Bagi kalian yang baru baca novel ini jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya we, biar lebih semangat authornya buat nulis, cukup kasih like, komen yang membangun, favorite, dan kalau ada kasih hadiah bawar dan juga votenya ya.
Makasih, sarangheo ❤❤❤
Aderson laki-laki yang berumur 32 tahun, yang memiliki sifat yang sangat kejam, suka membunuh lawan dengan tangannya sendiri, dan paling menyeramkan dia sangat membenci perempuan kecuali adiknya bernama Lily.
Semua perempuan yang mendekat padanya pasti langsung ia siksa dengan tangannya sendiri tanpa ampun, dan pada akhirnya dia akan membunuh perempuan itu.
Aderson seperti itu bukan tanpa alasan, saat aderson berumur 15 tahun Mama yang Ia sayangi memilih laki-laki lain dan meninggalkan papanya yang saat itu sakit parah.
17 tahun lalu kehidupan Aderson dan keluarganya hidup hanya paspasan, dan alasan itu membuat mamanya memilih laki-laki lain yang lebih kaya dari papa Aderson saat itu.
Mulai saat itu Aderson menanamkan didalam hatinya untuk menendang perempuan yang berani mendekatinya, saat lulus SMA Aderson mulai bekerja keras dan mulai membangun usaha dan berkat kerja kerasnya saat ini dia mejadi laki-laki paling kaya Di dunia.
Aderson memiliki perusaan dibidang tekstil yang terkenal diseluruh dunia, siapa yang tidak mengenal aderson company, seluruh dunia sudah mengenalnya, tapi dibalik itu semua aderson memiliki sisi gelap yaitu menjual senjata secara ilegal.
*****
Lily adalah adik dari Aderson sekarang umurnya 21 tahun dan masih duduk dibangku kuliah, sifat Lily dan Aderson sangat berbeda jauh, Lily memiliki hati yang lemah lembut, dan penyanyang.
Lily sekarang tinggal di america serikat untuk melanjutkan studynya, walau dimata orang lain Aderson adalah laki-laki yang kejam dan berdarah dingin tapi dimata Lily dia adalah sosok kakak yang sangat peduli dan penyayang.
Apapun yang menjadi permintaan Lily Aderson akan selalu menurutinya, asalkan adik kesayangannya senang dan bahagia, Aderson dan Lily sudah kehilangan Ayah mereka 16 tahun yang lalu dimana umur Lily masih 5 tahun.
*****
James adalah asisten Aderson sekalian tangan kanannya didalam bisnis gelap yang Aderson jalankan, James laki-laki yang sangat jenius sehingga Aderson sangat menyukai pekerjaan yang dilakukan oleh James.
James tidak kalah dengan Aderson dia juga memiliki hati yang dingin sama seperti bosnya, sampai saat ini kadua sejoli itu masih setia menjomblo tapi perbedaanya adalah James masih berumur 27 tahun.
Keduanya sangat akrab dan sering curhat tentang pekerjaan yang mereka emban, kalau tidak ada orang lain keduanya sering bercanda gurau bersama.
****
Olivia yang sering disebut dengan Via saat ini umurnya 25 tahun, Dia adalah wanita yang benasib malang, 3 tahun lalu Ayah dan Ibunya meninggal dunia, dan saat ini dia tinggal bersama pamannya yang bermama Harry.
Olivia memiliki hati yang lemah, mudah menangis tapi juga pekerja keras, saat ini dia bekerja disebuah toko kue.
Paman Via bukanlah laki-laki yang baik, akibat kesalahannya yang fatal membuat Aderson murka kepadanya, dan saat ini Harry memiliki utang kepada Aderson yang tidak bisa ia bayar.
Harry memberikan Via kepada Aderson dan hal ini membuat Aderson makin muak Karena Harry memberinya seorang perempuan.
Dari sinilah kisahnya dimulai.
🌛🌛🌛
Diruangan CEO aderson company Aderson sangat marah saat tau orang yang ia percayakan sebuah proyek besar malah membuatnya kecewa.
"Berapa uang yang ia gelapkan?" Tanya Derson dengan suara yang masih tenang kepada James asistennya.
