NovelToon NovelToon

Kembalinya Tuan Muda Yang Terasingkan

Kota London

London, 01 Januari 2022

Sudah genap tujuh tahun Ling Chen meninggalkan kota kelahirannya untuk menetap di pinggiran Kota London.

Sebenarnya dia tidak pernah ingin pergi meninggalkan kota kelahirannya, tapi kenyataannya dia memang harus meninggalkan kota itu setelah diasingkan oleh keluarganya.

Lahir di keluarga Ling yang merupakan keluarga besar penguasa ekonomi global, bukan berarti dapat membuat hidup Ling Chen dipenuhi dengan harta dan kebahagiaan.

Menjadi anak ke empat dari lima bersaudara, nasibnya tak sebaik ketiga kakak dan adiknya. Dia mengalami kebuta sejak lahir, dan karena kebutaannya itu dia harus tersingkir dari kehidupan keluarga besarnya.

Terasing di pinggiran Kota London hanya ditemani oleh seorang pria yang sudah menemaninya sejak kecil, Ling Chen tumbuh besar tanpa hadirnya keluarga yang menyaksikan tumbuh kembangnya.

Walau hidup terasing dan hanya mendapatkan kiriman uang bulanan dari keluarganya yang tak seberapa besar, Ling Chen membuktikan pada keluarganya kalau dirinya dapat bertahan hidup dengan segala kekurangan yang dia miliki.

Selama tujuh tahun ini Ling Chen menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar. Dari membuka mata di pagi hari sampai menutup mata di malam hari, dia menghabiskan banyak waktunya hanya untuk belajar.

Tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan, dia juga mempelajari ilmu beladiri baik ilmu beladiri tangan kosong, ataupun ilmu beladiri dengan menggunakan senjata. Sekalipun buta, tapi Ling Chen dapat melakukan semua aktifitas selayaknya orang yang bisa melihat dengan normal.

Tapi penantian panjangnya selama enam belas tahun akhirnya terwujud. Satu bulan yang lalu dia mendapatkan donor mata yang sesuai untuk menggantikan matanya yang tidak berfungsi sejak lahir.

Setelah menjalani operasi mata beberapa hari yang lalu, hari ini akan menjadi hari yang bersejarah baginya, karena hari ini perban yang menutupi matanya pasca operasi akan dibuka.

Ling Chen telah duduk dipinggiran tempat tidurnya. Seorang dokter yang merawatnya sejak menjalani operasi, perlahan dia mulai membuka perban yang menutupi mata Ling Chen.

Setelah perban yang menutupi mata Ling Chen telah sepenuhnya terbuka, dokter meminta Ling Chen membuka kedua matanya secara perlahan.

Perlahan Ling Chen membuka kedua matanya. Cahaya terang yang menyilaukan membuat Ling Chen kembali memejamkan kedua matanya.

Sekalipun cahaya ruangan itu telah dibuat seredup mungkin, tapi bagi Ling Chen yang baru pertama kalinya melihat cahaya setelah hidup tanpa cahaya selama enam belas tahun, cahaya redup sekalipun tetap membuatnya merasa silau.

Tapi reflek yang ditunjukkan Ling Chen saat dia kembali menutup kedua matanya, semua itu justru membuat dokter di depannya tersenyum.

“Itu sangat wajar kalau kamu merasa cahaya di tempat ini terasa silau dan menyakitkan. Secara perlahan kamu harus belajar membiasakan diri dengan penglihatan barumu,” kata Dokter Carrik, dokter muda yang sangat berjasa menemukan donor mata untuk Ling Chen

“Dokter Carrik, apa Tuan Muda sudah dapat melihat?” Ling Gao, pria paruh baya yang sudah belasan tahun merawat Ling Chen bertanya pada Dokter Carrik.

“Seharusnya Adik Chen sudah bisa melihat, tapi saat ini dia sedang membiasakan dirinya dengan kilauan cahaya yang baru pertama kali dia lihat,” jawab Dokter Carrik sambil menatap kedua mata Ling Chen yang secara perlahan kembali terbuka.

