Malam itu pukul 09.00 wib disebuah Klub Malam.
Hingar Bingar alunan musik hip hop terdengar meriah didalam sebuah klub malam yang cukup luas di daerah jantung ibu kota jakarta.
Jakarta tak pernah tidur, jadi tak sulit untuk menemukan tempat tempat hiburan malam di kota yang dulunya bernama Batavia ini.
Salah satunya adalah Klub malam bernama Flower. Flower jangan ditanya lagi ke Hits'annya diantara para remaja jakarta. mengapa dikatakan Hits? Karna berada dibawah naungan Brandon Group. Yaitu sebuah Group terkemuka di jakarta.
Dua orang pria berbadan jangkung terlihat memasuki ruangan. Ansel dan Zio langsung mengambil tempat duduk kosong didekat lantai dansa yang berada tepat ditengah tengah ruangan.
Klub Flower memang di desain begitu unik. Berada dilantai Ke empat dari sebuah bangunan Mall besar yang diapit oleh tempat makan di lantai bawahnya dan Hotel diatasnya.
Siapapun yang bisa bekerjasama dengan Brandon Group bisa dikatakan beruntung. Karna imbalan yang didapat bukan nominal yang main main.
Salah satunya Bella. Bella adalah seorang mahasiswi yang juga bekerja part time sebagai Dj profesional di Klub Flower.
"Men gue pesenin minum dulu ya.." Ucap Zio yang dibalas dengan anggukan kecil oleh sohibnya Ansel.
Ansel mengamati sekeliling ruangan. Riuh suasana semakin malam semakin ramai. Banyak para kaum milenial yang menghabiskan sepanjang malamnya di tempat itu.
Sebenernya Ansel malas nongkrong di Klub kalau tidak karna paksaan Zio. Bukan apa apa setiap kali dia nongkrong di Klub bakal banyak cewek cewek yang langsung datang mengerubutinya seperti gerombolan semut yang baru saja melihat gula.
Ansel muak karna menurutnya mahluk bernama 'cewek' itu sangatlah berisik dan ribet. Terlebih lagi yang mendekatinya kebanyakan masih berusia belasan tahun dan walaupun sering di usir secara kasar oleh Ansel, mereka malah makin tertantang untuk mendekati Ansel.
Ansel sendiri adalah seorang Dosen Kimia di sebuah Universitas bernama Brawijaya, sebuah Universitas elite di jakarta. Dan Brandod Group adalah 70% pemilik saham disana.
Ayah Ansel sendiri memegang jabatan sebagai rektor di Universitas Brawijaya. Jadi kesimpulannya Brandon Group adalah perusahaan besar milik keluarga Ansel dan Ansel adalah pewaris utamanya.
"Nih men, jangan ditekuk terus dong mukanya ah elah serem banget diliatnya.. " Zio menyerahkan segelas Vodka ke tangan Ansel.
"Berisik lu Zi.. " Ansel menerima minuman dari tangan Zio kemudian meneguknya. Tak lama Ansel mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya. Dihisapnya rokok itu sebari diperhatikannya sekeliling ruangan dengan tatapan Elangnya.
Diatas panggung utama disediakan sebuah meja khusus untuk tempat Dj memutar musik. Bella sebagai Dj terlihat sangat lihai dalam memainkan alat Dj nya. Beberapa kali di mix nya sebuah lagu dari satu tempo ke tempo yang lain. Membuat suasana di dalam Klub semakin meriah.
"Kabarnya dia anak baru men, cakep ya.." Zio menyeringai sambil menepuk pundak Ansel yang sedari tadi terus memperhatikan ke arah Bella.
"Biasa aja." Jawab Ansel acuh. Kemudian memalingkan pandangannya ke arah lain.
Tak lama beberapa gadis seksi datang menghampiri meja Ansel dan Zio. Zio dengan wajah sumringahnya menyambut mereka seperti kucing garong yang sedang melihat ikan mujaer goreng.
"Hai beby.. kita boleh gabung gak?"
Ucap salah seorang gadis berperawakan semok yang tiba tiba langsung ambil posisi disamping Zio.
"Ya boleh dong kenapa engga?" Jawab Zio sambil mengedipkan sebelah matanya seperti orang habis kelilipan batu krikil.
Berbanding terbalik dengan Zio, Ansel malah melengos pergi begitu saja ke sisi lain diikuti tatapan kecewa para gadis yang belum sempat mendekatinya. Zio menghela nafas panjang. 'Dasar si Ansel gak bisa diajak asik sedikit aja' pikirnya.
Di atas panggung Dj, Katty menghampiri Bella dengan berusaha menepuk pundaknya.
"Bel.. Bellaaa..."
Bella menoleh lalu membuka headphone yang menutup kedua telinganya.
Ditatapnya Katty sambil bertanya "Ada apa Ka..?"
"Ada yang mau ketemu sama lo Bel, dimeja nomor 03 ya.. " Katty setengah berteriak di kuping Bella karna suara musik saat itu cukup kencang.