"1 miliar bos, dan sudah saya periksa semua, pak Harry menggunakan uang itu untuk berfoya-foya dan minum ke bar" jawab James dengan tegas tepat berdiri dihadapan Derson.
"Kalau begitu malam ini bawa dia ketempat biasa aku sudah lama tidak bermain-main dengan darah" ucap derson dengan senyum jahat.
"Baik bos akan saya laksanakan" jawab James lalu pergi keruangannya.
"Setelah sekian lama baru kali ini ada yang berani terhadap ku, sudah bosan hidup kayaknya dia?" senyum smirks dikeluarkan Derson dibibirnya sangat menyeramkan.
🌛🌛🌛
Ruang bawah tanah dikediaman Aderson seorang laki-laki baruh baya sedang bersimpuh dikaki Derson dengan darah yang mengalir dibadannya akibat cambukan yang diberikan Derson kepadanya.
Dia adalah Harry pamannya Via, akibat ketahuan menggelapkan dana proyek sebesar 1 Miliar membuatnya menanggung sakit saat ini.
"Cepat bawa laki-laki tua ini ke sarang buaya ku, aku ingin melihat badannya habis dilahap oleh buaya peliharaanku" ucap Derson dengan mata yang dingin.
"Ampun tuan tolong ampuni saya, saya akan lakukan apapun untuk bisa membayar hutang saya" ucap Harry terbata-bata.
"Haha apa yang kamu punya hingga berani bernegosiasi denganku seorang Aderson orang yang disegani orang seluruh dunia" Tanya Derson dengan mendekatkan kepalanya kepada Harry.
"Saya mempunyai keponakan perempuan yang bisa tuan jadikan istri atau pun babu dirumah tuan" jawab Harry percaya diri.
Cuihhh.... Derson meludahi wajah Harry karena sangat muak dengan ucapannya.
"Apa kau pikir aku tertarik dengan tawaran mu?" Tanya Derson.
"James suruh anak buah mu menyeret laki-laki tua ini" ucap Derson dengan lantang sambil memasukkan tangannya kesaku celana.
James mendekati Derson lalu membisikkan sesuatu ditelinga Derson.
"Baiklah kalau begitu ikat laki-laki tua ini jangan sampai dia bisa keluar dari sini" ucap Derson dengen tegas lalu pergi dari ruangan yang gelap itu.
"Kalian bereskan dia" ucap James kepada anak buahnya lalu berjalan mengikuti Derson.
🌛🌛🌛
Ruangan kerja Aderson
Kedua laki-laki yang bersifat dingin itu sudah duduk disofa yang ada ruangan kerja Derson.
"Apa maksud dari ucapan mu tadi aku sama sekali tidak mengerti" Tanya Derson karena memang tidak mengerti dari ucapan james saat di ruang bawah tanah tadi.
"Aku punya ide untukmu, kamukan sudah tua banyak yang bertanya kenapa seorang Aderson yang kaya raya dan juga tampan melum menikah? jadi aku sarankan untukmu supaya menikahi keponakan pak Harry, kau bisa melakukan apapun kepadanya sesuka hatimu" ucap James.
"Kalau ngomong nggak usah mendekat juga, sana jauh-jauh" Derson mendorong tubuh James yang mendekat padanya.
"Jadi bagaimana dengan saranku apa kamu setuju?" James kembali memastikan Derson.
"Aku tidak setuju, aku sangat membenci perempuan, dirumahku saja pekerja sengaja aku rekrut laki-laki supaya tidak ada perempuan dirumah ini kecuali Lily" jawab Derson dengan mata yang sudah memerah akibat menahan amarahnya.
"Kau bisa menempatkannya diruang bawah tanah jika kamu tidak mau melihatnya" tawar James lagi.
"Sekali tidak tetap tidak" jawab derson dengan tegas lalu pergi dari ruangan itu menuju kamar utama.
Klek.... Derson membuka pintu kamarnya, sangat rapi dan indah dipandang mata, kamar yang berukuran 10mx10m ini sangat mewah, kasur yang ukuran King size, lemari yang dipenuhi baju-baju yang mermerk, dan juga kamar mandi yang sangat lebar.
Jangan lupakan ketika keluar kamar ada balkon dan juga taman kecil, ketika melewati taman kecil itu ada pintu masuk menuju kolam berenang pribadi milik Aderson seorang.
