NovelToon NovelToon

Hijrah Sang Gadis Pemberontak

Dunia Rindu

Daun daun berguguran, angin-angin bercengkrama akrab dengan dedaunan menciptakan tarian indah yang diiringi melodi gemersik ranting ranting pohon. Burung-burung sudah tak ada lagi yang berlari lari bersama sahabat karibnya.

 

Seorang gadis duduk dibawah pohon dengan beralaskan batu besar. Ujung jilbabnya menari-nari mengikuti angin kemana ia pergi. Ia menggunakan jilbab berwarna biru, baju yang bernada sama hanya ada garis garis berwarna dongker sebagai pembeda. Ditangannya ada setangkai pena yang menyapa kertas halus miliknya. Ada banyak catatan didalamnya yang berisi tentang hari yang ia lewati.

 

Back....

Rindu Azzahra. Ia gadis manis yang berumur 18tahun, Rindu baru menempuh pendidikan tingkat tinggih (kulia) disalah satu universitas ternama diIndonesia.. Ia memiliki satu kakak yang bernama Rasyit Ibrahim, kakaknya juga masih menempuh pendidikan dan ia juga menempuh pendidikan ditempat yang sama dengan Rindu. Rindu juga memiliki seorang adik perempuan yang bernama Chacha Aisya Fathila yang dipanggil Echa, adiknya masih menempuh pendidikan dasar. Orang tuanya hanya berkerja di kebun yang dikelolah sendiri. Ayah dan ibunya memiliki beberapa hektar kebun dan sawah.

Seorang gadis dengan ringan melangkahkan kakinya. Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke sekolah yang ia tempuh saat ini. Dengan gaya seperti biasa, wajah acuh tak acuh, headset putih yang menutup suara bising mahasiswa yang berkeliaran, rok hitam longgar yang dipadukan dengan baju berwarna marun dan Jilbab yang menutupi dada berwarna hitam memberi kesan sifatnya sendiri.

Langkah kakinya terhenti saat mendengar suara teriakan diarah kanannya yang mengusik alunan lagu yang diserap di telinganya. Bisa ia lihat ada satu orang perempuan yang ditarik paksa oleh beberapa pria. Ada banyak orang yang melihat kejadian itu.

“Lepasin. Gue nggak mau.” Teriaknya. Rindu menatap hal itu seksama. Ia melepaskan headset kesayangannya dan mulai melangkah untuk mendekat.

“Gue Cuma mau minta nomor hp loe doang. Pelit amat sii.” Ucap salah satu pria itu. Ia menarik paksa tangan perempuan didepannya.

Gadis itu hampir menangis, dan berteriak” Udah gue bilang. Gue nggak mau, gue nggak kenal sama kalian.”

“Nggak kenal maka tak sayang dong. Jadi cewek jangan sombong ntar jadi perawan tua lo.” Ucap pria satunya lagi dengan sedikit berbisik menggoda, tapi bisikan itu bisa didengar jelas oleh Rindu.

Salah satu pria itu mulai mencengkram pipi wanita itu. Rindu yang dari tadi menatap dan memahami permasalahan mulai maju dengan wajah yang mengeram kesal segera mendorong keras sii pemaksa. Hal itu sontak membuat semua pria disana beralih menatap si pelaku.

“Wah wah ada ada pahlawan ni.” Ejeknya sambil bertepuk tangan. Rindu tak bergeming. Ia menarik tangan perempuan yang ia selamatkan menuju belakang punggungnya. Perempuan itu hanya mengikuti perintah Rindu, wajahnya pucat karena ketakutan.

“Loe tau sama siapa lo cari masalah?” Tanyanya. Ia menatap tajam Rindu yang hanya diam tak menjawab.

“Loe bisu? Atau tuli?” Ia mendekati Rindu dan mengelilingi tubuh Rindu. Rindu mendorong perempuan yang ia tolong untuk menjauh.

“Loe anak baru ya?” Tanyanya ditelinga Rindu.

Rindu hanya diam dan mulai melangkahkan lagi kakinya untuk meninggalkan pria-pria itu. Tapi baru dua langkah kakinya melangkah tangannya dicekal oleh salah satu pria itu.

“Urusan loe ama gue belum selesai” Teriakan pria itu menggema keras. Dia mencengkram tangan Rindu secara kasar. Semua orang hanya menahan nafas, takut suatu hal akan terjadi kepada Rindu.

