Sheila Putri angkasa seorang gadis cantik dengan paras yang menawan tubuh yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi dengan kulit putih dan bulu mata tebal, tak kalah dari itu juga pintar tak membuat dia tinggi hati.
Dia dibesarkan oleh kedua orang tuanya, ibunya bernama Ketty angkasa dan papanya Aris angkasa dia juga memiliki kakak yang bernama Maria angkasa.
Namun sayangnya dia dibesarkan dari keluarga yang tidak pernah menyayanginya,
selalu diperlakukan seperti pembantu dirumahnya sendiri oleh orangtuanya
Entah apa salah Sheila selama ini hingga orangtuanya selalu membencinya dan lebih menyayangi kakak perempuannya.
Dari kecil mulai SD, SMP, dan SMA Sheila tidak pernah merasakan saat orang tuanya menjadi wali murid di sekolahan.
Orang tuanya hanya menghadiri wali murid sekolah kakaknya padahal mereka satu sekolahan, dan saat sekolah kakak dan temannya sering sekali mem-bully Sheila.
Sheila disekolah cukup terkenal karena wajahnya yang cantik dan pintar sehingga banyak orang yang iri padanya termasuk juga kakaknya.
Karena memang dia dengan kakaknya sangat berbeda sekali wajahnya entah Sheila menuruni gen siapa karena sangat berbeda dengan orang tua dan sang kakak.
Itulah salah satunya kenapa orang tua dan kakaknya tidak suka dengannya.
Namun Sheila tidak pernah pantang menyerah dia akan tetap berusaha hingga nanti orang tuanya bangga memilikinya.
🥕🥕🥕
Pagi menjelang Sheila yang masih bergelut dengan selimut dan bantalnya pun mau tak mau harus segera beranjak dari kasurnya karena dia harus segera memasak sarapan untuk keluarga angkasa.
Sebenarnya ada asisten rumah tangga yang dipekerjakan namun Sheila yang disuruh oleh keluarganya sendiri untuk memasak, mencuci dan bersih bersih dari kecil sehingga Sheila sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini.
Sheila sekarang berada di dapur karena waktu yang cukup mepet dan dia harus segera ke kampus.
"Non Sheila sudah bangun?" tanya mbok Ijah pada Sheila yang baru saja turun ke dapur.
"Udah mbok," jawabnya.
"Oh ya mbok habis ini Sheila mau ke kampus ya."
"Iya non, emang rencananya mau masak apa sini biar mbok bantu." ujar mbok Ijah.
"Sheila mau masak yang biasa aja mbok kayak omelette sama nasi goreng aja."
"Ya udah sini mbok bantu," mbok Ijah pun membantu Sheila memasak.
"Mbok tolong kupas aja bumbunya, ini biar Sheila yang goreng." ucap Sheila membagi tugas dengan mbok Ijah biar cepat selesai.
"Baik non."
Mereka pun memasak masakan yang sudah disebutkan oleh Sheila, rencananya dia akan membuat omelette, nasi goreng dan juga ayam goreng.
Dia dibantu oleh mbok Ijah yang sudah bekerja lama sekali di keluarga ini dan mbok Ijah juga yang selalu ada untuk Sheila dan sudah Sheila anggap sebagai keluarga sendiri.
Setelah beberapa saat masakan mereka pun sudah jadi, Sheila pun membersihkan sisa bahan makanan di meja.
"Mbok ini masakannya udah selesai Sheila ke atas duluan ya mbok mau siap siap untuk ke kampus," ucap Sheila setelah makanannya habis dan beranjak menuju ke kamarnya.
"Iya non." ucap mbok Ijah.
Kemudian Sheila mengganti pakaiannya dan menyiapkan buku untuk dibawa ke kampus dan dia pun selesai dengan dandanan tipisnya.
Sheila juga membawa pakaian ganti karena dia akan bekerja paruh waktu di restoran.
Setelah selesai Sheila langsung keluar dari kamar dan dia pun keluar rumah menuju ke kampus menggunakan bus umum.
