NovelToon NovelToon

Larilah!

Bab 1 Kesulitan Ansel

Langit masih

terlalu gelap untuk seseorang datang kekampus untuk mengikuti kegiatan belajar

mengajar, akan tetapi hal itu bukan masalah bagi salah satu mahasiswa yang kini

berhasil masuk sambil mengendap-endap kedalam ruang kelas. Jika dihitung-hitung

Mahasiswa yang bernama Ansel ini sudah melakukan kebiasaannya datang awal waktu

sudah berjalan selama tiga bulan lamanya.

Ia datang

awal waktu bukan karena ia yang terlalu rajin dalam mencari ilmu, akan tetapi

ia terpaksa bangun lebih pagi dari kebanyakan murid lainnya agar bisa terhindar

geng Max. Alasan yang memang konyol bukan? ia sampai merelakan bagun lebih awal

karena ia menghindari suatu kelompok.

Bukan tanpa

sebab ia menghidari mereka semua itu ia lakukan karena jika ia bertemu mereka

bukan hanya dompetnya yang akan terkuras habis, tapi tubuhnya pun tak akan lolos

dengan mudah karena ia akan dijadikan samsak hidup bagi geng mereka.

“Hei kau yang disana!” Teriak seseorang pria

memanggil Ansel yang saat itu akan pulang ke apartement miliknya, ia membuat

gestur tangan menyuruhnya untuk mendekat.

“Kau berbicara padaku?,” Balas Ansel yang

penasaran karena tak biasanya ada seseorang yang memanggilnya.

“Cepatlah,” perintah salah satu dari

temannya yang berteriak memanggilnya tadi.Ansel yang penasaran sekaligus merasa bahagia

karena setelah satu tahun ia bersekolah dikampus ini, baru hari ini ada

seseorang yang mau berbicara dengannya. “Ya.” Ucap Ansel setelah berada didepan

kelompok itu.

“Dompet,” Ucap pria bertubuh lebih kurus dari yang

lainnya yang berada disana.

“Ini,” Ucap Ansel yang mengeluarkan dompet

miliknya karena tak mempunyai klu mengapa orang-orang didepannya menginginkan

sebuah dompet.

“Wow isi lumayan Max,” ucap pria bertubuh kurus

itu langsung mengambil paksa dompet milik Ansel dan mengembalikannya kembali

setelah mengambil seluruh uang yang berada didalamnya.

“Bagus kurasa kita bisa pergi bersenang-senang

malam ini,” Ucap pria yang mungkin bernama Max karena pria bertubuh kurus tadi

langsung memberikan uang Ansel padanya.

“Terimakasih jika kami memerlukannya lebih, kami

akan mencarimu lagi,” Ucap Max yang kini beranjak akan pergi setelah menerima

uang tersebut.

“Kau akan mengembalikannya kapan,” Teriak Ansel

yang tak mengerti bahwa ia baru saja dirampok.

Mendengar perkataan Ansel seluruh kawanan Max

langsung tertawa terbahak-bahak, dan ketika mereka puas tertawa Max memberi

kode pada para kawanan. Ansel yang tak mengerti malah diam ketika semua orang

mendekatinya. Mereka semua langsung memukul disetiap inci tubuh Ansel dan tak

siap menerima serangan.

Hari itu

adalah hari pertama Ansel merasa seharusnya ia tak usah terlalu berharap untuk

mendapatkan seorang teman. Geng Max selalu punya cara untuk menemukan

keberadaanya untuk menagih jatah uang mereka. Bahkan para dosen yang

mengajarpun tak pernah bisa diandalkan karena keluarga geng Max ternyata

mempunyai andil yang besar dalam keberadaan kampus mereka.

Orang tua dari

geng Max adalah perkumpulan orang tua yang cukup hebat sehingga bisa membuat

kampus tempat mereka bersekolah tetap berjalan meskipun tak banyak biaya yang

diminta dari para mahasiswa ataupun mahasiswi dikampus ini. Ya keluarga geng

mereka adalah donatur tetap yang siap membantu siapapun yang ingin bersekolah

dikampus ini.

