NovelToon NovelToon

My Husband, I Love You

Prolog

Kalila Wulandari,

Gadis berusia 19 tahun yang menjadi seorang Office Girl disebuah perusahaan ternama, Angkasa Grup.

Merupakan gadis yang ramah, irit bicara, baik hati, dan tak suka menyusahkan orang lain, serta suka memendam sendiri perasaannya. Terkadang dia juga menjadi gadis yang ceroboh.

Sebenarnya Kalila adalah gadis yang ceria, namun karena masalah yang datang bertubi-tubi padanya membuatnya sedikit berubah.

Meskipun hanya seorang OB. Kalila cukup bersyukur dengan pekerjaannya saat ini. Karena dengan menjadi seorang OB, ia bisa mencari nafkah untuk ibunya, satu satunya orang tua yang masih ia miliki.

Ayahnya? Dia sudah meninggalkan Kalila dan ibunya sejak ia berumur 17 tahun, tepatnya dua tahun lalu. Sang ayah pergi dengan seorang wanita yang di kenal saat bekerja diluar kota. Sampai saat ini, Kalila tak pernah mendapat kabar dari ayahnya.

Ayahnya bagai hilang ditelan bumi. Mungkin dia tengah bahagia dengan wanita itu, wanita yang membuatnya rela meninggalkan Kalila dan ibunya dalam keterpurukan dan Kalila yakin mereka sudah memiliki anak.

Apakah mungkin Kalila bisa menganggap anak selingkuhan ayahnya sebagai adik, jika suatu hari mereka bertemu.

Entahlah...ia sendiri tak tau, atau mungkin ia tak perlu memikirkan itu, karena mereka tak akan pernah bertemu.

Jika ditanya apakah ia masih ingin bertemu dengan sang ayah? Jawabannya adalah IYA dan TIDAK. Sebagai seorang anak, tentu ia masih ingin bertemu ayah, Kalila tak memungkiri hal itu.

Hanya saja rasa rindunya terkalahkan oleh rasa benci. Ya, benci, benci pada sosok pria yang telah membuat ibunya menderita.

Setelah kepergian ayahnya, hanya menangislah yang ibunya lakukan, setiap hari tak pernah tersenyum lagi, senyum yang selalu dilihatnya saat keluarga mereka masih utuh.

Dan karena itu Kalila membentengi dirinya sendiri agar tak ingin bertemu dengan ayahnya.

Kalila yang saat itu jelas sudah cukup umur sangat mengerti situasi, hanya bisa berusaha menenangkan sang ibu.

Setelah hampir dua bulan dalam keterpurukan, ibunya mulai bisa mengikhlaskan ayahnya. Tapi satu fakta baru membuat nya kembali terpuruk.

Ibunya dinyatakan sakit gagal ginjal, dan salah satu penyebabnya karena selama dua bulan belakangan ibunya tidak makan dan tidur secara teratur.

Saat itu Kalila baru pulang sekolah sembari berjualan kue basah, pekerjaan yang digeluti ibunya sebelumnya.

Ia mendapat kabar jika ibunya dibawa kerumah sakit karena ditemukan pingsan oleh tetangga.

Sejak saat itu sakit ibunya selalu kambuh, yang bisa ia lakukan adalah mencari kerja untuk menyambung hidup dan membeli obat untuk ibunya yang sudah disarankan oleh dokter.

Karena untuk rawat inap...tentu ia tak akan mampu. Meski begitu, ia juga mencari uang untuk menyelesaikan sekolahnya yang hanya tinggal satu tahun atas permintaan ibunya.

Setelah tamat SMA, yang bisa dia lakukan hanya berjualan kue basah seperti biasa. Kuliah?, orang miskin sepertinya tak berpikir sampai kesitu.

Hingga Kalila menemukan pekerjaan sebagai OB, walau bagi mereka kalangan menengah ke atas, pekerjaan OB adalah pekerjaan rendahan, tapi tidak baginya yang notabennya hanya orang miskin.

Setidaknya menjadi OB pendapatannya lebih besar dari pada berjualan kue basah yang kadang tak mendapat laba sama sekali. Bahkan terkadang sampai rugi.

Hingga saat kehadiran seorang pria yang mampu membuat debaran tak biasa pada jantungnya.

Seorang pria tampan yang selalu mengusik hati dan pikirannya setiap saat.

Sampai dimalam ia telah membuat masalah besar untuk pria itu. Sehingga pria yang penuh kesempurnaan itu terpaksa menikahinya.