Orang tua Sheila dan juga kakaknya setelah bangun langsung memakan makanan dari Sheila, saat di meja makan tiba tiba nyonya besar bertanya.
"Sheila mana?" tanyanya kepada mbok Ijah namun dengan muka judesnya.
"Non Sheila sudah berangkat ke kampus bu tadi pagi,"
Kemudian mereka pun menyantap makanannya hingga ludes. (Dasar emangnya)
Mbok Ijah sebenarnya sangat kasihan dengan Sheila karena dia selalu ditindas dan diperlakukan buruk oleh keluarganya sendiri.
Hanya mbok Ijah lah yang sangat menyayangi Sheila seperti anaknya sendiri, meski pun diperlakukan tidak adil di keluarganya namun Sheila termasuk murid yang pintar, karena kepintarannya dia diterima di salah satu universitas ternama di kota X dan untung saja orang tuanya mengizinkan Sheila untuk masuk ke universitas sehingga dia bisa mempelajari ilmu lagi namun tetap begitu semua biaya Sheila yang menanggungnya.
Sheila sekarang sudah sampai di kampusnya, dia datang ke kampus karena harus bimbingan skripsi dengan dosennya.
Saat bimbingan tadi untuknya Sheila tidak terlalu banyak revisi sehingga bisa langsung melanjutkan bab nya, saat ini Sheila sedang melakukan penelitian akhir untuk skripsinya, jadi sebentar lagi dia akan lulus dan bekerja seperti yang dia impikan selama ini.
Setelah selesai dengan urusannya di kampus Sheila pun beristirahat di kantin kampus, Sheila sekarang sedang berada di kantin kampus dan tiba tiba ada seseorang yang mengagetkannya dari belakang.
"Haah," teriak Maya dia adalah salah satu sahabat yang selalu ada buat Sheila dan begitu pun sebaliknya.
"Astaga Maya," kaget Sheila.
"Sheil ngelamun aja lo," ucap sahabatnya yaitu Maya.
"Eh May," ucap Sheila.
"Gimana tadi bimbingannya?"
"Lancar May, kamu sendiri gimana?"
"Pusing gue Sheil bu Lika nyuruh gue ganti data lagi," omel Maya yang sama sama seperjuangan sama Sheila.
"Yang sabar May." ucap Sheila menenangkan Maya.
"Oh ya May udah jam segini aku harus kerja dulu ya," pamit Sheila.
"Iya Sheil elo hati hati ya." ucap Maya di angguki oleh Sheila.
Padahal mereka baru saja bertemu namun karena memang Sheila harus bekerja mau tidak mau Maya juga mengerti keadaan sahabatnya itu.
Sheila sekarang bekerja di restoran yang cukup terkenal di ibu kota di negara X, dia memang kuliah sambil bekerja karena jika tidak bekerja dia tidak akan ada uang untuk kuliahnya.
Orangtuanya memang memperbolehkan Sheila untuk kuliah makin dengan uangnya sendiri, orang tuanya tidak ingin mengeluarkan sepeser pun untuk biaya kuliah Sheila padahal kakaknya saja kuliah dan itu dengan biaya dari orangtuanya.
Sheila sebenarnya sangat iri kepada sang kakak namun dia berfikir mungkin orangtuanya tidak ada uang saat akan menyekolahkannya, dia akan bekerja kapanpun yang terpenting dibayar.
Sheila sendiri sudah hampir 2 tahun dia bekerja di sini the restoran nama restoran tersebut.
Berhubung hari ini hari Senin jadi restoran tidak terlalu rame, karena biasanya waktu hari libur bisa sampai 3 kali lipatnya ramai nya.
Sheila tetap bertahan di sini adalah karena gajinya yang cukup tinggi dan juga karena fasilitasnya bagus sehingga Sheila sangat betah berada di sini.
Setelah berpamitan kepada Maya, Sheila langsung pergi ke restoran untuk bekerja, wetelah beberapa saat Sheila pun sampai di restoran tempat dia bekerja.