“Tugas harus

masuk sebelum akhir bulan jika kalian benar-benar ingin lulus,” teriak Dosen

yang sedang mengajar membuat Ansel sadar dari lamunannya.

“Bukankah

Bapak memberi waktu hingga dua bulan?” protes salah satu mahasiswi yang duduk

tepat didepan Ansel.

“Betul Pak,

sangat sulit membujuk masyarakat untuk dijadikan bahan dalam analisis makalah

kami,” sahut seorang mahasiwi yang berada didepan pak Desen.

“Saya tidak

mau tahu, akhir bulan tugas sudah masuk. Pembelajaran hari ini sampai disini

dulu, Terimakasih atas waktunya saya pamit permisi,” ucap Dosen itu yang kini

langsung keluar dari ruang belajar mengajar.

“Terimakasih

pak,” Ucap Mahasiswa dan masiswi setengah tidak rela karena protesan mereta

tidak dihiraukan.

Lalu bagai

tak terjadi apa-apa mereka mereka mulai meributkan apa yang akan mereka lakukan

sekarang bersama teman-teman mereka. Terdengar oleh Ansel ada yang akan

menonton film setelah dari sini, ada yang langsung pulang dan juga akan

menjemput pacar mereka.

Berbeda

dengan Ansel yang bosan sendirian kini malah menyusun rencara bagaimana ia bisa

pulang tanpa ketahuan geng Max seperti seminggu ini. Ansel tak tahu apakah

teman-temannya yang lain yang berada diruangan ini menganggapnya ada, atau

bahkan melihatnya sedikit saja.

Karena

lihatlah walaupun Ansel masuk kedalam kelas dengan penuh luka tapi tak ada satu

pun yang pernah bertanya atau bahkan peduli bagaimana ia mendapatkan luka

tersebut. Mereka hanya tertawa dan berbincang sesuatu yang menurut Ansel begitu

konyol contohnya ada dua orang wanita yang berada didepannya yang sedang

memperebutkan film apa yang paling menarik diminggu ini.

Ansel yang

tak peduli lagi dengan sikap semua orang padanya, kini hanya berniat untuk

pulang. Tapi dipertengah jalan perutnya tiba-tiba mulas, haruskah kini ia

meluangkan waktu kekamar mandi? Geng Max bukankah akan langsung berjaga didepan

Gang seperti biasa untuk menunggunya melewati jalan itu? Jadi sepertinya tidak

akan berbahaya jika ia meluang waktu sebentar untuk mengakhiri penderitaan

perutnya

“Disini kau

rupanya,” Ucap Max yang senang melihat Ansel memasuki kamar mandi tempatnya

berada.

“Sial,” Ucap

Ansel yang menyesal ia memasuki tempat ini karena kebutuhan manusianya yang tak

bisa sebentar saja ia tahan.

Karena

sekarang ia tak mungkin bisa menghidar karena pintu keluar sudah dijaga ketat

oleh geng Max sambil perenggang tubuh mereka. Hal itu menandakan Ansel harus

siap merelakan luka yang baru saja sembuh minggu kemarin karena ia selalu lolos

harus kembali terukir ditubuhnya.

“Bos dia

mengumpat padamu,” Lapor pria yang sepertinya baru Ansel lihat.

“Sebagai

tugas pertamamu karena jika ingin menjadi bagian dari kami, kau nanti mendapat

hak istimewa untuk menjadi pemukul pertama,” ujar Max pada pria itu yang

langsung tersenyum menyeramkan sambil menatap Ansel.

Jadi

benarkan orang yang tak pernah dilihat Ansel ini adalah orang yang baru saja

masuk kedalam kelompok Max, dunia ternyata sudah gila hingga sekumpulan orang

seperti Max saja semakin bertambah. Jika situasi seperti ini bagaimanakah

kelangsungan hidup orang-orang seperti Ansel?

