Berkali-kali aku istighfar menyebut nama sang ilahi dan berkali-kali pula aku memukul dada kiri ku karena sesak. Ya,sesak itu datang lagi ketika aku mengingat kejadian itu. Kejadian yang sangat menyesakkan hati yang telah dikhianati oleh orang terdekat. Pengkhianatan antara sahabat dan kekasih ku.
Flashback on
Drrrtt... Drrrtt...
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh"
"................"
"Iya,Vin. Gimana semuanya udah siap?"
"............."
"Oke.. Aku juga udah siap semuanya tinggal meluncur ke apartemen Aaram."
"............."
"Oke siaaappp... Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."
Hai,perkenalkan namaku Andira Rachman,usiaku sekarang ini 22 tahun. Aku anak tunggal di keluargaku,ayahku bernama Toni Rachman dan bunda bernama July Anastasia Rachman. Ayah ku memiliki beberapa restauran di Jakarta,dan salah satunya sudah diserahkan oleh ayah untuk aku kelola sendiri.
Hari ini tanggal 11 November adalah hari yang yang sangat spesial untuk kekasihku. Ya..Hari ini adalah ulang tahunnya. Aku dan para sahabatku berencana datang ke apartemen Aaram tanpa sepengetahuan nya untuk membuat kejutan ulang tahunnya. Aaram Rafasyah Rahardian adalah kekasihku,kami menjalani hubungan ini sejak masih duduk di bangku perkuliahan. Kami berdua mengambil jurusan yang sama yaitu Business Management.
Awalnya kami hanya teman biasa,saling ngobrol mengenai mata perkuliahan sampai masalah pribadi. Tanpa kami sadari kami ternyata kami saling menyukai dan akhirnya kami memutuskan untuk menjalin suatu ikatan. Sudah 3 tahun kami menjalin hubungan ini,dan kami sudah sepakat tahun depan akan menikah.
Kedua orang tua kami pun juga sangat mendukung hubungan kami.
Akhir-akhir ini kami memang jarang sekali bertemu,karena kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aaram sendiri saat ini sedang sibuk dengan perusahaan yang sudah diserahkan oleh papahnya. Sejak lulus kuliah Aaram langsung di angkat menjadi pemimpin di perusahaan papahnya. Dalam mengurus perusahaan,Aaram tidak sendirian,ia dibantu oleh Kevin yang menjabat sebagai asistennya.
Akhirnya kami semua tiba di apartemen Aaram. Kami semua bersiap diposisi masing-masing. Tidak lupa kami mematikan semua lampu di ruangan ini. (Btw itu Udah kaya mau tempur di medan perang aja. Siap diposisi masing-masing).
Karena sebentar lagi pukul sepuluh malam,itu artinya Aaram akan sampai di apartemen nya.
Klik.... Klik...
(suara tombol pintu apartemen yang sedang dibuka)
Muncullah Aaram dibalik pintu tersebut. Ketika aku sudah siap ingin memberikan kejutannya dan berteriak mengucapkan Happy Birthday . Aku tersentak mendengar suara yang tak asing ditelinga ku. Aaram tidak sendirian,melainkan dia datang bersama seorang wanita. Namun,aku lebih tersentak lagi ketika suara mereka begitu menjijikan ditelinga ku. Suara wanita itu tak begitu asing bagi ku.
"Aaarrr-" ucap wanita itu
"Berhenti dulu,Ar,lebih baik kita bersihkan diri dulu. Aku sudah sangat gerah." Rengek sang wanita dengan sangat manja.
"Aku sudah tak tahan lagi,sayang" ucap Aaram
Tanpa sadar aku langsung keluar dari tempat ku bersembunyi. Kue yang ku pegang pun terjatuh kelantai. Seketika lampu menyala dan betapa terkejutnya kami semua,di depan kami ada dua insan manusia yang sedang bercumbu mesra. Mereka berdua pun terkejut melihat keberadaan kami. Aku memandang sendu kearah mereka,tak terasa buliran air mata jatuh mengenai pipi ku.
Aku terdiam cukup lama,bibir ku pun kelu tak mampu berucap satu kata pun. Kulihat Aaram bangkit dari posisinya dan menghampiriku.
