakinya yang diinjak. Ia pun melirik ke belakang dan menjulurkan lidahnya, "Blee, tidak sakit sama sekali. Kerdil sepertimu tidak akan bisa membuatku kesakitan." Ejeknya.

Xiao Xing Fu sedikit melirik ke belakang dan mendengus. Setelahnya, ia pergi kembali.

Li Xiang tertawa, "Hahaha menyenangkan sekali saat melihat anak itu marah. Dia terlihat sangat imut."

***

Keesokan harinya pada siang hari, di luar gua...

"Hahaha, ini adalah hari keberuntunganku. Tidak kusangka, hutan yang kutinggali selama belasan tahun ini memiliki tumbuhan racun yang kucari cari selama beberapa tahun ini. Kukira tumbuhan racun itu tidak ada di hutan ini." Ucap Li Xiang dengan senang.

"Lebih baik kucampurkan tumbuhan beracun itu dengan sup yang sedang kubuat sekarang. Jadi aku tidak perlu menunggu sup ini matang dan baru membuatnya."

Li Xiang memasukkan daun yang berbentuk seperti semanggi berdaun 3, namun memiliki ukuran sebesar telapak tangan orang dewasa. Warnanya pun berbeda dengan daun semanggi biasanya, karena daun ini memiliki warna biru dengan bintik bintik berwarna merah.

"Aku hanya perlu menunggu sekitar 1 jam agar sup yang bercampur tanaman ini matang. Setelah itu, aku akan langsung mencobanya!" Li Xiang tersenyum senang.

***

Xiao Xing Fu berjalan mendekati gua yang selama sebulan ini menjadi tempat tinggalnya bersama Li Xiang. Ia berjalan sambil membawa seekor kelinci di tangannya. Mayat kelinci yang ia bawa bukanlah kelinci biasa. Karena kelinci ini sebenarnya adalah monster kelinci yang memiliki kecepatan dalam hal melompat dan berlari.

Sangat sulit mendapatkan kelinci yang didapat Xiao Xing Fu dan jumlah monster ini pun tidak banyak, sehingga masuk dalam kategori langka. Daging yang dimiliki kelinci ini pun sangat lembut. Bahkan jika membakar daging kelinci ini tanpa bumbu, rasanya akan terasa sangat lezat.

Xiao Xing Fu mencari kelinci ini bukan tanpa alasan. Dirinya diperintahkan Li Xiang untuk mendapatkannya sebelum matahari terbenam. Jika ia mendapatkannya sebelum waktu itu, maka Li Xiang akan mengajarinya cara berkultivasi. Xiao Xing Fu pun tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Selama ini, Xiao Xing Fu hanya diajari sedikit cara bertarung saja dan Li Xiang tidak pernah mau mengajarinya kultivasi. Maka hari ini adalah kesempatannya.

Saat Xiao Xing Fu telah sampai di depan gua, ia terkejut ketika melihat gurunya terbaring di dekat sebuah guji besar yang berada di atas perapian dengan api yang padam.

Xiao Xing Fu segera menghampiri Li Xiang dengan cepat dan meletakkan mayat kelinci di dekat guci besar. "Hei, kau kenapa?! Apa yang terjadi denganmu?!" Ucapnya dengan agak panik.

"Bagaimana jika dia mati? Jika dia benar benar mati, maka aku tidak akan bisa belajar berkultivasi." Ucap Xiao Xing Fu panik. Ia memeriksa nafas Li Xiang. Namun, ia tidak merasakan adanya nafas dari Li Xiang.

"Bagaimana ini?! Dia tidak bernafas! Jika dia mati, lalu bagaimana dengan–tunggu! Bukannya kejadian ini sering terjadi ketika dia bunuh diri? Tapi dia akan hidup kembali setelah beberapa waktu. Huftt.. aku lupa tentang itu. Kukira dia akan benar benar mati." Xiao Xing Fu menghela nafas lega. Ia pun berdiri dan melihat ke dalam guci yang sebagian diisi oleh sup yang berwarna agak biru. "Kenapa sup ini aneh sekali? Apa mungkin dia mencoba bunuh diri lagi dan kali ini menggunakan racun ke dalam sup?" Gumamnya.