"Oke ka.." Bella menyerahkan headphone nya ke tangan Katty.
Katty sendiri adalah teman sekaligus Dj senior di Flower. Bella banyak belajar dari Katty tentang musik dan seputar dunia pr Dj'n.
Bella menghampiri meja nomor 03 yang di tunjuk oleh Katty. Ternyata ada teman satu kontrakannya Sarah sedang disana bersama beberapa pria yang Bella sendiri belum pernah melihatnya.
"Bell.. sini..!!" Sarah melambaikan tangannya pada Bella.
Sarah adalah teman satu kontrakan Bella. Mereka sama sama kuliah di Brawijaya. Bella yang masuk Universitas Brawijaya lewat jalur Beasiswa sementara Sarah bisa masuk kesana karna memang salah satu kerabatnya adalah staff yang bekerja di Brawijaya.
Sarah tidak mungkin bisa masuk Brawijaya kalau bukan karna bantuan kerabatnya itu. Karna sama seperti Bella, Sarah bukan berasal dari kalangan ekonomi elite.
"Tumben Sar lo disini, mereka siapa?"
Bella duduk di samping Sarah sambil menatap pada dua orang laki laki yang seumuran dengannya. Sepertinya mereka terlihat dari kalangan orang berada, karna terlihat dari barang barang branded yang melekat di badan mereka.
"Kenalin Bell, ini Radit dan ini Edo.." Sarah mengenalkan dua pria di depannya. Edo dan Radit gantian menyalami Bella, Bella menyambut uluran tangan mereka dengan tersenyum.
"Gue bella.."
"Iya kita udah tau Bell.. To the point aja ya Bell, kita kesini mau nawarin kerja sama buat Endorse pakaian.." Radit memulai maksudnya menemui Bella.
"Kami sering ngeliat instagram kamu Bell, followers kamu jumlahnya sangat fantastis. Jadi kami tertarik untuk menawari kamu kerja sama. Kebetulan kami berdua punya bisnis di bidang fashion yang menjual baju baju khusus wanita.. Gimana bell ?" Timpal Edo menambahi.
Bella memang lumayan terkenal di kampusnya. Itu juga pengaruh dari pekerjaannya sebagai seorang Dj. Bella memanfaatkan ketenarannya itu untuk membuka Endorse agar dia bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk kebutuhan hidupnya sehari hari.
"Iya Bell mereka tadi ke kontrakan dan gue anter aja kesini biar ketemu langsung sama lo.." Ucap Sarah.
Bella mengangguk ngangguk mulai mengerti mengapa Sarah sampai kemari dan membawa dua pria bersamanya.
Sarah memang jarang datang ke Klub malam karna dia lebih suka menghabiskan waktunya didepan laptop sambil menonton drakor kesukaannya.
"Oke, gimana kalau kita nyari tempat yang enak buat ngobrol?" Usul bella. Karna di Klub terlalu bising suara musik dan hingar bingar suara para pengunjung.
"Kebetulan nih gue udah booking satu room dihotel atas tempat ini.." Kata Radit yang membuat Bella dan Sarah saling bertatapan.
"Maksud gue kenapa gak nyari tempat makan aja. Kenapa mesti hotel?"
Tanya bella agak sedikit curiga.
"Karna kita pengen suasananya lebih tenang. Dan kita bakal nawarin kontraknya langsung ke kamu bell, kita juga udah persiapin baju baju yang mau kita endorse sekalian kalau kamu mau coba kan bisa langsung di hotel.."
Bella yang mendengar itu semakin mengkerut kan alisnya. Kok agak aneh. Kenapa kesannya mendadak banget.
"Tenang bell, kita udah siapin uangnya juga.. kita bakal kasih nominal diatas harga Endorse yang biasa lu terima, 25jt untuk sekali post di feed ig gimana?"
Tanya Edo yang menangkap raut curiga di wajah Bella.
Bella tercengang mendengar nominal uang yang menurutnya itu sangat banyak. Karna biasanya dia hanya mematok harga 2jt saja untuk sekali post di feed instagramnya.
"Bell, lumayan buat nambahin biaya rumah sakit ortu lu di kampung kan?" Sarah berbisik di telinga Bella.
Bella setuju dengan Sarah. Keluarganya dikampung saat ini sedang banyak membutuhkan biaya untuk pengobatan ayahnya yang menderita sakit jantung. Bella adalah anak tertua dari dua bersaudara. Adik perempuan bella bernama Cindy masih berusia 15 tahun.
Ayah Bella bekerja sebagai buruh lepas disebuah perkebunan teh milik Saudagar kaya disana. Semenjak sakit ayahnya makin parah. Tidak ada lagi pemasukan keuangan selain kiriman uang dari Bella. Terpaksa Bella lah yang jadi harapan satu satunya keluarga saat ini.
Walaupun terkesan nya mendadak tapi akhirnya Bella menyetujui ajakan Radit dan Edo.