Ling Chen yang kembali membuka kedua matanya, kali ini dia mulai terbiasa dengan cahaya redup di ruangannya, dan setelah beberapa kali mengerjapkan mata akhirnya dia dapat melihat wajah dokter Carrik yang hanya berjarak dua langkah darinya.

“Bagaimana? Apa kamu terpesona dengan wajah tampanku?” tanya Dokter Carrik sambil berpose ala model catwalk.

“Kesan yang buruk untuk pemandangan pertama yang aku lihat setelah sembuh dari kebutaan.” Ling Chen membuang muka saat Dokter Carrik masih saja berpose ala model catwalk.

Dokter Carrik menghela nafas panjang setelah mendengar jawaban Ling Chen. Dia tidak marah, tapi cuma merasa kalau jawaban Ling Chen sama dengan apa yang sering dikatakan teman-temannya.

“Apa kedua mata kamu sudah berfungsi dengan baik?” sambil membereskan peralatan yang dia gunakan untuk membuka perban yang menutupi mata Ling Chen, Dokter Carrik menanyakan keadaan mata Ling Chen.

“Kedua mataku sudah dapat melihat dengan cukup jelas, tapi aku masih cukup merasa silau dengan cahaya,” jawab Ling Chen.

“Itu wajar, tapi setelah beberapa hari kedepan, aku rasa kamu akan mulai terbiasa dengan keadaan cahaya di sekitarmu,” kata Dokter Carrik yang baru selesai membereskan semua peralatan yang baru dia gunakan.

"Dokter, seluruh biaya telah saya transfer ke rekening biasanya,” ungkap Ling Gao.

“Paman Gao, seharusnya Paman tidak perlu mentransfer biaya untuk apa yang baru aku lakukan! Apa yang aku lakukan sekarang hanyalah melakukan perawatan lanjutan, dan lagi biaya operasi waktu itu sudah termasuk biaya perawatan lanjutkan selama dua bulan.”

“Anggap saja itu bonus karena Dokter Carrik selama ini selalu ada untuk memberi perawatan terbaik untukku,” kata Ling Chen.

Dokter Carrik menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, terimakasih untuk bonusnya.”

“Karena urusanku di sini sudah selesai dan masih ada beberapa pasien yang harus aku datangi, Adik Chen, Paman Gao, aku pamit pergi, tiga hari lagi aku akan kembali untuk mengecek perkembangan mata Adik Chen.”

Dokter Carrik keluar dari kamar Ling Chen bersama dengan Ling Gao yang berjalan di belakangnya.

Ling Chen yang ditinggalkan sendirian di dalam kamar miliknya, dia terus mencoba membiasakan dirinya dengan penglihatan matanya.

Tidak lama Ling Gao kembali kedalam kamar Ling Chen sambil membawa semangkuk bubur yang sudah dia siapkan sebagai menu sarapan pagi tuan mudanya.

“Paman Gao, sampai kapan aku harus makan bubur? Bukannya aku sudah diperbolehkan makan-makanan seperti biasanya setelah perban yang menutupi mataku dibuka?” bubur buatan Ling Gao tidaklah buruk, tapi Ling Chen sudah bosan makan bubur setiap hari selama lebih dari dua minggu.

“Dokter Carrick menyarankan Tuan Muda untuk terus mengkonsumsi bubur setidaknya sampai dia datang kembali untuk mengecek keadaan mata tuan muda,” ungkap Ling Gao.

“Apa tidak ada makanan lain yang boleh aku makan selain bubur?”

“Setidaknya beri aku cemilan.” Ling Chen menunjukkan wajah memelas nya.

“Tuan Muda harap bersabar, tiga hari lagi semua makanan yang tuan muda sukai akan paman sajikan dalam porsi besar.”

“Hah baiklah, tiga hari bukan waktu yang lama.” Ling Chen memakan buburnya dan menghabiskannya kurang dari sepuluh menit.

