Hai semua, ini aku baru pertama menulis semoga kalian mau baca ya☺☺
Alina sudah ada di gedung besar di sebuah kampus, tempatnya belajar. Hari ini adalah hari dimana ia akan menjadi sarjana. Seperti apa yang telah di impiankannya selama ini.
Namun siapa sangka cerahnya pagi ini tidak secerah hatinya saat ini. Alina seorang mahasiswa yang pintar dan juga cantik. Banyak lelaki yang mengejar cintanya, namun ia menolak karna hatinya sudah di isi oleh Leonil.
Leonil adalah kakak kelas Alina sewaktu SMA. mereka melakukan hubungan jarak jauh karna Leonil melanjutkan pendidikan di negeri orang. Saat ini leo sudah menjadi CEO di perusahaan ayahnya.
Hari ini tepat di hari Alina wisuda, Leo menikah dengan gadis pilihan orang tuanya sendiri. Hal inilah yang membuat hati Alina sangat perih. Kabar menikahnya Leo di ketahuinya dari Tiya sepupu Leo sekaligus sahabat Alina.
Tapi Alina harus memasang wajah ceria terutama di depan kedua orang tuanya. Alina tidak mau orang tuanya merasa sedih karna melihat anaknya patah hati. Sekuat tenaga Alina menahan air matanya hari ini.
Keluarga Alina adalah keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai kariawan biasa di sebuah perusahaan dan ibunya adalah seorang guru. Alina adalah anak semata wayang mereka.
Didalam gedung acara sedang di mulai, pembawa acara sudah mulai membaca nama mahasiswa yang meraih cumlaude
" Kami panggilkan Alina Septiani, program studi management perusahaan, putri dari bapak irawan dan ibu dewi" pembawa acara memanggil Alina.
Alina melangkah maju dengan hati sedikit bangga saat mendengar namanya di panggil.
Alina selama ini memang sangat bekerja keras untuk mendapat gelar Sarjana. Alina tau bahwa orang tuanya akan bahagia jika ia menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu dan nilai yang bagus.
Selain orangtuanya, Leonil adalah alasannya untuk belajar keras. Karena ia ingin menjadi wanita kebanggaan Leo. Alina befikir jika ia pintar, keluarga Leo yang kaya raya itu akan menerimanya.
Takdir berkata lain, hubungan Alina dan Leo kandas begitu saja. Semua usaha Alina sia-sia. Leo tetap akan menikah dengan wanita lain, tanpa memikirkan betapa hancur hati Alina.
Acara wisuda hari ini bejalan dengan lancar. Alina dan keluarganya pulang ke rumah. Sampai dirumah Alina langsung menuju kamar nya. Ibu Alina sangat mengerti dengan perasaan anaknya saat ini.
" Buk anakmu kenapa? " ayah Alina heran ketika Alina lari begitu saja.
"Biasalah pak, anak muda jaman sekarang. tadi nak Leo kan tidak hadir" Ibu Alina mengira Alina dan Leo hanya bertengkar kecil seperti biasa. Ia tidak mengetahui kalau Leo sudah menikah.
Didalam kamar Alina menangis sepuas hati. "Kak apa salah ku? aku sudah berusaha tapi kenapa kamu begini? "Alina terus menangisi Leo.
Alina belum juga keluar, padahal sudah malam. " Alin.. alinn" ibu Alina memanggil tapi tidak ada jawaban. berkali-kali ibu Alina memanggilnya, tapi sama sekali belum ada jawaban. Karena menangis terlalu lama, Alina tertidur pulas mengingat acara hari ini juga sangat padat.
Pagi pun menjelang, kota Jakarta kini sudah berisik dan sibuk, begitu pun dengan kedua orang tua Alina. Ibu Alina masih belum melihat anaknya keluar kamar. "Linn.. Alina.. tokk tokk" ibu Alina kembali membangunkan anaknya mengingat tadi malam Alina juga tidak keluar kamar.
" Iyaa bukk bentar" Alina mencoba bangun dari tidurnya.
"Ayo cepat mandi kita sarapan sama-sama ya nak" ujar ibu Alina
"Iyaa bukk" Alina bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi Alina pergi ke meja makan, perutnya sudah keroncongan minta di isi.
" Hari ini rencana kamu apa nak? " ayahnya membuka percakapan pagi ini.
"Alin belum punya rencana yah"
alin menjawab dengan datar, otaknya belum bisa berfikir setelah kejadian kemarin menimpa nya.
