NovelToon NovelToon

RESET

Chapter 01

“Tuhan mendengarkan doa yang kau panjatkan dengan rasa putus asa”

“Tuhan memberimu kesempatan untuk me-Reset kehidupanmu. Akankah kau memperoleh kebahagiaan di kehidupanmu yang baru”

Ecla Chasa vanny adalah seorang gadis berusia 18 tahun.Orang tuanya meninggal dikarenakan kecelakaan.Vanny lebih memilih hidup seorang diri ketimbang bersama saudara, beruntung Vanny merupakan salah satu murid cerdas disekolahnya sehingga dia selalu memperoleh beasiswa setiap tahunnya.Vanny terbilang gadis yang sangat mandiri. Selama dia bisa melakukannya sendiri, dia tidak akan meminta bantuan ke orang lain.

Hari ini Vanny tidak biasanya bangun kesiangan untuk berangkat sekolah.Dia selalu berangkat bersama temannya Ira dan Eka.

“Aissh! Kenapa sih harus bangun kesiangan segala dihari pertama ujian!” gerutu Vanny sambil memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas.

“Van, cepetan sudah telat nih!” seru Ira yang sudah lama menunggu didepan rumah Vanny bersama Eka.

“Iya bentar! Aku sedang pakai sepatu nih!” Vanny berteriak sambil memasang kaoskaki dan sepatunya.

“Kamu ngapain aja sih dari tadi? Lupa apa kalau hari ini kita lagi ujian, Van?” kesal Ira karena tidak biasanya Vanny seperti ini.

“Untung aja sekolahnya dekat dari rumah kamu, Van! Gimana kalau jauhudah kita tinggal yah, Ir?” Eka pun akhirnya merasa kesal juga.

“Maafkan aku teman-teman, sepertinya karena semalam aku tidur kemalaman jadi bangunnya malah kesiangan,hehehe!” jelas Vanny dengan senyum polosnya sambil mengunci pintu.

“Sudahlah!! Ayo cepat sudah telat,Nih!” Ira yang tidak sabaran menarik Vanny dan Eka untuk jalan.

“Bagaimana kalau kita lari saja,biar ngga telat amat?” Vanny mengajak kepada kedua temannya.

“Okayy!” sahut Eka yang mulai bersedia berlari.

“Setuju!” sahut Ira ikut berlari sambil menggandeng tangan Vanny dan Eka.

Mereka berlari sambil tertawa riang, walaupun pada akhirnya masih tetap telat juga tapi untung saja masih diperbolehkan untuk mengikuti ujian.Vanny dan temannya memang murid kelas 3 Smk jurusan Akuntansi yang sebentar lagi akan lulus.

Ira dan Eka sepertinya akan melanjutkan ke jenjang kuliah, karena orang tua mereka yang terbilang cukup kaya untuk membiayai uang kuliah mereka.Namun tidak dengan Vanny,dia mungkin memilih untuk bekerja karena dia harus menghidupi dirinya sendiri.

“Van, apa itu yang sedang kamu pegang?” tanya Eka yangmemposisikan duduk disamping Vanny diikuti Ira.

“Bukankah itu beasiswa kuliah dikota X, yah?” tanya Ira yang penasaran dengan formulir yang dipegang Vanny saat ini.

“Hmm, benar! Bu wiwin yang memberikannya untukku,” jelas Vanny yang sedikit nampak murung.

“Kenapa, Van? Bukankah bagus dengan begitu kamu bisa lanjut kuliah. Yahhh.... walaupun harus ke kota X, Sih!” sahut Ira yang mencoba menyemangati Vanny.

“Iya, Sih! Tapi sepertinya aku tidak akan pergi, Ir!” Vanny kembali melanjutkannya lagi.

“Kenapa, Van? Ini kesempatan yang sangat langka, Loh?” tanya Ira penasaran dengan alasan Vanny menolak beasiswa yang jadi rebutan para siswa pintar disekolahannya.