"Dira... I-ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
Plaakkk
Tangan ku bergetar setelah menampar wajah Aaram. Tanpa kata dan masih dalam posisi bungkam aku berjalan mendekati wanita yang ku kenal itu. Dia adalah sahabat ku sendiri,orang yang sudah aku anggap saudara.
"Bangun"
ucapku datar ke arah wanita itu
Tapi,wanita itu masih tak bergeming,ia tetap berada di posisinya dengan menundukkan kepalanya.
"Banguuunn.." Teriak ku didepan wanita itu.
"A-Andira.. Ma-maaf,Ra."
Ucap wanita itu sambil menundukkan kepala dan terisak
"Ciihhh,ternyata beginilah sifat asli mu,Sona?"geram ku
Sona adalah nama wanita yang aku kenal itu. Dia adalah sahabatku sejak kami masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Sona menggelengkan kepalanya,tak terima dengan apa yang ku katakan.
"A-aku bisa jelaskan semuanya,Ra. Tolong maafkan aku,Ra." Ucapnya dengan terisak
"Mau menjelaskan apa lagi,Na?semuanya sudah jelas,nyata didepan mata aku dan yang lainnya. Semua pada melihat apa yang sedang kamu dan Aaram lakukan. Kalian benar-benar membuat aku jijik sama kalian,tega banget ya kalian. Jahat banget sama aku,salah aku sama kalian tuh apa?"
"Dira, maaf," mohon Sona mencoba meraih tanganku tetapi segera ku tepis
Plaakkk
Aku menamparnya cukup keras,tidak ada kata maaf lagi untuk seorang pengkhianat seperti dia.
"Semoga kamu dan Aaram bahagia," ada sedikit jeda didalam ucapan ku
"Sedangkan kamu Aaram," lanjut ku sambil menatap Aaram dengan tatapan kecewa
"Terimakasih atas semuanya,terimakasih untuk kebersamaan kita selama tiga tahun ini. Selamat ulang tahun,semoga kamu selalu bahagia. Maaf jika selama kita bersama,aku selalu membuat mu kesal dan membosankan."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut,aku langsung meninggalkan apartemen Aaram. Tanpa memperdulikan teriakan panggilan dari teman-teman ku. Hancur sudah harapan ku untuk membina rumah tangga bersama Aaram. Niat suci itu aku urungkan karena Aaram sudah mengkhianati kepercayaan ku selama ini. Aku bukanlah wanita yang kuat untuk menerima pengkhianatan itu. Bayangan tentang kehidupan yang bahagia bersama orang yang kita sayangi dan kita cintai,kini hanya angan belaka. Faktanya aku tersakiti oleh orang yang ku sayang,dan juga dikhianati oleh orang yang sudah ku anggap sebagai saudara sendiri. Aku terus menangis mengingat pengkhianatan itu. Bayang-bayang mereka sedang bercumbu pun tiba-tiba melintas di pikiranku.
Disaat aku sedang sibuk dengan tangis ku,sebuah tangan merangkul ku. Sandra dan Sely lah orang nya. Mereka menyusul ku ketika aku keluar dari apartemen Aaram.
"Sabar ya,Ra. Biar tuhan yang membalas mereka,ingat karma gak pernah salah sasaran."
Ucap Sandra sambil memelukku dengan erat
Aku hanya mampu menangis dan meratapi kisah cintaku dengan Aaram,setega itukah mereka kepadaku?aku teringat dengan kata-kata Sandra tentang Aaram yang berselingkuh di belakangku bersama Sona. Sandra sering melihat Aaram keluar masuk ke apartemen Sona,tapi aku selalu abaikan setiap ucapannya pada ku. Sampai-sampai aku kesal dengan Sandra,kini ucapan Sandra semuanya menjadi nyata bahkan aku melihat langsung perselingkuhan mereka. Aku sudah tidak sanggup untuk berkata lagi,sampai tubuh ku lemas dan detik kemudian aku pun pingsan. Aku tak sadarkan diri aku hanya mendengar teriakan Sely dan Sandra yang terus memanggil namaku. Setelah itu aku tidak ingat apa yang terjadi padaku.