***

Sementara

ditempat lain ada seorang pria yang sedang asik bersenandung sambil

mengemudikan mobil truknya dengan kecepatan yang bisa dikatakan diatas

rata-rata untuk sebuah kendaraan jenis truk. Ia harus mengambil resiko itu karena

ini adalah hari kedua ia bertugas membawa barang yang sangat dibutuhkan oleh

sebuah pabrik secepatnya, hingga membuatnya tidak diperbolehkan tidur oleh

atasannya dengan alasan jika ia beristirahat diperjalan itu akan memakan cukup

banyak waktu.

“Brrukk,”

terdengar suara yang keras dari atas bawah mobilnya, sepertinya ada benda yang

jatuh cukup berat dan tepat diatas mobilnya.

Pria itu

langsung menghentikan mobilnya untuk mengecek benda apa yang jatuh tersebut, ia

pun langusung menepikan mobil truknya dipersimpangan jalan. karena walaupun ia

kini berada ditengah-tengah jalan tol yang biasanya tak cukup ramai untuk

dilalui kendaraan dijam-jam seperti ini, akan sangat berbahaya jika ia parkir

sembarang lalu nantinya akan ada kendaraan yang melintas dengan kecepatan yang tinggi.

Setelah

memarkirkan kendaraannya dengan aman, kini iapun langsung naik keatas mobil

truk tanpa peduli lagi barang yang dibawanya mungkin akan tertunda

kedatangannya. Ia memutuskan untuk memastikan apa yang telah jatuh diatas mobilnya

karena tak ingin ada sesuatu yang terjadi sesuatu yang menakutkan padanya. Walaupun

seharusnya ia juga berpikir begitu jika ia mengendarai mobil dalam keadaan

mengantuk, bukan?.

Tapi

menurutnya jika ia mengemudikan dalam keadaan mengantuk tidak lagi menjadi suatu

yang bahaya lagi baginya. dikarenakan ia sudah terlalu biasa mengemudikan mobil

disaat kondisi yang mengatuk buktinya sampai detik ini ia masih baik-baik saja,

bukan?. Tapi ia berbeda dengan ketakutan dengan mengetahui abenda apa yang tiba-tiba

jatuh diatas mobilnya, ia kini harus segera mengecek apa yang berada diatas mobilnya

untuk mengurangi ketakutaannya.

Bab 2 Anggota baru kelompok Max

“Aku menyampaikan

bahwa hari ini aku sedang berbaik hati padamu, dengan syarat kau langsung

memberikan isi dompetmu tanpa banyak drama,” Ucap Max berkata pada Ansel dan langsung

pada intinya.

“Dan aku

juga akan berbaik hati menyampaikan bahwa aku lupa membawanya,” Balas Ansel

meniru perkataan Max padanya.

“Haha..”

terdengar begitu riuh suara tawa dari geng Max.

“Dia pasti

sedang latihan untuk menjadi seorang actor bos,” Ucap Sam, ia adalah orang

pertama yang memanggil Ansel pertama kali.

“Oh benar,

aku ingat laporanmu,” Ucap Max yang kini tersenyum mendekat kearah Ansel yang

sejak tadi diapit oleh dua orang yang juga geng Max.

Max menyuruh

dua orang itu untuk melepaskan Ansel mengunakan gestue tangannya, yang langsung

dituruti dan langsung mendorong Ansel kedepan. Ansel yang tak tentu saja siaga

jadi ia menahan berat badannya sebelum membentur tembok yang keras akan sangat

berbahaya terutama pada kepalanya jika hanya didorong saja sudah membuat sebuah

luka.

“Seperti

kataku tadi hari ini aku sedang berbaik hati,” Ucap Max yang melihat Ansel

kebinggungan menatapnya.

“Hari ini

Bos sedang berulang tahun,” Ucap pria yang Ansel ketahui tadi baru saja

bergabung dengan geng Max.

