"I found you." Sebuah senyum simpul menghiasi wajah Keanu. Gadis yang selama ini ia cari akhirnya ia temukan. Gadis yang memberikan bekas gigitan di telapak tangannya, yang masih membekas hingga sekarang.
Keanu mengusap perlahan tanda bekas luka di telapak tangannya. Memandanginya. Pikirannya terbang ke masa itu. Masa ketika Keanu bertemu gadis liar itu.
Kala itu usia Keanu baru 10 tahun. Orang tuanya mengajak Keanu mengunjungi sebuah panti asuhan yang sudah lama di danai oleh keluarganya.
Ayah Keanu dulu adalah salah satu anak yang tinggal di panti asuhan itu, sampai kakek dan neneknya mengangkatnya menjadi bagian dari keluarga Wijaya.
"Aaarrgghhh!!!" teriakan Keanu terdengar sampai ke ruang kepala panti kala itu.
Keanu yang pada awalnya sedang menunggu di ruang bermain, mendapatkan sebuah gigitan dari seorang gadis cilik, hanya karena Keanu tidak mau mengembalikan boneka yang sedang di pegang nya.
Tatapan mata gadis itu begitu marah dan berapi-api.
Setelah menggigit tangan Keanu, gadis itu langsung pergi ke kamarnya. Keanu hanya terdiam dengan tangan yang mulai mengucurkan darah. Ia terpesona dengan mata indah gadis itu.
Angie memang tidak suka kalau ada orang yang mengganggunya. Mode perlindungan dirinya sangat tinggi karena masa kecilnya yang suram.
Ibunya harus tewas mengenaskan di tangan ayahnya sendiri, dan ia sendiri pun hampir berakhir seperti ibunya jika tetangganya tidak menghentikannya. Sejak kecil ayahnya sering memukulnya yang membuat Angie belajar untuk melindungi dirinya sendiri.
Keanu menutup file di hadapannya. Tatapan gadis itu tidak pernah ia lupakan. Tatapan penuh kemarahan yang berapi-api. Seorang gadis liar yang berani melukai tangannya dan meninggalkan bekas hingga sekarang.
"Ben, pesan makanan dari restoran tempat dia bekerja dan pastikan dia sendiri yang mengantarkan ke sini," perintah Keanu kepada Ben, asisten pribadinya.
Keanu sudah tidak sabar untuk bertemu cinta masa kecilnya itu.
Aneh bukan, hanya karena sebuah gigitan kecil, Keanu bisa jatuh hati pada gadis itu bahkan kala itu ia masih berumur 10 tahun dan gadis itu baru berusia 5 tahun. Kadang Keanu berpikir gigitan itu pasti guna-guna yang mengikatnya sampai Keanu tidak berminat dengan gadis lain.
Keanu kehilangan jejak Angie karena pada usia 9 tahun ketika Angie di adopsi oleh sebuah keluarga kaya, tetapi ia melarikan diri ketika menginjak usia 15 tahun. Dan sekarang setelah pencarian selama 4 tahun, akhirnya Keanu menemukannya. Bahkan ternyata selama ini mereka sungguh sangat dekat. Rumah makan tempat Angie bekerja hanya berjarak beberapa blok dari gedung kantor Keanu.
Hati Keanu gelisah. Ia sudah menunggu selama setengah jam untuk bertemu dengan Angie. Hanya sekedar melihatnya. Ia tidak akan mengungkapkan siapa jati dirinya sebenarnya kepada Angie.
Suara telepon di ruang kerja Keanu berbunyi. Ben mengangkatnya.
"Tuan, Nona Angie sudah di bawah membawa pesanan Tuan," ujar Ben sambil meletakkan telepon itu kembali.
"Izinkan dia naik," jawab Keanu singkat dengan senyum merekah.
Ben sedikit merinding melihatnya. Tuannya ini bukan seseorang yang murah senyum, tetapi sejak ia menyerahkan berkas yang menunjukan keberadaan Angie, senyuman tidak pernah absen dari wajahnya.