Flashback off
Assalamu'alaikum,ini adalah karya pertama ku. Maaf jika masih banyak penulisan yang rancu dan ceritanya kurang nge-feel,karena ini pertama kali aku buat cerita.
Kevin dan Rico masih berada di apartemen Aaram,mereka sangat geram melihat kelakuan dua orang sahabatnya yang kini ada dihadapan mereka.
"Gue benar-benar kecewa sama kalian berdua" ucap Kevin
Kevin adalah orang kepercayaan Aaram, mereka bersahabat sejak masih duduk di taman anak-anak. Mereka selalu bersama-sama,dimana ada Aaram sudah pasti ada Kevin . Kevin pula lah yang membantu Dira untuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Aaram.
Kevin menatap jengah ke arah Aaram dan juga Sona. Dia tidak menyangka Aaram yang dia kenal bisa melakukan hal seperti ini.
"Dengerin dulu penjelasan gue,Vin." Ucap Aaram
"Loe mau jelasin apa lagi? benar apa kata Dira,kita semua melihat apa yang loe sama dia lakuin." Ucap Kevin marah sambil mencengkeram kerah kemeja Aaram.
Ingin rasanya Kevin memukul wajah sahabatnya ini. Tapi,ia urungkan karena ucapan Rico.
"Tahan,Vin,jangan melakukan kekerasan,lebih baik kita tinggalkan mereka. Gue yakin suatu saat karma akan datang diantara mereka."
"Ric,gue mohon lo dengerin gue. Gue punya alasannya," Aaram memohon agar Rico mau mendengarkan semua ucapannya
Rico memandang Aaram dengan pandangan yang sulit sekali di mengerti oleh Aaram. "Lo mau bagaimana pun intinya lo berdua tuh salah. Sekarang intinya aja kenapa lo tega mengkhianati Dira dan bohongin kita semua dengan status lo sama dia" ucap Rico dengan menunjuk kearah Sona,tanpa memandang wajah wanita itu. Entahlah Rico benar-benar sangat kecewa dengan Sona.
Semuanya terdiam,apalagi Sona dan Aaram. Diantara mereka Rico lah yang paling dewasa dan bijak. Mereka tau kalau Rico mencintai Sona,tapi apa yang mereka lakukan dibelakang Rico dan Dira itu sangatlah tidak pantas,ibarat kata menusuk teman dari belakang dan bagaikan pagar makan tanaman. Mereka sudah membuat orang terdekatnya tersakiti dan hancur. Sona semakin terisak,entahlah apa yang sedang dirasakan Sona saat ini.
"Gue kecewa sama loe,Ar,tega banget loe nyakitin hati Dira. Apa sih yang loe lihat dari wanita ini?" tanya Kevin dengan geram
"Vin,tolong dengerin penjelasan gue. Gue akui gue salah udah nyakitin Dira,gue lakuin itu juga karena..."
"Karena apa?" ucap Kevin,sedangkan Rico masih terus menahan tangan Kevin yang ingin memukul Aaram.
Aaram terdiam cukup lama,lalu ia akhirnya bersuara "Sona hamil,hamil anak gue" ucap Aaram tanpa ragu
Deg
Drama apa lagi ini? ucapan Aaram membuat Rico dan Kevin mematung. Tanpa aba-aba lagi Kevin pun melayangkan pukulannya ke rahang Aaram.
bug... bug..
"Lo benar-benar bre****,Ar" marah Kevin
"Berhenti,Vin. Cukup lebih baik kita pergi dari tempat ini." ucap Rico yang segera membawa Kevin keluar dari apartemen Aaram. Sebelum keluar Rico berucap terlebih dahulu
"Semoga kalian bahagia dan tidak hidup bahagia diatas penderitaan seseorang" lanjut Rico
Sedangkan Sona,ia merasa begitu menyesal karena telah menyakiti sahabatnya sendiri yang sudah begitu baik kepadanya dan juga keluarganya? Dia juga begitu mencintai Aaram dan ia tak mau kehilangan Aaram,katakanlah jika ia egois,ingin memiliki Aaram seutuhnya.