"Oke gue setuju. Sebentar ya gue mau ijin sama temen gue dulu.."
Bella pergi sebentar menemui Dj katty dipanggung. Dj katty terlihat mengangguk dan mengacungkan jempolnya tanda setuju.
"Makasih ya ka, nanti kalau urusannya udah selesai gue langsung balik lagi kesini ka.." Ucap Bella yang dibalas senyum oleh Katty.
Bella pun kembali menghampiri meja nomor 03, namun Sarah sudah tak nampak disana.
"Kemana Sarah?"
"Dia pulang duluan Bell, pusing kepalanya ngeliat banyak orang katanya.. "Jawab Edo sambil berdiri dan menepuk pundak Radit.
"Ayo.." Ajak Radit pada Bella.
Bella mengangguk dan kemudian mengikuti dua pria itu dari belakang.
Sementara Ansel yang mulai pusing karna cewek cewek di klub itu mulai lagi mengerubutinya, diapun akhirnya memutuskan untuk keluar saja.
"Mau kemana lo men?" Tanya Zio saat melihat Ansel melewati mejanya dengan tergesa gesa.
"Gue ke hotel dulu.."
Jawab Ansel sambil mempercepat langkah kakinya.
Akhirnya mau tak mau Zio mengekor dibelakang Ansel sambil menggerutu kesal karna harus meninggalkan cewek ceweknya begitu saja.
...***...
Bella mengikuti langkah kedua pria di depannya tanpa rasa curiga sedikitpun.
Setelah keluar dari lift mereka langsung menuju lorong yang akan membawa mereka pada kamar tujuan yang memang telah di pesan oleh Radit dan Edo.
"Ini kamarnya.. " Radit dan Edo menghentikan langkahnya didepan sebuah kamar dengan nomor 121.
Edo pun langsung mengeluarkan CardLock dari dalam dompetnya. Setelah menempelkan CardLock dibawah gagang pintu tempat sensor pun berbunyi dengan menunjukan lampu hijau yang artinya pintu kamar hotel telah berhasil di buka.
"Ayo masuk Bell.." Radit mengajak bella yang nampaknya ragu untuk masuk ke dalam kamar.
"Bell gak usah takut. Kita gak bakal macem macem. Lagian ada Cctv di hotel ini." Edo meyakinkan agar Bella tak ragu lagi.
Sementara dibelakang mereka Ansel datang dengan Zio dibelakangnya.
Ansel menghentikan langkahnya ketika melihat Bella masuk kedalam kamar hotel yang berada persis didepannya sementara dua laki laki dibelakangnya saling menatap dengan tatapan yang Ansel tau itu adalah tatapan penuh hawa nafsu.
"Kenapa men, lo kenal mereka?" Tanya Zio penasaran saat Ansel hanya diam saja memperhatikan dua pria yang masih berdiri didepan kamarnya.
Tak lama setelah kedua pria itu ikut masuk ke dalam kamar nomor 121. Ansel merogoh Hp dikantong celananya.
"Bawa kesini CardLock serep untuk kamar nomor 121, sekarang gak pake lama !" Perintah Ansel pada seseorang di dalam telponnya. Ansel mengeluarkan Sebatang rokok, membakarnya lalu kemudian menghisapnya dengan santai.
"Lo mau apa sih men? kamar 121 yang onohkan udah ada orangnya.." Tanya Zio lagi yang tak mengerti mengapa Ansel bersikap aneh.
"Ada kunyuk yang harus kita kasih pelajaran.." Jawab Ansel singkat. Membuat Zio tambah Bingung.
Sementara di dalam kamar Bella langsung duduk diatas sofa yang terletak di sisi kamar dekat jendela. Di ikuti oleh Radit dan Edo yang juga ikut duduk dengan posisi melingkari Bella.
Bella yang masih tak sadar jika dirinya sedang dalam bahaya langsung menanyakan tentang masalah kerja sama endorse nya.
"Boleh langsung kita mulai aja kerja samanya..?" Tanya Bella sambil menatap Edo dan Radit bergantian.
"Oh tentu Bell, ini kamu tinggal tanda tangan aja disini sebagai persetujuan kerja sama kita.." Tunjuk Edo pada secarik kertas yang sudah ada di atas meja.
Bella menerima selembar kontrak kerja sama itu. Dia membacanya dengan seksama dan kemudian langsung menandatanganinya.
"Oh iya bajunya udah gue siapin Bell, kalau mau foto sekarang juga boleh.."
"Disini? latar belakangnya gak menunjang, hasil fotonya gak akan bagus.." Bella tidak setuju. Karna biasanya untuk Endorse dia akan memberikan foto yang menurutnya paling bagus.
Setidaknya Bella akan memakai studio foto pribadinya agar hasil fotonya lebih profesional.
Radit pun mengeluarkan amplop coklat dari dalam kantong jaketnya.
"Bell, kita siapin uang tunai. Pegang ini bell dan kalau bisa kita minta fotonya sekarang juga karna deadline Bell mau kita post besok pagi.. kamu gak keberatan kan?" Pinta Radit sambil menyerahkan amplop coklat ke tangan Bella.
