NovelToon NovelToon

I Love You, Oom!

Prolog

🍁Jika berbohong adalah sebuah pekerjaan.

Aku kenal beberapa orang yang akan jadi jutawan!🍁

.

.

.

***************

Happy reading

*****************

.

.

.

“Tolong jelaskan padaku, ma!” tangis Alluna menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

Ia sedang berada di luar negeri untuk urusan pekerjaan dan belum kembali selama satu setengah tahun. Namun ketika ia baru saja kembali, kedua orang tuanya malah memberi sebuah undangan pernikahan.

Syailea dan kekasihnya.

“Al, mama tahu ini berat untukmu. Tapi coba ikhlaskanlah Sagi untuk kakakmu. Mereka saling mencintai.” bujuk sang Ibu yang membuat Luna seketika berdecih.

Saling mencintai?! Lalu bagaimana dengan dirinya?!

“Bagaimana denganku, Ma?! Apa kau tak memikirkan perasaanku juga?! Hah!?” teriak gadis itu frustasi.

“Kau bisa mencari Pria lain, Al! Jangan mengganggu Sagi dan juga kakakmu lagi. Papa tak akan memberi ampun untuk itu!”

Setelah mengatakan kalimat menyakitkan tersebut, kedua orang tuanya pun pergi meninggalkan Alluna yang sekarang telah luruh menangis di lantai. Ia menepuk dadanya kuat. “Pria lain?! Bagaimana bisa aku mencintai Pria lain sementara hatiku telah memilih. Kenapa kalian begitu kejam?!” isaknya memilu.

***

Hello-hello 🤗

Terimakasih sudah mengklik dan membaca cerita saya ini. Semoga kalian suka ya! 🤗

Bagian-01

WARNING!!!

👇👇👇👇

Jika kalian menemukan kejanggalan di cerita ini, harap segera beritahu aku.

Dan, buat kalian yang ngerasa cerita ini mirip dengan Manga atau Webtoon, coba teliti lagi. Budayakan membaca sampai selesai. Dan jangan setengah-setengah.

Karna, cerita ini berbeda.

Sekian.

Budayakan vote sebelum membaca! 😉

....

Don’t copas and enjoy!!!

.

.

.

“Al. Menurutmu mana yang lebih bagus?! Hitam atau putih?! ”

Luna berusaha menahan air mata yang berdesakan ingin keluar ketika Sagi datang membawa dua jaz pengantin kearahnya. Lelaki itu tersenyum bahagia seolah ia memang tak mengenal Luna sama sekali.

“Haruskah aku menjawabnya?!” ketus gadis itu agak sinis.

Sagi mengerutkan dahi, ia tak berniat jahat sama sekali. Hanya saja sekarang Syailea — calon istrinya, sedang tak disini. Gadis itu masih berada di fitting room. ‘Apa pertanyaanku, salah?!’ Batin Sagi tak mengerti.

“Tentu Al. Kau adalah calon adik iparku, seleramu pasti lah sama dengan kakakmu.” Ujar Sagi dengan senyum lembut. Senyum yang membuat tawa Luna pecah seketika.

Ya. Tentu selera kami sama. Buktinya, dia merebutmu dariku! Teriak Luna dalam hati. Hanya dalam hati, karna ia sudah merasa lelah meyakinkan seorang Emanuel Sagi Pratu, tersebut.

“Kenapa kau tertawa adik ipar—”

“Berhenti memanggilku adik ipar, Emanuel Sagi Pratu! Cukup panggil namaku tanpa embel-embel adik ipar, bisakah?!” tanya Alluna melirih.

Sagi tertegun melihat pancaran kesedihan di mata caramel Luna tersebut. Rasanya ia ingin sekali merengkuh tubuh ramping milik gadis itu. Menyalurkan segala perasaan yang membuat hatinya goyah. Namun Sagi sadar jika itu tak benar. Alluna hanya sebatas adik ipar dari wanita yang di cintainya.

“Gi, apa yang terjadi?! Mengapa kau tak mengingatku?! Apa ini sebuah sandiwara karna aku tetap pergi waktu itu?!” tanya Luna lagi, matanya sudah berkaca-kaca saat ini. Ia menyentuh lengan Sagi pelan.

