"Kau harus menikahinya " ucap Nara dengan air mata mengalir deras hingga membasahi pipinya yang mulus.Tubuh tinggi langsing itu seakan lemas dan hampir runtuh ke lantai mengingat apa yang sedang terjadi dengan dirinya saat ini.
"Apa kau benar benar menginginkan hal itu.....!!!" tanya Dion dengan menatap tajam.
" Maaf...semua ini salahku " Nara mendekap tubuh kekar milik dion.
"Baiklah akan kulakukan , tapi setelah ini jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi...." dion melangkah pergi melepas paksa pelukan Nara.
"Sayang maafkan aku " ucap Nara dengan lirih.
Dion berlalu pergi tanpa menoleh ke arah Nara berada.
" shittt...!! kenapa jadi begini...." Dion mengendarai mobil sportnya dengan kencang menuju kesuatu tempat untuk menenangkan pikirannya.
Nara dan Dion adalah sepasang kekasih . Mereka sudah menjalin hubungan semenjak Dion masih duduk di bangku SMA .
Nara yang berprofesi sebagai seorang model sekaligus aktris terkenal belum bisa menerima lamaran dari Dion. Selain karena masih ingin fokus berkarir , dirinya juga merasa belum siap untuk menjadi seorang istri saat ini.
Sedangkan disisi lain , keluarga Dion sudah menuntut Dion untuk segera menikah karena usianya yang sudah tergolong matang untuk menjalin sebuah rumah tangga , selain itu orang tua Dion juga sudah tak sabar lagi ingin menimang seorang cucu di pangkuan mereka.
Oleh sebab itu orang tua Dion memberikan dua pilihan kepada Dion . Pilihan pertama dia harus segera menikahi Nara atau pilihan kedua , Dion harus menikah dengan wanita pilihan papanya.
Sementara di sebuah mansion.
" Aku belum mau menikah ayah ? " ucap dita dengan nada manja sambil memeluk lengan ayahnya
"Apa lagi yang kau tunggu , umurmu sudah matang untuk menikah..." jawab Dermawan yang tak lain adalah ayah dari Dita.
"Tapi ayah aku...." Ucap dita terpotong
"Tidak ada tapi tapian atau ayah akan menutup butikmu " Darmawan berlalu pergi meninggalkan ruang makan dan beranjak menuju ke perusahaannya.
"Aku benci ayah " Dita berlari menuju kamarnya.
Dita adalah seorang desainer muda berbakat. selain karena bakatnya dia juga terkenal karena parasnya yang cantik dan juga tubuhnya yang tergolong ideal. hingga tak sedikit orang yang menawarkannya menjadi seorang model.
" krieet " suara pintu terdengar terbuka.
Sambil menangis sesegukan , Dita langsung saja memeluk wanita paruh baya yang sedang duduk di atas tempat tidurnya.
" Sudahlah Non jangan menangis lagi , semua yang diinginkan oleh papa non itu semua demi kebaikan non dita sendiri. Apa non dita ingin membuat papa non dita bersedih 'hmm, ? " ucap Bi iyem dengan suara lembutnya sambil mengelus lembut rambut Dita.
Bi iyem sudah lama bekerja dengan di keluarga Darmawan , bahkan sebelum Dita dilahirkan. Semenjak ibu Dita meninggal dunia karena suatu penyakit , dia lah yang selalu menjadi ibu pengganti bagi Dita karena pak Darmawan yang tak kunjung menikah lagi karena saking mencintai istrinya yang pertama.
" Tapi bi bagaimana dengan mas reyhan ? " ucap Dita sambil terisak.
" Sabar ya non , klo jodoh pasti tak akan kemana " ucap bi iyem menenangkan.
Reyhan dan Dita sudah berteman sejak kecil. Selain karena rumah mereka yang berdekatan , kedua keluarga mereka juga merupakan rekan bisnis. Dari dulu Dita sudah menaruh perasaan terhadap Reyhan begitupun sebaliknya. Dimana ada Dita disana pasti ada Reyhan. Mereka bagai sepasang sepatu yang tak terpisahkan . Meski hubungan mereka tak pernah mereka resmikan sebagai hubungan berpacaran , tapi Dita tahu apa yang dirasakan olehnya sama persis apa yang di rasakan oleh Reyhan.
Dita semakin terisak . Mengingat takdir yang selalu tak berpihak padanya. Dahulu ditinggal seorang ibu dan sekarang harus menikahi pria yang tak dikenal bahkan tak dicintainya. Sungguh kejam takdir ini terasa bagi Dita.