"Tenang bell untuk foto kita udah siapin kamera yang bagus dan lo tinggal pose aja udah beres deh.."
Bella berpikir sejenak. Namun dia masih tak bisa menangkap niat jahat dari dua pria di depannya.
"Ok, mana bajunya?" Bella akhirnya menyetujui permintaan dari Radit dan Edo.
Edo pun menyerahkan sebuah paper bag yang berisi sepasang pakaian tidur dewasa.
Saat Bella masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Edo dan Radit saling bertatapan puas karna rencana mereka untuk menjebak Bella berjalan dengan lancar.
Radit dan Edo ternyata adalah pengagum rahasia Bella sejak lama. Mereka mengenal Bella lewat media sosial Bella. Endorse hanyalah alasan mereka berdua untuk bisa bertemu dengan idolanya Bella.
Menurut Radit dan Edo, Bella adalah wanita dengan wajah paling cantik yang pernah mereka lihat. Kelihaian bermain Dj yang Bella punya menambah nilai plus dimata mereka. Menurut mereka Bella ini sangat seksi saat sedang memainkan alat Dj nya.
Setelah memikirkan semuanya masak masak. Akhirnya Radit mengajak Edo untuk menjalankan niat busuknya menjebak Bella di hotel ini. Edo yang juga sudah sejak lama menggilai Bella pun tanpa pikir panjang menyetujuinya.
Setelah mengganti pakaiannya. Bella bercermin di kaca kamar mandi. Dia menatap dirinya dengan risih. Pakaian Endorse yang dia kenakan ini lebih mirip baju tidur seksi untuk malam pertama. Bagian dadanya begitu terbuka sampai belahan dada Bella bisa terlihat dengan jelas.
Bahannya pun bisa dibilang menerawang karna Bella bisa melihat lekukan tubuhnya dengan lebih jelas.
Bella ragu untuk keluar kamar mandi. Bagaimanapun dia sekarang sedang bersama dua laki laki di dalam kamar hotel.
Hal buruk bisa kapan saja terjadi. Sedikit sesal muncul dibenaknya karna terlalu terburu buru mengiyakan ajakan kedua pria itu.
"Bell kok lama?" Tanya Radit dari luar kamar mandi.
"Iya.. gue keluar nih.."
Bella dengan ragu melangkah keluar kamar mandi, dia mencoba menutup tubuhnya dengan Pakaian yang dia kenakan sebelumnya, walaupun bagian belakangnya tetap bisa terekspos dengan jelas.
Edo dan Radit yang melihat Bella dengan Baju tidur seksi langsung melotot sambil menelan ludah.
"Betapa indahnya ciptaan Tuhan.." Ucap Radit pelan.
Edo langsung menyikut Radit.
"Ayo Dit..."
"Mau foto dimana ? cepetan ya, gue gak bisa lama ninggalin meja Dj!" Pinta Bella yang masih merasa sedikit risih memakai pakaian yang dikenakannya.
"Santai dong sayang. Baru juga mau mulai.." Radit mendekati Bella hendak menyentuh pundaknya. Namun dengan cepat bella mundur untuk menghindar.
"Jangan kurang ajar ya kalian!!" Ucap Bella sambil melotot tajam.
"Wish wish makin galak makin seksi dia.." Edo menyeringai sambil melangkah mendekati Bella.
Bella mulai terpojok oleh kedua Pria didepannya.
"Mau apa kalian?" Bella mulai menatap penuh curiga pada Radit dan Edo.
"Udahlah Bell nikmatin aja, kita ini udah bayar mahal dan uangnya juga udah lu pegangkan.." Radit masih mencoba memegang pundak Bella tapi Bella segera menangkisnya.
"Jangan berani berani sentuh gue! kita disini cuman buat urusan endorse ya. Kalau kalian berani kurang ajar kaya gini gue bakal batalin kerja sama kita sekarang!!!" Ucap bella sambil berteriak lantang.
Bella mencoba melarikan diri namun tubuhnya dapat dengan mudah ditangkap oleh Edo yang berada tepat disampingnya.
"Mau kemana sayang?" Bisik edo yang membuat Bella mendelik jijik ke arahnya.
"Lepaaaas!!! Tolooong!!!" Bella berteriak sekuat tenaganya sambil berusaha melepaskan tangan edo yang melingkar dilehernya.
"Jangan bikin diri lo sendiri capek Bell, kamar ini kedap suara, ayolah kita cuman mau sedikit main main sama aja sayang. Jangan sok jual mahal lah Bell.." Radit ikut mendekati Bella.
Bella meludahi Radit saat Radit hendak memegang pipinya.
Karna geram Radit menarik paksa Bella dari tangan Edo kemudian menghempaskan tubuh Bella ke atas kasur.
Radit dan Edo tertawa terbahak bahak melihat Bella tersungkur di kasur.