"Selamat siang mbk Ika." sapa Sheila kepada salah satu pegawai di sana.
"Siang Sheil, buruan ganti baju itu ada pengunjung."
"Siap mbak."
Sheila pun masuk dan berganti pakaian setelah itu dia pun bekerja sebagai pelayan.
Di hari lain pun saat senggang dia bekerja sebagai petugas catering makanan, pokoknya apapun pekerjaannya Sheila akan lakukan.
"Sheil meja nomor 17 ya," ucap mbk Ika menyerahkan makanan kepada Sheila.
.
.
TBC
Haiii readers gimana ceritanya seru kah???
Dukung terus ceritaku ya biar aku juga tambah semangat buat nulis lagi, kalau rame bakal aku update lagi cerita Sheila dan Brian ini mungkin masih banyak typo nya tapi akan author berbaik lagi di lain waktu jadi mohon di maklumi ya 😊😊
Brian Albern Ardolph seorang lelaki dewasa yang sangat tampan dan juga sangat berkarisma, dia dilahirkan dari keluarga kaya raya ayahnya bernama Boni Ardolph dan ibunya bernama Salma Ardolph.
Brian adalah anak tunggal di keluarga Ardolph sehingga sangat sayang oleh maminya, dan juga Brian termasuk anak yang sayang terhadap orangtuanya.
Namun berbeda dengan sikapnya kepada orangtuanya, jika dia diluar dia seperti seorang yang kejam dan berkarisma dengan tatapan dingin siap membunuh banyak orang.
Dia juga memimpin perusahaan besar yang sangat terkenal di negara X dan juga manca negara yaitu Ard Company yang bergerak di banyak bidang mulai dari tambang, desain interior, kesehatan, kecantikan, perlengkapan rumah tangga dan juga properti dengan kualitas kelas unggulan sehingga banyak peminat yang suka.
Dia adalah lelaki idaman semua wanita banyak wanita yang ingin menjadi pasangannya bahkan wanita one night nya, dia digilai oleh banyak wanita karena dia dikenal sebagai seorang CEO yang masih muda diusianya yang baru menginjak umur 27 tahun.
Karena usianya juga lah maminya menyuruh untuk Brian segera menikah karena menurut maminya usianya sudah pas untuk menikah, namun Brian hanya memberi alasan bahwa dia sedang sibuk bekerja.
Tapi tak banyak yang tahu bahwa pria tampan setampan Brian Albern Ardolph adalah seorang mafia kejam yang tak akan mengampuni siapapun yang mengganggunya.
Brian bisa menjadi mafia karena keturunan dari sang ayah yang juga seorang mafia kejam dulunya, namun sekarang sudah ditaklukkan oleh sang istri siapa lagi kalau bukan sang mami yaitu mami Salma.
Sehingga sekarang semua kendali diserahkan kepada Brian, sang mami sudah memperingatkan Brian agar segera meninggalkan pekerjaan yang kotor itu tetapi hanya di iyakan saja oleh Brian tetapi masih menggeluti pekerjaan itu.
🥕🥕🥕
Pagi hari Brian bangun dari tidurnya, kamar Brian yang sangat kentara dengan seorang mafia dimulai dari interior kamar yang kebanyakan gelap dan abu-abu memiliki nuansa seram namun itu disukai oleh Brian.
Brian bersiap-siap dengan setelan jas mahal yang limited dan hanya beberapa saja di dunia, setelah selesai Brian pun turun kebawah dan menuju ke arah meja makan di sana sudah ada papi dan maminya.
"Morning mi pi." sapa Brian.
"Morning son." jawab mami.
"Morning."
Kemudian Brian pun sarapan pagi bersama orangtuanya, setelah selesai sarapan papi pun mengajak Brian untuk berbincang-bincang sebentar soal pekerjaan.
Sedangkan maminya memilih untuk ke dapur membantu bi Nana membersihkan sisa makanan.