TOK TOK TOK
Suara ketukan terdengar tidak lama setelah panggilan telepon itu usai.
Ben membuka pintu. Keanu berusaha menahan dirinya agar tidak terlihat terlalu bersemangat.
Seorang gadis berpostur mungil, dengan rambut di ikat buntut kuda dan berponi masuk ke dalam ruangannya perlahan. Ia tampak melemparkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Sebuah kantor yang sangat besar bahkan lebih besar dari pada restoran tempatnya bekerja sekarang.
"Maaf, Tuan, bisa saya letakkan di mana pesanannya?" tanyanya pada Ben sambil mengangkat tas makanan yang ia bawa.
Keanu memperhatikan gerak geriknya dari balik meja kerjanya. Mengerutkan keningnya ketika melihat Angie memberikan senyuman kepada Ben. Keanu tidak suka melihatnya.
Apakah dia selalu bersikap seramah itu pada orang yang tidak dikenalnya?
"Letakkan saja di meja." Ben menunjuk pada meja di depan sofa.
Keanu berdiri dan berjalan ke arah sofa. Melihat ada pergerakan ke arahnya, Angie menoleh. Angie sempat terkesima dengan lelaki tampan yang tampak sempurna di depannya. Lelaki dengan garis wajah yang kuat, rahang yang menyisakan bekas cukuran yang membuatnya terlihat semakin tampan. Di tambah balutan jas yang pas membalut tubuh tingginya.
Mata mereka sempat bertemu tetapi Angie langsung mengalihkan pandangannya ke bawah. Melihat sepasang sepatunya yang tampak dekil karena belum ia cuci selama seminggu ini.
Keanu duduk di sofa di hadapan Angie yang masih tertunduk. Pandangannya tidak lepas dari Angie. Memindai Angie dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Gadis ini sungguh imut sekali.
Lagi-lagi sebuah senyuman yang membuat Ben merinding terlihat kembali.
Benar-benar ada yang salah dengan Tuan Muda.
"Maaf, Tuan. Bila tidak ada hal lain saya permisi." Angie merasa sedikit canggung berada di dalam ruangan besar itu. "Selamat menikmati. Terima kasih sudah memesan di restoran kami," ucap Angie sambil sedikit membungkuk lalu mengangkat wajahnya sedikit untuk menatap sosok pria tampan yang ia tebak adalah bos di perusahaan ini. Ia menyadari kalau pria di depannya ini terus menatapnya dan membuatnya sangat tidak nyaman.
Baru saja Angie berbalik dan ingin melangkah keluar, Keanu memintanya untuk duduk.
"Duduk," pinta Keanu dengan suara rendah seraknya.
Angie berbalik kembali. Menatap Keanu yang menunjuk sofa di hadapannya agar Angie duduk di sana.
Angie masih berdiri. Melihat ke arah sofa.
"Maaf, Nona. Tuan Muda meminta Anda untuk duduk sebentar" Ben angkat bicara meminta Angie untuk duduk karena tampaknya Angie enggan menuruti kata-kata Tuan Mudanya. Keanu tidak pernah mengulangi kata-katanya dua kali karena itulah Ben yang berinisiatif mengatakannya kembali.
Angie tidak terlalu suka dengan perintah lelaki di hadapannya ini. Ia memandang tajam ke arah Keanu.
Apakah karena ia pikir ia adalah orang kaya lalu bisa memerintah seenaknya?
Melihat perintahnya di abaikan Keanu berdiri dengan tangan di masukkan ke dalam kantong celananya. Ia berjalan mendekati Angie yang masih menatapnya.
Jarak mereka cukup dekat. Tangan Keanu menjepit dagu Angie dan mendekatkan wajahnya. "Aku tidak suka mengulang kata-kataku, Nona." Tatapan Keanu tidak kalah tajam dengan tatapan Angie.
Ben yang mulai menangkap sinyal tidak menyenangkan di antara keduanya pun berdehem untuk mengalihkan perhatian mereka yang tampak mengibarkan bendera perang melalui mata mereka.
Tidak berhasil. Mereka tetap saling menatap. Lalu tiba-tiba terdengar suara tamparan keras.