...🌛🌛🌛...
Jangan Lupa
Like....
Komen...
Vote...
Favorite biar nggak ketinggalan ya
Kasih hadiah 🌷🌷🌷
🌛🌛🌛
Hanya mendengar kata perempuan akan tinggal dirumahnya membuat dirinya merasa gerah dan panas, Derson segera berjalan kearah kamar Mandi untuk membasuh badannya.
"Aku mandi saja untuk menghilangkan emosi ku ini, tiba-tiba rasanya darah ku mau mendidih saat James menyarankan aku untuk membawa wanita kerumah ini, apalagi untuk menikahinya" batin Derson.
Derson menghidupkan shower, dan membasahi badannya dengan air dingin, setengah jam Derson membiarkan air itu membahasi badannya baru ia bergegas mengambil handuk dan menyudahi mandinya.
"Achh.... rasanya jadi lega" batin Derson lalu berjalan kearah lemari untuk memakai baju, dilihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Tok... Tok... Tok....
Klek....
James datang kekamar Derson, dengan membawa minuman.
"Bos kita minum dulu aku rasa bos membutuhkan ini" James melempar minuman dingin bersoda kepada Derson lalu segera ditanggap oleh Derson.
"Kau memang yang paling mengerti diriku" ucap Derson tersenyum tipis.
"Bos kita keluar yok cari angin" setelah meminum minuman ditanggannya james mengajak Derson untuk keluar.
"Aku sedang tidak mood kamu pergilah sendiri" jawab Derson lalu meminum minumannya juga.
"Ayoklah bos sekali-kali kita cari udara segar, aku bosan setiap hari dikantor sama dirumah ini terus".
Kedua laki-laki dingin itu akhirnya memutuskan keluar rumah untuk mencari udara segar, malam ini James menjadi supir sedangkan Derson hanya duduk tenang dikursi samping kemudi.
Walau jam sudah menunjukkan Jam 9 malam lebih, masih banyak orang yang berkeliaran apalagi malam ini adalah malam minggu.
"Sebenarnya kita mau kemana ini dari tadi kita hanya keliling-keliling aja" Derson sudah mulai bosan duduk disamping James.
"Aku juga bingung bos" James menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cilingak-cilinguk kearah luar.
"Bagaimana kalau kita makan martabak yang itu boss?" James menunjukkkan sebuah penjual martabak yang bertuliskan martabak bangka.
"Kamu sudah gila atau bosan hidup sih? seorang Aderson kamu ajak makan disana?" Derson menatap malas kearah penjual martabak itu.
"Aduh bos martabak itu pasti enak pembelinya saja sampe mengantri gitu" James masih membela dirinya dari bos dingin itu.
Sifat Derson keras dan dingin hanya berlaku kepada orang yang lain saja, tapi kalau bagi James Derson orang yang penurut buktinya dia mau turun dan makan martabak yang ditunjukkan oleh James.
Tanpa banyak omong Derson langsung mencari kursi kosong dan duduk untuk menunggu pesanan mereka, sedangkan James tugasnya memesan martabak.
Kursi dibelakang Derson ada wanita-wanita yang sedang mengakumi dirinya.
"Itukan Aderson pengusaha terkenal itu, ternyata dia lebih ganteng aslinya ya" ucap mereka merasa kagum.
"Wahh gantengnya, sekertarisnya juga tidak kalah ganteng mau dong laki-laki kayak gitu" ucap salah satunya lagi.
"Yang kalian ucapan itu apa sih? aku nggak menegerti" ucap Olivia yang kebetulan lagi nongkrong bersama temannya.
"Astaga via masak kamu tidak mengenal Aderson dia itu pengusaha terkaya didunia, lihatlah tampangnya ganteng banget" jawab salah satu teman Via.
Via melihat kearah laki-laki yang temannya bicarakan, dan kebetulan Derson juga melihat kearah mereka karena risih dari tadi selalu membicarakan dirinya.
Alhasil kedua pasang mata itu saling bertemu tapi Derson langsung membuang muka tanda dia tidak senang dikagumi oleh wanita.
"Ganteng aja tidak cukup kalau orangnya sombong dan dingin" jawab Via saat melihat wajah Derson barusan.
"Yang penting ada yang bisa dibanggakan darinya" ucap Bela lagi.