"Astaga nyonya kenapa kesini biar saya saja yang bersihin," ucap bi Nana saat melihat sang majikan membersihkan piring.
"Gak bi saya aja males di sana bapak anak sama aja gila kerja," ucap mami dengan muka sebelnya.
Sedangkan para lelaki tidak tahu kekesalan sang ratunya malah sibuk mengobrol di ruang tamu tanpa tahu jika wanita mereka sedang kesal.
"Kamu mau ke kantor Bri?" tanya papi Boni.
"Iya pi."
"Bagaimana kondisi kantor sekarang?" tanya papi.
"Sekarang stabil pi dan sebentar lagi akan ada pembukaan perusahaan baru lagi."
"Dan bagaimana kondisi markas elang Bri?" tanya papi lagi tentang kondisi markas besarnya.
"Markas sekarang aman juga pi, kita menangkap bandar yang sudah membohongi kita dan dia juga sudah di eksekusi."
"Selamat son kau tidak mengecewakan." ucap papi Boni bangga.
"Thank pi."
Setelah beberapa saat mami pun datang dengan membawa cemilan kecil, namun Brian akan izin kepada orangtuanya kalau dia harus pergi bekerja karena sudah waktunya kerja.
"Mi pi Brian kerja dulu ya," pamit Brian.
"Kamu itu ya bri buruan cari istri biar ada yang perhatiin kamu jangan main cewek aja," ucap mami.
"Iya mami, kalau Brian nemu juga nanti dikenalin ke mami."
"Bener ya secepatnya ya sayang," ujar mami antusias.
"Iya mami, ya udah kalau gitu Brian pamit dulu," pamitnya lagi dan di angguki oleh mami dan papinya.
"Yey mami mau punya mantu," ucap mami senang dan papi pun senang karena istrinya senang.
Brian pun keluar dari mansion nya dan mengendarai mobil sport keluaran terbarunya, kebetulan jalanan sekarang macet karena jam berangkat kerja sehingga mau tidak mau Brian juga harus bermacet-macetan ria.
"Sialan macet lagi," ucap Brian kesal.
Setelah beberapa saat dia pun sampai dikantornya dan memarkirkan mobilnya di depan kantor.
Para karyawan khususnya cewek melihat hingga terkesima dengan mobil tersebut dan juga sang pengemudi, karena bosnya hampir setiap hari selalu berganti-ganti mobil baru.
Setelah keluar dari mobil Brian pun langsung menuju lift khusus CEO, saat sampai di ruangannya asistennya juga mengikutinya dari belakang dan membacakan jadwal hari ini.
"Yoga kamu batalkan untuk acara nanti setelah jam satu karena saya ada hal mendesak," ucap Brian.
"Baik, Pak."
Kemudian Yoga pun pergi meninggalkan ruangan bosnya, untuk jadwal hari ini Brian cukup sibuk tapi nanti jam satu dia harus segera ke markas elang untuk mengeksekusi salah satu pengedar sabu yang sudah bermain curang dengannya, soal bisnis Brian tidak ada ampun dengan siapapun yang sudah bermain-main dengannya.
Brian pagi ini ada rapat dengan karyawannya pun segera menuju tempat rapat, semua karyawan bersiap-siap untuk memulai rapat.
Saat rapat Brian dikenal dengan seseorang yang sangat perfeksionis sehingga jika ada kesalahan sedikit saja maka karyawan tersebut akan dimarahi habis-habisan atau jika melakukan kesalahan yang besar bisa saja di pecat.
Dan jika sudah dipecat dari Ard Company maka jangan harap karyawannya bisa bekerja lagi karena jika sudah dipecat dari Ard Company nama sudah masuk daftar hitam blacklist di seluruh negeri, dan perusahaan lain pun tidak berani untuk mengambil resiko besar jika mempekerjakan mereka.
Saat rapat Brian dengan cermat melihat presentasi dari karyawannya, setelah presentasi semua orang yang berada di ruang rapat menanti-nanti bagaimana reaksi bosnya itu.