“Terimakasih

sudah mengingatnya,” Ucap Max yang lagi-lagi tersenyum.

Ansel

sebenarnya tak mengerti mengapa geng ini memilih Max sebagai ketua mereka,

karena lihatlah postur tubuh max yang terlihat jauh lebih lemah dari pada yang

lainnya. Jika harus Ansel beri contoh adalah orang yang kini berada disamping

Ansel, ia mempunyai badan yang hampir mirip dengan model iklan bina ragawan

seharusnya ia lah yang terkuat dalam kelompok ini.

Sedangkan

pria yang berdiri didekat pintu masuk, walaupun tubuhnya tak terlalu berotot

seperti pria disampingnya tapi dengan tinggi badannya dua orang ini seharusnya

menjadi kandidat menjadi ketua geng ini. Sedangkan pria kurus yang memanggilkan

pertama kali memang memiliki tubuh yang kurus tapi jangan salah rasa sakit yang

dihasilkan dari pukulannya terasa lebih menyakitkan dari pada pukulan dari pri

berotot disamping ini.

“Kau tak

ingin mengucapkan selamat padaku?,” Tanya Max kini tertuju kembali pada Ansel.

“Selamat

ulang tahun, semoga kau cepat-cepat bertobat sebelum semuanya semakin

terlambat,” Ucap Ansel yang semakin berani, ayolah menerima pukulan dua sampai

lima kali dalam seminggu akan membuatmu lupa apa itu rasa sakit.

“Dasar bocah

brengsek sudah berani ya sekarang,” Ucap Max yang kini terlihat murka karena

Ansel berani melawannya.

“Bukankah

aneh kalau aku hanya diam saja,” Ucap Ansel yang melihat geng Max mulai lalai

dalam menjaga pintu keluar.

“Kau juga

semakin pintar berbicara ya,” Ucap pria tinggi yang berjaga di depan pintu

malah mendekat kepada Ansel.

“Bos maaf

sepertinya aku ingin buang air dulu,” Ucap Pria berotot yang berada

disebelahnya, dan langsung masuk keruangan yang lebih pribadi dikamar mandi ini

setelah mendapatkan persetujuan dari Max.

Bagus

sekarang lawan Ansel tinggal tiga orang, Max yang jarang turun tangan langsung

sepertinya cukup mudah untuk dilawan. Orang baru itu juga sepertinya tak

terlalu jago jika ia berhasil untuk membuka pintu kamar mandi sedangkan pria

bertubuh tinggi yang berjalan semakain mendekat kepadanya mungkin jika berhasil

menendang bagian pribadi seorang pria karena bagian itu pasti membuat seorang

pria cukup sibuk sehingga bisa membuatnya lolos dari sini.

“Kau,” Raung

pria tinggi itu menutup bagian pribadinya yang berhasil Ansel tendang dengan

sekuat tenaga.

Saat itulah

Ansel langsung berlari menuju pintu hendak membukanya, akan tetapi ketika ia

akan membuka pintu tiba-tiba tubuhnya terpanting jatuh kebawah, ternyata ada

pria lain yang tiba-tiba masuk. Laki-laki itu ternyata masih geng Max yang kini

malah tersenyum melihat Max terlihat bangga padanya.

“Kau pikir

aku hanya membawa tiga orang?,”

“Sial,”

Gerutu Ansel.

“Bos ijinkan

aku memukulnya yang pertama,” Ucap pria yang tadi Ansel tendang bagian

pribadinya.

“Kau harus

meminta padanya,” Ucap Max menunjuk anggota baru.

“Bagaimana?,”

Ucap pria tinggi mengeluarkan suara yang begitu mengintimidasi pada anggota

baru, sehingga mau tidak mau anggota baru itu menggangguk dan melerakan

kesenangan.

“Tapi

biarkan dia yang mengeledahnya,” ucap Max yang masih berserikeras untuk

mendapatkan uang Ansel.

“Ini bos,”

Ucap anggota baru yang menemukan uang yang diambil secara paksa didalam kaus

kaki milik Ansel.