"ya sudah kamu istirahat saja dulu di rumah" ibunya menyambung percakapan ayah dan anak itu.
" iya buk, alin juga mikir gitu" alin menjawab sambil melahap nasi goreng buatan ibunya.
Setelah beberapa menit, " alin ayah sama ibu berangkat dulu ya, kamu hati-hati di rumah ya sayang" ibunya pamit karna jam kantor sebentar lagi di mulai.
"iya yah, buk, " Alina mencium tangan kedua org tuanya. Setelah itu mereka berangkat. Alina kembali ke kamar ia memang belum ada rencana apapun hari ini.
tok tok tok..
" Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu" Alina mengomel sambil berjalan ke pintu depan.
krek...
Alina sangat terkejut saat mengetahui siapa yang ada di depan pintu. Leonil datang kerumah Alina karena Alina memblokkir semua media komunikasinya dengan Leo.
" Kak Leo, ada apa lagi datang ke rumah ? ada barang yang ketingalan? " Alina bertanya tanpa menatap wajah Leo. Ia tidak mampu menatapnya.
" Al maafin aku ya aku ngga bermaksud menyakiti kamu " Leo spontan memeluk Alina karna ia dapat merasakan sakit seperti yang di rasakan Alina. Alina membeku seperti patung, seluruh tubuhnya gemetar ia tidak dapat menahan rasa di hati nya. Ia ingin marah tapi ia tak mampu.
" Kak aku ikhlas, aku akan berusaha" Hanya itu yang dapat Alina katakan. Selebihnya hanya airmata yang dapat menggambarkan perasaannya saat ini.
"Al, aku terpaksa aku ngga punya pilihan lain" Leonil terus memeluk Alina.
" Iya kak ngga papa" mulut Alina terkunci, ia tidak dapat berkata-kata lagi.
Alina berusaha melepaskan diri dari Leo karna Alina sadar Leo bukan miliknya lagi. Ia pergi ke kamar dan menguncinya dari dalam.
''Al.. "
Leo berusaha mengejar Alina, tapi Alina tidak menghiraukan pangilan itu. lama sekali Leo berusaha tapi Alina tetap pada pendiriannya.
"ini yang terakhir kita saling mengenal kak, setelah ini anggap kita tidak pernah bertemu "
Alina berkata untuk yang terakhir kepada Leo.
Leo pun pergi setelah usahanya untuk mengambil kembali hati Alina gagal. Ia sangat tau Alina sekarang membencinya, karena ia sudah mengingkari janjinya sendiri.
Leo sudah berjanji kepada alina, kalau ia akan melamarnya tepat di hari wisudanya. dengan syarat Alina harus lulus dengan IPK sempurna. Tapi di hari itu Leo malah memilih menikah dengan wanita lain.
Di dalam kamar tangisan Alina semakin menjadi, ia melempar semua barang pemberian Leo. Alina merasa menjadi wanita yang sangat bodoh karena mencintai sepenuh hati.
Setelah puas menangis Alina pun berfikir untuk melampiaskan kemarahannya. Ia pergi keluar hanya untuk mencari angin. Kali ini ia benar-benar ingin menata hatinya kembali setidaknya jangan sampai orang tuanya sedih melihatnya berantakan.
Di setiap sudut kota itu adalah bayangannya bersama Leo. Ia semakin terpuruk ia pun kembali ke rumah. Ia memilih membungkus makanan dan makan di rumah.
Sambil menikmati mi ayam kesukaan nya Alina berfikir keras apa yang harus dilakukan nya saat ini. Terbesit di fikirannya untuk merantau saja." Yaaa!!! merantau adalah pilihan terbaik" Gumamnya.
TBC
Terbesit di fikirannya untuk merantau saja.
"Ya!!! merantau adalah pilihan terbaik" Gumamnya.
drttttt..... drttttt rt
Tiba-tiba HP Alina bergetar, ia melirik siapa yang menelpon.
" Eh ternyata si Tia nihh, pucuk di cinta ulam pun tiba. " Ucapnya sambil mengangkat telpon.
" Hallo Tii, kamu kok ngga ngabari, gue telpon juga ngga aktif." Alina
" Ia nih gue baru nyampe, ini gue masih di bandara lo mau jemput gak? " Tiya.
"Ya udah gue brangkat sekarang ya, gue pesan taksi online dulu oke,?" Alina
"Ya udah gue tunggu ya, jangan lama ya Al, cepetan" Di bandara sahabat Alina sudah sangat senang karna akan dijemput oleh sahabatnya itu.