"Oke saya setuju segera lakukan pembangunan," ucap Brian membuat semua karyawan gembira, Brian pun pergi meninggalkan ruang rapat.
Setelah bosnya itu pergi para karyawan yang berada diruang rapat senang bukan kepalang karena sangat susah membuat bosnya itu menyetujui proyek seperti ini.
"Yeyy akhirnya kita berhasil," ucap salah satu karyawan tadi dengan perasaan lega.
"Kalau begitu mari kita kerjakan tugas ini," ujar yang lain dan di angguki oleh lainnya juga.
Brian yang selesai rapat langsung kembali ke ruangannya, dia cukup senang dengan presentasi tadi sehingga tidak ingin berlama-lama membuang waktunya dengan memarahi karyawan nya agar mereka segera melakukan pekerjaannya dengan baik dan efisien.
Tak beberapa lama telepon Brian berbunyi dan ternyata Aldo tangan kanannya di markas menghubunginya.
^^^[Halo ada apa do?]^^^
[Halo bri kapan elo kesini? Tadi tuh orang berusaha bunuh diri untungnya kita tahu jadi kita gagalkan mending elo segera kesini.]
^^^[Oke gue sekarang ke sana tunggu.]^^^
[Oke buruan.]
Kemudian Brian pun memutuskan sambungan teleponnya dan beranjak untuk pergi ke markas, untungnya saja sekarang sudah jam satu sehingga Brian sudah tidak ada pertemuan lagi dengan kecepatan tinggi Brian mengendarai mobil sport nya.
"Sialan seenaknya dia mau bunuh diri, tunggu bentar lagi elo juga akan mati," gumam Brian dengan sinis dan tawa yang misterius.
Setelah beberapa saat sekarang Brian memasuki hutan lebat di pinggiran kota dan jauh dari hirup pikuk kota besar, sebuah markas mafia berdiri di tengah hutan bahkan polisi pun tidak berani datang karena penjagaan yang ketat dan juga suap yang banyak sehingga hutan itu aman dan tidak pernah didatangi oleh siapapun.
Sampai lah Brian di tengah hutan belantara di rumah tua, namun didalamnya ada ruang bawah tanah yang menjadi markas besar pasukan Elang.
.
.
TBC
Setelah itu Brian pun segera masuk dan mendatangi sandera nya yang ingin bunuh diri.
"Hai kau!" ucap Biran yang baru saja sampai di dalam.
tawanan yang berada di dalam pun kaget dan segera ketakutan melihat Brian berada di sini.
"Tuan Brian saya mohon jangan siksa saya, lebih baik saya mati pak." ucap orang tersebut.
Pria tersebut berusia lebih tua dari Brian mungkin sekitar 50 tahunan namun dia masih suka bermain dengan wanita j*lang di luar sana.
"Apa imbalannya jika aku mengampuniku?" tanya Brian dengan seringai jahatnya.
Dalam dunia gelap ini tidak ada yang gratis, uang di ganti uang, tangan di ganti tangan.
"Akan saya bayar semuanya tuan tolong," ucap pria tersebut.
Tetapi Brian sudah hafal dengan semua taktiknya, Brian sudah hidup di dunia mafia dari kecil bagaimana dia tidak tahu.
Brian segera mendekat ke arah pria tersebut kemudian mencengkeram rahang pria tersebut dengan keras.
"Asal kamu tahu aku sudah kenyang dengan janji-janji palsu tersebut, bahkan hutangmu denganku saja belum kau bayar malah berjanji membayar semuanya." Ketus Brian.
"Tuan, saya mohon ampun." ucap pria tersebut mencoba terus meminta ampun.
Brian tidak menghiraukannya bagaimana bisa pria tersebut meminta ampun setelah melakukan tindakan merugikan Brian di pasar gelap karena sabunya.
"Aldo jalankan." Brian memerintah Aldo kemudian keluar dari ruangan tersebut.