“Lepasin.” Ucap Rindu datar. Mata coklatnya menatap tajam kepada pria yang mencengkram erat tangangannya.

“Wah wah, ada yang nantangin loe bos” Ucap pria lainnya.

“Benar tu. Mau kita apain ni.” Ucap satunya lagi dengan senyum remeh.

Pria yang mencengkram tangan Rindu mulai menarik paksa tangan Rindu untuk mengikuti langkah kakinya “ Gue bilang lepas.” teriak Rindu tegas.

“Berani loe teriak didepan gue.” Teriakan pria itu bahkan jauh lebih keras dari pada teriakan Rindu.

“Emang loe siapa yang harus gue takuti?” Rindu mendekatkan tubuhnya dengan pria yang menahannya. Ada jejak angkuh diwajahnya.

“Loe bakal nyesel karena udah nyari masalah sama gue.” Ucapnya tajam. Matanya pun tak kalah tajam menatap Rindu. Ia merunduk menatap wajah datar Rindu, karena memang tinggi badan mereka terpaut jauh.

“Gue mau liat apa yang loe bisa lakuin ke gue.” Ucap Rindu. Tangannya yang dicekal pria itu semakin erat. Wajahnya memerah marah. Rindu sama sekali tak memberikan kesan ia kesakitan, wajahnya masih tak bergeming. Padahal ia merasakan bahwa tangannya sudah tak dialiri darah dan sakit yang menjalar.

Pria itu menarik paksa lagi tangan Rindu. Tapi saat ini Rindu memberontak dan melepaskan cengkraman itu satu kali hentakan. Bisa dilihat ada bekas jari tangan yang berwarna merah ditangan Rindu.”Berani Loe ama gue.” teriak pria itu.

Bughh..

Pria itu memukul Rindu, tapi sayang, pukulan itu hanya mengenai udara karena Rindu menghindar ke kanan. Pria itu semakin terhenyak dengan emosinya. Ia mencoba memukul lagi tapi pukulannya saat ini ditahan oleh tangan Rindu erat.

Krak...

Suara tulang patah terdengar jelas saat Rindu mematahkan tangan pria itu dengan satu gerakan. Pria itu hanya memekik kesakitan. Dengan satu gerakan lagi Rindu membanting tubuh kekar Pria itu kelantai, tubuh pria yang terbanting dilantai menciptakan suara yang cukup keras.

Ditambah suara ia yang meringis kesakitan.

Gerakan Rindu sangat cepat dan kuat. Rindu menatap pria yang ia banting dengan tatapan sinis. “Kurang ajar loe...!” Teriak teman pria yang Rindu banting.

Dua orang sekaligus menyerang Rindu. Rindu hanya memutar kakinya kearah kaki pria yang menyerangnya. Suara keras yang menyentuh lantai terdengar lagi. Semua orang menatap takjub terhadap Rindu yang mampu melawan mereka dengan semudah itu.

Ada satu pria dari kawanan mereka yang memandang Rindu takut. Dua pria yang Rindu taklukan beberapa saat mulai bangkit dan menyerang Rindu lagi. Rindu menghindar dengan menggunakan split nya sehingga dua pria itu hanya menyerang angin, dengan lihai Rindu mengapit kaki pria pria itu. Tendangan salah satu pria itu melayang kearah pipi Rindu. Tapi ditahan oleh tangan Rindu. Dengan gerakan memutar Rindu mematahkan kaki pria itu. Ia mulai menarik kakinya dan mendorongnya kearah temannya.

Buh..

Mereka jatuh dengan bertabrakan yang sempurna. “Mau ngerasain gue pukul?” Tanya Rindu dengan saru pria yang belum menyerang sama sekali.

Wajah pria itu pias, ia menggaruk rambut yang tak gatal. Ia melihat teman temannya sedih dan memandang Rindu takut ‘duh gimanani’ Batinnya.

Rindu meninggalkan kerumunan yang menatapnya kagum. Sesaat setelahnya pukulan melayang dari sisi kanan pipinya, menyebabkan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Ia menyekah sudut bibirnya yang mengalir darah segar sambil menatap asal pukulan. Sudut bibirnya tertarik melihatnya. Ia adalah salah satu rombongan pria yang tadi takut untuk melawannya. “Ternyata gue ngelawan banci kampus...” Ucap Rindu mengejek.