BERSAMBUNG
pukul 19.00
Terlihat Dita sedang mempersiapkan diri di kamarnya , karena hari ini dia akan dipertemukan dengan calon suaminya.
" tok tok tok "
"maaf non , apa non sudah siap? tuan besar sudah menunggu di bawah " tanya bi iyem
" iya bi , sebentar lagi aku akan turun " jawab dita.
Dita masih setia menatap pantulan bayangannya di depan cermin . Dia masih tak percaya dengan takdir di hadapannya.
Sementara di Mansion tempat Dion berada.
" Pa.. aku tidak mau menikah dengannya , aku sudah punya Nara " ucap Dion.
" Lupakan wanita itu , atau kau keluar dari rumah ini tanpa membawa harta sedikitpun " ucap ayah Dion.
" Apa kurangnya Nara ? bukankah dia juga sederajat dengan kita , dia juga sudah memiliki karirnya sendiri . Dia pantas menjadi menantu papa , menantu keluarga ini " ucap Dion sudah mulai meninggikan intonasinya.
" Jika dia menurutmu pantas , kenapa dia tidak mau menikah deganmu " ketus ayah Dion dan berlalu pergi.
" Oh....shittttt..!!! " umpat dion sambil menjambak rambutnya.
" Sudahlah Dion , patuhi saja perintah ayahmu. mungkin itu yang terbaik untukmu " ucap ibu dion menenangkan.
" Tapi ma ? " ucap Dion dengan mata yang sudah mulai berkaca kaca.
" Ayo bersiap siaplah , hari ini kita akan makan malam bersama calon istrimu " ucap Mama Dion dengan lembut.
Dion berjalan dengan gontai memasuki arah kamarnya. Dia benar benar tak habis pikir , bagaimana bisa orang tuanya begitu egois memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan perasaan Dion sama sekali.
Di restoran yang terkenal di kota J.
Terlihat Dita sudah duduk disebuah meja bersama sang ayah.
" Maafkan papa , papa harap suatu hari nanti kau akan mengerti akan keputusan papa ini " ucap pak gunawan denga lembut sambil memegang kedua tangan kecil milik putrinya.
Sebenarnya dia tak tega membuat putrinya bersedih . Tapi apalah daya , dia tak enak hati dengan sahabat lamanya itu yang ingin meminang putrinya . Mengingat akan janji mendiang ibu Dita terhadap ayah Dion yang akan menjodohkan anak mereka kelak. Papa Dion memang sudah berteman lama dengan pak Gunawan dan almarhum ibu Dita . Mereka sudah berteman akrab dari semenjak mereka sekolah dulu. Jatuh bangun telah mereka lalui bersama dalam merintis usaha sehingga menjadi sukses seperti sekarang ini.
" Tidak apa apa pa , Dita mengerti " jawab Nana tersenyum manis sambil menahan sesak di dadanya.
Tak bisa di pungkiri dihatinya masih terukir nama Reyhan . Takkan semudah itu melupakannya . mengingat waktu yang telah mereka lewati berdua , bukanlah waktu yang sebentar. Memiliki pilihan antara ayahnya atau reyhan adalah sesuatu hal yang sangat sulit bagi hati Dita. Mereka adalah orang yang sama sama sangat berarti di dalam kehidupannya.
Beberapa menit menunggu , terlihatlah dua orang paruh baya bersama seorang pria tampan nan gagah menuju ke arah Dita berada.
" Maafkan aku gun , apa kau sudah lama menunggu ? " ucap ayah dion menyapa.
" Bloem lama , aku juga baru tiba bersama putriku " ucap pak gunawan menjawab.
Dita menganggukan kepalanya sambil menyalami kedua orang tua Dion.
Dion yang memandang kearah Dita sempat terkesima sesaat dengan kecantikan alami gadis itu , tanpa make up yang tebal gadis itu sudah terlihat sempurna di mata kaum adam.
" Oh ya , perkenalkan ini anak om namanya Dion " ucap papa Dion.
Dita dan Dion pun saling bersalaman dan acara makan malam pun di mulai.
Acara makan malam yang berlangsung hanya beberapa jam terasa sangat lama bagi Dita dan Dion.
" Astaga aku lupa menelpon kak Reyhan , pasti kak reyhan mencari cari keberadaanku . Malah aku lupa bawa ponsel lagi " batin Dita
" shitt...kenapa papa lama sekali sih ngobrolnya. Nara sedang apa ya? ingin sekali aku menelponnya sekarang juga , tapi aku lupa bawa ponsel karena terburu buru ' hari ini benar benar sial' " batin Dion.