PLAAAKK
Angie menampar Keanu. Napas Ben serasa berhenti melihat kejadian itu. Seorang gadis berani menampar tuannya. Gadis ini pasti akan menderita sepanjang hidupnya. Mungkin lebih baik dia mati saat ini karena hukuman Keanu tidak pernah main-main.
"Dasar lelaki kurang ajar!! Kamu kira kamu siapa bisa sembarangan menyentuh saya!" teriak Angie dengan mata berapi-api. Tatapan yang sama dengan tatapan Angie ketika usai menggigit tangan Keanu saat itu.
Keanu yang melihat tatapan yang sangat dirindukannya itu, tanpa sadar menarik pinggang Angie mendekat kepadanya, menahan tengkuk Angie, dan langsung mencium bibir Angie secara paksa dan penuh kerinduan.
Mata Angie terbelalak. Merasakan ada rasa lembut dan manis di bibirnya. Tetapi setelah ia menyadari apa yang pria yang baru ditamparnya ini lakukan, Angie langsung mendorong tubuh pria itu dengan keras.
"Kurang ajar!!!!" Sekali lagi Angie menampar Keanu di tempat yang sama. Tetapi kali ini Angie langsung lari keluar dari ruangan itu.
Keanu masih berdiri terdiam. Ia seperti tidak sadar kalau barusan Angie menamparnya lagi. Ia menyentuh bibirnya yang baru saja bertemu dengan bibir Angie. Tersenyum puas.
"Manis."
Dan Ben hanya berdiri terpaku melihat adegan yang langsung membuat jiwa jomblonya terluka.
to be continued
**************************************
Hai! Ini novel terbaruku lagi. Dukung aku ya dengan komen, like dan bantu share juga Yaa. Terima kasih, yaaaa 🤗🤗🤗
Angie keluar dari ruangan itu dan berjalan dengan cepat. Dirinya merasa sangat marah saat ini.
Pikirannya sudah dipenuhi dengan segala umpatan kasar. Pria kurang ajar itu sudah sembarangan saja menciumnya.
Angie bahkan sempat menendang keras pintu lift yang ia naiki. Angie bersumpah ia tidak akan mau lagi mengantarkan pesanan ke tempat terkutuk ini.
Angie mengendarai motornya dengan cepat kembali ke restoran. Sepanjang jalan ia mengumpat-umpat kejadian tadi.
Seorang pria dengan seenaknya merebut ciuman pertamanya. Ciuman pertamanya!!
Sirna sudah bayangannya untuk mendapatkan ciuman pertama dengan cara yang romantis dan diberikan kepada pria yang benar-benar ia cintai.
"Hei kenapa wajahmu terlihat begitu kesal, Kak?" tanya Dennis, anak pemilik restoran ketika melihat Angie kembali dan membuka pintu dapur dengan kasar.
"Aku tadi mengantar makanan dan bertemu dengan lelaki kurang ajar!" Raut muka Angie masih memperlihatkan dengan jelas kekesalannya. Semakin Angie ingat, semakin ia ingin menampar pria itu lagi. Belum cukup rasanya tamparan yang tadi ia berikan.
Angie melihat tumpukan piring kotor dan mulai mencucinya dengan harapan ia dapat meredakan amarahnya, tetapi karena suasana hatinya masih kesal ia justru mencuci piring dengan kasar.
"Kak, kalau begitu caramu mencuci piring, Ayah dan Ibu harus membeli set alat makan yang baru," ujar Dennis yang khawatir melihat nasib piring-piring di tangan orang yang sudah di anggap kakaknya sendiri itu. Kalau piring itu bisa teriak mungkin ia sudah protes sedari tadi.
Angie menghentikan gerakan tangannya. "Maaf, Dennis. Hanya saja Kakak benar-benar kesal." Angie mulai mencuci piring perlahan.
"Bukankah Kakak tadi mengantar makanan ke perusahaan Kean's Corp? Memang siapa yang membuat Kakak kesal?" Dennis masih sibuk memasak pesanan pelanggan, tetapi penasaran siapa yang sudah membuat kakaknya ini marah.