Bella meronta namun kedua tangan Radit berhasil mengapit lengan Bella dengan menguncinya ke atas kepala Bella sendiri.
Bella hampir akan di cium saat tiba tiba Radit dan Edo menoleh karna mendengar bunyi sensor pintu menyala.
PIPIP PIPIP
Tak lama datang dua orang pria berbadan jangkung dari arah pintu masuk.
"Ck ck laki laki tapi maen nya kok keroyokan.." Ansel berdecak santai sambil menghisap rokok ditangannya.
"Siapa lo? kenapa bisa masuk kesini ?" Edo heran karna pintu hotel tadi terkunci otomatis. Dan hanya bisa dibuka oleh CardLock ditangannya.
"Kenapa gak bisa? Gue yang punya hotel ini.." Jawab Ansel sambil melirik tajam ke arah Radit yang masih mengapit kedua lengan Bella di atas kasur.
"Hei cunguk lepasin cewek itu !" Ansel menatap tajam ke arah Radit yang masih mengapit kedua lengan Bella di atas kasur.
Zio yang berada dibelakang Ansel pun kaget melihat ada Dj yang tadi dilihatnya di Klub malam, pantas Ansel ngotot ingin masuk ke kamar ini. Ternyata dia ingin menyelamatkan Bella dari dua orang cunguk ini.
Radit pun melepaskan tangan Bella. Dia berdiri dan kemudian mendekat ke arah Edo.
Bella yang ketakutan segera mengumpat dibalik gorden jendela kamar.
"Lebih baik kalian pergi dan jangan ikut campur urusan kami!" Pinta Edo yang malah dijawab senyum kecut oleh Ansel.
"Kalau gue gak mau gimana?" Ansel maju dan menarik kerah baju Radit dengan cepat.
Edo yang mendapat serangan mendadak itu hendak melayangkan pukulan ke arah Ansel namun Zio yang melihat itu tentu saja tak tinggal diam.
Akhirnya baku hantam tak dapat dielakan. Satu lawan satu. Radit yang kewalahan menghadapi Ansel dan Edo yang terus di hujani pukulan oleh Zio.
"Bisa bisanya lo mau berbuat mesum di hotel gue!" Ansel meninju tepat di pelipis wajah Radit sampai membuat Radit jatuh tersungkur diatas lantai dengan posisi tertelungkup.
Radit mengangkat badannya dan hendak membalas pukulan Ansel, namun dengan mudah Ansel bisa mengelak.
"Cih, jangan sok jagoan lo !" Umpat Radit pada Ansel.
"Ayo dong maju, masa segini doang kemampuan lo! Sama cewek aja lo beraninya keroyokan.." Ejek Ansel yang makin membuat Radit kebakaran jenggot.
Radit pun maju dan mencoba memukul Ansel sekali lagi, namun karna Ansel memang jago dalam bela diri jadi tak sulit baginya untuk menghindari serangan dari Radit.
Radit hendak melayangkan tinjuannya namun dengan secepat kilat Ansel menghindar dan berhasil melayangkan satu tonjokan keras di ulu hati Radit.
Radit tersungkur sambil meringis memegangi perutnya.
"Sialaan!" maki Radit pada Ansel.
"Gue saranin lebih baik lo dan temen lo itu enyah dari sini sekarang.." Ancam Ansel masih dengan nada santai.
Ansel melihat ke arah gorden. Bella masih bersembunyi disana dengan raut ketakutan.
Ansel menghampiri Bella dan melihat sekilas pakaian menerawang yang Bella kenakan. Ansel membuka jaketnya dan hendak memberikannya pada Bella.
Namun dibelakang Ansel, Radit berhasil berdiri dengan sisa tenaganya. Dia mengambil vas bunga dari meja dan hendak melemparkannya pada Ansel.
Ansel tak menyadarinya karna dia membelakangi Radit. Namun tidak dengan Bella, dia dapat melihat dengan jelas kemana arah pergerakan Radit.
Bella yang panik karna sepersekian detik setelah melihat Radit mengambil vas bunga diapun langsung melemparnya ake arah Ansel.
Bella lari dengan cepat ke arah Ansel. Bella langsung memeluk ansel dan menukar posisi Ansel dengan dirinya yang akhirnya membuat Vas bunga itu tidak jadi mengenai Ansel namun malah mendarat tepat di kepalanya.
PRAANG
Suara vas bunga yang pecah mengenai kepala Bella seketika membuat Ansel tersentak kaget.
bersambung...
gimana makin seru gak?
jangan lupa terus dukung author ya dengan cara vote author biar author makin semangat updatenya readers ^^.
Seketika Vas bunga itu mengenai kepala Bella dengan hantaman cukup keras mampu membuat Bella meregang kesakitan yang luar biasa. Ansel tersentak kaget menyaksikan semua yang terjadi didepan matanya begitu cepat.