"Udah achh nggak usah omongi orang lain lagi, kita pulang aja sudah larut malam" ajak Via lalu berjalan kearah kasir penjual martabak itu.
"Aku duluan ya Bela, Merta" ucap Via lalu mengendarai scoopynya untuk pulang kerumah pamannya Harry.
Sesampai dirumah Via langsung memarkirkan scoopynya didepan rumah lalu masuk kedalam rumah.
Via dapat melihat istri pamannya dan anak pamannya yang seumurannya dengannya duduk disofa.
"Malam tante, Amelia kalian kok belum tidur?" Tanya Via sambil mendudukan bokongnya dikursi tamu.
"Pamanmu dari tadi pagi belum pulang Via, sudah ditelfon beberapa kali tapi tidak diangkat" jawab merry istrinya Harry dengan raut wajah yang cemas.
"Iya Via Papa belum pulang juga biasanya Papa akan pulang paling lama jam 10 ini sudah jam 11 belum juga pulang" jawab Amelia.
"Udah coba hubungi teman-temannya paman nggak?" Tanya Via lagi.
"Sudah tapi katanya tadi siang Papa pergi ke lokasi proyek" jawab Amelia.
"Kamu pergi mandi dan istrahat ya, biar kami saja yang menunggu paman mu" ucap merry tidak tega melihat Via yang baru pulang kerja.
Via memang biasanya pulang kerja jam 9 malam tapi karena diajak oleh temannya jadi Via ijin kepada Merry untuk pulang telat.
Via berjalan kearah kamarnya yang ada dilantai 1 itulah yang menjadi kamar Via semenjak tinggal bersama pamannya.
🌛🌛🌛
"Perempuanlah yang menjadi alasan ku malas keluar dari rumah, aku sangat membenci perempuan apalagi saat mereka mengagumiku" ucap Derson kepada James yang saat ini fokus menyetir.
"Tidak semua wanita sama bos, ada juga yang memiliki hati yang baik dan lemah lembut" James mencoba membela perempuan.
"Bagiku semuanya sama saja" jawab Derson dengan ketus matanya fokus meneliti jalanan yang sudah mulai sepi.
"Bagaimana dengan Lily?" James coba memancing Derson.
Saat mendengar nama Lily Derson langsung mengalihkan pandangannya kepada James, Derson sangat tidak suka kalau Lily dibandingkan dengan perempuan lain, baginya hanya Lily wanita yang baik dan lemah lembut.
"Baiklah aku tidak akan membandingkannya lagi dengan siapa pun" ucap James sambil tertawa.
"Sekali lagi aku dengar kamu bicara seperti itu siap-siap kepala mu akan aku penggal dengan tanganku sendiri" ucap Derson dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
James mulai fokus kepada jalanan saat melihat bosnya sedang marah biasanya dia hanya diam saja tidak banyak bicara agar bosnya itu bisa normal kembali.
🌛🌛🌛
Derson menjatuhkan badannya kekasur yang sangat empuk itu, rasanya sangat nyaman itulah yang dirasakan oleh Derson apalagi saat ini dia sudah mulai mengantuk.
Tidak menunggu lama mata itu mulai terpejam dan menyusuri alam mimpi, Derson yang kejam kalau sedang tidur seperti laki-laki normal hanya ketampanannya yang terlihat.
Banyak perempuan yang menyukainya walau mereka tau kalau Derson memiliki sifat yang kejam, tapi ketika ada perempuan yang berani mendekatinya berarti dia perempuan yang sudah bosan bahagia atau bisan hidup.
Derson tidak segan-segan membawa perempuan itu keruang bawah tanah untuk menyiksanya, jika perempuan itu bernasib buruk maka kematianlah yang akan menjeputnya, tapi jika nasib baik ada dipihaknya maka dia akan dibebaskan setelah melewati penyiksaan Derson.
Hingga pada saat ini tidak ada seorang wanita pun yang bisa mematahkan keras kepala derson terhadap perempuan.
...🌛🌛🌛...
Jangan lupa ....
Like.....
Komen ......
Vote ......
favorite ....