Xiao Xing Fu menggelengkan kepala, "Aku tidak menyangka bisa bertemu orang segila dia." Batinnya sambil menatap Li Xiang.

"Aku tidak boleh membiarkannya terus seperti ini. Jika dia kembali hidup saat malam, maka aku mungkin akan dianggap gagal dalam melakukan perintahnya dan jika itu terjadi, dia tidak akan mengajariku cara berkultivasi. Aarggh, tapi bagaimana caraku membangunkan orang yang sudah tidak bernafas?" Gumam Xiao Xing Fu kesal.

Ia yang awalnya sedang berpikir keras, tiba tiba mengingat sesuatu. "Mungkin cara itu akan berhasil!" Gumamnya. Ia pun memandang guci berisi sup.

Kira kira apa yang akan dilakukan Xiao Xing Fu? Jawab di kolom komentar ya..ฅ'ω'ฅ

Jangan Lupa Like, Komen, Vote, Rate⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Dan Favorite Jika Suka.

3 -Tekad

Li Xiang perlahan membuka matanya. Ia mengerjap pelan, "Eh, apa ini akhirat? Tapi kenapa tidak seperti yang kupikirkan? Tempat ini seperti.. gua?"

Saat Li Xiang melihat ke samping, ia terkejut karena Xiao Xing Fu sudah berada di sana. Ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk bersila. "Kau sudah kembali? Cepat sekali! Sejak kapan kau kembali?" Ucapnya.

"Sejak kau pingsan di sini." Ucap Xiao Xing Fu dengan datar. "Aku takut jika kau tidak akan bangun sampai matahari terbenam. Jika itu terjadi, maka usahaku untuk mendapatkan kelinci itu akan sia sia. Jadi aku memberimu 'udara buatan' dan ternyata tidak butuh waktu lama kau bangun, walaupun harus menghabiskan waktu cukup lama untuk melakukannya."

Li Xiang berekspresi terkejut. Ia sontak langsung menyentuh bibirnya yang sedikit membengkak. "A-apa.. apa maksudnya adalah nafas buatan? Apa dia memberikanku nafas buatan dan jika dia melakukannya maka.. sudah jelas kenapa bibirku agak membengkak. A-aku tidak menyangka akan dicium oleh perempuan, walaupun dia masih kecil. Aku benar benar tidak menyangka.. gadis kecil yang terlihat agak polos ini mengatakan hal seperti itu tanpa beban sama sekali. Dia bahkan tidak merasa malu setelah melakukan itu padaku!" Batinnya. Wajahnya mulai memerah. Ia memandang Xiao Xing Fu dengan tidak percaya.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan Si bodoh itu?" Batin Xiao Xing Fu dengan mata yang memandang Li Xiang aneh. "Aku sebenarnya ingin meminta maaf karena telah melakukan 'itu' padanya. Tapi melihat reaksinya.. sepertinya itu bukan masalah."

Flashback~

"Rasanya.. jika aku melakukan hal ini padanya kurang pantas. Tapi apa boleh buat? Aku harus membangunkannya sebelum matahari terbenam bagaimanapun caranya." Ucap Xiao Xing Fu.

Xiao Xing Fu yang duduk di samping Li Xiang sedikit menunduk, mendekat pada Li Xiang. "Maaf.. tapi mungkin ini memang pantas untukmu."

Setelah mengatakan itu, Xiao Xing Fu membuka mulut Li Xiang yang terkatup rapat. Ia pun memasukkan air panas yang ia masak tadi ke dalam mulut Li Xiang dengan bantuan sendok aduk yang terbuat dari setengah batok kepala.

"Karena keinginanmu adalah mati, jadi kubantu. Mungkin dengan air panas ini kau bisa mati." Ucap Xiao Xing Fu datar. "Tapi sebaiknya kau tidak mati begitu saja. Apalagi tanpa mengajariku kultivasi. Jika satu sendok saja tidak cukup, maka aku akan memasukkan semua air panas yang kumasak tadi ke dalam mulutmu."

Sebagian air panas yang dimasukkan Xiao Xing Fu tumpah ke wajah Li Xiang. Bahkan bibirnya yang terkena air panas langsung sedikit membengkak.

Flashback End~

"Biasanya kulit yang terkena air panas akan melepuh. Tapi bibirnya yang terkena air panas tadi menjadi bengkak. Bukan melepuh. Bahkan wajahnya yang kusiram air panas tidak melepuh." Batin Xiao Xing Fu.