"Kakak tidak tahu. Yang pasti kakak mengantar pesanan dan pria kaya sombong itu berlaku kurang ajar. Semua orang kaya memang brengsek!" Hampir saja Angie melempar piring dalam genggamannya. Bayangan pria itu menciumnya tadi kembali datang.
Pengalaman hidup Angie membuatnya membenci orang kaya. Pertama, ayahnya berubah sejak usahanya maju dan ekonomi mereka menjadi baik. Ayahnya mulai memukuli ibunya dan akhirnya mengambil nyawa ibunya dengan tangannya sendiri.
Lalu keluarga angkatnya juga orang kaya. Pelecehan yang dilakukan oleh ayah dan saudara angkatnya membuat Angie lari dari rumah dan bertemu dengan keluarga Dennis yang sederhana dan hangat.
"Memang dia melakukan apa sampai Kakak marah begini?" Jiwa kepo Dennis mulai muncul.
Mengingat apa yang terjadi tadi, Angie menjadi geram kembali.
"Aarrgh!! Malas kakak ceritanya. Hanya buat kakak marah lagi." Angie pun melihat beberapa pesanan online yang sudah siap di antar.
Selesai ia mencuci piring, Angie meletakkannya di dalam tas khusus delivery nya dan segera mengendarai motor kesayangannya lagi untuk mengantar pesanan-pesanan itu.
Sedangkan di ruang kantor presdir Kean's Corp.
Keanu masih terduduk santai di kursi kerja kerajaannya. Duduk bersandar santai dengan jarinya sesekali menyentuh bibirnya kembali.
Senyum simpul terkadang muncul di sudut bibirnya. Ia mengingat kembali saat tadi bibirnya menyentuh bibir lembut itu. Rasanya ia ingin melakukannya lagi.
Astaga Tuan. Kenapa kewibawaan Anda runtuh seketika setelah bertemu gadis itu. Anda terlihat menjadi anak abg yang sedang jatuh cinta.
Tentu saja kata-kata ini hanya berani Ben ungkapkan di dalam hatinya. Kalau sampai Keanu mendengarnya bisa-bisa ia kehilangan nyawanya.
"Dia lucu sekali ya, Ben." Keanu masih sibuk dengan bayangan di kepalanya yang saat ini penuh dengan segala sesuatu tentang Angie.
Lucu? Maksud Tuan lucu apa? Lucu seperti badutkah?
Lagi-lagi hanya diungkapkan di dalam hati Ben.
"Ben. Kamu pernah jatuh cinta tidak?" tanya Keanu. Keanu menyatukan jari-jarinya dan menopang dagunya memandang ke arah Ben.
Ben yang sudah jomblo seumur hidup karena sibuk mengurus tuan mudanya ini tentu saja tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta. Semua perhatiannya habis untuk manusia di hadapannya ini jadi tidak mungkin sempat untuk memperhatikan manusia lain.
"Ehm.. Jatuh cinta, Tuan?" tanya Ben kembali karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Ah kamu pasti tidak pernah jatuh cinta," ucap Keanu dengan nada meremehkan.
Keanu menyandarkan kembali tubuhnya di kursi kebesarannya. Ia lalu sibuk lagi dengan ingatannya akan ciuman yang tadi ia lakukan. "Bibirnya begitu manis. Aku tidak sabar ingin menciumnya kembali." Keanu berbicara pada diri sendiri tetapi Ben yang berada di situ tentu bisa mendengarnya.
Tuan tolong jangan seenaknya mencium orang lain. Apakah Tuan tidak ingat kalau tadi Tuan sampai di tampar dua kali oleh Nona tadi?
Dan lagi-lagi itu hanya ungkapan dalam hati Ben.
"Tuan, maaf. Sepuluh menit lagi kita akan ada rapat laporan kinerja tiap divisi." Ben mengingatkan Tuannya yang sepertinya sudah melupakan semua jadwalnya karena nona tadi.