Ansel dengan sigap menangkap tubuh Bella yang hendak jatuh ke lantai. Bella menatap Ansel dengan meringis kesakitan. Samar-samar pandangannya menjadi kabur dan kemudian hitam pekat. Bella pingsan. Anselpun langsung membawa Bella kedalam pelukannya.
Ansel hendak memukul Radit namun dia melihat Bella lebih membutuhkan pertolongannya.
Zio yang juga kaget melihat itu langsung menghampiri Radit yang hendak kabur melarikan diri.
"Brengsek beraninya lu nyelakain anak orang!" Zio langsung meninju wajah Radit tanpa ampun.
Ansel yang panik langsung mengangkat tubuh Bella dan membaringkannya di atas kasur.
Saat Ansel melepaskan tangannya dari kepala Bella, darah Bella membekas di telapak tangannya. Ansel menatap tangannya dengan tatapan panik.
"Zio lu urus dua cungkuk ini gue harus bawa dia ke rumah sakit!"
Zio mengangguk dan segera membukakan pintu untuk Ansel.
Mobil Anselpun terlihat pergi meninggalkan hotel dengan melaju sangat cepat.
Saat tiba dirumah sakit. Ansel langsung membopong tubuh Bella ke IGD, suster dan dokter yang sedang berjaga langsung melakukan pemeriksaan medis dan menyuruh Ansel untuk menunggu diluar ruangan.
Ansel bolak balik tak karuan. Dia cemas melihat banyaknya darah yang mengalir dari kepala Bella.
Kemeja putihnya yang kini telah berubah warna menjadi merah pun sudah tak dipedulikannya lagi.
Yang dipikirannya sekarang hanyalah keselamatan gadis itu. Ansel memijit keningnya sendiri. Dia pusing kenapa semua ini bisa terjadi. Niatnya untuk menyelamatkan Bella malah berujung petaka bagi gadis itu.
"Ansel!" Zio berteriak sambil berlari ke arah Ansel.
"Gimana kondisi Bella?"Tanya Zio dengan wajah tak kalah cemas dari Ansel.
"Bella?"
"Iya, namanya Bella, gue tadi udah nelpon Katty buat nanyain alamat rumahnya." Zio menjelaskan agar Ansel tak bingung siapa Bella.
"Dia lagi ditangani di dalem. Gue gak tau Zi, mudah-mudahan dia gak apa-apa."
Tak lama Dokter keluar dari ruangan. Ansel dan Zio langsung menghampirinya.
"Siapa keluarga pasien disini?"
Tanya Dokter dengan raut wajah kurang mengenakan.
"Kenapa Dokter? dia gak apa-apakan?" Ansel mencoba melihat Bella dari celah pintu yang terbuka. Namun yang terlihat hanyalah gorden berwarna hijau.
"Pasien kehilangan banyak sekali darah, kebetulan di bank darah kita sedang kosong untuk golongan darah O. Apa ada yang bersedia mendonorkan darahnya disini?"
"Saya bersedia. Golongan darah saya kebetulan O dok!"
Ansel pun tanpa berpikir panjang langsung menawarkan dirinya sendiri.
Dokter mengangguk dan kemudian memanggil suster untuk mengantarkan Ansel keruangan transfusi darah.
Zio takjub karna ini kali pertamanya melihat sahabat baiknya Ansel begitu perhatian pada orang lain. Apalagi Bella ini hanyalah orang asing yang baru saja dikenalnya. Apa mungkin karna Bella sudah menyelamatkan nyawanya, makanya Ansel merasa berhutang budi padanya.
Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan hasil medis Ansel dalam keadaan sehat. Susterpun langsung mengambil tindakan pengambilan darah ke kantung darah.
Ansel dan Zio menunggu dengan cemas didepan IGD. Setelah menunggu hampir 2 jam lamanya Dokterpun keluar ruangan.
Dokter membuka maskernya sambil menatap ke arah Ansel yang terlihat cemas.
"Keadaan pasien saat ini sudah mulai stabil, kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU untuk kita pantau 24 jam ke depan."
Ansel dan Zio menghela nafas lega setelah mendengar kabar baik itu.
Zio menepuk pundak Ansel dan mengajaknya untuk duduk karna sudah sejak tadi Ansel selalu berdiri dan mondar mandir tak karuan. Zio takut jika Ansel sampai ambruk mengingat Ansel baru saja mendonorkan darahnya.
"Men lo balik aja istirahat. Biar gue yang jaga disini." Zio menawarkan diri namun Ansel menggeleng cepat.
"Gak Zi, gue bakal tetep disini sampe dia sadar. Ngomong-ngomong lo udah nelpon keluarganya belum?"
"Belum. Tapi gue udah nyimpen nomor temen satu kontrakannya. Gue bakal ke kontrakannya besok buat nyari informasi soal keluarga Bella. Si Katty cuman taunya Bella disini ngontrak dan.."
Zio ragu melanjutkan kata-katanya.
"Dan apa?" Tanya Ansel.
"Bella ini ternyata kuliah di Brawijaya Sel. Berarti dia mahasiswi lo. Apa lo gak pernah ngeliat dia di kampus?"