“Selamat

menikmati waktu bersenang-senang kalian,” Ucap Max yang lansung mengambil uang

yang berada ditangan Anggota baru lalu ia keluar setelah melambaikan tangan

pada semua orang yang berada disana.

Semua yang

masih berada disana kini terfokus pada Ansel, mereka menatapnya dengan seringai

seperti seekor anjing yang menemukan dagi segar. Jika sudah begini Ansel hanya

bisa pasrah.

Mendapatkan

pukulan karena tak ingin menyerahkan uang saku pada geng Max membuat Ansel

selalu siap untuk mengindar dari layangan tangan dan tendangan geng itu dari

tempat-tempat fatal dari tubuhnya. Mulut, tangan dan kaki Ansel sudah kebas

karena pukulan bertubi-tubi dari geng Max yang hari ini yang terlalu

bersemangat membuatnya menjadi samsak berjalan hingga kali ini membuatnya malah

jatuh pingsan.

****

Pria itu akhirnya

berhasil menaiki mobil truk dengan susah payah, alasannya adalah karena bukan

tugasnyalah untuk membongkar apalagi mengecek kondisi kendaraan yang selalu ia

bawa kini. Tugas pria itu hanyalah membawa isi dalam mobil truk ini dengan

selamat pada pabrik yang memang menjadi tujuan dari barang didalamnya.

Ia

menetralkan detakan kencang jantungnya yang payah kini dikarenakan kebiasaan hidupnya

yang terlalu banyak mengkomsumsi nikotin dan kurangnya olah rasa sehingga sedikit

saja ia memanjat atas truk yang jaraknya tak seberapa, ia berasa habis berolah

raga berlari sepupuh putaran disebuah lapangan.

Setelah

detakannya normal kini ia bisa melihat dengan jelas apa yang ada diatas mobilnya.

Betapa kagetnya ia karena ternyata suara keras akibat benda jatuh keatas mobilnya

adalah suara yang diakibatkan oleh jatuhnya sebuah tubuh manusia utuh dan

bahkan saking kerasnya tubuh itu jatuh, hingga mobilnya kini mengalami penyokan

berbentuk tubuh manusia itu diatas mobil truknya.

Pria itu

langsung mengucek kedua matanya karena mungkin saja pemandangan didepannya

adalah efek rasa kantuknya. Tapi meskipun ia mengucek kedua matanya dengan

kuatpun manusia itu tetap saja berada disana. Sebentar darimanakah benda, tidak

manusia, tidak wanita ini bisa jatuh tepat diatas mobilnya? Apakah ada

seseorang yang melemparkan wanita malang ini? Lalu bagaimana caranya? Dan

mengapa juga harus tepat diatas mobil truknya?

Pertanyaan

itu terus berputar-putar didalam kepalanya tanpa sedikitpun ingin lebih

mendekat pada wanita yang tak tahu masih hidup atau tidak? Tapi melihat wanita

itu tidak bergerak sama sekali, maka pria itu menyimpulkan wanita didepannya

adalah sebuah mayat.

Pria itu

benar-benar merasa sangat sial hari ini, karena dari beribu-ribu mobil yang

mungkin sedang lalu lalang dinegara ini, tapi mengapa mayat wanita ini memilih

untuk jatuh diatas mobilnya. Sekarang bagaimana? harusnya ia membuangnya dari

atas mobilnya? Karena jika berurusan dengan orang lain, akan sangat sulit

membuat orang-orang percaya jika ia menceritakan kisahnya ini.

Lagi pula

bukan dialah yang membunuh wanita yang malang ini, pria itu yakin mayat itu

perempuaan karena walapun posisi tubuh itu tengkurap sehingga ia tak dapat melihat

wajah mayat itu, tapi jika dilihat dari rambut panjang dan pakaian yang masih

terlihat trendidan begitu anggun, pria itu berasumsi bahwa mayat wanita ini

mungkin saja adalah korban dari kejahatan seksual. Karena wanita ini harus

dibunuh dan dibuang dengan cara dilempar begitu saja, yang kemungkin besar dibuang

dari sebuah pesawat.