“Iya, Van!! Hanya murid tertentu saja yang diajukan beasiswa oleh bu Wiwin, kenapa kau malah tidak mau menerimanya?” tanya Eka yang juga penasaran pada sahabatnya itu.

“Bukannya seperti itu,Ir!” Vanny mencoba menjelaskan alasannya, tetapi dia bingung harus memulainya dari mana.

“Lalu apa alasannya, Van?” tanya Ira yang menjadi bingung sendiri dengan sikap Vanny.

“Kalian tahu kan aku tinggal seorang diri! Uang asuransi orangtuaku diambil semua oleh Pamanku. Aku hanya diberi untuk makan dan uang jajan saja!” Pada akhirnya Vanny pun mulai mengungkapkan alasan dia menolak beasiswa itu.

“Apa kau masih bingung nanti biaya hidupmu disana gimana, Yah?” ujar Eka mencoba menebak yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Vanny.

“Paman kamu tega banget sih, Van! Masa semua uang asuransi dipakai semua untuk keluarganya dan kau.....?” sahut Ira kesal hingga tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya.

Kini Vanny pun sudah tidak sanggup lagi membendung air matanya, karena menginggat kembali kematian orang tuanya dan perlakuan buruk Pamannya.

“Sudahlah, Van! Jangan menangis lagi! Semua pasti ada jalan keluarnya!” ucap Ira yang langsung memeluk Vanny untuk menenangkan dan mencoba menghiburnya.

“Iya, Van! Apapun keputusanmu, kami akan selalu berada disampingmu baik susah maupun senang!” sahut Eka sambil memeluk sahabatnya yang malang itu.

“Terima kasih teman-teman!!! Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau aku tidak mempunyai kalian.Aku sangat bersyukur pada Tuhan telah memberiku sahabat seperti kalian ini!” ucap Vanny yang menghapus air matanya, lalu mempererat pelukan mereka.

“Aku juga Van, Ir! I Love U!” ucap Eka yang malah membuat kalian bertiga tertawa bersama-sama.

“I Love U too, Ek!” sahut Ira tertawa.

“Kalian sahabat terbaikku, I Love U so muchhh....!” ucap Vanny yang hampir mencium Ira dan Eka, namun malah ditampol oleh Ira dan Eka.

“Apaan sih, Van! Jijik tahu?” sahut Ira yang jadi merinding karena ulah Vanny.

“Iya, Van! Ntar dikira kita lesbi gimana?” sahut Eka yang terus saja membuat kalian tertawa.

“Biarin! Wee!” ucap Vanny sambil menjulurkan lidahnya.

“Lalu bagaimana keputusanmu, Van?” tanya Ira yang masih penasaran dengan keputusan yang akan Vanny ambil.

“Tentu saja aku akan bekerja untuk memenuhi kebutuhanku!” jelas Vanny sambil tersenyum manis untuk menutupi kepedihannya.

“Kalau kau butuh bantuan hubungi kami,Okay?” sahut Eka tersenyum, dia sangat mengerti dengan perasaan Vanny saat ini.

"Siappp!!" Vanny menyahutinya dengan cepat.

“Lalu bagaimana dengan kalian, apakah kalian sudah memutuskan masuk universitas mana?” tanya Vanny penuh antusias, walaupun teman-temannya tahu bahwa Vanny hanya berpura-pura tegar.

“Kami akan masuk ke Universitas A,Van!” jawab Eka yang tak bisa menutupi raut wajah sedihnya saat menatap Vanny.

“Jadi kalian memutuskan ke Universitas yang sama, Yah! Bagus dong kalau begitu!” ucap Vanny yang masih tampak ceria.

“Kamu bisa kok datang kapan menemui kami disana jangan sungkan. Janji loh, Van!” sahut Ira sambil menunjukkan jari kelingkingnya pada Vanny untuk berjanji.

“Tentu, aku berjanji!" ucap Vanny tersenyum sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan kedua sahabatnya itu untuk berjanji, walaupun mungkin pada akhirnya Vanny tidak dapat memenuhi janjinya tersebut hanya Tuhan yang tahu jalan hidup seseorang.