Ia menendang tepat diarea vital laki-laki itu dengan satu kali hentakan cukup membuat pria itu tersungkur secara menyedihkan. Dengan tangan yang menggenggam selangkangannya, wajahnya merah kesakitan dan bibir yang tak terhenti henti untuk meringis kesakitan “Besok ganti pakek rok aja ya...” Ucap Rindu dengan senyum mengejek. Ia pergi meninggalkan pria pria itu dengan nasib yang mengenaskan.

Sakit yang mereka dapat dari pikulan Rindu sebenarnya tidak seberapa dari rasa malu mereka karena dikalahkan oleh seorang perempuan!.

Dunia Gelap Rindu 1

Ia menendang tepat diarea vital laki laki itu dengan satu kali hentakan cukup membuat pria itu tersungkur secara menyedihkan.

Dengan tangan yang menggenggam selangkangannya, wajahnya merah kesakitan dan bibir yang tak terhenti henti untuk meringis kesakitan “Besok ganti pakek rok aja ya Loe.” Ucap Rindu dengan senyum mengejek. Ia pergi meninggalkan pria-pria itu dengan nasib yang mengenaskan.

Sakit yang ia dapat dari pikulan Rindu sebenarnya tidak seberapa dari rasa malu mereka karena dikalahkan oleh seorang perempuan!.

“Mbak.” suara teriakan itu menghentikan kaki Rindu. Perempuan itu berlari sekencang mungkin untuk mendahului kaki Rindu. “Mbak hos hos. Makasih ya udah bantun saya.” Ucapnya. Kedua tangannya menumpu disudut sudut lututnya dengan deru nafas yang tak teratur, Menciptakan kesan bahwa itu membutuhkan kerja keras untuk menjangkau Rindu.

“Oya. “ ucap Rindu singkat. Ia menatap perempuan dihadapannya. Perempuan itu sangat cantik, kecantikannya bahkan jauh dari Rindu. Jika Rindu hanya memiliki tinggi tubuh 156cm. Perempuan itu mencapai 168cm. Ditambah kontras kulit mereka terpaut jauh. Rindu berkulit kuning langsat dengan wajah bulat, hidung mancung bibir tipis, mata bulat dan dua lesung pipi yang menambah daya manis didirinya dan jangan lupakan gingsul digigi kanan yang menjadi hiasan di gigi-gigi mungil ia miliki. Berat badannya hanya 40kg.

Sedangkan gadis didepannya berkulit putih. Wajahnya oval dengan hidung yang tak terlalu mancung dipadu bibir seksi dan mata hitam legam. Badannya? Ia memiliki tubuh yang sangat ideal. ‘ wajar bukan ia dikejar kejar oleh priapria tadi’.

Perempuan itu tersenyum menatap Rindu setelah merasakan paru parunya telah setabil “Kenalin namaku Vivi.” Ucapnya sambil mengadakan tangan didepan Rindu.

Rindu sejenak menatap tangan perempuan yang bernama Vivi itu lalu menyambutnya “ Rindu.” Ucapnya singkat.

“Kamu mahasiswa baru ya?” Vivi bertanya kembali. Rindu hanya menganggukan kepala sebagai tanda mengiyakan.

“Kalo gitu sama dong, aku juga murid baru lo. Kamu jurusan apa?” Janyanya lagi.

“Hukum.” Jawab Rindu singkat.

“Sama lagi dong kita. Kamu kelas mana?” Tanya Vivi lagi dengan wajah yang penuh dengan bunga.

“Kelas Internasional” Ucap Rindu

‘lama lama gue ngerasa ngobrol ama robot’ Batin Vivi yang melihat gaya bicara Rindu

yang minim akan kalimat dan berwajah datar.

Vivi memaksakan tersenyum lembut “ Aku juga kelas Internasional. Bareng aja yuk.” Ucapnya sambil menarik tangan Rindu menuju kelas. “ Bibir kamu berdarah, sini kita obatin dulu.” Lanjutnya saat diperjalannan.

“Ntar biar gue bersiin di toilet.” Ucap Rindu.