Bab 3 Dimanakah semua orang?

Pria itu

berdo’a sejenak sebelum mendekati mayat itu, ia bedo’a agar apa yang akan dilakukannya

nanti dapat diampuni. Tak lupa ia juga berdo’a semoga mayat perempuan ini dapat

ditemukan oleh orang yang bersedia membawanya ketempat yang lebih layak ataupun

membawanya kepada keluarganya. Lalu setelah do’anya selesai, ia mendekati tubuh

itu untuk mendorongnya agar jatuh kebawah karena ia tak mungkin membopongnya

turun kebawah.

Ia mendorong

tubuh itu menggunakan kakinya yang masih mengenakan sebuah sepatu boots karena

jika ia melakukan dengan kedua tangannya, ia pikir hal itu akan meninggalkan

bukti yang mungkin membuatnya berurusan dengan pihak berwajib. Tentu saja ia

tak ingin bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak ia perbuat bukan? Apalagi

ini adalah tindak kejahatan tingkat tinggi yang kemungkinan besar ia akan

dipenjara seumur hidup jika pihak berwajib menuduhnya dengan tuduhan sebagai

tersangka karena membunuh wanita malang ini.

“Maafkan aku,

karena telah memperlakukanmu seperti ini bahkan setelah kau mati,” ucap Pria

itu setelah berhasil menjatuhkan mayat tersebut. “Semoga saja Tuhan

mengampuniku,” tambahnya.

Kini ia

langsung turun dari atas truk, seperti halnya ketika ia naik keatas sini kini ia

pun mendapatkan kesulitan yang sama sulitnya untuk turun dari atas truk. Karena

tak biasa melakukan pekerjaan seperti ini pada injakkan yang terakhir karena

tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, ia terpeleset dan jatuh dengan posisi

terduduk.

“Sungguh

hari ini adalah hari tersialku,” ucap pria itu meratapi nasibnya.

Pria itu

memutuskan untuk segera pergi dari sini karena menurutnya berada terlalu lama ditempat

ini akan membuatnnya menambah list kesialan dalam hidupnya dikarena ia juga akan

sangat terlambat menyampaikan barang yang dibawanya. Ketika ia berdiri tiba-tiba

ia merasa kesakitan yang luar biasa diarea kakinya, sepertinya kakinya keseleo

akibat dari terjatuh.

“Benar-benar

sial,” teriaknya semakin kesal.

Pria itu pun

berusaha bangkit meskipun harus bertumpu pada mobil, mungkin inilah yang

dinamakan hukuman karena ia membuang mayat yang seharusnya ia laporkan yang

mungkin saja keluarganya sedang menunggu dengan cemas. Tiba-tiba ia ingat jika ia

mejatuhkan mayat kebawah, seharusnya mayat itu ada didekatnya bukan?

“Kemana dia

pergi?” ucap pria panik karena tak menemukan keberadaan mayat tersebut, ia pun

mencari-cari mengelilingi mobil truknya meskipun harus menyeret kakinya yang terasa

semakin menyakitkan.

“Tak

mungkinkan ada binatang buas disekitar sini,” gumam pria itu pada dirinya sendiri

karena kini ia menyaksikan adanya jejak darah yang terseret oleh sesuatu yang

kemungkinan besar adalah darah dari mayat tersebut.

Pria itu terdiam

ditempat beberapa menit karena ia binggung harus bagaimana sekarang, tak

mungkinkan ia harus mencari seorang mayat hanya karena ia merasa bersalah padanya?

dan bagaimana jika nantinya ia diharuskan untuk menghadapi binatang buas.

Apalagi posisinya sendirian, walaupun ia adalah seorang pria yang cukup kuat

akan tetapi jika dihadapkan dengan binatang buas bukankah itu sama saja menggali

kuburan sendiri.