"Pastikan rapat ini tidak terlalu lama. Aku sedang tidak mood untuk mendengarkan kebodohan-kebodohan yang mereka lakukan." Keanu bangun dari duduk nyamannya dan menuju ke ruang rapat diikuti oleh Ben yang selalu setia di belakangnya. Raut wajah Keanu sudah kembali seperti semula. Kaku dan dingin.
Semua peserta rapat langsung berdiri ketika melihat Keanu datang. Semua memberi penghormatan dan duduk kembali setelah Keanu duduk. Ben tetap setia berdiri di belakang Keanu dan memberi tanda dengan tangannya untuk mereka segera mulai.
Satu persatu manajer tiap divisi memberikan presentasi pencapaian divisi mereka. Sesekali mereka berhenti sejenak karena melihat senyum di sudut bibir Wakil Presdir mereka. Mereka saling melihat satu sama lain. Keanehan ini baru pertama kalinya terjadi.
Selesai presentasi mereka semua terdiam. Biasanya seusai presentasi Keanu akan memaki mereka satu persatu karena selalu menganggap kinerja mereka tidak maksimal.
Setelah menunggu dalam kesunyian selama 10 menit tiba-tiba Keanu bangun dari tempat duduknya. Semua sudah menahan napas mereka sambil tertunduk. Merasa bahwa ini bisa saja akhir dari masa kerja mereka di perusahaan ini.
"Kerja yang bagus." Semua mengangkat kepala mereka dan menatap ke arah Keanu. Tidak percaya akan apa yang baru saja mereka dengar. "Ben atur makan siang gratis untuk karyawan kantor ini besok." Keanu lalu berlalu meninggalkan ruang rapat dengan tatapan bengong mengarah kepadanya.
"Apakah Pak Keanu sedang sakit ya?" ujar salah satu manajer kepada manajer yang lain.
"Iya tadi sepanjang rapat pun Pak Keanu selalu tersenyum," timpal manajer lain.
Kejadian di rapat tadi menyebar dengan cepat di antara para karyawan. Semua heran dengan sikap Keanu yang berubah 180 derajat. Bahkan memberikan semua karyawan makan siang gratis besok.
"Ben, apa jadwalku setelah ini?" tanya Keanu sambil menatap jam tangannya.
Ben memeriksa tabs nya. "Hanya perlu menandatangani beberapa dokumen, setelah itu kosong, Tuan."
"Hm.. baiklah aku mau ke rumah utama bertemu Nenek. Nenek pasti bahagia kalau aku sudah menemukan calon cucu menantunya." Dan lagi-lagi senyum yang membuat Ben merinding itu muncul.
to be continued
"Malam, Nenek." Keanu mengecup kening Grace, nenek yang sangat-sangat dia sayangi. Keanu akan melakukan apa saja untuk neneknya. Satu-satunya orang yang bisa membuat Keanu bertekuk lutut.
Grace tersenyum melihat kedatangan Keanu. Sudah seminggu ini Keanu tidak mengunjunginya. Mereka pun saling berpelukan. Rasanya satu minggu tidak melihat Keanu, Grace benar-benar merindukannya.
Sejak kecil Keanu diasuh oleh Grace karena orang tua Keanu meninggal dalam kecelakaan yang membuatnya harus menanggung beban menjadi penerus perusahaan sejak kecil. Selama ini Grace yang membimbingnya. Mengajarkannya semua yang perlu ia tahu sebagai seorang pemimpin.
"Malam, cucu kesayangan Nenek," balas Grace sambil mengecup kening Keanu. "Kenapa kamu baru menjenguk Nenek sekarang?" Grace sangat merindukan Keanu.
Hari-harinya terasa membosankan di rumah besar ini yang hanya di temani oleh para pelayan yang bahkan tidak berani berbicara santai dengannya. Keanu sangat protektif pada Grace. Pelayan hanya boleh berdekatan dengannya sebatas tugas mereka.
"Maaf, Nek. Seminggu ini aku sangat sibuk mengurus perusahaan. Tapi aku punya kejutan buat Nenek." Keanu menuntun Grace duduk di sofa yang terletak di sudut kamarnya.