Chapter 02

...****************...

Hari perpisahan sekolah pun tiba. Acara yang diadakan dengan meriah, namun meriah juga tangis mereka yanag akan menjalani kehidupan mereka masing-masing. Baik itu kehidupan yang bahagia maupun kehidupan yang penuh dengan air mata.

Setelah hari perpisahan,Vanny belum bertemu lagi dengan sahabatnya Ira dan Eka, karena mereka sibuk mengurusi persyaratan dan ujian masuk universitas A yang sangat sulit. Sementara Vanny berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengannya yang hanya lulusan smk.

...****************...

Dilain sisi, Pamannya Vanny yang hanya seorang pengangguran dan hobi berjudi itu ternyata telah menghabiskan uang asuransi orang tua Vanny dan bahkan masih berhutang pada Rentenir dengan jumlah yang cukup besar.

Suatu hari para Rentenir datang dengan beberapa anak buahnya untuk menagih hutang pada Pamannya Vanny yang bernama Yatno.

“Yatno!!! Mana uang yang kau janjikan hari ini,jangan bilang lagi kau akan membayar besok dan besok lagi. Aku ingin hari ini juga! Mana berikan!” teriak Rentenir itu yang sudah berada tepat didepan rumah Yatno dengan membawa beberapa anak buahnya.

“Saya benar-benar belum memiliki uang itu, Tuan! Kumohon berikan waktu beberapa hari lagi!” Yatno langsung bersujud dihadapan Rentenir itu sambil memohon-mohon meminta belas kasihan.

“Alasan terus saja kau, Yatno! Kalian cepat beri dia pelajaran agar dia tahu bahwa saya tidak pernah main-main!” perintah Rentenir itu pada anak buahnya yang langsung mereka laksanakan.

Sekitar lima orang memukuli Yatno tanpa ampun hingga istrinya keluar. Sedangkan para tetangganya hanya bisa menyaksikan dari kejauhan karena memang kejadian itu sudah sering terjadi pada Yatno dan istinya.

“Ada apa ini? Kenapa kalian memukuli suami saya?” Shopia, istri yatno langsung berlari menghampiri suaminya yang tergeletak ditanah.

“Yatno telah berhutang padaku 50 juta dan dia terus saja membuat alasan untuk tidak membayarnya. Ini hanya pelajaran kecil untuknya!” jelas Rentenir itu dengan lantang.

“Tapi kami memang tidak memiliki uang saat ini! Jadi kumohon beri kami sedikit waktu lagi?” pinta istrinya memohon sambil menangis ketakutan dihadapan sang Rentenir.

“Hmmm...... Kalau dilihat-lihat kau cantik juga! Kalau begitu kau saja untuk membayar hutang suamimu. Kau akan ku jadikan pelacur di Bar milikku! Hahaha!” tawa Rentenir itu yang membuat orang mendengarnya akan ketakutan.

Sementara yatno dan istri nampak begitu terkejut ketika mendengarnya.

“Tidak, Tuan!! Saya mohon jangan bawa istri saya!” Yatno memohon sambil memegangi salah satu kaki Rentenir itu.

“Lepaskan tangan kotormu dari kakiku! (menendang Yatno dengan kasarnya) Kenapa kalian diam saja! Cepat tangkap wanita itu dan bawa ke hotel. Saya akan menikmatinya dulu baru ku jual!” seringai Rentenir itu benar-benar membuat Shopia semakin ketakutan.

Sang Rentenir memperhatikan tubuh dan wajah istri Yatno yang begitu menggodayang saat ini sudah ditangkap oleh anak buahnya.

“Tuan, saya mohon lepaskan saya! Saya tidak ingin jadi pelacur!” Istri Yatno yang berusaha memberontak, namun percuma saja.

“Cepat bawa dia pergi saja!” perintah Rentenir itu tanpa memperdulikan Yatno dan istrinya yang terus memohon.