Sesaat ia sampai ditoilet Rindu masuk ketoilet dan membersikan sudut bibirnya. Saat merasa sudah selesai ia berjalan mendekati Vivi yang menunggunya didepan toilet. Mereka berjalan lagi menuju kelas.

“Gue mau duduk didepan aja de, biar bisa kenal ama dosen.” Ucap Vivi girang. Rindu hanya diam dan melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya yang paling sudut “ Rin. Ntar nggak keliatan lo dosennya.” Teriak Vivi yang melihat Rindu yang duduk disudut kelas. Rinduu hanya menggelengkan kepalanya.

‘Kayaknya emang robot ini Orang’ Batin Vivi kesal. Faktanya yang dari tadi bicara dengan Rindu hanya dia. Yang awalnya ia mengagumi Rindu menjadi runtuh. Ia tak menyangkah sikap rindu sedingin itu sebagai cewek.

Sesaat setelahnya dosen memasuki kelas. Mata peljaran dimulai dan dilalui oleh mahasiswa dan Siswi didalan kelas. Kelas ini hanya berisi 20 orang. Karena ini bisa dikatakan kelas unggul. Sebelum masuk kelas ini. Mahasiswa/i harus melaksanakan test secara keseluruhan. Mulai dari bahasa ingris. Bahasa arab. Baahasa indonesia yang benar. Pengetahuan. Pendapat. Dan banyak lainnya. Rindu menjalani test ini dan mendapatkan peringkat rangking 4teratas saat itu. Yang mendominasi dikelas ini adalah pria, pria berisi 15orang sedangkan perempuan hanya 5orang.

“Hey yang disudut sana!” Teriak dosen menatap tajam kearah Rindu. Rindu yang awalnya menatap buku, konsen dengan bukunya yang berisi kesimpulan menjadi mendongak menatap dosen yang tak jauh darinya. Semua orang menatap Rindu dengan tanda tanya.

“Kamu liat apa ha. Saya disini menjelaskan, kamu enak-enakan main Hp. Sekarang jelaskan kembali apa yang barusan saya jelaskan...” Bentaknya. Dosen itu adalah pria paru baya yang memiliki umur 45 lebih. Dengan kepala yang disuguhi lapangan licin dan perut buncit menambah kesan ia benar-benar dosen kiler.

Rindu yang dituduh bermain Hp hanya diam ia menuruti apa yang diperintahkan oleh dosennya. Ia berdiri dari kursinya dan melangkah maju menuju tempat dosen itu berada.

Dosen itu menatap Rindu tajam, tapi tatapan itu teralih kearah sudut bibir Rindu yang memar akibat pukulan tadi “Kenapa pipi kamu. Kamu berkelahi ya?” Suara itu cukup keras. Rindu hanya diam tak menjawab. Toh jika menjawab juga bakal kena omel.

"Jawab!. Kamu berkelahi dengan siapa? Sudah jadi jagoan kamu!” Suara itu berubah menjadi bentakan. Semua orang menatap Rindu iba.

“Permisi pak..” Suara seorang gadis dari balik pintu memecahkan ketegangan dalam kelas itu. Semua mata teralihkan menatap asal suara. “ Ada apa?” Tanya dosen.

“Saya disuruh memanggil nama Rindu untuk menghadap ruang prodi pak.” Jawabnya. Ia menatap dosen itu sedikit takut.

“Yaudah. Kamu boleh pergi.” Ucap Dosen itu. Ia menatap tajam Rindu saat gadis itu meninggalkan ruangan “ Kamu. Pergi...” Suara itu membentak. Sama seperti mengusir secara kasar.

Rindu hanya mengangguk lalu melangkah pergi menuju ruang prodi.

Dunia gelap Rindu 2

Rindu memang sudah terbiasa akan panggilan semacam ini, ia bahkan sering diskors diwaktu sekolah menengah pertama. Dia bukanlah gadis yang sering membuat onar, tapi ia selalu ikut campur tentang hal yang menurutnya tidak sesuai dengan jalan pikirannya, dan semua itu membuat hidupnya menjadi terjerat masalah.

Kakinya berhenti didepan pintu coklat. Diatas pintu itu tertulis RUANGAN PRODI. ia membuka pintu itu secara berlahan dan berucap “ Assalamu’aikum.” Ia sedikit membungkukkan Kepalanya sopan.