Tia, adalah sahabat Alina yang paling dekat. Walaupun sekarang mereka berbeda fakultas, persahabatan mereka tidak putus. Tia berada di Fakultas Kedokteran, jurusan dokter hewan.
Tiga bulan yang lalu Tiya melakukan penelitian di negeri sebrang, Malaysia. Penelitian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan skripsinya.
Dibandara, terlihat Tiya sudah menunggu kedatangan sahabat nya.
"Dimana sii Alin, lama amat " ujarnya
Tiya menghubungi Alina tapi tidak dijawab.
" ya udah gue tunggu sebentar lagi" ujarnya lagi.
Di dalam taksi Alin sudah panik.
" Ini gimana, ayo dong pak cepetan"
"Iya neng sabar, ini ngga tau kenapa ada macat di depan". Supir taksi menjawab dengan nada tinggi, karna ia juga kesal di desak oleh Alina.
" Aduh, HP gue mati. Gimana nyari tiya yaa, ya udah deh nanti gampang. Sekarang yang penting gue nyampe bandara dulu". Didalam taksi Alina sudah tidak tenang, karena ia sudah sejam lebih melakukan perjalan yang harusnya ditempuh dalam lima belas menit saja.
Setelah sampai di bandara Alina belari untuk sampai di terminal yang di tujunya.
"Aduh Tiya dimana lagi, kok ngga keliatan, ya udah gue cari tempat cas dulu."
Alina mencari tempat cas. Sambil melihat sekekelilingnya Alina tiba -tiba menabrak seseorang.
" Yaampun mbak jalan itu matanya di pake dong ahh" Ujar Arsen yang sedang membawa beberapa berkas.
"Pak Arsen?, mmaaf ya pak" Alina tertunduk, ia tidak berani menatap Arsen
Arsen adalah CEO sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan perusahan Leo, tempat Alina magang sewaktu masi kuliah. Jadi Alina sangat mengetahui siapa Arsen, namun tidak pribadinya.
Arsen masih menatap minuman dan sebuah berkas yang sama-sama jatuh dilantai. Minumannya habis tertumpah di atas berkas tersebut.
" Anda sudah buat berkas saya rusak, dan ini bukan berkas biasa. "
Arsen berbicara datar namun raut mukanya sudah tidak biasa.
"Aduh pak, saya saya minta maaf banget. Saya tidak sengaja."
Alina berusaha untuk berbicara dengan sangat tenang, meskipun ia sudah merasa di dalam posisi tidak aman.
" Ini bagaimana nona, saya minta pertanggung jawaban anda." Arsen membuka berkas tersebut dan ternyata sudah sangat rusak.
" Ngga ada soft copynya pula" ujar Arsen
Alina tertunduk, ia tidak tau lagi harus gimana. Sepertinya sekali ini ia tidak bisa lolos. Kalaupun bertanggung jawab ia tidak mungkin bisa,karena ia yakin surat itu sangat berharga.
" Anda tau nona!!!... ini adalah surat perjanjian kontak antar perusahaan besar, dan untuk mendapatkan ini saya dan tim saya sangat berusaha." Arsen sedikit menunduk untuk melihat muka Alina, karena tubuhnya begitu mungil di bandingkan tubuh Arsen.
"Mamaaaf ya pak, saya tadi buru-buru." Alina
" Ia... karna anda tidak hati-hati surat berharga saya jadi rusak. Anda tau, berapa nilai surat ini?" Arsen.
Alina hanya menggeleng kepala, ia belum berani menegakkan kepalanya.
" Ya sudah, kalau pun saya jelaskan kamu tidak akan mengerti. Sekarang kamu ikut saya" Arsen
"Tap.. tapi pak saya harus mencari teman saya dulu"
Alina menatap Arsen dengan memelas.
" Ya sudah, keluarkan KTP sekarang. Saya akan tahan sebagai jaminan. Dengan KTP ini saya dapat melacak anda dimanapun berada" Ujar Arsen
" Ba..ba.. baik Pak"
Alina mengeluarkan KTP sambil gemetar.
" Sekalian no HP anda," Arsen memasang muka datar, sambil memberi handphone miliknya. Arsen sangat kesal karena berkas pentingnya rusak.
Setelah selesai melakukan apa yang diminta Arsen, Alina mengembalikan handphone mahal milik Arsen.