Ia bertekad untuk mendapatkan hati pria itu, walau berbagai rasa sakit batin terus ia rasakan.

Keenan Alvaro Pradipta

Seorang pria berusia 30 tahun dengan tinggi tubuh 180 cm, seorang pria dengan ketampanan sempurna. Setiap wanita yang melihatnya pasti akan jatuh cinta dalam pandangan pertama , menjadi pria idaman setiap kaum hawa.

Menjadi pengganti ayahnya sebagai presdir diperusahaan Angkasa Grup. Sebuah perusahaan dibidang properti yang memiliki cabang diberbagai pelosok negeri.

Memiliki kekasih bernama Alina Sasmita, seorang putri dari sahabat ayahnya sekaligus seorang model terkenal.

Hingga suatu hari saat pertama kali ia melihat gadis dengan mata polosnya, membuatnya memiliki perasaan tak biasa. Gadis yang dengan cerobohnya menghalangi jalannya. Menatapnya dengan penuh tatapan kagum.

Saat ia mengetahui jika gadis itu membutuhkan bantuan, dialah yang hadir sebagai malaikat bayangan, yang tak menampakan kebaikannya. Rasa kasihan yang memenuhi hatinyalah yang mendorongnya melakukan hal itu.

Sampai pada malam dimana ia mendapat masalah besar karena gadis itu. Ayahnya mengalami serangan jantung, dan perusahaan mengalami penurunan saham yang sangat parah.

Sejak saat itulah dia membenci gadis itu dengan seluruh perasaannya. Rasa kasihan yang sempat hadir dalam hatinya lenyap seketika. Menyisakan kebencian yang mungkin tak ada ujungnya.

Bahkan saat ayahnya meminta ia menikahi gadis itu, ia semakin membenci gadis itu. Baginya gadis itu hanyalah salah satu dari sekian wanita gila harta yang mendekatinya.

....

KISAH MEREKA DIMULAI....

Seperti rutinitas sebagaimana seharusnya seorang OB, Kalila tengah mengepel lantai lobi perusahaan. Bersama kedua temannya, Eva dan Siska. Kedua gadis yang sama sepertinya, seharusnya mengenyam pendidikan tinggi, tapi terhalang oleh biaya.

" Eh kalian tau gak?." Tanya Eva disela pekerjaan mereka.

" Apa?." Tanyanya dan Siska serentak.

" Kaliankan kemarin pada gak berangkat, ada berita baru lho." Jawab Eva membuat Kalila dan Siska penasaran.

" Berita apa, jangan bikin kita penasaran dong?." Tanya Siska mewakili mereka berdua.

" Presdir baru pengganti pak Haris udah dateng." Jawab Eva.

" Beneran?." Siska bertanya dengan antusias. Sedangkan Kalila terlihat biasa saja.

" Ya, kemarin baru dateng dan perkenalan."

" Oh iya ya ada presdir baru, wah katanya presdirnya lebih muda dari pak Haris ya?." Ujar Siska.

" Emang namanya siapa?." Tanya Siska lagi, sedangkan Kalila hanya diam mendengarkan sembari terus mengepel. Ia tidak terlalu tertarik dengan berita yang Eva maksud.

" Ya jelas lebih muda lah, kan anaknya." Balas Eva kemudian tertawa bersama Siska.

" Namanya tuan Keenan, Keenan Alvaro Pradipta, putra sulungnya pak Haris." Jawab Eva kemudian setelah tawanya berhenti.

" Namanya aja keren banget, pasti orangnya ganteng ya?."

" Ya jelaslah, pokoknya sekali liat pasti cewek langsung klepek klepek deh."

" Wah aku jadi gak sabar pengin liat secara langsung." Ucap Siska bersemangat.

" Kalila!." Panggil Eva.

" Kamu kok kaya gak semangat sih ada presdir baru?." Tanya Eva.

" Ya biasa aja sih." Jawabnya karena itu nyatanya.

" Yakin biasa aja, nanti kalau liat terus klepek-klepek malu gak?." Goda Eva.

" Gak akan." Jawabnya malas, untungnya apa sih dia menyukai presdir baru mereka?.

Memangnya kenapa kalau presdir nya baru, lebih muda dari pak Haris, terus apa hubungannya sama mereka yang hanya seorang OB?. Toh tidak merubah apapun, kecuali jika CEO baru itu menambah gaji mereka, itu baru senang.

" Eh itu dia orangnya!." Pekik Eva membuyarkan lamunan Kalila.