Sejenak berpikir

pria itupun akhirnya memutuskan untuk pergi saja dan juga memutuskan untuk

melupakan kejadian gila hari ini. Anggap saja kejadian hari ini hanyalah mimpi

buruk belaka. Dan untuk mayat tersebut mungkin ia harus menganggap bahwa

binatang buas itu adalah anugrah untuknya yang kini tak harus direpotkan dengan

urusan apapun yang berkaitan dengan mayat tersebut, karena berkat binatang buas

itu aka nada alasan yang jelas mengapa mayat itu tak akan pernah ditemukan

selamanya.

Ketika ia

akan membuka pintu mobil tiba-tiba ia merasa kesakitan pada tangannya yang

digigit oleh sesuatu yang sangat tajam, yang membuatnya sontak langsung berteriak

karena rasa sakit yang ditimbulkan dari gigitan pada tubuhnya. Mungkinkah

binatang buas datang kembali dan kini ia telah menjadi sasaran berikutnya?

“Dagingku ku

tak enak dasar binatang bodoh,” ucap Pria itu sambil bergerak secara brutal

untuk melepaskan dirinya dari si penyerangnya tanpa melihat dulu apa yang telah

menyerangnya, sehingga sosok itu pun berhasil terpental berberapa detik setelah

ia melakukan serangan balasan.

“Sialan hari

ini, aku akan menuntut ganti rugi yang sangat besar pada pabrik itu jika mereka

tak memberikanku perawatan atas cedera yang ku alami hari ini,” ucap pria itu sambil

memerhatikan luka baru yang didapatkannya tanpa melihat apa yang tadi telah menyerangnya.

Setelah

memastikan lukanya tak terlalu dalam hingga bisa membunuhnya ia pun kini

menghadap kepada penyerangnya untuk melakukan tindakan balas dendam, akan tetapi

betapa kagetnya ia ternyata yang menyerangnya bukanlah binatang buas, melainkan

mayat perempuan yang tadi ia jatuhkan dari atas truk milik. Ia mengetahui mayat

yang sama karena pakaiannya memanglah pakaian yang dipakainya, ia melotot kaget

dan memikirkan kemungkinan apakah tadi orang itu pura-pura mati hanya untuk

mencelakakannya?

“Hei kau

kanibal, aku rasa kau salah sasaran. Aku… darahku.. bahkan dagingku tak akan

seenak manusia yang lain. Lihat tak ada daging pada tubuhku,” ucap pria itu

mencoba bernegosiasi.

Akan tetapi

tak ada jawaban berarti dari wanita itu, yang terdengar hanyalah geraman aneh

dari mulutnya. Mungkinkah wanita ini semacam tarzan, ia mungkin dibesarkan oleh

binatang sehingga tak dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Jadi apa yang

harus dilakukannya sekarang?

Terlalu

banyak berpikir membuatnya tak menyadari wanita tadi tiba-tiba langsung

menyerangnya lagi, akan tetapi pria itu seketika ingat bahwa ia selalu membawa

peralatan sesuatu yang terbuat dari besi alat untuk memperbaiki mobilnya yang

berada di sekitar pintu masuk mobil ini. Jadi ketika wanita itu semakin mendekat

ia langsung pukulkan sekuat tenaga benda itu hingga membuat tangan wanita itu

mengeluarkan darah sangat banyak.

“Sudah

kukatakan aku bukanlah sejenis makanan yang enak,” ucap pria itu senang karena ia

telah berhasil membuat luka yang cukup fatal bisa membuat wanita itu akan

segera meninggalkannya.

Akan tetapi

ia salah karena wanita itu bukannya pingsan atau lari ketakutan karena

tindakannya yang berlebihan ketika memukulnya, wanita itu kembali menyerangnya bahkan

kini menjadi lebih agresif dan kini pria itu benar-benar tak bisa melawan

kembali karena wanita itu sekarang mengigit dengan sekuat tenaga apapun yang

berada dibadannya. Tak terhitung gigitan keberapa akhirnya pria itu pun tak

dapat mempertahankan kesadarannya dan pasrah menjadi santapan dari mayat wanita

yang seharusnya tak dapat lagi bergerak apalagi membunuhnya seperti saat ini.