"Baik," jawab Aldo.
"Tidak tidak saya mohon jangannnn!" ucap pria tersebut dengan meronta-ronta saat di bawa oleh anak buah Brian.
Rencananya pria tersebut akan di eksekusi mati tetapi dengan suntikan, agar sakitnya bisa pria itu rasakan, kejam memang bagaimana tega melihat seorang pria paruh baya harus menahan sakit yang nantinya juga akan mati.
Sedangkan Brian pun keluar dari ruangan tersebut dan pergi dari hutan itu.
"Aldo beritahu aku jika ada yang tidak beres," sahut Brian.
"Siap."
Brian segera pergi karena dia ada pertemuan penting dengan klien di sebuah restoran, segera ia menancapkan gas membelah jalanan dari pinggir kota ke tengah kota.
Awalnya Brian menolak karena dia sudah bilang tidak ingin ada temu janji atau meeting lainnya hari ini, namun dia juga baru ingat bahwa ini adalah sebuah meeting penting, akhirnya mau tidak mau Brian pun datang.
🥕🥕🥕
Sedangkan di sisi lain, Sheila sedang membawa nampan berisi makanan dan minuman yang di pesan oleh pelanggan dan memberikannya dengan ramah.
"Pesanannya," ucap Sheila ramah.
"Terima kasih."
Sheila pun pergi menuju ke belakang dan terus memberikan pesanan yang di pesan, mungkin karena kurang fokus dia tidak sengaja menabrak seseorang dan membuat pakaian orang tersebut kotor dengan tumpahan jus.
"Maaf maaf." Ucap Sheila dengan menundukkan kepalanya kemudian melihat ke arah sang pria.
Saat dia melihat pria tersebut dia sangat syok karena melihat wajah tampan pria tersebut dan sangat sempurna menurutnya.
Yap, dia adalah Brian seorang CEO muda dan terkenal, saat dia sudah sampai restoran dia langsung masuk ke dalam, saat dia masuk semua pelanggan dan juga pelayan yang melihatnya terpanah karena paras wajah yang tampan seperti malaikat ciptaan tuhan.
Brian tak menghiraukannya dan segera menuju ke ruangan yang sudah di reservasikan yoga kepadanya, namun sialnya saat akan menuju ke ruangan tersebut tak sengaja ada seorang pelayan yang menjatuhkan minumannya ke arahnya dan membuat setelan jasnya kotor dengan jus.
"Maaf maaf."
"Maafkan kelalaian saya tuan," sahut Sheila menyesal.
Namun segera ia tepis dan meminta maaf kembali seraya menundukkan kepalanya, Sheila ingin membersihkan tumpahan jusnya yang tumpah di jasnya.
Namun tiba-tiba pria tersebut memegang tangan Sheila dan melihatnya secara intens.
Sheila yang ditatapnya pun hanya bisa tertunduk takut karena dia banyak di lihati oleh pengunjung restoran tersebut.
"Kamu panggilkan manajer restoran saja," ucap Brian kemudian pergi menuju ke ruang VVIP.
Brian tadi sempat melihat wajah gadis tersebut dan tidak terlalu buruk, dan entah mengapa dia seperti memberikan kelonggaran kepada gadis tersebut.
Padahal biasanya Brian akan marah dan bisa saja melakukan kekerasan fisik tak pandang bulu mulai dari pria atau wanita, tetapi dengan gadis tadi Brian tidak melakukan apa pun.
Segera Brian masuk ke dalam dan menunggu manajer restoran datang dan memberikan dia perintah.
Sedangkan Sheila yang disuruh memanggil manajer restoran pun segera menuju ke ruangan pak Bagas selaku manajer restoran.
Tok tok tok
"Masuk," ucap pak Bagas dari dalam.
Sheila segera masuk ke dalam dan memberitahukannya kepada pak Bagas.
"Ada apa Sheila?" tanya pak Bagas.