***

Happy reading, jangan lupa tinggalkan jejak 😊

Kalau ada yang kurang pas atau apa, kasih krisan ya, biar author perbaiki...🙏😊

Pertemuan

Serentak mereka bertiga menoleh kearah yang dia tunjuk, bisa ia lihat sekretaris Jordi yang sebelumnya menjadi sekretaris pak Haris berjalan dibelakang seorang pria yang asing dimatanya. Mungkin itu adalah presdir baru itu, dan sekretaris Jordi sekarang menjadi sekretarisnya.

Pria berusia sekitar 30 tahunan dengan setelan jas berwarna navi dengan kemeja abu-abu yang membalut tubuh kekarnya membuat pria dengan bulu mata tebal itu terlihat gagah.

Oh tidak...sepertinya Kalila harus mereset pemikirannya tadi. Ia bukan biasa saja , tapi ia sangat sangat luar biasa dengan kedatangan presdir tampan mereka itu.

Berjalan penuh wibawa sesekali tersenyum pada karyawan yang menyapa. Ternyata selain tampan, presdir itu juga murah senyum, tidak kaku seperti presdir kebanyakan dinovel yang sering Kalila baca. Ia rasa, kekagumannya semakin bertambah pada sang presdir.

Langkah pria gagah itu semakin dekat, semakin dekat, membuat jantungnya berdetak kencang tanpa aba aba, hingga...

" Kalila!." Panggil Eva dengan menarik tangannya.

Ia baru sadar, ternyata posisinya berada didepan lift, tentu Eva menarik tangannya agar tak menghalangi jalan mereka.

Sedangkan sang presdir Keenan dan sekretaris Jordi terus masuk kedalam lift tanpa menghiraukan wanita yang menghalangi jalan mereka, karena merasa itu tidak terlalu penting.

" Gimana? Tampan banget kan dia, kalian aja liatinnya sampe bengong gitu." Goda Eva padanya dan Siska.

" Dan Lila, katanya tadi biasa aja, kok sampe gak sadar lagi ngalangin jalannya." Goda Eva padanya membuat Kalila salah tingkah. Bagaimana ia sampai tak menyadari itu.

" Iya dia ganteng banget, ya udah yuk, kita mulai lagi kerjanya, kan belum selesai." Ujar Siska.

Merekapun kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Pikirannya terus terbayang wajah tuan Keenan, wajah tampan nan gagah itu berhasil mengalihkan dunia seorang Kalila.

Tanpa sadar senyum terbit dibibirnya. Selama ini, ia belum pernah merasakan perasaan ini, perasaan berdebar saat melihat seorang pria.

Apakah mungkin karena ketampanan pria itu, ya...mungkin saja begitu, sangat wajar bagi orang seperti tuan Keenan mendapat perasaan kagum dari seorang wanita.

Apalagi melihatnya tersenyum pada karyawannya sendiri meyakinkan Kalila satu hal, selain menawan, tuan Keenan juga baik hati. Benar benar pria idaman setiap wanita.

Tapi ia masih sadar diri, ia tidak lebih dari seorang office girl, jabatan yang rendah pada sebuah perusahaan.

Ia harus mengendalikan dirinya, agar perasaan kagum itu tidak menjadi perasaan yang lebih. Perasaan yang akan membuatnya sakit hati nantinya.

Bagaimana mungkin seorang office girl berharap bisa bersama seorang presdir. Tak mungkin!!!.

Bagai pungguk merindukan bulan, itulah gambaran yang tepat untuknya. Takkan bisa menjadi nyata.

.

Meski begitu, tak apakan jika ia mengagumi pria itu dalam diam? Setidaknya dengan itu ia semakin bersemangat jika berangkat bekerja.

Bukan hanya untuk mencari nafkah, tapi juga bertemu dengan presdir tampan, Keenan Alvaro Pradipta.

Sedangkan didalam lift, Keenan terbayang wajah gadis tadi. Gadis yang dengan cerobohnya menghalangi jalannya.

Meskipun ia bisa menebak jika wanita itu bertindak ceroboh karena melihat ketampanannya, tetap saja ia tak suka akan tindakan ceroboh seperti tadi.

" Jordi!." Panggilnya tanpa menoleh pada sang sekretaris.

" Iya Tuan?."

" Siapa gadis tadi?." Tanyanya.

" Maksud Tuan?."

" Gadis yang menghalangi jalanku."