Seandainya saja Alluna tak pergi ke Afrika untuk menjadi Dokter relawan, apa sekarang Sagi tak akan melupakannya?! Apa sekarang mereka masih bisa menatap dengan penuh kasih?!

Sagi yang sempat terenyuh tadi memutar bola mata malas ketika mendengar Luna yang kembali mengatakan omong kosong. Ia tak mengerti mengapa adik iparnya ini terus mengatakan jika mereka saling mencintai.

“Berhenti menggangguku, Alluna Viviane! Aku ini calon iparmu. Seharusnya kau bersikap sebagai adik ipar yang baik. Bukannya menggodaku!” sentak Sagi membuat Luna terhuyung.

Alluna Viviane?! Seasing itukah kita saat ini, Gi?!

“Dan satu lagi. Meskipun aku tak mengerti dengan perkataanmu, tapi— aku tak melupakanmu. Kau tetap adik dari Syailea Iskand, wanita yang ku cintai. Jadi ku harap kau tidak terus membual di hadapanku.” ucap Sagi lagi penuh penekanan.

Luna menundukkan kepala dalam sembari menangis. Melihat itu membuat Sagi kembali merasa aneh pada dirinya. Ia benci melihat gadis itu menangis. Rasanya ada ribuan raksasa yang tengah meremas jantungnya kuat.

Tangan Sagi telulur hendak memegang bahu Luna sebelum seseorang memanggil namanya.

“Sayang, bagaimana dengan gaunnya?! Apa terlihat cocok untukku?!”

Itu suara Lea yang sekarang tengah bergelayut manja di lengan Sagi. Pria itu tak merasa keberatan sama sekali. Sagi justru menyibak rambut panjang Lea dari belakang, dan mengecup pundak gadis itu lembut. “Kau terlihat sangat mempesona, sayang.” bisik Sagi membuat wajah Lea kontan merona.

Itu semua di lihat oleh Luna dengan tangan terkepal.

“Kau membuatku malu, sayang.” kata Lea dengan tangan memukul dada bidang Sagi pelan. Gadis itu bertingkah malu-malu. Dan ketika matanya menangkap keberadaan Alluna, senyum tipis pun diberikannya. “Oh, Luna! Kakak kira kamu tidak akan datang. Kamu tak menjawab telponku beberapa waktu lalu, jadi aku begitu mencemaskanmu.” ucap Lea yang sekarang telah berdiri dihadapan Luna. Wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu kini menggenggam tangan Luna erat.

Alluna tersenyum sinis. “Aku ingin ke toilet dulu. Pilihlah baju kalian sendiri.” datar gadis itu sebelum meninggalkan kedua pasangan bahagia tersebut dengan derai air mata.

“Oh, bagaimana ini?! Alluna terlihat tak sehat” kata Lea dengan nada cemas setelah kepergian sang adik.

“Jangan terlalu mengkhawatirkannya.” bisik Sagi lagi dengan memberi kecupan mesra di pipi putih Lea.

Lea tersenyum senang dalam hati. Ia pun menggandeng lengan Sagi erat. Lelaki ini, tak akan ku lepaskan! Tekadnya.

***

Luna tak benar-benar ke toilet. Nyatanya gadis itu malah pergi ke cafe tempat ia dan Sagi dulu sering menghabiskan waktu bersama. Ia memesan Japchae (makanan sejenis sohun yang dihidangkan dengan sayuran dan daging) dan hot coklat. Makanan favorit Sagi. Tak banyak yang tahu jika seorang seperti Emanuel Sagi Pratu menyukai Japchae, karna memang biasanya lelaki itu hanya akan memakannya saat bersama Luna saja.

Sepulang dari cafe, Luna pergi ke taman. Ia ingin memberi makan burung merpati. Sekarang pertengahan musim gugur, biasanya ia selalu datang berdua dengan Sagi. Mengingat semua kenangan bersama lelaki itu membuat mata Luna kembali memanas. Ia menangis tersedu-sedu. Dadanya teramat sesak sehingga Luna menepuk kuat dadanya sendiri.

“Nona, apa kau baik-baik saja?!” tanya seorang lansia sembari memegang bahu Luna pelan dari belakang.

Namun gadis itu terus menangis membuat lansia tadi pergi dengan kening berkerut.

“Kenapa kau melupakan ku?!” isak Luna pilu.