Selesai menghabiskan buburnya, Ling Chen meminum obat yang akan habis dalam tiga hari kedepan.

“Paman, bagaimana keadaan perusahaan kita? Apa ada masalah yang terjadi selama aku menjalani perawatan?” Ekspresi wajah Ling Chen menjadi serius saat dia menanyakan keadaan perusahaan yang belum lama ini dia dirikan berkat uang pinjaman dari salah satu sahabatnya selama dia tinggal di kota London.

“Hanya masalah kecil, tapi berkat keberadaan Tuan Zhou dan Tuan Nathan, semua masalah itu terselesaikan dengan sangat mudah, dan kabar baiknya keuntungan perusahaan selama tiga bulan ini sudah lebih dari cukup untuk melunasi uang yang tuan muda pinjam dari Tuan Mikael.”

Ling Chen tersenyum setelah mendengar jawaban Ling Gao, kemudian dia menatap foto keluarga diatas meja kecil di dekat tempat tidurnya.

Sekalipun ini pertama kalinya dia melihat wajah orang-orang di dalam foto, Ling Chen dapat langsung mengenali siapa-siapa saja orang di dalam foto itu.

“Aku sudah dapat melihat wajah kalian, dan tak lama lagi aku akan datang dengan membawa banyak kejutan untuk kalian,” katanya membatin.

Dia memutuskan akan kembali ke kota kelahirannya, tapi bukan kembali untuk menemui keluarganya, melainkan dia kembali karena ingin menunjukan pada mereka kalau dirinya bisa mendapatkan segalanya tanpa limpahan harta dari mereka.

°°°

Bersambung....

Dibuang Bagaikan Sampah

Tiga hari berlalu dengan cepat, pagi-pagi sekali Doker Carrick sudah datang ke rumah Ling Chen untuk memeriksa keadaan kedua mata Ling Chen.

“Semua hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang memuaskan. Selamat Adik Chen sekarang sudah dapat melihat dengan normal.” Dokter Carrick menunjukkan senyum tulusnya saat mengatakan itu pada Ling Chen.

Ling Chen pun tersenyum bahagia karena mulai sekarang dia dapat melihat semua hal dengan sangat jelas, berbeda dengan sebelumnya dimana dia hanya bisa meraba dan mendengar.

Ling Chen tanpa ragu mengatakan rasa terimakasih nya pada Dokter Carrick yang selama ini sudah banyak membantu dirinya, bisa dikatakan Dokter Carrick adalah kenalan pertama Ling Chen setelah dia berada di Kota London.

Kenangan di masa lalu tentang Dokter Carrick yang rela datang ke rumahnya walau sudah tengah malam demi memeriksa keadaannya yang saat itu sedang sakit, itu semua tak akan pernah di lupakan olehnya.

Jasa Dokter Carrick sangatlah besar untuknya, segunung uang sekalipun tidak akan cukup untuk membalas jasanya, karena itu jika di masa depan nantinya Dokter Carrick tertimpa sebuah masalah, dengan segala cara Ling Chen akan memberi bantuan padanya.

“Paman Gao, suruh Zhou dan Nathan datang menemuiku di rumah sore nanti! Ada banyak hal yang ingin aku bahas dengan mereka dan juga dengan Paman.” kata Ling Chen tak lama setelah Dokter Carrick pergi meninggalkan rumahnya.

“Apa Tuan Muda tidak ingin menghabiskan waktu untuk istirahat setidaknya sampai akhir pekan ini?” tanya Ling Gao membalas perkataan Ling Chen.

“Paman, aku sudah cukup lama istirahat dan tidak melakukan pekerjaan. Jadi, kali ini biarkan aku melanjutkan apa yang menjadi pekerjaan ku.” Ling Chen menunjukkan senyuman dinginnya saat mengatakan itu.