Semenjak kejadian di malam itu,Dira sering terlihat murung dan menyendiri di dalam kamar. Sudah dua minggu Dira tidak mau keluar kamar,bahkan urusan restauran pun ayah Toni dan 2 sahabat Dira yaitu Sandra dan Rico yang menghandle nya. Mereka senantiasa selalu membantu Dira dimana pun dan kapan pun. Usaha restauran keluarga Dira pun tak luput dari peran kedua orang itu. Sesekali Kevin dan Sely datang kerumah Dira. Tapi,gadis itu tetap tidak mau bertemu,dia memilih untuk tetap diam di kamar.
Tok... Tok... Tok...
Terdengar pintu kamar diketuk dari luar.
"Nak,boleh bunda masuk?"ucap bunda yang sedang berdiri sambil membawa nampan yang berisikan makan siang untuk Dira.
Tak ada jawaban dari dalam kamar,selang beberapa menit barulah pintu itu terbuka.
Kemudian bunda July masuk dan memandang anak sambungnya itu dengan tatapan sendu. Tanpa sadar bulir bening dengan bebas nya terjun dari kelopak mata indah sang bunda. Wanita itu masih berdiri dengan nampan ditangannya,lalu dia berjalan mendekati sang putri yang sedang duduk termenung didepan jendela dengan tatapan kosong. Wanita itu tau betul perasaan ya g sedang dirasakan sang putri. Pengkhianatan dan perselingkuhan paling sangat ia benci. Bunda July sudah tau semuanya dari Kevin dan yang lainnya,mereka menceritakan apa yang terjadi dimalam itu tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan cerita.
Awalnya sang bunda ingin marah dan segera memberi pelajaran kepada Sona dan juga Aaram,tapi suaminya melarangnya. Menurut suaminya biarkan tuhan yang membalas atas perlakuan mereka semua. Ayah Toni langsung memutuskan hubungan dengan kedua orang tua Aaram saat itu juga. Ia juga menjelaskan alasan kenapa mengakhiri hubungan Dira dan Aaram,kedua orang tua Aaram sangat terkejut mendengarnya. Mereka merasa bersalah dan juga merasa malu dengan perlakuan Aaram,mereka merasa kurang mendidik putranya itu.
"Nak,makan ya. Bunda udah masak makanan kesukaan kamu." Ucap bunda sambil menyodorkan sendok yang sudah ada isinya disana.
Tak ada jawaban,Dira tidak bicara sedikitpun menoleh kearah sang bunda pun tidak. Tatapan mata Dira sangat kosong,yang ada dipikiran Dira saat ini adalah kenapa mereka tega mengkhianati aku ,hanya itu yang ada di benak Dira saat ini.
Kemudian Dira bangkit dari duduk nya,sang bunda yang melihat itu langsung bertanya kepada sang putri.
"Kamu mau kemana,Nak?"
Lagi-lagi tak ada jawaban dari Dira,namun tiba-tiba....
Dira tergeletak begitu saja,ia pingsan. Sang bunda pun histeris,melihat sang putri pingsan. Ia pun teriak memanggil sang suami dan para pelayan yang ada dirumah. Mereka bergegas menuju mobil dan langsung membawa Dira menuju ke rumah sakit XX. Raut wajah gelisah terpancar dari wajah kedua orang tua Dira. Bagaimana tidak kuatir dengan anak nya itu,sudah dua pekan Dira mengurung diri dan tidak ada asupan makanan mau pun minuman masuk ke tubuhnya. Mereka terus merapalkan doa kepada sang ilahi agar tidak terjadi apa-apa pada putrinya itu.
Setelah tiba di rumah sakit,Dira segera ditangani oleh dokter. Bunda dan ayah Dira menunggu di depan ruang pemeriksaan. Dari kejauhan terdengar suara langkah berlari. Kevin dan Sandra baru tiba di rumah sakit,mereka begitu sangat kuatir dengan kondisi Dira. Awalnya mereka ingin berkunjung kerumah Dira,tapi setelah tiba disana salah satu pelayan mengatakan bahwa Dira baru saja dilarikan ke rumah sakit XX. Akhirnya disinilah mereka semua berkumpul,menunggu hasil dari pemeriksaan.