Ansel hanya diam. Dia belum pernah bertemu dengan Bella atau dia memang pernah bertemu namun Ansel tidak memperhatikannya.
"Terus gimana dengan dua cunguk itu?" Tanya Ansel yang kemudian ingat pada Radit dan Edo.
"Tenang aja Sel, gue udah nyuruh anak buah lo buat nyerahin mereka ke polisi. Gue jamin mereka gak akan bisa berani macem-macem lagi." Lapor Zio kepada Ansel
"Yaudah gue balik dulu ya men, gue ambilin baju ganti buat lo." Zio berinisiatif untuk pulang membawakan baju ganti karna melihat baju Ansel yang masih penuh dengan bercak darah.
Ansel mengangguk sambil menyerahkan kunci mobil Fortuner nya.
Setelah Zio kembali dari kediaman Ansel dan membawakan beberapa helai baju ganti. Zio pun kembali pulang ke rumahnya. Ansel menyuruh Zio untuk balik lagi ke Rs besok pagi.
Malam berlalu dengan sangat lambat. Ansel duduk disamping ranjang Bella sambil memperhatikan wajah Bella yang sedang tertidur. Beberapa peralatan medis menempel di tubuh putihnya. Iringan detak jantung Bella terdengar lebih jelas lewat monitor disamping ranjangnya.
Pagi pun datang. Ansel ketiduran dengan posisi masih duduk disamping ranjang Bella.
Suster yang berjaga membangunkan Ansel karna Dokter ingin memeriksa kondisi Bella.
Ansel kemudian berdiri dan menunggu di pojok ruangan.
Setelah selesai melakukan beberapa pengecekan medis Dokter pun menghampiri Ansel.
"Kondisi pasien sekarang sudah lebih baik. Kita tinggal menunggu pasien siuman saja. Setelah ini kita akan memindahkannya ke ruang perawatan, apakah anda suaminya pasien?"
Pertanyaan Dokter membuat Ansel kaget.
"Iya saya suaminya." Jawab Ansel berbohong karna dia malas untuk menceritakan kejadian sebenarnya.
Dokter hanya tersenyum dan mengangguk kemudian pergi dari ruangan itu.
Setelah Bella di pindahkan keruang perawatan. Zio datang dengan membawa beberapa bungkus makanan. Zio yakin jika Ansel pasti belum makan dari semalam.
"Men, lo makan dulu deh. Bukan apa-apa gue takutnya nih ya, nanti yang ada dia sembuh terus gantian lo lagi yang di rawat " Zio menyeringai mencoba menghibur Ansel yang dari tadi terlihat lesu.
Ansel hanya tersenyum tipis dan kemudian menerima sebungkus makanan dari tangan Zio.
"Gimana kondisi Bella sekarang Sel?" Zio mendekati ranjang Bella dan melihat gadis itu masih tak bergerak sama seperti kemarin.
"Kita hanya perlu nunggu dia sadar. Kata Dokter sih gak ada hal serius yang perlu dikhawatirkan"
Ansel membuka sebotol minuman dan kemudian meneguknya sampai habis.
"Gimana? apa lo udah dapet informasi tentang keluarganya?" Tanya Ansel kemudian. Zio pun menghampiri Ansel dan duduk di sebelahnya.
"Gue udah berhasil hubungin keluarganya Sel, mereka lagi dalam perjalanan kesini."
Tak lama seorang suster datang masuk ke dalam ruangan. Suster memeriksa tekanan darah Bella serta mengganti infusan yang hampir habis dengan sebotol infusan yang baru.
"Permisi pak, selain suaminya boleh keluar ruangan dulu ya karna kita mau mengganti pakaian pasien."
Pinta suster sambil menatap Zio dan Ansel bergantian.
Ansel dan Zio pun langsung berdiri dan menunggu di luar ruangan.
Selang beberapa menit Ansel mengalihkan pandangannya ke koridor. Terlihat beberapa orang datang ke arah kamar Bella.
Ternyata mereka adalah Ibu Marni yaitu ibunya Bella dan Chika adiknya Bella.
"Maaf nak, apa ini kamar Bella Jasmin?"
Seorang ibu yang berumur sekitar lima puluh tahunan menghampiri Ansel yang sedang berdiri tepat disamping pintu.
"Iya Bu, Bella ada didalam, apa Ibu keluarganya?" Tanya Ansel sambil memperhatikan wajah pias Ibu dan Adiknya Bella.
"Iya nak, subuh tadi ibu dapat telfon kalau Bella masuk rumah sakit. Makanya ibu langsung kesini. Apa anak ibu baik-baik saja? bagaimana kondisinya? ibu mau lihat ke dalam!"
Ibu Marni tampak sangat cemas sambil memegang tangan Chika dia hendak menerobos masuk ke dalam kamar perawatan namun Ansel segera mencegahnya.