Ling Gao tahu arti dari senyuman Ling Chen, dan saat senyuman itu terlihat artinya dia tidak dapat membantah apa yang menjadi keinginan Tuan Muda nya.

Bagaimanapun juga dirinya sudah lebih dari sepuluh tahun menemani Ling Chen, dan dia juga menjadi saksi perubahan drastis pada diri Ling Chen saat keluarganya memutuskan untuk mengasingkan Ling Chen menjauh dari kehidupan mereka.

Ling Gao sangat kecewa dengan keputusan keluarga besar Ling yang rela mengasingkan keturunan mereka sendiri, hanya karena mereka tidak ingin merasakan malu sebab ada salah satu anggota keluarga mereka terlahir dalam keadaan cacat.

“Paman akan menghubungi mereka saat jam istirahat,” kata Ling Gao yang pada akhirnya dia mau menuruti keinginan Ling Chen.

Mendengar itu Ling Chen hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, kemudian dia pergi ke ruang kerja miliknya untuk menyiapkan beberapa dokumen yang akan dia tunjukkan kepada dua sahabatnya yang merangkap sebagai orang kepercayaannya.

“Setelah tujuh tahun berlalu, apa mereka masih mengingatku?” Ling Chen mengingat suara terakhir yang dikatakan oleh keempat kakaknya sebelum dia terusir dari rumah keluarga besar Ling.

“Aku rasa mereka semua sudah melupakan aku.”

Ling Chen membaca isi dokumen yang baru semalam dia selesaikan tanpa sepengetahuan Ling Gao. “Tidak buruk untuk hasil pekerjaan kurang dari tiga jam,” katanya membatin.

“Ini adalah langkah awal untuk membuat diriku sejajar dengan mereka, tapi aku tidak akan lupa dengan keberadaan kekuatan lain yang mereka miliki selain kekuatan yang terlihat di permukaan.”

Ling Chen telah mengetahui kekuatan sebenarnya keluarga Ling dari informasi yang diberikan Ling Gao, dan untuk menghadapi itu dia juga telah membangun kekuatan lainnya yang saat ini berada dibawah kendali Ling Gao.

°°°

Kota Beijing.

Pria tua yang sedang duduk di kursi kerjanya tersenyum saat melihat hasil pekerjaan ketiga anaknya.

Dia sangat puas dengan hasil pekerjaan ketiga anaknya yang selama ini tidak pernah membuatnya kecewa, dan dia juga sangat bangga pada putri kecilnya yang hari ini lulus dari sekolah menengah dengan nilai sempurna.

Dia pun berencana memberikan hadiah pada keempat anaknya yang membuatnya merasa telah berhasil menjadi sosok Ayah yang baik untuk anak-anak nya.

“Kalian bertiga menginginkan hadiah apa untuk kerja keras yang sudah kalian lakukan?” tanya Ling Feng, pemimpin keluarga Ling sekaligus orang paling berpengaruh di Negaranya bahkan di Dunia.

“Ayah, aku ingin Ling Chen dicoret dari penerima warisan kekayaan keluarga kita!” ungkap Ling Jun, anak pertama Ling Feng.

Ling Jun berusia dua puluh enam tahun, dan dia telah banyak memberikan prestasi yang membanggakan pada keluarga Ling. Dia juga merupakan sosok yang membuat perusahaan milik keluarga Ling dapat menguasai lima puluh persen pasar di seluruh Eropa.

“Aku setuju dengan Kakak Jun, orang sepertinya tidak layak tercantum dalam daftar penerima harta warisan keluarga Ling!” kata Ling Qiang, anak kedua Ling Feng yang hanya lebih muda satu setengah tahun dari kakaknya.

Prestasi Ling Qiang memang tidak sementereng prestasi kakaknya, tapi tetap saja prestasi yang telah dia capai membuat nama keluarga Ling semakin melambung tinggi.