Kasih hadiah juga 🌷🌷🌷
🌛🌛🌛
Dinginnya pagi membuat orang yang masih bergelut di dalam selimut masih betah dengan mimpi indahnya, dia adalah Derson saat ini Derson masih setia didalam selimut karena cuaca diluar mendung membuat dirinya malas untuk keluar.
Hoam....
Derson menguap kala sudah duduk diatas kasurnya, dan dilihatnya jam diatas nakasnya sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
"Ternyata masih pagi" batinnya lalu kembali merebahkan badannya kekasur yang empuk itu untuk kembali tidur, tapi suara hp yang berbunyi mengganggu niatnnya untuk tidur kembali.
"Siapa sih pagi-pagi sudah menelfon?" ucapnya lalu mengangkat telfon itu tanpa membuka mata yang sempat terpejam.
"Kamu sudah bosan hidup ya, berani mengganggu tidurku" bentak Derson kepada orang yang diseberang telefon.
"Kau yang sudah bosan hidup atau aku" perempuan dari seberang telfon kembali membentak Derson.
"Ternyata kamu yang nelfon kakak, ada apa pagi-pagi begini sudah menelfon kakak" Tanya Derson dengan pelan setelah tau siapa yang menelfonnya.
"Kakak sekarang aku sudah dibandara, jemput aku" suara manja Lily terdengar jelas ditelinga Derson.
"Baiklah darlingku, kakak akan segera meluncur" jawab Derson lalu mematikan sambungannya telfon itu.
Derson segera bergegas kekamar mandi sebelum pergi menjemput Lily dari bandara, tidak menunggu lama Derson sudah selesai memakai baju santai lalu pergi kegarasi mobil.
Didalam garasi ada banyak jenis mobil yang sangat berkualitas, Derson memilih mobil berwarna merah keluaran baru yang iya beli 2 hari yang lalu.
Mobil merah itu mulai membelah jalanan kota, Derson menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi, tanpa diduga ada orang yang mau menyebrang jalan, Derson segera meng-rem mobilnya dengan mendadak.
Cit..... suara ban mobil itu bersuara saat Derson meng-rem mobil secara mendadak.
"Si*l siapa sih mau nyebrang nggak lihat-lihat?" gerutu Derson lalu keluar dari mobil menemui orang yang ada didepan mobilnya.
"Kalau mau menyebrang jalan itu lihat-lihat lah apa kamu buta" Bentak Derson marah.
"Kamu yang mengendarai mobil terlalu kencang, merasa benar pula" perempuan itu balik marah kepada Derson.
Karena terpancing emosi Derson langsung mencekal pergelangan tangan perempuan itu dengan kuat lalu dibawanya kedalam mobil.
Brak..... perempuan itu dijatuhkan oleh Derson dengan kuat kekursi mobil, Derson sudah memegang leher perempuan itu lalu mencekeknya dengan sekuat tenaganya, ketika perempuan itu mulai kehabisan nafas Derson baru melepaskannya.
Uhuk... Uhuk... perempuan itu terbatuk-batuk.
"Kalau kau bosan hidup katakan biar kubun*h sekarang juga" ucap Derson menatap perempuan itu seperti menatap mangsanya.
"Maafkan saya" ucapnya takut.
"Keluar dari mobilku dan jangan pernah muncul dihadapan ku" ucap Derson, lalu keluar dari dalam mobil itu menuju kursi kemudi.
Derson kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, kini moodnya sudah berubah jadi jelek akibat perempuan tadi.
"Dasar perempuan sialan" Batin Derson.
******
Derson sudah sampai dibandara dan segera menemui adik kesayangannya.
"Hay.... Adek kakak yang paling cantik, kenapa nggak kamu kabari kakak biar nggak nunggu lama begini" ucap Derson lalu meminta koper kecil dari tangan Lily untuk dimasukkan kebagasi mobil.
"Pengen buat kakak marah aja" ucap Lily tanpa takut.
"Kakak tidak akan pernah marah kepada mu, bagaiamana pun kamu memancing amarah kakak" ucap Derson dengan lembut berbeda dengan sifatnya tadi.
"Sayang sekali padahal aku ingin sekali melihat kakak ku yang ganteng ini marah" Goda Lily lagi.
"Udah jangan banyak ngomong masuk kemobil biar kita pulang" ucap Derson lalu berjalan pergi kearah kursi kemudi.