" Ooh, kalau tidak salah namanya Kalila Tuan. Office Girl yang sudah bekerja kurang lebih satu tahun." Jawab Jordi sigap, meski ia tak paham kenapa Tuannya menanyakan itu.

" Kenapa dia ceroboh sekali, aku berjalan ketempat nya, tapi tidak sadar juga." Kesal Keenan.

" Mungkin dia terlalu terpesona dengan ketampanan Tuan." Jawab Jordi sekenanya, walau ia merasa memang begitu adanya.

Jawaban Jordi membuat Keenan merasa puas, dia semakin percaya diri akan wajah tampannya. Tanpa sadar dia melupakan rasa kesalnya.

' Ada apa dengan Tuan muda, tadi dia bertanya dengan wajah kesal. Setelah mendapat jawaban dariku dia langsung senyam-senyum sendiri.' Batin Jordi yang melihat raut wajah tuannya berubah drastis.

Setelah lift terbuka, Keenan masuk kedalam ruangannya diikuti oleh Jordi sang sekretaris.

" Apa jadwal hari ini?."

" Tidak ada jadwal yang mendesak Tuan, hanya ada pertemuan dengan PT JAYA GRUP pukul 5 sore untuk pembahasan pembangunan proyek rumah sakit di kota X." Sekretaris Jordi menjelaskan.

" Baiklah kalau begitu, kau boleh keluar." Ucap Keenan yang sudah mengerti.

' Dasar ceroboh.' Batin Keenan dengan senyum diwajahnya mengingat ekspresi Kalila saat memandangnya tanpa berkedip.

...

Kalila pulang dengan hati bahagia, sungguh melihat pria tampan itu membuat suasana hatinya secerah matahari sore ini.

Seperti biasa, ia berjalan ketepi jalan menunggu angkot lewat. Dijam pulang kantor seperti ini, angkot akan lewat disini, karena selain OB sepertinya, para karyawan juga banyak yang naik angkot.

Yang ditunggu tunggu, akhirnya datang juga. Namun saat ia akan naik, tiba tiba para karyawan menyerobot mendahului, sehingga ia menjadi paling akhir. Tapi yang paling mengecewakan ternyata angkutannya penuh, ia sudah tak bisa naik.

" OB kaya kamu terlalu mewah kalau naik angkot, naik becak atau kek yang lebih murah, kalau gak punya duit, jalan kaki!." Teriak salah seorang karyawati pada Kalila dengan kasarnya.

" Jalan pak!." Titahnya pada sang sopir angkot.

Angkot itu melaju meninggalkan Kalila dalam kebingungan, biasanya ia selalu naik angkot itu. Bahkan pak sopirnya saja sudah sangat hafal wajahnya. Tapi mungkin karena angkutannya benar benar penuh, pak sopir tidak memanggil untuk naik.

Kalila terpikir ucapan karyawati tadi, apa ia serendah itu? Hingga naik angkot saja terlalu mewah untuknya. Padahal ia masih mampu membayarnya.

Dan soal naik becak yang lebih murah, itu memang benar adanya. Kalila sebenarnya tak masalah kalau naik becak, tapi itu kalau becaknya ada. Sedangkan becak sangat jarang lewat jalan kantor.

Dengan langkah gontai, Kalila menyusuri jalan menuju rumah. Mungkin ia akan terlambat nanti, tapi daripada tak jalan sama sekali, justru akan semakin telat sampai rumah.

Sebenarnya bisa saja ia memesan ojek online, tapi biasanya ojol akan lebih mahal dari pada angkot. Lebih baik uangnya dipakai untuk membeli obat ibunya, meski ia harus berjalan kaki sejauh 4 KM, itu lebih baik dari pada ibunya telat minum obat.

Dalam perjalanan, Kalila merasa sesuatu di tas selempang lusuhnya bergetar. Lekas ia meraih HP jadul itu dan mengangkat panggilan dari sang ibu.

" Halo bu." Sapanya.

" Halo Kalila, ini Bibi, Bibi mau ngabarin kalau sakit ibu kamu kambuh lagi. Warga bawa ibu kamu kerumah sakit." Jelas Bibi Rini tetangganya membuat Kalila shock.

Ibunya memang sering kambuh kambuhan, tapi tidak pernah dibawa kerumah sakit, jika para warga sampai membawanya kerumah sakit, itu artinya sakit ibunya semakin parah, karena warga tau betul kondisi ibunya dan kondisi perekonomian mereka yang tak memungkinkan untuk selalu dibawa kerumah sakit jika kambuh.