“Hah, aku tidak peduli dengan Ling Chen, tapi alangkah baiknya kalau dia tidak lagi menyandang nama keluarga Ling,” ujar Ling Jia Li, anak ketiga Ling Feng yang tahun ini genap berusia dua puluh satu tahun, dan dia adalah seorang artis serta model yang sangat terkenal di kawasan Asia Timur.

“Apa hanya itu yang kalian inginkan sebagai hadiah?” tanya Ling Feng sambil menatap satu persatu wajah putra dan putrinya.

Ketiganya mengangguk setelah mendengar pertanyaan Ling Feng. “Sudah seharusnya orang tidak berguna sepertinya tidak memiliki hubungan dengan keluarga kita.” Ling Jun yang sejak dulu tidak menyukai keberadaan Ling Chen, dia sangat senang kalau Ling Chen tak lagi diakui sebagai bagian dari keluarga Ling.

Ling Feng yang mendengar perkataan putra kesayangannya, tanpa berlama-lama dia menghubungi seorang pengacara untuk melakukan apa yang menjadi keinginan putra dan putrinya.

Hanya dalam waktu kurang dari lima menit, keinginan putra dan putrinya telah dia kabulkan, dan sekarang tak ada lagi nama Ling Chen dalam daftar nama keluarga Ling.

“Aku sudah mengabulkan keinginan kalian, sekarang tidak ada lagi nama Ling Chen dalam daftar nama anggota keluarga Ling, dan mulai sekarang aku hanya memiliki empat orang anak yang akan mewarisi seluruh kekayaan keluarga Ling.”

Apa yang dikatakan Ling Feng membuat ketiga anaknya menunjukkan senyum kepuasan di wajah mereka, setelah belasan tahun berlalu mereka akhirnya terbebas dari sosok Ling Chen yang hanya menjadi aib bagi keluarga Ling.

Ketiganya kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan ruang kerja Ayah mereka karena ketiganya masih memiliki banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Setelah kepergian ketiga anaknya, Ling Feng kembali melanjutkan pekerjaannya dan tak sedikitpun dia memikirkan nasib salah satu anaknya yang telah dia buang selayaknya sebuah sampah.

Sementara itu di tempat yang sangat jauh dari Kota Beijing, Ling Chen tersenyum setelah mendengar kabar yang baru disampaikan oleh Ling Gao tentang dirinya yang tak lagi diakui sebagai bagian dari keluarga Ling, dan namanya juga telah dicoret dari daftar penerima warisan dari keluarga Ling.

“Bukannya itu kabar baik? Dengan begini aku tidak perlu menyandang nama keluarga Ling yang selama ini memang sudah membuangku.” Senyum lebar terlihat diwajahnya saat dia mengatakan itu.

°°°

Bersambung....

Kota Beijing

Satu bulan berlalu sejak hari dimana Ling Chen tak lagi menyandang nama keluarga Ling, dan sekarang dia di lebih dikenal dengan nama Zou Chen.

Nama Zou dia ambil dari nama keluarga Ling Gao sebelum dia menjadi bagian dari keluarga Ling, dan sekarang keduanya telah mengganti nama Ling menjadi Zou.

Zou Chen sendiri saat ini telah menjadi salah satu pengusaha muda tersukses dengan dua perusahaannya yang bergerak dalam bidang IT dan otomotif.

Setelah menuai kesuksesan besar di Eropa, Zou Chen hari ini memutuskan kembali ke Kota Beijing untuk melihat perkembangan cabang perusahaannya yang berada di Kota Beijing.

Saat ini Zou Chen telah berada di bandara internasional yang berada di Kota Beijing bersama dengan Zou Gao dan empat orang bertubuh tegap yang saat ini sedang membawa barang-barang milik Zou Chen.

“Setelah tujuh tahun berlalu kota ini hanya sedikit mengalami perubahan,” kata Zou Chen saat berada di dalam mobil yang melaju menuju mansion mewah di pinggiran Kota Beijing yang dia beli beberapa hari yang lalu.