Lily masuk kedalam mobil dengan tersenyum, Lily senang saat melihat kakaknya ini tidak pernah memarahinya.
"Banyak orang yang menyangka kakak ku ini sangat kejam, tapi sedikit pun aku tidak mempercayainya" Batin Lily.
🌛🌛🌛
Saat ini Via dan teman-temannya Bela dan Merta berada disalah satu mall, mereka bertiga lagi duduk santai disebuah cafe yang terbilang makanan dan minuman disitu sangat murah.
"Via leher kamu kenapa merah begitu, terus wajah kamu hugs pucat kayak lagi ketakutan?" Tanya Bela memperhatikan wajah dan leher Via.
"Aku nggak apa-apa kok Bel, lagi kurang enak badan aja kayaknya bentar lagi aku mau pulang saja" ucap Via berbohong.
"Kamu pasti kecapekan kerja makanya kalau kerja jangan terlalu dipaksakan" ucap Merta menimpali lalu meminum lemon tea ditangannya.
Via hanya tersenyum mendengar ucapan temannya.
"Aku pulang sekarang ya, hari ini juga kami mau mencari paman mulai kemaren belum pulang juga kerumah" ucap Via lalu via berdiri ingin pergi dari sana.
"Kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa kabari kami" ucap mereka perhatian.
"Iya pasti itu, bye" Via mulai melangkahkan kakinya untuk pulang kerumah.
Diperjalanan pulang Via masih teringat dengan ucapan derson tadi kepadanya, iya.... perempuan yang hampir dibunuh Oleh Derson adalah Via.
"Baru kali ini aku melihat laki-laki tampan tapi berhati iblis" batin Via.
"Mudah-mudahan aku tidak akan bertemu lagi dengannya, aku sangat takut dan jijik kepada laki-laki seperti itu" Batin Via lagi dan tanpa terasa scoopy yang ia pakai sudah sampai didepan rumah pamannya.
Via langsung berjalan menuju rumah dan Via dapat melihat Merry, Amelia dan juga pamannya diruang keluarga.
"Paman sudah pulang iya?" Tanya Via lalu duduk dikursi yang masih kosong.
"Wajah paman kenapa, dan badan paman juga sepertinya terluka, apa yang terjadi kepada paman?" Tanya Via kuwatir.
"Tadi malam paman kecelakaan ringan, tapi paman baik-baik saja" ucap Harry berbohong.
"Apa kita perlu kerumah sakit paman?" Tanya Via lagi.
"Pamanmu tidak apa-apa kok Via, kamu pergi istirahat saja tante lihat wajahmu pucat" ucap Merry memperhatikan wajah Via.
🌛🌛🌛
"Bu, Ayah, Amelia mau keluar dulu ya mau jumpa sama teman-teman" Amelia ijin kepada ayah dan ibunya.
"Kamu hati-hati ya sayang" jawab Merry sambil tersenyum kepada putrinya itu.
Ketika diruang tamu hanya tinggal Merry dan Harry, tiba-tiba wajah Harry serius dan langsung bicara kepada Marry.
"Bu, kita kekamar dulu, ada yang mau aku bicarakan ini sangat penting" ajak Harry lalu berjalan kearah kamar mereka yang ada dilantai dua.
Sesampainya dikamar Harry langsung mengunci pintu itu dan mendudukan Merry diatas sofa.
"Ada apa yah? kok serius amat?" Tanya Marry penasaran.
Harry mulai menceritakan kemana dia pergi tadi malam dan apa penyebabnya.
"Astaga Ayah, kenapa Ayah melakukan itu? sudah dari dulu ibu ingatkan jangan suka minum kebar dan main judi, lihatlah hasilnya sekarang? kamu disiksa oleh bos mu, dan aku yakin pasti bos mu meminta rugi kepadamu. dari mana kita cari uang sebanyak itu?" Marry mulai emosi mendengar pengakuan Harry.
"Tenang dulu Bu, aku belum meceritakan semuanya" Harry mencoba menenangkan Marry yang sudah emosi tingkat dewa.
...🌛🌛🌛...
Jangan lupa
Like.......
Komen......
Vote......
Favorite biar tidak ketinggalan, kalau author sudah Up.
Kasih hadiah juga ya 🌷🌷🌷🌷
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!