NovelToon NovelToon

Que Sera, Seraphina

Dear Seraphina

Hai! Terima kasih banyak karena telah mendukung author dengan terus membaca novel ini. Author berharap para pembaca sekalian juga berkenan memberikan like, komentar, kritik saran,  dan vote untuk novel ini. Semua dukungan dari kamu sungguh berarti bagi author ^^

---

Jam menunjukkan pukul 9 malam ketika Seraphina berusaha menjejalkan  materi kuliah ke kepalanya. Esok akan ada ujian tengah semester dan seperti biasa, sistem kebut semalam adalah kebiasaan buruk yang masih dilakukannya bahkan saat dia berada di semester 7. Bibirnya yang mungil pink alami naik turun menghafalkan handout di tangannya.

Konsentrasinya buyar ketika ada notifikasi pesan pada handphonenya. Dari salah satu sahabatnya, Octa, satu kampus tetapi berbeda jurusan.

“Sera, ngapain? Besok ngopi yuk!”

“Belajaar! Ayo, aku baru selesai ujian jam 3 sore. Mau pergi jam berapa?”

“Ya ampun, aku kira sudah selesai ujianmu! Besok jam 4 deh, tempat biasanya ya..  Oke, have fun belajarnya hahaha!”

“Oiya Sera, kamu jomblo kan? Temanku minta dikenalin nih. Boleh aku kasih nomor whatsapp kamu ke dia?”

“Gimana? Boleh ga? Atau kamu sudah ada PDKT sama orang lain?”

Tiga pesan dari Octa membuat hati Sera melengos, enggan membalas. Bagaimana mungkin sahabat dekatnya tidak mengetahui bahwa dirinya sedang tidak ingin terikat dengan siapapun. Kisah terakhirnya 1 tahun yang lalu agak pahit untuk diingat, ditinggal kekasih saat sayang-sayangnya, dengan wanita lain.

Tapi dalam hati Sera berbicara, siapa tahu dekat dengan yang baru bisa membuat Sera melupakan semua kesedihannya dan menemukan kebahagiaan baru untuk dirinya. Bukannya Sera juga berhak mendapatkan kebahagiaan?

”Oke Octa, tapi aku ga bisa janji apa-apa ya..”

“Siap! Pokoknya aku Cuma kasih nomor kamu aja. Namanya Tio, dia sudah kerja tapi di Samarinda. Aslinya sih orang Surabaya. Biar dia yang chat kamu nanti”.

Ah, jauh sekali Surabaya-Samarinda. Tetapi Sera terlanjur mengiyakan, jadi biarkanlah, toh hanya berkenalan. Sera menghela nafas, mencoba berkonsentrasi kembali pada handout yang masih berlembar-lembar banyaknya,tiba-tiba satu pesan lagi yang muncul di handphonenya.

”Halo.. Seraphina ya?”

Hmm, cepat sekali Tio mengirimkan pesan. Tapi maaf Tio, pesanmu aku balas besok saja ya, ucap Sera dalam hati sambil kembali menghapal materi kuliahnya.

---

Alarm jam berdering tepat pukul 5 pagi.

Sera mengerjap-ngerjapkan mata berusaha mengumpulkan nyawanya yang sepertinya tercecer diantara hamparan handout di tempat tidurnya. Semalam dia mulai tidur jam 12 malam, setelah menyerah oleh rasa kantuk yang tidak dapat dia tahan.

“Klik”, Sera mematikan alarmnya dan bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan shalat Subuh. Dia akan mempunyai waktu untuk membaca sekali lagi handout materi kuliahnya setelah shalat, sambil menunggu sang ibu membuat sarapan.

Selesai shalat, Sera meraih handphonenya, melihat sekilas notifikasi apa saja yang masuk, sekedar mencari informasi sambil berharap semoga ujian hari ini dibatalkan saja, walaupun itu rasanya tidak mungkin. Namun matanya menangkap salah satu pesan yang masuk dalam whatsappnya.

“Halo.. Seraphina ya?”

“Sudah tidur?”

“Que Sera Sera, whatever will be will be, the future not ours to see, que Sera Sera.. What will be will be..”

“Hehe sori cuma bercanda, jangan marah ya..”

“Sudah Subuh, bangun yuk!”

“Masa masih tidur?”

Dua pesan terakhir dari Tio baru saja dikirimkan 10 menit yang lalu, sedangkan yang lainnya adalah pesan kemarin yang tak dijawab oleh Sera.

Tio oh Tio, kesan pertamamu kurang baik bagi Sera. Tidak disarankan untuk mempermainkan nama seseorang yang ingin kamu dekati di awal perkenalan. Tapi pesan whatsapp itu sudah terlanjur dibuka dan agak terasa sungkan jika Sera tidak membalasnya.

“Halo, Tio ya? Terima kasih buat ledekannya, dan aku  akan berterima kasih sekali lagi kalau kamu mau berhenti chat aku saat ini karena aku sedang persiapan ujian hari ini”.

“Oke Sera, semoga lancar ujiannya. Sori buat chat sebelumnya, ga ada niat ngeledekin kok. Cuma mau bilang nama kamu cantik”. Diikuti dengan 3 emoticon senyum.

Sepagi ini Sera menerima kalimat gombal dari seseorang yang bahkan dia tidak tahu wajahnya seperti apa. Tunggu? Seperti apa wajah Tio? Sera bertanya-tanya dalam hati.