“Tidak,…jangan! Kumohon lakukan sesuatu?” pinta istrinya kepada Yatno wajah sudah terlihat sangat ketakutan.

“Tunggu, Tuan!!!! Kumohon lepaskan istri saya! Saya mempunyai keponakan yang sangat cantik, dia baru berusia 18 tahun dan saya yakin dia masih perawan. Saya mohon biarkan dia menggantikan istri saya, Tuan!” jelas Yatno sambil terus bersujud dan terus memohon.

“Benarkah??? Kau tidak sedang membohongiku, bukan?” tanya Rentenir itu pada Yatno dengan tatapan tajam untuk memastikan bahwa Yatno tidak akan membohonginya lagi seperti sebelumnya.

“Saya bersumpah, Tuan! Saya akan membawanya langsung pada Tuan malam ini!” jawab Yatno dengan penuh kenyakinan berharap Rentenir itu mempercayai janjinya kali ini.

“Hmmm.... baiklah! Bawa gadis yang kau maksud itu ke hotel K malam ini dikamar VVIP nomor 1105!” perintah Rentenir itu pada Yatno memberitahu tempatnya menunggu.

“Baik, Tuan! Terima kasih Tuan. Saya pasti akan membawanya!” ucap Yatno yang masih bersujud dikaki sang Rentenir sambil terus mengucapkan terima kasih karena bersedia menukar istrinya dengan keponakannya sendiri.

“Lepaskan dia, ayo kita pergi!” perintah Rentenir itu pada anak buahnya dan langsung meninggalkan Yatno dan istrinya begitu saja.

“Sayang, kau baik-baik saja kan?” tanya Yatno khawatir yang langsung menghampiri sang istri untuk memastikan keadaannya.

Walaupun dia sangat suka bejudi dan mabuk-mabukan, tetapi bagi Yatno istrinya adalah dunianya. Dia sangat cinta mati pada istrinya.

“Bagaimana kau terlibat dengan rentenir itu! Karena olehmu,aku hampir saja dijadikan pelacur!” teriak istrinya yang sangat marah dengan perbuatan Yatno kali ini.

“Maafkan aku, sayang! Aku tahu aku melakukan kesalahan besar padamu. Untung aku masih mempunyai keponakan yang cantik, jadi kita bisa bebas kali ini!” kata Yatno dengan santainya tanpa memikirkan keadaan Vanny nanti bagaimana.

“Terserah padamu! Yang penting jangan libatkan aku lagi pada masalah seperti ini!” ucap istrinya yang juga tidak peduli pada nasib Vanny.

Lalu meninggalkan Yatno masuk kedalam rumah dengan raut wajahnya yang masih terlihat kesal. Yatno pun mengikuti istrinya masuk kedalam rumah.

Sesampainya didalam rumah, Shopia mendudukan tubuhnya disalah satu kursi yang berada diruang tamu yang kemudian diikuti oleh Yatno yang sengaja duduk didekat istrinya yang masih merajuk karena kejadian tadi.

"Sayang, ayolah jangan merajuk begitu nanti cantiknya hilang, gimana!" Yatno masih terus membujuk istrinya agar tidak marah lagi.

"Bagaimana bisa kau bersikap santai seperti ini, setelah membuat keributan diluar tadi, Hah!" seru Shopia, suaranya meninggi saat melihat suaminya yang seperti tidak ada kapoknya itu.

"Lohhhh.....memangnya kenapa? Bukankah sudah ada Vanny maka masalah selesai, dong!" sahut Yatno yang malah duduk santai sambil menyalakan sebatang rokok yang ada diatas meja.

"Apa kau pikir Vanny akan semudah itu menurutimu! Apalagi kalau sampai dia tahu bahwa dirinya akan dijual sebagai pelacur!" ujar Shopia yang masih merasa ketakutan lagi ketika mengingat kejadian tadi.