"Ya sudah sekarang anda boleh pergi, tapi jangan coba-coba melarikan diri. "Ucap Arsen sambil menunjukkan wajah arogannya.
Alina segera pergi. Fikirannya kosong, karena tidak pernah dibayangkanya akan berurusan dengan Arsen. Alina langsung tempat perhentian Taksi.
Di tempat lain, Arsen sedang berfikir keras bagaimana caranya agar berkasnya secepatnya selesai. Di ruangan Kantornya ia terlihat begitu kelelahan karena perjalan bisnis yang di baru di tempuhnya.
Arsen pergi ke ruangan khususnya di dalam ruangan kantornya.Ruangan itu berbentuk kamar pribadi yang terbilang mewah dan sangat nyaman. Ia mandi dan pergi beristirahat di tempat tidur.
Alina telah sampai di rumah, Ia segera mengisi daya handphonenya. Dalam fikirannya terbesit nasib Tiya yang ntah bagaimana. Mereka belum sempat bertemu.
Setelah beberapa menit, Alina mencoba menghubungi Tiya dan ternyata sudah banyak pesan dan panggilan tak terjawab.
"Hallo tii, ini lo udah di rumah?"
" Hemm..., lo dari mana aja si gue tungguin jugak. " Tiya menjawab dengan nada kecewa.
" Yaa maaf Ti, tadi gue terkena macat di jalan. Handphone gue juga low" Alina
"Ya udah, ngga papa kita ketemu next time ya. Atau nggak besok gue nyamperin lo yaaa"Tiya.
" Ya udahh kita ketemu ya besok, gue udah kangen banget." Alina.
"Ia sayangkuh" jawab tiya dengan nada sedikit berlebihan.
"Iya ya, oke gue matiin yaa, bye... " Alina
Tidak terasa waktu makan malam telah tiba. Ibu Alina sibuk mempersiapkan makan malam. Alina baru selesai mandi, fikiranya masih di hantui bayangan Arsen yang menurutnya sangat membahayakan dirinya sekarang.
Dirinya merasa nasibnya sekarang sangat buruk. Baru saja kemarin hatinya di hancurkan Leonil, sekarang ia terjebak dalam masalah yang menurutnya sangat sulit.
"Alin, nak kamu udah selesai mandi?" ibu Alina sudah memanggilnya untuk makan malam.
"Iya buk, Alin udah siap kok." Alin keluar kamar dengan segala beban di fikirannya, ia berusaha menutupi semua di depan orang tuanya.
Alin duduk di tempatnya biasa kalau makan bersama.
"Alin, gimana hari ini nak? apakah kamu sudah memiliki rencana untuk kedepannya? " Ayah Alina bertanya serius kepada anaknya.
" Iya yah, Alin udah punya rencana kok, tapi alin masi mau menikmati masa-masa libur dulu yaa" Alina menjawab dengan santai. Padahal di fikirannya sangat rumit sekarang. Ntah kepada siapa ia akan bagikan.
Di dalam kamar, Alina sangat bingung harus melakukan apa untuk saat ini. Alina berencana untuk merantau ke luar kota, demi menata hatinya saat ini yang telah hancur berkeping-keping. Tetapi di sisi lain ia memiliki tanggung jawab kepada Arsen.
Mata Alina belum bisa terpejam, padahal sudah tengah malam.
karena tidak bisa terpejam Alina mencari informasi mengenai Arsen.
Disana, Alina mendapat informasi bahwa perusahaan Arsen adalah perusahan yang tergolong besar di Asia. Alina semakin terbeban menghadapi Arsen.
Pukul 3.00, Alina baru bisa tertidur.
bersambung...
Disana, Alina mendapat informasi bahwa perusahaan Arsen adalah perusahan yang tergolong besar di Asia. Alina semakin terbeban menghadapi Arsen.
Pukul 3.00, Alina baru bisa tertidur.
Keesokan harinya di sebuah kantor, Arsen sudah menunggu Ezra di ruangan meeting. Ezra adalah staff khusus Arsen di kantor.
Waktu menunjukan pukul tujuh pagi, belum ada kariawan Arsen yang datang. Pagi ini Arsen ingin mengadakan rapat penting bersama staf khususnya itu. Rapat diadakan untuk membicarakan surat perjanjian yang telah di rusak oleh Alina.
" Pagi bos, " sapa Ezra dengan wajah yang berseri.
"Ada apa bos? kok mengadakan meeting mendadak." ucapnya lagi.