****

Ansel

terbangun didalam kamar mandi kampus mereka yang terkunci dari luar, badannya

benar-benar terasa sangat sakit. Terutama dibagian pribadinya yang masih saja

berdenyut karena pria berbadan tinggi itu melakukan balas dendam padanya.

Bahkan ia melakukannya dua kali karena sepertinya ia tak terima akan perbuatan

Ansel padanya.

“Haruskah

aku pulang kepada rumah ayah?,” Ucap Ansel pada dirinya sendiri.

“Ansel kau benar-benar akan meninggalkan ayah?,”

ucap Jody yang merupakan ayah kandungnya.

Hujan sedang mengguyur dengan deras diluar rumah,

saat ini Ansel sedang mengepak barang-barang yang akan dibawanya untuk

menemaninya selama ia pergi dari rumah ayahnya. Sebenarnya Ansel tak tega

meninggalkan ayahnya seorang diri tapi jika ia tetap berada disini bukankah

selamanya ia tak akan mempunyai seorang teman.

“Ayah bukankah kita sudah sepakat?,” Ucap Ansel

yang kini menghadap ayahnya sejenak menghentikan acara mengepaknya.

“Ayah tak yakin kau bisa berada disana sendirian

tanpa ayah,”

“Ayolah ayah usiaku sudah delapan belas tahun,

universitas itu sudah berbaik hati karena menerimaku bahkan memberikan sebuah

beasiswa,” Lagi-lagi Ansel mengulang percakapan mereka tentang kepindahannya

ini.

“Ayah..” ucap Jody yang tak melanjutkan ucapannya

setelah melihat wajah Ansel yang siap untuk membantah apapun ucapannya.

“Aku akan menghubungimu ketika sampai disana,”

janji Ansel pada jody yang mau tak mau harus menerimanya bahwa ia siap untuk

bertemu dengan dunia luar.

“Mereka

benar-benar keterlaluan kemarin,” gumam Ansel yang kini melepaskan tali yang

mengikat kedua tangannya.

Sepertinya

geng Max beranggapan mengikat dan mengurung Ansel didalam kamar mandi adalah

hukuman yang berat, akan tetapi mereka tak pernah tahu bahwa Ansel selalu punya

seribu satu cara baginya untuk bisa meloloskan diri. Yang perlu Ansel lakukan

sekarang adalah mendobrak pintu yang sebenarnya sangat mudah baginya.

“Apakah

mereka akan menagih biaya perbaikan padaku ya?,” tanya Ansel pada dirinya

sendiri setelah melihat pintu kamar mandi jatuh kelantai karena ulahnya.

Tapi

bukankah pihak kampus saja tak peduli pada keselamatannya, jadi sekarang iapun

tak akan peduli lagi karena telah merusak fasilitas kampus. Akhirnya ia memutuskan

untuk melanjutkan perjalan pulangnya dengan sembunyi-sembunyi untuk menghindari

bertemu kembali dengan komplotan Max, ia tak ingin terulang kembali kejadian

sebelum ia pingsan yang tak ingat sudah berapa jam atau hari berlalu.

Ansel

berhasil keluar dengan mengendap-endap untuk pulang terlebih dahulu untuk

mengistirahatkan tubuhnya yang terlalu lama berada didalam ruang kecil dan juga

dingin.

Ditengah

perjalanannya entah mengapa Ansel merasa ada banyak keganjalan, ia memang

berjalan dengan sembunyi-sembunyi, tapi jika ia melakukan perjalanan dengan

terang-terangan pun ia mungkin tak akan ditemukan karena kini Ansel tak melihat

adanya kehidupan sejauh mana mata memandang.

“Dimanakah semua orang?,” batin Ansel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!