Mereka berduapun sibuk dengan pikiran mereka masing masing sampai acara makan malam usai.
Bersambung
" Dita... kau kemana saja ? Si reyhan cariin kamu lho dari kemarin " ucap Rini.
" 'hmm, aku ada acara undangan makan malam bersama dengan papaku " jawab Dita sambil menenteng sebuah tas besar memasuki butik.
" Kalo mau pergi , ya kasi tahu donk pacarnya . Biar gak sampai bolak balik nanyain , dah kayak petugas hansip gtu Karena takut gadisnya di gondol kucing tetangga tuch " ucap Mona tersenyum menggoda sambil merapikan baju baju di dalam butik.
Rini dan Mona adalah teman Dita sejak SMA , mereka saat ini mendapat kepercayaan dari Dita untuk membantu mengelola butik yang Dita bangun dari kecil hingga sebesar sekarang.
Semenjak ibunya meninggal , Dita tumbuh menjadi sosok gadis yang mandiri. Meskipun dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan , Dita tak sedikitpun berlaku sombong atau membeda bedakan status dalam berteman. Itu yang membuat orang orang di sekitarnya merasa nyaman apabila di dekat gadis itu.
" Sudah sudah , ayo lanjut lagi kerjanya . kamu itu suka sekali menggoda Dita " ucap Rini
" Aku tuh gk lagi menggoda lho Rin , aku cuma lagi ngomong yang sebenarnya " ucap Mona membela diri.
" 'Iss, kamu itu dikasi tahu malah ngeyel " ucap Rini.
" Biarin ...wekkkk " ucap Mona sambil menjulurkan lidahnya.
Dita yang melihat tingkah laku kedua temannya hanya bisa tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepala.
Beberapa menit kemudian terlihat sebuah mobil sport terparkir di depan butik milik Dita.
" Dit , lihat tuch !! mobilnya bagus bener . Pasti mobil orang kaya nih . Kapan ya gue bakalan punya mobil kayak gtu ? ucap Mona memandang ke arah dinding butik yang terbuat dari kaca.
" Sampai Lho nikah ma monyet !! Celetuk Rini.
" Asem lhooo...!! " ucap Mona menatap tajam ke arah Rini yang sedang cekikikan.
" Dion ? " ucap Dita sambil membelalakkan mata tatkala melihat pria yang turun dari mobil itu.
" Lho kenal sama cowok tampan itu ? tanya Mona dan Rini hampir bersamaan.
Tanpa menjawab pertanyaan kedua temannya , Dita dengan cepat berjalan keluar menemui Dion agar dia tak masuk kebutiknya karena dia merasa belum siap mengenalkan status Dion kepada teman temannya saat ini.
Rini dan Mona hanya bisa saling pandang , menatap tingkah laku Dita. Beribu pertanyaan berada didalam benak mereka , yang akan mereka tanyakan nanti tentunya kepada Dita setelah dia kembali.
" Apa yang kau lakukan disini ? " tanya Dita berwajah panik , takut jika Reyhan tiba tiba datang dan melihat kebersamaan mereka.
" Apa kita bisa bicara sebentar , ada yang ingin aku katakan " ucap Dion dengan gaya coldnya.
" Bisa , tapi tak disini . Saat ini aku sedang sibuk . Lebih baik kau cepat pergi dari sini . Nanti akan kukirim waktu dan alamatnya lewat ponsel " ucap Dita setengah berbisik sambil celingak celinguk melihat ke arah sekitar bagai seorang detektif sedang menyamar agar jejaknya tak di ketahui oleh orang lain.
Dion yang melihat tingkah laku Dita hanya bisa mengkerutkan dahinya sambil memberikan sebuah kartu nama ke tangan Dita , yang disana terdapat nomor ponsel Dion.
Setelah menerima kartu nama tersebut , tanpa banyak kata lagi Dita langsung saja pergi meninggalkan Dion bagaikan seorang Ninja.
" Shittt.....dasar gadis gila . Berani sekali dia megusirku " ucap Dion berwajah kesal dan berlalu pergi masuk mengendarai mobil mewahnya .
Ini pertama kalinya Dion di acuhkan oleh seorang wanita . Dion bisa terbilang merupakan Pria Idaman yang banyak dikagumi kaum hawa . Selain karena ketampanannya , dia juga seorang pengusaha muda yang terkenal sukses di Negara J karena kepintarannya dalam berbisnis. Sehingga tak sedikit para wanita dari golongan atas hingga menengah ke bawah mengagumi sosok Dion , dan ingin merebut hati pria dingin itu.
**Bersambung**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!