“Apa Tuan Muda ingin mengunjungi kediaman keluarga Ling?” tanya Zou Gao yang duduk di sebelah Zou Chen.

“Tidak, aku tidak ingin mengunjungi kediaman mereka,” balas Zou Chen sambil melihat pemandangan dari kaca jendela mobil yang dia naikin.

“Bukannya Tuan Muda ingin melihat keadaan Nyonya Besar?” Zou Gao kembali bertanya pada Tuan Muda nya.

“Tidak perlu mengunjungi kediaman mereka kalau aku ingin bertemu dengan Ibu. Aku masih ingat nama tempat yang sering dikunjungi Ibu di akhir pekan. Semoga kebiasaan itu tidak berubah supaya aku bisa mengetahui keadaannya,” kata Zou Chen menjawab pertanyaan Zou Gao.

“Kalau begitu aku akan menemani Tuan Muda saat pergi ke tempat itu.” Zou Gao selalu ingin berada di dekat Zou Chen kemanapun dia pergi.

“Baiklah, Paman boleh ikut denganku dengan syarat Paman tidak berada di dekat ku! Dengan wajah Paman yang tidak mengalami banyak perubahan, Ibu pasti akan menyadari keberadaan kita kalau Paman berada di dekatku,” ujar Zou Chen tanpa mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar mobil.

“Aku mengerti,” balas Zou Gao sambil menganggukkan kepalanya.

“Paman, bagaimana kalau aku melanjutkan kuliah ku di kota ini?” tanya Zou Chen secara tiba-tiba saat mobil yang dia naiki baru saja melewati salah satu Universitas terbesar di Kota Beijing.

“Kalau Tuan Muda menginginkannya, aku akan segera mengurusnya,” ujar Zou Gao yang merasa kalau Tuan Muda nya memang perlu bergaul dengan anak muda yang seumuran dengannya.

Sebenarnya Zou Chen telah menyelesaikan seluruh pendidikannya sejak satu tahun yang lalu, tapi saat itu dia hanya menjalani kehidupan bersekolah dari rumahnya dan tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan guru ataupun dengan teman satu kelasnya.

Zou Chen memiliki IQ diatas rata-rata orang jenius yang ada di seluruh dunia sehingga tidak sulit baginya menyelesaikan seluruh pendidikan disaat usianya belum genap enam belas tahun. Bukan hanya menyelesaikan seluruh pendidikannya, tapi dia juga berhasil mendapatkan nilai sempurna dari seluruh pelajaran yang diikutinya.

Bisa dikatakan kalau keinginan Zou Chen yang ingin masuk ke sebuah Universitas itu murni keinginannya yang ingin mengurangi rasa bosan karena selama ini dia tidak banyak memiliki teman yang seumuran dengannya.

Sampai di mansion yang akan menjadi tempat tinggalnya selama dia berada di Kota Beijing, kedatangan Zou Chen langsung disambut oleh lima orang pria yang bertugas sebagai penjaga mansion, dan sedikitnya ada sepuluh orang pelayan yang turut serta menyambut kedatangan Zou Chen.

“Paman, bukannya mansion ini terlalu besar untuk kita tinggali nerdua?” tanya Zou Chen pada Zou Gao setelah dia masuk kedalam mansion yang luasnya sepuluh kali luas rumah barunya yang berada di Kota London.

“Aku justru merasa mansion ini terlalu kecil kalau Tuan Muda ingin membawa mereka ke kota ini,” kata Zou Gao mengingat tujuan lain Zou Chen mendatangi Kota Beijing.

“Kalau Paman ingin menggunakan mansion ini sebagai tempat mereka, bukannya lebih baik kita tinggal di tempat lainnya?” Zou Chen bertanya sambil menatap wajah Zou Gao.

“Tuan Muda tenang saja, aku sudah menyiapkan sebuah apartemen untuk tempat tinggal kita saat mereka mulai berdatangan ke kota ini,” jawab Zou Gao.