Dapat dilihat didepannya ada beberapa pria tapi yang paling mencolok adalah paru baya yang menggunakan baju yang berjas rapi. Lengkap dengan antek anteknya yang memberi kesan ia bukan orang sembarangan. dan ada salah satu pria yang Rindu hajar pagi tadi.

“Keluar!” Pria yang memakai pakaian jas itu berteriak. Dapat dilihat wajah merah itu adalah wajah yang menampung emosi yang meledak.

“Om dia yang matahin tangannya Willi.” Dia adalah salah satu teman pria yang Rindu hajar.

Pria berbaju jas itu beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah mendekat dimana tempat Rindu berada. Sorot matanya tajam. Tapi itu semua sama sekali tak mempengaruhi Rindu.

“Kalian bilang gadis kecil ini.” Dia mengarahkan dagunya untuk menunjuk Rindu.

“Iy iya om.”

“Kamu tahu seberapa berharganya tangan anak saya?” Tanyanya sinis. Rindu hanya diam dan balik menatap pria paru baya didepannya dengan datar. “Bahkan jika saya jual kamu dirumah *******. Kamu tidak akan ada harganya.” Ucapnya sombong.

Kalimat itu menunjukan jika harga diri Rindu itu tidak sebanding dengan apapun yang dimiliki oleh putranya, dan hal itu membuat Rindu sedikit emosi. Tapi karena sudah terbiasa akan situasi seperti ini, ia masih bisa memaksimalkan ekspresinya. “Jika harga diri saya saja setidak berguna itu. Bagaimana kabar dengan tangan anak bapak yang kotor itu. bahkan mengalahkan satu orang gadis yang tak memiliki harga diri ini harus menggunakan teman-temannya untuk mengkeroyok.” Ia tersenyum sinis.

‘Rindu.” teriak pak Verry. Ia adalah dosen pembimbing prodi. ia tak menyangkah jika Rindu seberani itu. Lawannya bukanlah orang biasa. Bahkan kampus yang Rindu pijaki adalah kampus orang yang dihadapi Rindu!.

Paru baya itu memerah malu. Tangannya terkepal erat. Apa yang diucap Rindu memang benar, bahkan anaknya terlalu lemah menghadapi gadis didapannya. “ Kamu tahu berhadapan dengan siapa?” Dia bertanya cukup berteriak.

Tapi itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan bahwa dia bukan orang biasa!.

“Saya tak butuh tahu siapa lawan saya. Ketika saya tahu jika saya benar.” Ringan suara itu teralun dari bibir Tipis Rindu, tapi masih terdengar tegas dan menantang lawan.

Pria paru baya itu menyeringai. Sedikit tersenyum, ia tertarik dengan keberanian Rindu. Meskipun Rindu seperti orang yang tidak sopan. Ia baru sekarang bisa menemukan orang yang sama sekali tak tunduk dibawah kakinya. "Lalu menurut kamu?. Apa kamu sudah benar?” Tanyanya. Ia mendekatkan Rindu.

“saya rasa bapak juga tahu jawabannya” ucap Rindu santai.

“ Siapa orang tua kamu?” Pria itu bertanya sinis.

“Apa ada hal lain yang lebih berguna untuk saya jawab Tuan Antonio Williem.” Rindu menekankan nama dari pria parubaya yang bernama Antonio, sebagai penjelas. ‘saya tiduk melibatkan marga atau jabatan’ dan itu bisa dimengerti dengan baik dengan pak Anton.

“Pak Antonio. Maafkan mahasiswi saya. Dia mahasiwi baru disini. Jadi ia belum menerima banyak pelajaran dan pengetahuan." Ucap pak Verry sedikit gemetar. Ia bahkan tak menyangka jika mahasisiwinya menentang pemilik kampus.

“Jika bicaranya selesai. Saya permisi. Masalah hukuman, saya menanti dengan keputusan bijak.” Ucap Rindu. Ia menekan kalimat Bijak sebagai peringatan ‘sesuai peraturan kampus dan tak melibatkan apapun Selain itu’ dan itu menyinggung semua orang yang berada didalam sana.