"Pak ada pengunjung di ruang VVIP yang ingin bertemu dengan bapak." ucap Sheila memberitahukan dan juga saat dia menumpahkan minuman juga Sheila beritahu.
"Apa!" ucap pak Bagas dengan berdiri syok.
Pak Bagas pun segera keluar dari ruangan dan menuju ke ruangan dimana Brian berada.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Brian saat pak Bagas mengetuk pintu.
"Maaf tuan atas kesalahan pelayan kami," ucap pak Bagas meminta maaf sambil membungkukkan badannya.
Sheila yang berada di luar ruangan pun di buat takut, karena pak Bagas tadi terlihat sangat takut dan segan dengan orang di dalam.
Setelah selesai berbincang pak Bagas pun keluar dari ruangan tersebut dan menyuruh Sheila untuk masuk, karena Brian ingin Sheila masuk.
"Sheila sekarang kamu masuk ke dalam," ucap pak Bagas.
"Apa! Kok saya pak?" sahut Sheila.
"Udah masuk aja," jawab pak Bagas, kemudian mendorong Sheila untung masuk ke dalam.
Sheila yang di dorong pun masuk ke dalam dan langsung menghadap ke arah Brian yang sudah duduk manis, Sheila tidak berani untuk melihat kearahnya dan terus menunduk.
"Maafkan saya tuan," sahut Sheila.
"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu," balas Brian dan tetap melihat Sheila dengan intens.
Entah ada apa dengannya namun Brian merasa dia seperti sedang di tarik untuk terus melihat wanita di depannya ini.
Setelah Brian mengucapkan kata itu Sheila sama sekali tidak bergerak, dia merasakan aura yang sangat kuat dari pria di hadapannya tersebut.
"Bagaimana kamu akan mengganti jas saya yang terkena jus?" Tanya Brian.
"Apa?" Ucap Sheila yang masih ngelak.
"Jas saya mungkin tidak akan cukup dengan satu tahun gaji kamu," ucap Brian menyombongkan harga jasnya.
Sheila tidak membantah karena dia juga melihat bahan yang di buat sangatlah bagus dan juga termasuk setelan jas mahal.
"Biar saya cuci tuan," ucap Sheila.
"Ini, saya ingin besok harus sudah jadi."
"Apa! Besok terlalu cepat tuan," sahut Sheila.
"Saya tidak mau tahu besok harus sudah bersih dan tidak rusak," jawab Brian.
Brian pun memberikan jasnya kepada Sheila kemudian menghampirinya dan membisikkan sesuatu kepada Sheila.
"Saya tidak suka bantahan bentuk apapun," bisik Brian.
Sheila pun merasa merinding dengan ucapan pria tersebut dan langsung menjawab dengan anggukan.
"Baik tuan, jas ini besok sudah siap." ucap Sheila.
"Bagus." sahut Brian dengan mengelus kepala Sheila dengan lembut kemudian kembali ke kursinya.
"Kartu nama saya ada di dalam jas itu, kamu besok antar ke sana dan menemui saya."
Sheila pun mengambil kartu tersebut dan melihat nama yang tertera dan perusahaannya, Sheila kaget dengan nama dan perusahaannya karena termasuk perusahaan yang ternama di kota ini dan negara ini bahkan manca negara, Sheila pun merasa bahwa dia telah salah dengan membuat perkara terhadap orang di depannya.
"Kalau begitu saya permisi tuan," ucap Sheila pamit dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Brian merasa bahwa wanita tadi sepertinya membuat dia tidak beres makanya Brian menyuruh agar wanita tadi menemuinya besok.
Sheila pun dibuat bingung bagaimana dia akan mencuci dalam waktu satu hari, laundry mungkin bisa tapi bagaimana kalau ada kerusakan.
Akhirnya setelah pulang kerja Sheila segera mencuci secara manual jas tersebut dan mengeringkan dengan pengering baju.
Untung saja saat dia pulang semua orang sedang tidak ada, mereka sedang melakukan makan malam di luar kata bibi tadi.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!