***

Mohon krisan dan komentar penyemangatnya ya...

Kondisi Ibu

" Ya Tuhan Ibu...."

" Kamu cepat kesini ya nak, Bibi akan kirimkan alamatnya." Ujar Bi Rini mematikan telepon.

Tak lama kemudian, Bibi Rini mengirim alamat RS tempat ibu dirawat lewat pesan.

Kalila yang benar-benar dalam kebingungan mencari kendaraan untuk membawanya kerumah sakit. Sebuah ide melintas dibenaknya. Tanpa pikir panjang ia langsung mencegat sebuah mobil yang melaju kearahnya.

Setelah mobil itu berhenti, Kalila langsung masuk kedalam tanpa pikir panjang. Biarlah si pemilik mobil marah atau bagaimana, ia sudah tak peduli. Karena yang utama baginya adalah sampai dirumah sakit dengan cepat.

" Ke rumah sakit PRADIPTA HOSPITAL." Ucapnya tanpa menoleh sang pengemudi disampingnya.

Sang pengemudi yang tak lain adalah Jordi meminta persetujuan Tuannya yang tak lain adalah Keenan.

Ya, mobil yang Kalila cegat adalah mobil Keenan, ia sedang dalam perjalanan ketempat pertemuannya dengan wakil dari PT JAYA GRUP.

Saat ia melihat wanita menghadang mobilnya, ia langsung meminta Jordi berhenti. Ia sangat terkejut saat Kalila tiba tiba masuk kedalam mobilnya tanpa izin.

Ia sempat ingin memaki gadis ceroboh itu, tapi ia menangguhkan ucapannya saat mendengar ucapan Kalila yang akan kerumah sakit. Ini pasti darurat, pikirnya.

Akhirnya Keenan menjawab pertanyaan Jordi dengan anggukkan. Meskipun sempat ragu dengan jawaban Tuannya, Jordi tetap mematuhinya.

Jordi pun melajukan mobil bosnya ke RS PRADIPTA HOSPITAL atau lebih tepatnya, RS milik keluarga Tuannya. Ya, PRADIPTA HOSPITAL adalah salah satu aset milik Angkasa Grup milik keluarga Pradipta.

Kalila yang tak menyadari siapa orang disampingnya merasa orang yang mobilnya ia cegat ini mau mengantarnya ke rumah sakit, buktinya orang itu tidak mendebat sama sekali.

Dalam perjalanan Kalila terus memikirkan ibunya bagaimana keadaannya sekarang. Semoga tak terjadi apapun padanya, karena hanya dialah satu satunya keluarga yang Kalila punya sekarang. Ia sangat berharap Tuhan masih berbaik hati padanya.

Sedangkan sekretaris Jordi hanya fokus mengemudi, sesekali melihat raut wajah cemas Kalila.

Sama halnya dengan Jordi, Keenan pun melihat bagaimana cemasnya si ceroboh itu, ia merasa telah melakukan hal benar dengan mengantarkan si ceroboh terlebih dulu. Meskipun nyatanya karena itu ia akan datang terlambat ketempat meeting.

Setelah mobil terparkir sempurna, Kalila langsung keluar dan berlari masuk kerumah sakit tanpa menghiraukan si pemilik mobil.

" Ceroboh tetap saja ceroboh, dia sampai lupa jika tas nya tertinggal." Gumam Keenan melihat tas lusuh milik Kalila.

Jordi yang masih bisa mendengar perkataan Tuannya pun berniat mengantarkan tas Kalila.

" Kalau begitu, biar saya kembalikan tuan."

" Tidak perlu, aku yang akan melakukannya." Ucapan Keenan membuat Jordi terperangah.

Apa maksud Tuannya ini? Kenapa dia ingin mengantarkan tas pada seorang gadis yang bahkan tak dikenalnya dengan baik? Bukankah itu sebuah sesuatu yang sangat tidak penting? Sebenarnya ada apa dengan tuannya ini?.

Keenan yang tau akan arti wajah yang Jordi tampilkan tak ambil pusing. Ia keluar dari mobilnya dengan tas Kalila ditangannya. Kemudian mengikuti langkah Kalila yang masih terlihat olehnya.

Sedangkan Kalila tengah menunggu jawaban dari resepsionis didepannya.

" Atas nama ibu Nilam ada diruangan Anggrek No. 13." Ucapnya.

Kalila lekas mencari ruangan yang dimaksud, hingga ia sampai didepan sebuah ruangan dengan nama yang sama.