“Saya permisi.” Ucap Rindu. Ia mengawali Assalamu’alaikum tapi tak dijawab memiliki kesimpulan jika orang orang didalam adalah orang-orang non-muslim, karena itu ia mengganti dengan ‘permisi’ tapi kalimat perubahan itu bisa diserab langsung oleh pak Anton, dia adalah orang yang jenius, jika tidak. Bagaimana mungkin ia menjadi orang sukses.

Rindu meninggalkan ruangan yang masih dalam diam. ia bahkan merasakan itu bukanlah masalah baginya. Tapi tidak didalam ruangan itu. Termasuk pak Verry. “ Maaf pak Willi, karena mahasisiwi kita sangat kurang ajar. Dan saya berjanji akan menghukumnya secara berat.” Ucapnya dengan wajah yang penuh keringat dingin.

Pak Willy hanya menganggukan kepala. Entah, dia sama sekali tak merasa emosi saat Rindu mengatakan hal yang tidak sopan. Bahkan ia sangat kagum akan keberanian itu. Tak semua orang yang bisa seperti itu!. “Jangan berikan hukuman apapun sebelum ada instruksi dari saya.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan yang diikuti tiga pria yang menggunakan baju hitam berbadan tegap.

____

Rindu berjalan ringan menuju kelasnya kembali. Saat sampai didepan kelasnya, bisa ia lihat kelas itu sudah kosong. Hanya ada 1 orang perempuan yaitu Vivi. Vivi yang melihat Rindu sudah sampai langsung menyapa dan memberi sejuta pertanyaan. Sepertinya ia sudah lama menunggu Rindu.

“Rin. Kamu kenapa dipanggil sama prodi?. gara-gara pagi tadi ya. Yaampun, maafin aku ya, gara-gara aku kamu jadi kena imbasnya.” Pertanyaan itu terlontar berturut-turut, Rindu hanya menghela nafas dan memijit batang hidung atasnya. Ia snangat pusing ingin menjawab pertanyaan yang mana duluan.

“Gue nggak apa-apa. Tenang aja.” Ucap Rindu untuk menghindari deretan pertanyaan Vivi.

“Terus kata pak Verry tadi apa Rin. Kamu kena hukum nggak?” Tanyanya lagi.

“Belum tahu. Udah ah, gue udah biasa kayak gini.” Ucap Rindu santai. Saat Vivi mulai membuka mulutnya lagi untuk bertanya ia mengalihkan pembicaraan “Kantin yuk, laper gue” Ucap Rindu. Vivi hanya menganggukan kepalanya.

Rindu dan Vivi berjalan ringan menuju kantin. Tapi Rindu memilih untuk ketoilet sebentar untuk buang air kecil, sehingga Vivi mau tak mau harus menunggu didepan Tolet. Saat Rindu sudah selesai dengan urusannya ia melangkah keluar dan melanjutkan jalannya.

“Vivi” teriaka itu berasal cukup jauh dari mereka. Membuat Vivi berhenti dan menoleh kesumber suara. Senyum diwajahnya mengembang menambah kadar kecantikan diwajahnya “Hey kak Kevin apa kabar?” Ia memeluk pria yang dipanggilnya kak Kevin itu cukup erat.

‘Sepertinya mereka cukup dekat’ batin Rindu.

“Baik akunya. Kamu apa kabar?. Kamu kulia disini juga, jurusan apa?" Pertanyaan itu berurutan. Rindu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua. Sama saja.

“Tanyanya satu satu donk. Kan jadinya aku bingung mau jawab apa” Vivi menepuk pundak pria itu sedikit manja.

“Hehe. Kamu kulia disini juga?, jurusan apa?” Tanya nya.

“Iya iyalah. Kalo nggak kulia disini ngpain aku disini. Aku jurusan hukum kak.” Jawab Vivi.

“Waw enak dong. Bisa ketemu terus dong kita.” Jawab pria itu bahagia. Ia melirik Rindu yang berada disisi kanan Vivi. Ia tak menyadari kehadiran Rindu dari tadi karena kegirangan dengan Vivi. Vivi mengalihkan pandangan kesumber mata pria didepannya. “ Oh astaga. Aku lupa. Kenalin ini temanku namanya Rindu kak.” Ucapnya sambil memegang lengan Rindu. Rindu hanya memberi senyum seadanya tanpa berucap apapun.

“Dia emang dingin orangnya. Aku juga baru kenal.” Bisik Vivi tapi masih bisa didengar Rindu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!