" Iya, ada yang ingin saya sampaikan. " jawab Arsen dengan nada tegas." Arsen memang selalu tegas kalau sedang di kantor, tetapi sangat berbeda jika berada di luar kantor. Arsen sangatlah supel dan kalem, tapi untuk urusan pekerjaan ia selalu serius.
Arsen meletakkan sebuah KTP di atas meja.
"Saya mau kamu minta pertanggung jawaban kepada pemilik KTP ini. Tolong minta ganti rugi atas berkas penting perusahaan ini. " Arsen
"Tapi bos, berapa banyak yang harus orang ini pertanggung jawab kan? " Ezra.
"Kamu hitung saja sendiri berapa banyak yang di keluarkan oleh perusahan untuk membayar Tiket dan Akomodasi saya untuk penyelesaian berkas penting ini . Satu lagi atur ulang berkas yang rusak ini, waktu kamu dua hari untuk mengurus ini semua." Ucap Arsen dengan nada tegasnya.
"Iya baik bos. saya permisi dulu" Ezra.
" Ezra, sebentar ini kontak si prempuan itu. Hubungi ia terlebih dulu. " Arsen memberi no telepon Alina kepada Ezra.
" Oke siap bos. " Ezra mengambil selembar kertas yang di berisi angka.
Setelah dari ruangan bos besarnya, Ezra kembali ke lantai bawah dimana kantin berada. Ia belum sempat sarapan sebelum ke kantor tadi.
" Buk, kopi satu dan buat kan saya roti panggang rasa srikaya." ucap Ezra kepala bu nani penjaga kantin tersebut.
Sambil menunggu pesanan nya datang, Ezra mencoba menghubungi kontak yang di beri bosnya.
Di tempat lain, tepatnya di rumah keluarga Alina terlihat ibu dan ayah sudah siap berangkat ke tempat kerja mereka masing-masing. Sedangkan Alina masih asik dengan ritual mandinya yang hampir selesai.
" drttttt.. drttttt...
itu pasti Tiya,"
Alina sangat semangat menghampiri handphone nya.
" Eh, tapi kok nomor tak di kenal?.
ya udah deh gue angkat aja dulu manatau penting. "ujarnya lagi, sambil mengangkat telpon.
" Hallo?" (Alina)
"hallo, ini dengan nona Alina? (Ezra)
" ia saya sendiri, ini siapa ya? " ah paling dari kurir pikirnya, karena memang Alina sedang memesan sesuatu dari toko online.
"Saya dari dari perusahaan X, ingin menanyakan tentang pertanggung jawaban Anda mengenai kerusakan berkas yang Anda lakukan" ujar ezra.
Alina terdiam sejenak.
waduh, gawat nih gue ternyata pak Arsen ngga main-main.
"Hallooo....
masih ada orang disana?
begini saja nona, Anda bisa datang hari ini ke kantor untuk lebih jelasnya saya yang akan menjelaskan berapa kerugian yang harus anda ganti"
"Baik Pak, saya segera kesana. " jawab Alina dengan hati-hati karna takut ibunya mendengar.
"Oke baik, saya tunggu di kantor, saya akan kirim alamatnya."
Ezra menyudahi panggilan tersebut.
" Aduh mati gue, ini gimana kalo kerugiannya banyak." Ucap Alina lemas. Ia melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat tertunda, yaitu memakai pakaian karena tadi ia masih menggunakan handuk.
"Nak, ayah sama ibuk berangkat ya, kamu jangan lupa sarapan ya" Ayah
" iya yah, nanti Alina sarapan " teriak Alina dari dalam kamarnya.
Alina menggunakan pakaian rapi seperti yang ia biasa pakai ke kampus. Ia berencana akan secepatnya menyelesaikan masalahnya dengan perusahaan Arsen.
Tidak menghabiskan waktu banyak untuk sampai ke perusahaan Arsen, karena tidak terlalu jauh dari rumah Alina. Hanya lima belas menit dengan menggunakan sepeda motor.
Alina kembali menghubungi nomor yang tadi menghubungi nya.
" Kok gue sampe lupa ya, nanya sama dia, tadi dengan siapa gue harus bertemu disini. " gumam Alina sambil membuka handphonenya.
" tutttt.... tutt.. "
"Hallo pak, ini saya sudah sampai di depan gedung yang bapak maksud, lalu saya harus kemana ya? "Alina.
" Oh langsung saja nona ke bagian pos satpam di depan, dan katakan ingin bertemu dengan Ezra" Ezra.