"Kejutan apalagi? Nenek cuma mau kejutan kalau kamu menemukan gadis pujaanmu dan segera menikah. Nenek mau segera menimang cicit," ucap Grace yang tampak tidak tertarik dengan kejutan yang di bawa Keanu. Sudah lama Keanu mencari pujaan hatinya tapi belum juga ia temukan.
Keanu memberikan sebuah foto yang ia dapat dari hasil penyelidikan Ben tentang Angie. "Calon menantu cucu Nenek," ucap Keanu dengan wajah bahagia. "Akhirnya aku menemukannya, Nek," kata Keanu bersemangat.
Grace menerima foto itu dan memperhatikannya sejenak. "Benarkah??" Mata Grace berbinar memandang Keanu. Grace tampak begitu bahagia. Ia memeluk Keanu sangat erat.
"Kapan kamu akan membawanya kesini? Nenek ingin bertemu dengan gadis cantik ini." Wajah bahagia terpancar dari wajah yang sudah menampakkan kerutan yang jelas, tetapi masih menyisakan kecantikan masa mudanya.
"Segera, Nek. Segera. Aku sudah bertemu dengannya tadi siang. Dan Nenek tahu tidak, dia masih segalak dulu." Keanu membayangkan kejadian tadi siang lalu mengelus pipinya. "Dia menamparku, Nek. Dua kali!" Keanu menekankan nada suaranya pada kata dua kali sambil mengangkat dua jarinya. Keanu bahkan terlihat bangga dengan kejadian itu. Cukup aneh memang, tetapi memang begitulah Keanu. Bersikap hanya sesuai jalan pikirannya sendiri.
Grace tertawa keras sambil menepuk pundak Keanu. Ia melihat pipi Keanu yang agak merah. "Astaga Keanu nasibmu malang sekali. Sepertinya ini balasanmu karena sering menganiaya orang lain. Seumur hidup kamu akan dianiaya oleh istrimu." Grace kembali tertawa. "Lalu apa rencanamu?" tanya Grace.
"Aku sudah membuatnya akan selalu mengingatku. Aku menciumnya, Nek. Tepat di sini." Keanu menunjuk bibirnya. Wajah Keanu langsung bersemu merah. "Lalu dia menamparku. Tapi aku rela, Nek di tampar berkali-kali demi bisa menciumnya lagi." Mata Keanu menerawang mengingat kejadian di ruang kantornya tadi.
"Astaga anak satu ini. Kamu gerak cepat sekali ya. Bagus-bagus." Grace menepuk pundak Keanu. "Kalau tidak begitu, bisa-bisa dia diambil orang. Dulu Nenek juga gencar mengejar kakekmu sampai Kakekmu menyerah dan akhirnya jatuh cinta pada Nenek." Grace terkekeh sendiri mengingat keagresifannya dulu.
"Aku pasti akan segera membawanya ke hadapan Nenek. Aku punya cara jitu agar ia mau menikah denganku. Aku pastikan dia tidak akan menolak ku, Nek," ucap Keanu yakin.
"Ya. Ya. Baguslah. Kalau dia menolak buatlah cicit terlebih dahulu untuk Nenek, pasti dia akan menikahi mu." Grace tertawa lagi. Grace memang gaul sekali untuk ukuran nenek pada umumnya. Mungkin sikap seenaknya Keanu menurun darinya.
"Nenek! Tidak ku sangka Nenek ternyata mesum juga, ya?" Keanu tertawa. "Aku tidak akan memaksanya, Nek. Aku pasti akan menjaganya baik-baik sampai aku menikah dengannya."
Grace tersenyum mendengar kata-kata Keanu. Ternyata walaupun Keanu tumbuh sebagai sosok dingin dan angkuh kepada orang lain, ia tetap anak yang baik. Ia mengerti batasan-batasan yang harus ia jaga. Grace bertambah bangga pada cucu kesayangannya ini.