Lelah menangis. Kini Alluna berjalan pelan menyusuri tepian danau hijau yang juga berada ditaman tadi. Ia melihat sekilas pantulan dirinya di dalam air. Mata bengkak dan hidung memerah. Buruk sekali! Jika saja Sagi melihat kondisinya sekarang, Pria itu pasti akan terbahak kencang.

“Kau sedang apa sekarang, Gi?! Apa sedang panik mencariku?!” lirih Luna menutup kelopak mata secara perlahan. Gadis itu membiarkan hembusan angin menampar wajah cantiknya.

Namun ketenangan Luna pun mendadak terhenti ketika ponsel yang berada di dalam tasnya berdering kuat. Ia pun dengan cepat mengecek siapa gerangan si penelpon. Dan terkejut setelahnya.

“Ya hallo Dokter Han?! ”

📞“Kau sedang di mana, Al!  Banyak pasien yang harus di tangani! Cepat kesini!” pekik Dokter Han dari seberang.

Luna meringis, ia sedikit menggeser kakinya ke arah samping. Namun karna tak mampu menjaga keseimbangan, ia pun goyah dan tercebur.

📞“Hallo. Hallo. Alluna!? Kau kenapa?! Hei, jangan menakutiku! ” di seberang, Dokter Han mulai panik ketika mendengar suara ceburan.

“Dokter Han. To.. long, aku tidak bisa berenang.” pekik Luna, ia masih berusaha agar tak terlalu tenggelam.

Sepertinya aku akan mati seperti ini.

Sedih Luna mulai pasrah. Di detik detik terakhirnya, ia malah mengingat perkataan Sagi tiga tahun lalu. Lelaki itu mengatakan, jika di kehidupan ini, ia hanya ingin menikahi Luna saja. Tetapi sekarang Sagi bahkan melupakannya.

“Selamat tinggal, Gi. Aku mencintaimu.” lirih Luna menutup matanya dengan perlahan.

Cplasss!!!

Luna kembali membuka matanya ketika mendengar bunyi cipratan air. Ia melihat seorang Pria yang sekarang tengah berenang kearahnya. Gadis itu terpesona, terlebih saat ia melihat senyum pria itu ketika telah sampai di depannya.

“Aku menemukanmu.” bisiknya di telinga Luna membuat gadis itu meremang. Namun belum selesai keterkejutannya, lelaki itu malah menciumnya tepat di bibir.

Mata Luna melotot lebar. Ia ingin sekali mendorong Pria itu agar ciuman mereka terlepas, namun tubuhnya berkata lain. Matanya bahkan terpejam.

Sial. Aku menikmatinya!

.

.

.

Bersambung...

Loha halo!!!

Chapter 1 — semoga syuka yaaaahhh...

jangan lupa tekan vote yaa! ^^

Bagian-02

***************

Happy reading

****************

.

.

.

Luna sengaja mengabaikan panggilan Dokter Han ketika gadis itu berlari kencang melewati koridor rumah sakit. Masih ada operasi darurat yang harus di tanganinya setelah meminta izin untuk menemani sang kakak fitting baju pengantin.

Ah, rasanya masih terdengar menyebalkan! Rutuk Luna.

Ngomong ngomong masalah tadi, Luna jadi teringat hal tersial lainnya. Ia terpeleset dan hampir tenggelam. Beruntung ada lelaki berpenampilan necis yang menyelamatkannya. Namun, rasa terimakasihnya menguap ketika mengetahui jika lelaki itu adalah stalker.

Bagaimana tidak?!

Lelaki itu mengetahui nama Luna, di mana gadis itu tinggal, apa pekerjaannya. Dan yang lebih penting - lelaki itu bahkan mengetahui ukuran dadanya. Holly shit!

Luna memilih pergi, namun lelaki yang Luna ketahui bernama Andrew Kilburn itu berteriak jika mereka akan segera bertemu lagi. Luna hanya membalas dengan acungan jari tengah kemudian menyetop taksi. Entahlah, meskipun telah di selamatkan oleh Pria yang tampak seksi dengan rambut basah itu, Luna tak merasa harus berterima kasih.

"Selamat pagi Dokter cantik." sapa seorang pasien berumur 10 tahun ketika Luna memasuki ruangan khusus operasi dengan menenteng sebuah map di tangannya. Ia pun di ikuti seorang suster muda yang membantu membawa perlengkapan Dokternya dari belakang.