Alina langsung berjalan ke arah pos satpam, seperti yang di maksud Ezra.
" Ada yang bisa saya bantu mbak? " tanya satpam tersebut.
" Emm..
iya Pak saya mau bertemu dengan pak Ezra, bisa di antar?"
jawab Alina dengan nada sopan.
"Oh boleh mbak mari saya antar"
Alina berjalan mengikuti arah si satpam.
Setelah sampai di lantai 12 gedung itu, pak satpam langsung mengarahkan Alina ke ruangan Ezra.
" Ini mbak ruangan pak Ezra, saya permisi. "
" Ohh iya pak, terimakasih" jawab Alina.
"tokk tokkk tokk"
Alina langsung mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk...."
Ezra mempersilahkan Alina untuk masuk.
Alina pun masuk. Ia menatap ruangan tersebut terlihat seperti ruangan yang sangat bagus, padahal Alina tau bahwa bukan Ezra yang memiliki perusahaan itu.
"Maaf Pak saya Alina, yang sebelumnya sudah membuat janji dengan bapak."
"Mbak Alina, kemarin anda sudah melakukan sebuah hal yang sangat merugikan perusahaan. Jumah kerugian yang Anda perbuat sekitar seratus lima puluh juta. Harus anda bayar, itu untuk biaya tiket pulang balik dan akomodasi selama di sana." Ezra menjelaskan dengan tegas.
" Kasih saya waktu pak, saya baru menyelesaikan pendidikan saya. Jadi saya belum bekerja dan kalaupun saya minta kepada orang tua saya, mereka tidak memiliki uang sebanyak itu pak. "Alina sedikit menjelaskan tentang dirinya.
" Ya sudah, tunggu sebentar saya akan memanggil pak Arsen untuk meminta pendapat. " Ezra berjalan menuju ruangan Arsen yang tidak jauh dari ruangannya.
Tookkk tokkk
"Masuk.. " Terlihat Arsen sedang fokus bekerja di laptopnya.
" Maaf bos saya sudah menemui nona Alina, tetapi ia tidak memiliki uang untuk menggantikan kerugian perusahaan. "(Ezra)
"Lalu apa yang ia miliki, sita saja semua." Jawab Arsen sambil serius mengerjakan pekerjaannya.
"Tapi bos, dia hanya seorang wanita yang baru saja lulus kuliah" jawab Ezra.
"Kalo begitu pekerjakan saya dia, lalu potong gaji setiap bulannya." Arsen menjawab dengan nada datar.
" Baik lah bos saya akan menyerahkan nona itu ke bagian HRD, sekalian saya pamit bos untuk mengurus surat kontrak itu. Saya sudah memesan tiket dan langsung berangkat sore ini."Ezra
Ezra kembali ke ruangannya, ia masih menemukan Alina yang tengah duduk.
"Mbak Alina, tadi pak Arsen menawarkan jika anda bekerja di sini saja, bagaimana apakah anda mau?
Hutang anda akan potong gaji setiap bulannya."
"Kalau gaji yang di berikan tidak terlalu kecil, saya akan menerima pekerjaan ini pak" jawab Alina
"Oke baiklah mbak, saya antar anda ke bagian HRD ya."
Ezra mengantarkan Alina ke bagian HRD yang letaknya di lantai satu.
Setelah berkonsultasi dengan bagian HRD dan setuju dengan gaji, maka Alina akan mulai bekerja besok sebagai sekretaris Arsen.
Sebelumnya Arsen tidak pernah memiliki sekretaris perempuan. Semua pekerjaannya selalu di bantu oleh Ezra. Namun belakangan ini ia agak sedikit kelelahan karena semua di pegang olehnya. Apalagi usahanya kini semakin bertambah, bergerak di bidang perhotelan juga.
Alina keluar dari kantor itu dengan sedikit lega, karena sudah menemukan jalan keluar dari masalahnya.
Di seberang sana ada sosok yang sedang memperhatikan Alina, yaitu Leo. Tadinya Leo memang ada urusan di kantor ini karena memang ia memiliki kerjasama dengan Arsen.
Leo berjalan menghampiri Alina.
"Al, kamu bekerja disini?
" Eh iya kak, ada apa? Alina menjawab
"Al, aku ingin menjelaskan sesuatu kamu ikut aku yaa"
"Oke, Alina pun ikut dengan Leo menuju kantin di kantor Arsen.
bersambung..
apa ya yang Leo bicarakan dengan Alina 😁😁
ikuti terus ya kisahnya..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!