"Ternyata kau tidak selugu kelihatannya!" Ucap Li Xiang dengan wajah yang masih agak merah. Ia menutupi mulutnya.

"Hah? Apa yang kau maksud? Aku tidak mengerti." Ucap Xiao Xing Fu dengan heran. "Kenapa wajahnya agak merah? Apa ini akibat dari memberikannya air panas tadi?"

"Huh! Kenapa kau terus berekspresi seperti itu, padahal kau sudah menciumku!" Li Xiang tampak kesal.

Xiao Xing Fu memiringkan kepalanya dan memandang Li Xiang aneh, "Siapa yang mau mencium orang gila sepertimu? Aku saja tidak sudi!"

Ucapan Xiao Xing Fu sangat tajam. Bahkan terasa seperti menusuk bagi orang yang ia maksud, "Kau jahat sekali mengatakan hal seperti itu pada gurumu sendiri. Dasar tidak berperasaan!" Li Xiang mendengus kesal. Ia menurunkan tangan dari wajahnya.

"Kalau kau tidak menciumku, lalu apa yang kau lakukan tadi?" Ucap Li Xiang masih dengan raut kesal.

Xiao Xing Fu memandang ke arah lain, seakan menghindari tatapan dari Li Xiang. "Aku menyiram air panas ke dalam mulutmu." Ucapnya.

"A-apa? Apa yang kau katakan? Coba katakan sekali lagi!" Li Xiang tampak tidak percaya ketika mendengar ucapan Xiao Xing Fu.

"Aku memasukkan air panas ke dalam mulutmu. Uap panas yang keluar dari air itu sama saja seperti udara bagiku. Saat itu orang tuaku mengatakan, hal yang harus dilakukan pertama kali untuk menolong orang yang berhenti bernafas adalah dengan cara memberikan udara buatan. Seingatku begitu. Jadi aku membuat udara buatan dari uap air panas." Ucap Xiao Xing Fu dengan cuek.

Li Xiang langsung berdiri dari posisi duduknya. Ia langsung menarik telinga Xiao Xing Fu, "A-aduuhh.. Aduhh.. Sshhh.. Lepaskan tanganmu dari telingaku!" Xiao Xing Fu tampak kesakitan.

Li Xiang tidak mempedulikan ringisan Xiao Xing Fu. Ia tetap menarik telinga anak itu, "Seingatmu? Astaga.. apa orang tuamu tidak salah mengatakan udara buatan?! Jika saja aku manusia biasa, mungkin aku akan mati dengan luka bakar di mulutku! Bukannya orang itu akan sadar, tapi kau malah akan membuatnya tidur selamanya!"

"Aku tidak tahu! Orang tuaku yang mengatakannya! Sshhh.. Aduhhh.. Lepaskan!" Xiao Xing Fu berekspresi kesakitan.

Li Xiang akhirnya melepaskan tarikan tangannya dari telinga Xiao Xing Fu. Ia mendengus kesal. "Kau keterlaluan pada gurumu sendiri! Apa kau tidak merasa kasihan padaku? Kau sudah memasukkan air panas ke dalam mulutku, bagaimana bila mulutku mendapat luka bakar yang parah?"

Xiao Xing Fu menggelembungkan pipinya sambil mengelus telinganya, "Biarkan saja. Jika mulutmu tidak bisa digunakan, kau tidak akan cerewet!" Ia membuang muka kesal.

"Dasar kerdil tidak berperasaan. Kecil kecil sudah menjadi cabe!" Li Xiang menjentikkan jarinya di dahi Xiao Xing Fu, hingga membuat kepala anak itu sedikit tersentak ke belakang.

Xiao Xing Fu langsung berdiri di hadapan Li Xiang, "Aku ini masih dalam masa pertumbuhan! Jangan memanggilku kerdil!"

"Heh, lihatlah. Bahkan tinggimu hanya sampai perutku." Li Xing memukul mukul dadanya sambil memandang Xiao Xing Fu remeh.

"Itu bukan perut! Tinggiku tidak sekecil itu!" Prostes Xiao Xing Fu. Ia menendang kaki Li Xiang karena kesal.