"Ibu jangan masuk dulu, Bella sedang di ganti pakaiannya oleh suster. Bella sudah tidak apa-apa Bu, ibu gak usah cemas oke."
Zio mencoba menjelaskan pada Ibu Marni.
Tak lama susterpun keluar.
"Permisi sus, kami boleh masuk lagi ke dalem?" Tanya Zio pada suster itu.
"Boleh, tapi bergantian ya dua orang saja kalau mau masuk."
Zio pun mengangguk dan membukakan pintu untuk Ibu Marni dan Chika. Ibu Marni dan Chika langsung bergegas masuk untuk melihat kondisi anaknya Bella. Sementara Ansel dan Zio tetap menunggu di luar ruangan.
Selang beberapa saat Sarah datang dengan seorang pria dengan langkah cepat.
Ansel menoleh dan betapa kagetnya dia melihat seseorang yang selama ini begitu amat dibencinya kini malah datang ke hadapannya.
"Kevin!" Dengus Ansel dengan penuh dendam.
Kevin adalah mantan adiknya Ansel yang bernama Citra. Citra beberapa kali mencoba bunuh diri karna depresi sudah ditinggalkan begitu saja oleh Kevin. Ansel bersumpah pada dirinya sendiri akan membalas dendam pada Kevin dengan cara apapun, karna dia sudah berani menyakiti adik semata wayangnya.
Ansel tak menyangka akan bertemu Kevin disini. Dia heran apa yang sedang Kevin lakukan. Apakah dia temannya Bella.
Kevin yang melihat Ansel langsung ciut nyalinya. Dia bersembunyi di belakang sarah sambil pura pura tak melihat.
"Pak Ansel kok ada disini?"
Sarah kaget karna melihat Dosen di kampusnya yang terkenal kejam kini tengah berada dihadapannya.
"Ansel, kenalin ini sarah temen kontrakannya Bella yang gue ceritain semalem." Ucap Zio pada Ansel
Ansel tak bergeming dia terus menatap penuh emosi pada Kevin. Zio yang sadar langsung berdiri disamping Ansel. Zio tak ingin jika sohibnya ini sampai lepas kendali disini.
Sarah yang melihat wajah penuh emosi Ansel pada Kevin pun bingung.
"Oh iya kenalin ini Kevin pacarnya Bella. Kami kesini ingin menjenguk Bella." Ucap Sarah yang sontak membuat mata Ansel membulat seketika.
'Pacar Bella' jadi si brengsek ini meninggalkan adik kesayangannya untuk bisa pacaran dengan Bella? Kini amarah Ansel benar-benar tak bisa dibendung lagi.
Ansel menarik kerah baju Kevin dan menyeretnya ke tembok hingga tubuh Kevin kini terhimpit tembok dan juga tubuh jangkung Ansel.
"Bang*at bisa-bisanya lu pacaran sama orang lain setelah nyakitin adek gue, lu tau gak hah apa yang udah adek gue alamin kemaren gara-gara lu tinggalin?" Ansel mendamprat Kevin dengan nada penuh emosi.
Zio langsung berusaha melerai namun Ansel sudah tak peduli.
"Men sabar men ini dirumah sakit, kendaliin diri lo!" Zio masih berusaha agar Ansel meredam emosinya.
Kevin meringis berusaha melepaskan dirinya namun Ansel terlalu kuat.
"Maafin gue kak, gue gak ada maksud nyakitin citra sumpah kak!" Kevin mencoba membela dirinya. Namun Ansel malah mempererat cengkramannya.
Sarah pun panik dan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Kenapa tiba-tiba dosennya begitu marah pada Kevin.
"Pak, tolong lepasin dia pak, udah pak ini dirumah sakit. Tolong hargain orang-orang sakit yang ada disini." Ucap Sarah dengan nada penuh harap agar Dosennya itu mau melepaskan cengkeramannya dari Kevin.
"Cu*ih inget urusan kita belum selesai!" Ansel meludahi Kevin lalu melempar tubuh Kevin dengan kasar ke lantai.
Sebenarnya Ansel ingin sekali langsung menghabisi Kevin disini. Namun Ansel sadar dia saat ini ada di tempat dimana banyak orang membutuhkan ketenangan. Akhirnya Ansel berusaha menahan diri walaupun sangat sulit.
Kevin tersungkur tapi tak berusaha membalas karna dia memang dari dulu takut pada Ansel. Dia tahu sampai kapanpun dia tak akan menang jika sampai berurusan dengan seorang Ansel Wijaya. Yang ada dia malah akan tamat. Jadi lebih baik Kevin memilih untuk mengalah saja.
"Urus Bella. Gue pergi sekarang." Ucap Ansel pada Zio. Zio hanya mengangguk pasrah melihat Ansel yang masih diselimuti emosi.
Anselpun pergi dari sana dengan membawa dendam baru. 'Bella Jasmin, beraninya merenggut kebahagiaan adik tersayangnya. Lihat saja dia akan membuat hidup Bella seperti di neraka' Rutuk Ansel dalam hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!