Ia membuka pintu, terlihat beberapa pasien disana, ya maklum saja, mereka yang orang miskin pasti masuk kelas perawatan tiga. Dimana satu ruangan bisa 6 sampai 8 orang.

Ia mengecek satu persatu, hingga tatapannya terhenti pada sosok yang tengah terbaring lemah tak berdaya. Ibunya masih setia memejamkan mata dengan Bibi Rini disampingnya.

" Eh Kalila, kamu sudah datang nak?." Bibi Rini yang melihat Kalila langsung bangun dari duduknya dan membiarkan Kalila duduk dikursi satu satunya itu.

" Bu." Panggilnya lirih kemudian menggenggam erat tangan yang berhias infus itu.

" Aku sayang banget sama ibu, cuma ibu satu satunya yang aku miliki saat ini. Tetap bertahan ya bu...jangan tinggalin Kalila sendiri. Ibu harus kuat, Kalila belum sempat bahagiain ibu..." Ucapannya dengan isakan yang tak tertahankan tanpa melepaskan genggaman tangannya dari sang ibu.

Ia tak bisa membayangkan hidup tanpa ibunya. Jika dulu saat ayahnya meninggalkan mereka, ia masih bisa bertahan karena masih ada ibunya, tapi ia tak bisa membayangkan jika ibunya pergi.

Harus kemana ia pulang setelah pergi. Kemana ia harus mengadu saat sedih, kemana ia harus berbagi rasa jika bahagia...

" Ibu...bertahanlah, izinkan Lila membahagiakan ibu, jangan pergi , tetaplah bersama Lila. Selama ini apa yang Lila lakukan adalah untuk ibu, jika ibu pergi, maka tak ada lagi alasan Lila untuk hidup." Kalila benar benar mengeluarkan segala apa yang ada dalam pikirannya. Ia tak ingin ibunya seperti ini.

" Jangan bicara seperti itu Lila, kamu harus kuat demi ibu kamu, dia pasti sembuh." Ujar Bibi Rini menepuk pelan punggungnya guna menyalurkan ketenangan.

" Aku gak mau ibu pergi." Kalila lekas memeluk Bibi Rini. Satu satunya orang luar yang dekat dengannya dan sang ibu.

Bibi Rinilah yang dulu selalu membeli kuenya disaat tidak laku sama sekali. Bahkan masih banyak lagi pertolongan lainnya yang sering Bibi Rini berikan padanya dan ibu, meski nyatanya keadaan wanita baik itu juga terbilang kurang mampu.

" Iya ibu tahu, makanya kamu harus semangat biar bisa kasih semangat buat ibu kamu untuk sembuh."

" Terus gimana kondisi ibu tadi kata dokter?." Tanya Kalila menengadah guna melihat wajah Bibi Rini.

Bibi Rini terlihat menghela napas, dia terlihat ragu untuk menyampaikannya pada Kalila. Kalila bisa melihat itu, ia yakin sesuatu yang akan dikatakan oleh Bibi Rini adalah hal yang tak ingin ia dengar.

Tapi ia harus kuat, demi ibu, ia harus bisa menghadapi segala cobaan ini. Ia harus siap mendengar apa yang akan bibi Rini katakan.

" Kata dokter penyakit ibumu semakin parah, dia harus secepatnya di operasi. Jika tidak..." Ucapannya terhenti. Kalila tau Bibi Rini paham betul jika ia sudah bisa menebak kalimat selanjutnya.

Air mata yang tadi sempat berhenti , kini kembali mengalir tanpa dapat dicegah. Meski ia sudah menebak ini sebelumnya, tapi ia masih saja tak bisa mengendalikan perasaan sedih ini.

" Bagaimana ini Bi, jika kami punya uang aku tak akan menunda sampai seperti ini. Aku bingung harus mencari uang kemana."

" Maafkan Bibi nak, karena Bibi tak bisa membantu kamu." Ucap Bibi sendu. Ia merasa bersalah karena tak dapat menolong anak baik seperti Kalila.

" Iya Bi, gak papa, aku tau keadaan Bibi." Jawab Kalila agar Bi Rini tak semakin merasa tak enak hati.

Tiba tiba ponsel Bi Rini yang berada disaku rok berbunyi.

" Halo."

" Ah benarkah, kalau begitu ibu akan pulang." Ucapnya kemudian menutup telepon.

***

Maaf ya kalau ada typo, author berharap kalian kasih krisan...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!