"Kau tenang saja, sayang! Semua rencana sudah ada disini!" sahut Yatno yang menunjukan ke arah kepalanya.

"Kau yakin bisa mengurusnya sendiri!" ujar Shopia memastikan rencana suaminya itu akan berhasil.

"Kenapa, kau tidak percaya padaku?" tanya Yatno yang melihat keraguan diwajah sang istri.

"Tentu saja! Keahlianmu kan cuma berjudi dan mabuk-mabuk terus setiap hari!" sahut Shopia mengingatkan tabiat buruk suaminya itu.

"Kau lihat saja nanti hasilnya gimana! Sudahlah aku pergi dulu mengurus Vanny!" Yatno pun beranjak dari tempatnya duduk untuk memulai menjalankan rencananya menjual Vanny.

"Awas saja kalau kau gagal! Aku yang akan membunuhmu duluan!" Shopia mengancam Yatno yang hendak meninggalkan rumahnya itu. Yatno hanya menanggapinya dengan menunjukan dua buah jari jempolnya sambil tertawa.

Chapter 03

...****************...

Sementara Vanny yang sedang menyiapkan surat lamaran kebeberapa perusahaan yang pantas untuknya. Dengan perasaan senang dan lega membayangkan dirinya sudah bisa menghidupi dirinya sendiri, karena akhirnya dia tidak perlu meminta uang lagi pada paman dan bibinya.

Yah,walaupun tetap saja uang itu adalah uangnya, lebih tepatnya uang asuransi orang tuanya. Namun setiap kali Vanny meminta uang pada pamannya, bibinya pasti mengatakan hal yang membuatnya tidak merasa nyaman dan akhirnya paman dan bibinya akan sibuk bertengkar. Sehingga terkadang Vanny tidak jadi meminta uang tersebut.

“Yappp.....Sudah siap semua! Besok tinggal menitipkan saja semua lamaran ini!” ucapnya sambil merapikan berkas yang berserakan diatas meja belajarnya.

“Van, kau sedang ngapain?” tanya Pamannya yang masuk tanpa mengetuk pintu dulu seakan-akan itu rumahnya sendiri.

“Aku sedang menyiapkan berkas lamaran pekerjaan untuk besok! Aku akan menitipkan kebeberapa perusahaan di dekat sini!” jawab Vanny santai yang masih sibuk merapikan berkas-berkasnya itu.

“Benarkah?? Apa kau juga melamar di hotel K ?” tanya Pamannya mencoba sok akrab dengan Vanny agar bisa menjalankan rencananya untuk menjual Vanny.

“Hotel K ? Aku tidak mendengar kalau ada lowongan kerja disana!” jawab Vanny polos, karena dia memang tidak tahu mengenai loker yang dimaksud Pamannya itu.

Walaupun kenyataannya memang tidak ada lowongan kerja di hotel K.

“Tentu saja orang luar tidak ada yang tahu, karena Paman sudah meminta supaya kau bisa masuk kerja disana di bagian Staff Administrasi. Bukankah kau lulusan Akuntansi?” jelas Pamannya mencoba menyakinkan Vanny untuk masuk kedalam jebakannya.

“Benarkah? Kalau begitu besok saya juga akan menitipkan lamaran disana!” jawab Vanny yang masih merasa agak ragu dengan informasi dari Pamannya itu.

“Siapkan saja sekarang Van! Nanti malam Paman akan mempertemukanmu dengan Managernya langsung!” ucap Pamannya memaksa.

“Tapi Paman, biasanya kalau wawancara pasti saat jam kerja dan dilakukan pada pagi atau siang hari bukan malam hari!” jelas Vanny yang agak curiga pada Pamannya.

“Tentu saja jika itu untuk umum! Inikan Paman yang meminta secara pribadi pada Managernya!” ucap Pamannya membuat alasan yang tepat agar Vanny percaya pada kata-katanya.

“Ini sedikit aneh! Tapi sudahlah mungkin paman tidak ingin aku masih saja merepotkannya,makanya dia mencarikan pekerjaan untukku!” batin Vanny berusaha menyingkirkan pikiran buruk tentang niat pamannya itu.