"Baiklah. Ayo kita makan malam dulu. Kamu ceritakan pada Nenek apa yang kamu temukan tentang gadis cantik ini." Grace memandang foto yang tadi diberikan Keanu. Grace hanya pernah sekali bertemu dengan gadis ini saat peristiwa ia melukai Keanu dulu. Memang Grace tertarik dengan gadis kecil yang berani ini ketika pertama kali melihatnya.
Makan malam itu di isi dengan senda gurau nenek dan cucu yang selalu akrab satu dengan yang lainnya. Keanu jarang sekali tertawa pada orang lain. Mungkin hampir tidak pernah. Tapi kalau ia sudah bersama dengan neneknya tawanya tidak akan berhenti. Hanya bersama dengan Grace, Keanu menjadi pribadi yang hangat.
------
Di sisi lain dari kota Jakarta.
"Lelaki sialan! Berani-beraninya dia mencium ku. Ciuman pertama ku!!" umpat Angie dalam hati. Ia bahkan sampai memukul meja makan di hadapannya. Semua yang sedang berada di meja makan itu terkejut.
"Kamu kenapa, Gie?" tanya Risa, ibu dari Dennis.
"Ah, maaf, Bu. Aku teringat peristiwa menjengkelkan tadi siang saat aku mengantar makanan," jawab Angie.
Angie biasa makan malam bersama keluarga Dennis. Rumah mereka tidak jauh dari restoran. Angie sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka, dan diberikan tempat tinggal di atas ruko restoran. Bahkan orang tua Dennis meminta Angie memanggilnya Ibu dan Ayah. Angie bersyukur karena menemukan keluarga sebaik keluarga Dennis.
Ketika Angie pertama kali kabur dari rumah orang tua angkatnya, Angie bertemu dengan ibu Dennis. Ia melihat Angie yang ketakutan berteduh di depan rukonya karena hujan lebat.
Saat itu mereka sedang menutup toko mereka. Angie berada dalam keadaan yang menyedihkan. Bajunya sobek dan tidak membawa apa pun. Ibu Dennis mengajak Angie pulang dan akhirnya memberikan pekerjaan pada Angie. Sampai akhirnya mereka menjadi seperti keluarga.
"Memang apa yang terjadi siang tadi?" tanya Risa. Dennis senang akhirnya topik ini muncul kembali. Tadi Angie tidak tuntas menceritakan apa yang terjadi.
"Tadi aku mengantar makanan ke tempat orang kaya dan dia berlaku kurang ajar padaku." Angie mengepalkan tangannya mengingat kembali peristiwa tadi. "Ah maaf aku tidak mau membicarakannya, Bu. Mengingatnya saja sudah membuatku marah." Angie melanjutkan makan malamnya.
"Angie. Kamu harus berhati-hati. Lain kali kalau mengantarkan makanan dan orang itu meminta kamu masuk sebaiknya ditolak saja. Banyak orang jahat yang berkedok orang baik," nasehat Risa.
"Iya, Bu. Kemarin aku mengantar makanan ke sebuah perusahaan. Aku tidak berpikir macam-macam ketika aku suruh naik ke ruangannya. Ternyata semua orang kaya sama. Semua bejat!" Angie mengatakan itu dengan berapi-api.
Keluarga Dennis sudah mengerti karakter Angie yang temperamen bila membicarakan orang kaya. Mereka juga tahu bencinya Angie pada orang kaya. Hidupnya memang dilalui dengan sulit. Tetapi keluarga Dennis sangat menyayangi Angie karena pada dasarnya ia baik asal jangan ada yang mengganggunya.
"Lain kali, kalau perusahaan itu memesan makanan lagi biar Dennis saja yang mengantar. Semoga orang itu tidak menyukai sesama jenis juga." Kali ini Andy, ayah Dennis angkat bicara dan seketika itu juga tawa terdengar di ruang makan itu.
Angie pun ikut tertawa. Sejenak kekesalannya hilang. Semua yang Angie impikan dari sebuah keluarga ia dapatkan di keluarga ini. Angie sangat menyayangi keluarga ini. Ia akan melakukan apa pun untuk melindungi mereka.
to be continued
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!