"A-aduh.. aduh.. sakitnya.." Li Xiang bereskpresi seolah kesakitan. Ia tersenyum sinis, "Kau ingin aku mengatakan itu, kerdil?"

Wajah Xiao Xing Fu memerah karena kesal. "Sudah kukatakan tadi! Jangan memanggilku kerdil!" Ia berniat memukul perut Li Xiang. Namun, tangannya langsung dicengkram oleh Li Xiang dengan mudah.

"Ayo, ayo.. Ingin memukulku? Ayo pukul wajahku. Tidak sampai? Heh, sudah kukatakan kau itu kerdil. Jadi kau tidak akan bisa memukul wajahku." Li Xiang sedikit menundukkan tubuhnya ke bawah untuk mensejajarkan tingginya dengan Xiao Xing Fu. Ia masih saja tersenyum remeh pada anak itu.

Wajah Xiao Xing Fu semakin merah karena kesal. Ia pun dengan cepat menampar pipi Li Xiang menggunakan satu tangannya yang lain.

Li Xiang langsung melepaskan cengkramannya dari tangan Xiao Xing Fu. Ia mengelus pipinya yang sedikit merah, "Sakitnya.. Walaupun tanganmu kecil, tapi tamparanmu cukup menyakitkan, sshhh..."

Xiao Xing Fu melipat kedua tangannya di dada. Ia membuang muka kesal, "Apa kau ingin kutampar lagi? Dengan senang hati akan kulakukan sampai ratusan kali!"

"Heee.. kau sudah menamparku begitu saja dan kau tidak meminta maaf. Bahkan kau mengatakan kata kata seperti itu padaku. Kau kasar sekali. Padahal saat kau memberikanku roti dan koin perak saat itu, kau sangat manis. Sikapmu juga baik. Kenapa tiba tiba berubah? Bahkan saat pertama kali tinggal denganku saat itu kau masih bersikap baik." Li Xiang cemberut sambil mengelus pipinya yang perlahan kembali normal. Bibirnya pun tidak bengkak lagi saat ini.

"Hmph, memangnya kenapa? Tidak perlu mengatur diriku." Ketus Xiao Xing Fu. "Aku sudah menangkap kelinci yang kau minta sebelum matahari terbenam. Jadi kau harus menepati kata katamu."

Li Xiang berhenti mengelus pipinya. Ia menatap ke atas, seakan menghindari tatapan Xiao Xing Fu, "Hah? Aku tidak mengerti. Kata kataku? Apa yang kau bicarakan? Memangnya aku mengatakan apa?" Ucapnya dengan ekspresi bodoh.

"Jangan berpura pura tidak tahu! Kau mengatakan akan mengajariku cara berkultivasi jika aku bisa menangkap monster kelinci itu sebelum matahari terbenam!" Xiao Xing Fu menunjuk mayat kelinci yang berada dekat dengan guci.

"Begitukah? Aku pernah mengatakan itu padamu?" Li Xiang memandang Xiao Xing Fu.

"Jangan lupakan janjimu itu! Kau sudah berjanji dan sekarang aku sudah mendapatkan kelinci itu sebelum matahari terbenam!"

Li Xiang menghela nafas. Ia pun berlutut di hadapan Xiao Xing Fu dan langsung menarik kedua telapak tangan anak itu. Ia mengelus kedua telapak tangannya. "Jika kau sudah mulai mengenal dunia kultivator, maka kau akan sulit kembali." Ucapnya dengan nada agak sedih.

"Hah? Apa maksudmu?" Xiao Xing Fu menaikkan sebelah alisnya, bingung.

"Tanganmu yang lembut dan putih ini akan terkotori. Aku tidak mau anak manis sepertimu berubah menjadi pembunuh." Ucap Li Xiang.

Xiao Xing Fu mencerna ucapan Li Xiang beberapa saat. Setelah mengerti, ia pun menatap ke arah lain, "Tujuanku tetap hidup adalah karena aku ingin membalas perbuatan 'orang itu'. Aku ingin membunuhnya. Jadi percuma saja jika kau mengatakan hal seperti itu padaku. Aku ingin menjadi kuat untuk membunuhnya." Ia kembali menatap ke arah Li Xiang dengan tekad kuat.

Jangan Lupa Like, Komen, Rate⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, Vote And Favorite.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!