Sudah hampir tiga puluh menit mereka menunggu dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Tapi,baik dokter ataupun suster belum menampakkan diri. Selang beberapa menit kemudian pintu pun terbuka.
Ceklek...
"Keluarga pasien?" tanya sang dokter
"Kami kedua orang tuanya dokter bagaimana keadaan putri kami?"
Terpancar aura kekuatiran di wajah ayah,bunda dan dua orang yang dari tadi hanya diam menunggu informasi selanjutnya.
"Putri anda tidak apa-apa tuan tidak ada yang perlu di kuatir kan. Pasien hanya mengalami kelelahan dan asam lambung yang dimiliki pasien cukup tinggi. Pasien juga sudah ditangani dan diberikan perawatan terbaik di rumah sakit ini." Dokter menjelaskan agar kami juga tidak perlu kuatir akan kondisi pasien.
" Alhamdulillah." Ucap kami bersamaan
"Bolehkah kami melihat teman kami didalam,dokter?" kali ini Sandra yang bersuara,ia sudah tidak sabar ingin segera melihat sahabatnya itu.
"Silahkan kalian sudah bisa melihatnya," sambung sang dokter
"Terimakasih dokter."
Dokter pun pamit disusul oleh perawat yang sedari tadi membantu sang dokter dalam pemeriksaan. Pada saat kami masuk Dira menatap kami dengan senyum yang terbit di wajahnya,betapa bahagianya kami akhirnya senyum yang hampir tiga minggu itu hilang. Jujur saja kami sangat merindukan senyumnya itu.
Bunda dan ayah langsung memeluk sang putri kesayangan mereka. Setelah puas berpelukan dengan kedua orang tuanya Dira merenggangkan dan melepaskan pelukan. Lalu,ia menatap ke arah dua sahabatnya itu.
"Apakah kalian hanya ingin berdiri disana saja dan tidak ingin memeluk ku?" tanya Dira kepada dua sahabatnya itu sambil cemberut dengan lucu.
Tanpa aba-aba lagi mereka berdua langsung berjalan kearah Dira dan memeluknya. Mereka berpelukan cukup lama,dan terdengar isak tangis dari mereka. Mereka benar- benar rindu dengan Dira yang biasanya ceria itu. Kedua orang tua Dira hanya memandang sendi kearah tiga orang yang sedang berpelukan itu. Tanpa mereka sadari sang bunda pun ikutan menangis,lalu ayah merangkul nya dan menguatkan sang bunda.
"Sudah jangan ada tangisan lagi lupakan semuanya yang sudah terjadi." Kali ini ayah yang mengingatkan kami
Tak lama terdengar ketukan dari luar,setelah mendapat izin untuk masuk. Orang yang tadi mengetuk pintu pun masuk kedalam kamar. Ternyata suster yang membawakan makanan dan obat untuk Dira.
"Selamat sore." Sang suster berucap sambil berjalan kearah nakas yang ada disebelah kanan tempat tidur pasien. Ia meletakkan sebuah nampan yang terdapat aneka makanan disana tak lupa suster juga menaruh obat agar bisa diminum oleh Dira setelah makan nanti.
"Sore juga suster." Ucap semua orang yang ada dikamar tersebut.
"Makanannya dihabiskan dan jangan lupa diminum obatnya." Pesan suster ke Dira
"Baik suster,terimakasih." Balas Dira sambil tersenyum,sang suster pun melakukan hal yang sama. Ia menganggu lalu tersenyum kearah Dira.
Suster pun pamit dan saat itu juga bunda langsung mengambil nampan yang berisikan makanan untuk Dira. Lalu,bunda bersiap ingin menyuapi anak nya itu,ia menyodorkan sendok yang sudah ada nasi dan lauk nya ke arah Dira.
"Aaaaaa"
Bunda memerintahkan agar Dira membuka mulutnya. Tanpa ada penolakan Dira langsung menyantap makanan tersebut. Bunda dan yang lainnya pun tersenyum karena Dira sudah mau makan.
🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇
Pagi ini cuacanya cukup cerah,Dira yang masih dirawat merasakan sedikit bosan. Ia ingin keluar dari kamar dan ingin berjalan-jalan di area rumah sakit ini.