Luna tersenyum manis membalas sapaan hangat dari Ilyas. Tangannya pun telulur untuk membelai pipi putih milik anak kecil tersebut. Pembawaannya yang tenang dan hangat membuat orang-orang di sekelilingnya merasa sangat nyaman. Menjadi Dokter termuda di usia 22 tahun membuat Luna sering di pandang sebelah mata. Namun gadis kelahiran oktober itu mampu membuktikan jika ia layak dengan sebidang prestasi.

"Selamat pagi juga, tampan. Kamu terlihat ceria sekali hari ini."

Ilyas tersenyum tiga jari memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Harus ceria dong Dok, kan aku mau sembuh." ucapnya menangkap tangan nakal Luna di pipinya.

Melihat senyum Ilyas membuat sudut mata Luna memanas. Ia sangat bertekat untuk menyembuhkan penyakit Ilyas. Seharusnya di usianya yang begitu belia, Ilyas bisa bermain dan berlari seperti teman sebayanya yang lain. Namun karna penyakitnya tersebut hal itu hanya menjadi sebuah mimpi indah bagi seorang Ilyas.

"Benar!" senyum Luna, ia pun menoleh kearah suster yang sedari tadi setia berada di sisinya. "Sus, tolong suntikkan anastesi ke infus Ilyas ya." ucap Luna lembut namun sangat tegas.

Suster itu mengangguk sekilas, "Baik dok." balasnya langsung melaksanakan perintah dari Luna tadi.

Luna tersenyum lagi kearah Ilyas yang sekarang terlihat sedikit tegang. Ia pun menggenggam jemari mungil Ilyas pelan sembari berucap lirih di dekat telinga anak itu. "Kita akan segera bertemu lagi dan pada saat itu terjadi, kamu sudah harus sembuh!" kata Luna sambil memandang kedua mata Ilyas yang perlahan mulai tertutup akibat pengaruh anastesi.

.

.

.

Akhirnya operasi transplantasi paru-paru dari donor hidup pertama di Indonesia akan segera berlangsung. Tim operasi dibagi menjadi dua. Dokter Syamsul bersama dan Dr. Robert bertanggung jawab atas operasi Ilyas, sedangkan Luna dan asistennya Dr. Ahn menangani pendonor.

Dokter Syamsul menginstruksikan dr. Robert untuk mengangkat paru-paru sebelah kiri sementara ia akan mengangkat yang sebelah kanan. Setelah semua siap, operasi pun dimulai. Kedua tim harus menyelaraskan waktu operasi agar transplantasi bisa dilaksanakan tepat pada waktunya.

Dr. Syamsul yang sedang mengoperasi sambil sesekali mengajarkan sesuatu pada Robert, tiba-tiba menangkap sesuatu yang aneh pada warna dinding arteri milik Ilyas. Ternyata disana ada pembekuan darah, padahal dari hasil CT Scan tidak ada masalah apapun.

Arteri Pulmonalis nya retak-retak dan Dr. Syamsul memutuskan agar operasi segera dihentikan. Ia meminta agar Luna segera di beritahu.

Kedua tim pun menjadi panik. Setelah mendapat kabar dari Dr. Syamsul tersebut, Luna pun menghentikan sementara operasi dan segera bergegas ke ruangan sebelah. Disana ia melihat Dr. Syamsul yang juga terlihat panik.

"Ada apa?! "

Dr. Syamsul melirik Luna sekilas kemudian menjelaskan bagaimana kondisi Ilyas saat ini. "Kondisi arteri sangat tipis dan mudah sekali retak. Jika kita tetap memaksa agar transplantasi terus dilanjutkan maka bisa terjadi perpecahan."

Luna menggigit bibir bawahnya pelan. Matanya menatap fokus ke layar tempat di mana kondisi arteri milik Ilyas berada.

"Operasi akan tetap berjalan!" putusnya membuat semua yang berada di sana menatapnya ngeri. Suara bisikan yang mengatakan jika ia gila pun terdengar, namun Luna tetap pada pendiriannya.

"Apa yang kau pikirkan Dokter!? Aku tahu bagaimana pentingnya operasi ini untukmu, tetapi ini masalah nyawa! Kau tidak bisa bertindak sesukamu saja! " desis Syamsul dengan tatapan tajam.