“Bagaimana Van, bisakan malam ini?” tanya Pamannya memastikan apakah rencananya akan berhasil atau tidak.

“Baiklah paman, akan ku coba!” jawab Vanny dengan polosnya.

“Okayy ....... nanti Paman menjemputmu jam 7, yah! Kita naik motor Paman!” ujar Pamannya, lalu berjalan keluar dari rumah Vanny.

“Paman!! Terima kasih, yah?” ucap Vanny tulus disertai senyuman.

“Hemmm,,,,,,Paman pergi dulu!” kata Pamannya yang lalu pergi begitu saja.

Sebenarnya mendengar ucapan tulus Vanny hati Yatno sedikit sesak, mengingat dirinya akan menjual Vanny pada hidung belang dan ingatan waktu dia membunuh kakak dan kakak iparnya dulu.

...****************...

Malam harinya, Pukul 07.00 Vanny yang sudah bersiap dengan memakai pakaian rapi dan sedikit berdandan membuat wajah cantik alaminya bertambah sempurna.

Kini Vanny sedang menunggu kedatangan pamannya di depan teras rumahnya dengan perasaan tidak enak yang terus menggangu hatinya.

“Van! Menunggu lama, yah?? Maaf tadi bensinnya habis di jalan!” ucap Pamannya yang baru datang dengan sepeda motor bututnya.

“Tidak kok, Paman! Aku juga baru selesai bersiap tadi!” balas Vanny sambil memberikan semyuman manisnya.

“Kalau gitu ayo cepat naik, sepertinya kita sudah terlambat dari jam janjiannya!” ujar Pamannya menyuruh Vanny untuk naik ke sepeda motornya.

“Baik, Paman!” Vanny pun naik motor.

Selama perjalanan Yatno menjelaskan pada Vanny tentang pertanyaan wawancara pada umumnya, padahal dirinya sudah menyiapkan obat tidur untuk Vanny.

...****************...

Sesampai di hotel K, Vanny diajak oleh Yatno untuk duduk disalah satu meja restoran yang sangat mewah yang berada didalam Hotel tersebut. Sambil menunggu Yatno memesan minum dan beberapa makanan, tentu saja minuman untuk Vanny sudah diberi obat tidur.

“Sepertinya bukan kita saja yang terlambat! Managernya juga terlambat. Maklum orang penting! Hahaha.. !” kata Pamannya sambil tertawa. Padahal tidak ada kejadian lucu yang bisa membuat orang tertawa.

“Iya, Paman!” ujar Vanny yang mulai curiga.

“Lebih baik kita pesan makan dulu! Pelayan mau pesan!” ujar Pamannya memanggil salah satu pelayan dan memesan beberapa makanan dan minuman,Vanny hanya menatap aneh pada Pamannya itu.

Vanny benar-benar merasa bingung sebenarnya apa yang terjadi? Tidak seperti biasanya, Pamannya hari ini begitu baik mau mengajaknya makan di restaurant yang mewah seperti Restaurant di Hotel K itu.

“Kenapa diam saja, Van? Ayo dimakan dulu saja!” ujar Yatno yang membuat Vanny kembali dari lamunannya.

“I-iya, Paman!” sahut Vanny yang langsung menyantap makanannya dan meminum es jeruknya tanpa berfikiran negatif pada Pamannya.

Namun tidak lama kemudian Vanny mulai merasa pusing dan lemas. Terlihat jelas diwajah Yatno senyum penuh kemenangan ketika obat biusnya mulai bereaksi pada Vanny.

“Van, kamu kenapa?” tanya Pamannya pura-pura khawatir pada Vanny yang masih setengah sadar itu.

“Paman, tiba-tiba kepala Vanny pusing sekali!” ucap Vanny sambil memegangi kepalanya yang benar-benar terasa sangat pusing, hingga Vanny tak mampu menahannya lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!