Dengan di bantu oleh sang bunda yang mendorong kursi roda akhirnya Dira sampai di taman rumah sakit. Dira menghirup dalam-dalam udara pagi hari yang sangat sejuk itu. Perasaannya sangat tenang melihat bunga dan pepohonan yang berada dirumah sakit ini. Rumah sakit ini memang sengaja membuat taman yang cukup luas agar semua pasien yang di rawat disini tidak merasa terbebani dengan penyakit yang mereka derita.
Masih dalam menikmati udara pagi hari,tiba-tiba saja Dira bersuara dan menyebut nama sang bunda.
"Bunda"
"Iya sayang"
"Aku ingin berlibur"
Bunda mengerutkan kedua alisnya dan menampilkan kerutan di kening sang bunda.
"Aku ingin melupakan semuanya bunda, aku tahu walaupun terkadang kenangan bersama Aaram tidak mudah untuk dilupakan. Tapi,aku ingin mencoba dan berusaha melupakannya bunda. Bukannya aku lari dari kenyataan,tapi aku benar-benar ingin bangkit dan melupakan semuanya." Lanjut Dira dengan mengusap air mata yang mengalir bebas dari kedua matanya.
Sebuah tangan menggenggam tangan Dira,terlihat sang bunda sedang tersenyum sambil menatapnya.
"Memangnya kamu mau berlibur kemana sayang?" tanya bunda July kepada Dira
"Ke tempat kak Kendra."
Dira menatap sang bunda dengan senyuman,ia sudah membayangkan akan tinggal didekat kakak nya itu. Kendra adalah kakak sepupu Dira. Kendra adalah keponakan dari sang bunda.
"Hhmmm,nanti bunda bicarakan ke ayah dulu ya,Nak. Kamu harus cepat sembuh,jika kamu ingin pergi berlibur." Ucap bunda dengan senyum yang tak pernah pudar didepan putrinya itu. Dira hanya menganggukkan kepala nya,menandakan bahwa ia paham dengan ucapan bunda.
"Iya,bunda." Ucap ku sambil menunjukkan deretan gigi ku yang putih,seperti senyum Pepsodent
Dira terus menatap kearah sang bunda. Bunda July adalah sosok terpenting dalam hidupnya. Walaupun bunda July bukanlah bunda kandung Dira. Tapi,ia sangat sayang kepada sang bunda,begitu pun dengan bunda July. Bagi nya Dira adalah prioritasnya,ia lebih mementingkan anak tirinya ini dibandingkan sang suami. Terkadang sang suami sering protes dengan sikap bunda yang selalu menghabiskan waktu nya dengan putri nya itu. Kadang sampai bunda dibuat pusing dengan kelakuan sang ayah yang tak mau mengalah dengan putri kandungnya sendiri.
"Bunda,maafin Dira ya,bun." Lirih Dira
Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga dari mata indah Dira.
"Sssttt, sudah bunda bilang bukan untuk tidak menangis lagi."
Tangan bunda terulur mengusap air mata di wajah Dira.
"Sudah nak jangan nangis lagi,nanti cantiknya ilang diambil sama si Mak Eva tuh." Lanjut bunda sambil tersenyum
"Siapa mak Eva,bun?"
"Itu yang lagi nulis cerita kamu." Ucap bunda July
(💚 Mak Eva : Kenapa?kenapa? Kenapa saya jadi dibawa-bawa? Kaya kuat aja kamu bun bawa-bawa saya)
Bunda yang merasa tidak enak dengan mak Eva pun mengajak Dira untuk kembali ke kamar rawat Dira.
(💚Mak Eva : kalau gak enak sama saya,kasih saya dollar,bun)
(💗Bunda July : Dasar mata dollar-an,gak ada ahlak)
Setibanya di kamar rawat Dira dan bunda sempat terkejut karena disana sudah ada Kevin and The Chipmunk. Mereka bergantian memeluk Dira dan mencium tangan sang bunda. Dira pun sangat senang dengan kehadiran para sahabatnya ini. Mereka selalu ada dikala Dira senang mau pun sedih. Seperti saat ini,mereka selalu menanyakan keadaan Dira kepada bunda jika mereka sedang tidak bisa datang kerumah sakit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!