Luna memutar bola mata jengah, "Aku tidak bertindak sesuka ku Dr. Syamsul yang terhormat! Aku juga memikirkan keselamatan mereka. Maka dari itu aku mengatakan operasi ini tetap bisa dilakukan."

"Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu, Alluna!" geleng Syamsul sambil melihat ke arah tubuh kaku Ilyas di atas bangkar. "Kau lihat?! Terjadi pendarahan dari internal paru-paru nya. Kita tidak bisa melanjutkan operasi!" pekik Syamsul keras membuat beberapa orang di sana menjadi panik. Termasuk pula Dokter Han dan asisten Direktur.

Syamsul menatap Luna menilai. Ia pun pernah mendengar desas desus tentang kesuksesan Luna selama ini dan mungkin itu pula yang membuat gadis itu merasa sombong.

Ditatap sedemikian rupa oleh Syamsul membuat Luna mendadak kesal. Namun ia tetap berusaha berpikir secara logis. "Jika operasi ini dihentikan, tak ada jaminan Ilyas akan tetap selamat. Jadi kenapa kita tak mencoba beberapa persen kemungkinan ini bisa berhasil?!" jelasnya.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu selama operasi?!" keukeuh Syamsul yang tetap pada pendiriannya.

"Aku yang akan bertanggung jawab. Penuh!" tekan Luna tegas dan yakin.

Robert menatap Luna kesal. Ia tak ingin terjadi apa apa pada gadis itu, "Dokter Han, bisakah kau meminta Luna untuk tak menjalankan operasi?! " mohon Pria yang berselisih dua tahun dari Luna itu.

"Percuma saja, dia tidak akan mendengarkan ku jadi percayakan saja semua pada kemampuan Dr. Alluna." balas Dr. Han lagi.

Akhirnya operasi tetap dilanjutkan dengan Syamsul dan Luna yang bertukar tempat. Semua berjalan lancar selama Luna mengoperesi Ilyas sebelum darah keluar dari selang mulut anak itu. Ilyas mengalami fiblirtasi arteri dan kerusakannya sampai ke jantung. Mendengar hal tersebut Syamsul malah mengatakan jika itu terjadi karna Luna yang tak mendengar perkataannya.

"Ku mohon sayang, bertahanlah untukku." bisik Luna di telinga Ilyas sambil terus memacu jantung anak itu menggunakan sebuah alat. Ia pun terus menaikkan tekanannya.

"Ku mohon."

Detak irama jantung Ilyas pun kembali muncul, semua di buat lega tapi mereka masih terlalu shock. Selang lima jam kemudian, akhirnya mereka semua berhasil. Tinggal menunggu reaksi tubuh Ilyas dengan paru-paru barunya saja.

Berita suksesnya operasi tersebut pun mengundang banyak mata dari publik. Apalagi semenjak Ilyas membuka mata, banyak sekali pujian yang di dapat oleh Luna.

.

.

.

Luna sedang merenggangkan otot-otot di tubuhnya ketika seseorang memanggil namanya keras dari arah belakang. Merotasi tubuh, matanya sedikit melebar ketika melihat Syamsul tengah berdiri canggung. Lelaki itu pun menggaruk tengkuknya yang Luna tebak tak gatal sama sekali, "Hm... maaf dan selamat!" Ucapnya cepat membuat Luna terkekeh.

Cantik. Batin Syamsul dengan mata mengerjap.

"Tidak masalah" balas Luna santai lengkap dengan kerlingan nakal. Melihat itu Syamsul pun tersenyum manis, "Mau ku traktir sekaleng minuman?!" tanyanya penuh harap.

Luna menggeleng pelan, "lain kali saja, saya masih ada pekerjaan." lambai gadis itu meninggalkan Syamsul yang masih berdiri ditempatnya.

***

Luna baru saja akan pulang ketika seseorang membekap mulutnya dari belakang menggunakan sapu tangan yang telah di beri obat bius. Ia berusaha meronta, namun tenaga orang tersebut begitu kuat sehingga tubuh langsingnya melemas dan langsung di masukkan ke dalam mobil.

Sebelum kesadarannya menghilang, ia bisa melihat lelaki tua tadi pagi tersenyum miring kearahnya.

"Kau tak bisa lari dari ku, Al." ungkapnya membuat Luna bergidik ngeri seketika.

.

.

.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!