Akhirnya Zou Chen memutuskan untuk sementara waktu dia akan tinggal di mansion mewahnya sambil menunggu kedatangan orang-orang nya yang juga akan mulai memperluas pengaruh mereka di kawasan Asia Timur.

Zou Chen menuju ke kamarnya untuk sekedar membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, dan menghilangkan rasa lelah setelah melakukan perjalanan panjang dari London ke Beijing yang ditempuhnya selama lebih dari sembilan jam.

°°°

“Tuan Muda, waktunya makan malam,” kata Zou Gao dari luar kamar milik Zou Chen.

Zou Chen yang baru saja selesai mandi dan memakai pakaian santai, dia segera membuka pintu dan menemui Zou Gao yang menunggunya di luar kamar.

“Apa Paman sendiri yang memasak menu makan malam ku?” Zou Chen bertanya sambil berjalan menuju ruang makan.

“Juru masak di rumah ini yang telah menyiapkan menu makan malam untuk Tuan Muda,” jawab Zou Gao yang berjalan di belakang Zou Chen.

Zou Chen sebenarnya bukan orang yang suka pilih-pilih soal makanan, tapi dia akan lebih menikmati makanannya saat makanan itu merupakan makanan yang dimasak langsung oleh Zou Gao.

Di ruang makan Zou Chen mencicipi rasa makanan yang di siapkan juru masak di mansion ya. “Tidak buruk,” katanya singkat setelah mencicipi sebuah sup ayam yang merupakan menu makan malam kesukaannya.

“Paman ajak mereka ikut makan bersama kita, dan setelah itu suruh juru masak menyiapkan makanan yang sama untuk diberikan pada penjaga yang berada di luar.” Zou Chen berkata dengan santai tapi ada ketegasan dari setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Zou Gao hanya melirih para pelayanan dan juru masak yang kebetulan sedang berada di ruang makan, kemudian mereka bergabung menikmati makan malam bersama Zou Chen.

“Paman, ikut denganku!” kata Zou Chen setelah menyelesaikan makan malamnya.

“Apa Tuan Muda memerlukan sesuatu?” Zou Gao bertanya sambil berjalan mengikuti Zou Chen tepat di belakangnya.

Zou Chen membawa Zou Gao menuju ruang kerjanya yang bersebelakan dengan kamarnya, kemudian dia menunjukkan beberapa dokumen yang berisi tawaran kerjasama keluarga Ling yang ditawarkan pada perusahaan miliknya.

“Aku sudah menduga kalau mereka akan menawarkan sebuah kerjasama. Ehm, apa Tuan Muda ingin menerima tawaran mereka?” tanya Zou Gao yang sejak awal sudah curiga dengan sebuah dokumen yang berhasil menarik perhatian Tuan Muda nya walau saat itu mereka masih berada di dalam pesawat.

“Tentu aku menerimanya karena tidak ada sesuatu yang akan membuat kita rugi dalam tawaran kerjasama yang mereka berikan kepada kita,” jawab Zou Chen yang membuat Zou Gao langsung memberikan tatapan aneh padanya.

“Kenapa Tuan Muda justru menjalin kerjasama dengan mereka? Bukannya Tuan Muda ingin memberi pelajaran pada mereka?” Zou Gao kebingungan dengan keputusan yang diambil oleh Tuan Muda nya.

“Memberi pelajaran tidak harus menjadi lawan mereka. Membagi keuntungan dengan mereka bisa menjadi salah satu jalan untuk memberi pelajaran yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan sampai kapanpun.” Zou Chen menjelaskan jalan yang ingin dia tempuh untuk membalas perbuatan keluarganya.

“Aku selalu tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Tuan Muda,” ungkap Zou Gao yang harus mengakui kalau tingkat kecerdasannya tidak setara dengan kecerdasan yang dimiliki Zou Chen.

“Seperti biasa, Paman cukup diam dan menjadi penonton,” kata Zou Chen yang dibalas Zou Gao dengan sebuah anggukan kepala.

°°°

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!