Sera mencoba membuka foto profil Tio setelah menyimpan nomor handphone Tio, tetapi Sera harus kecewa karena foto profil Tio adalah seekor kucing berwarna jingga dan putih yang tengah tidur telentang menunjukkan perut gendutnya.

Haha, memangnya apa yang kamu harapkan Sera? Tapi sungguh, bukannya kucing di foto ini terlalu gemuk untuk ukurannya?

Tanpa sadar Sera tersenyum, dan seketika senyumnya hilang saat melihat jam di layar handphonenya. Hampir jam 6 pagi dan Sera bahkan belum mandi, apalagi sarapan. Sera bergegas menuju kamar mandi dan melakukan semua rutinitas paginya secepat dia mampu. Jam setengah 7 pagi dia harus sudah keluar dari rumah demi menembus kemacetan Kota Surabaya yang sangat sibuk.

Pertemuan Pertama

Hai! Terima kasih banyak karena telah mendukung author dengan terus membaca novel ini. Author berharap para pembaca sekalian juga berkenan memberikan like, komentar, kritik saran,  dan vote untuk novel ini. Semua dukungan dari kamu sungguh berarti bagi author ^^

---

Ujian hari ini berlalu begitu saja, Sera cukup yakin dengan jawabannya tetapi tetap berdoa dalam hati agar mendapatkan nilai yang terbaik. Tidak mau terlalu lama memikirkan ujiannya, Sera segera menuruni tangga menuju tempat parkir untuk menuju ke cafe langganan yang biasa dia kunjungi bersama Octa dan teman-teman lainnya.

Octa nampak belum sampai disana, Sera menuju salah satu meja di sudut ruangan yang menjadi salah satu tempat favoritnya karena bisa melihat seluruh isi ruangan dari sana. Hanya butuh waktu 10 menit Octa datang, tetapi dia tidak sendirian.

Octa bersama seseorang, lama Sera memperhatikan dari jauh karena dia belum pernah bertemu dengan orang ini selama 2 tahun berteman dengan Octa. Dengan tinggi kurang lebih 180 cm, tubuh proporsional yang menunjukkan bahwa dia rajin ke tempat gym, mengenakan kaos merah dan celana jeans berwarna gelap, sepatu sneakers berwarna biru tua kombinasi merah, dan tas selempang pria di pundak.

Dalam hati Sera langsung menebak bahwa dia adalah Tio, Sera merasa ingin lari meninggalkan cafe melalui jendela ketika dia ingat baju apa yang dia pakai hari ini. Kemeja lengan pendek berwarna biru tua, celana jeans, sepatu kets, dan tanpa make up! Astaga ini musibah untuk setiap wanita yang akan berkenalan dengan seseorang kan?!

Sera ingat dia membawa lipcream dan bedak di dalam tasnya, tetapi sudah terlambat untuk pergi ke toilet karena Octa dan Tio sudah dekat dan tidak mungkin juga memakai make upnya sekarang juga di kursi cafe, Sera malu jika melakukan itu sekarang. Jadi dia pasrah sambil mengutuk Octa dalam hati, merencanakan segala macam balas dendam yang akan dia lakukan pada Octa karena telah mengajak Tio bertemu dengannya tanpa memberitahu sebelumnya.

“Seraaa!”, Octa melambaikan tangan dari jauh.

Sera hanya tersenyum di sudut bibir membalas lambaian tangan sahabatnya. Octa langsung tahu apa yang ada di pikiran Sera dan menjelaskan situasinya terhadap Sera setibanya mereka di tempat duduk Sera.

“Sera, kamu sudah pesen minum? Sori yaa, jangan marah sama aku. Tio loh maksa ikut kesini waktu dia tahu aku janjian sama kamu! Aku ga ada niat ngajak dia sumpah!”, teriak Octa sambil melirik marah ke arah Tio.

Mana mungkin Sera bisa marah disaat seperti ini, di depan orang lain. Sera hanya tersenyum sekali lagi.

“Gapapa Octa, gapapa..”, ucap Sera.

“Tuh dengar kata Sera, gapapa kok!”, Tio menyahut sambil tersenyum lebar mendengar keberadaannya diterima.

“Halo Sera, aku Tio, aku yang kirim whatsapp ke kamu dari kemarin malam sampai tadi pagi”, kata Tio sambil menyodorkan tangannya kepada Sera.

“Oh Tio, aku Sera. Maaf ga bisa nanggepin chat kamu lama-lama ya, aku ujian”. Balas Sera sambil bersalaman dengan Tio.

Dalam hati, sesungguhnya Sera berharap mempunyai beberapa waktu untuk memperhatikan Tio, kulit kuning langsat yang nampak bersih, sorot mata yang tajam tapi hangat, dan rahang yang tegas. Dalam maksud lain,

Tio ini termasuk cowok tampan bagi Sera. Dalam hati Sera membatin, mana mungkin Tio yang seperti ini belum mempunyai pacar?

Tapi dalam pandangan orang lain pun, Sera adalah wanita yang cantik. Dengan mata kecil, bibir pink mungil, kulit putih, rambut panjang di bawah bahu berwarna coklat gelap yang  bergelombang dan tinggi badan 162 cm, ada

banyak lelaki yang diam-diam mencuri pandang jika bertemu dengan Sera. Walaupun tanpa make up Sera masih tampak cantik, apalagi jika dia membiarkan rambutnya terurai di samping telinganya. Walaupun

begitu, Sera selalu merasa kurang cantik dibandingkan dengan orang lain, sejak Sera mengetahui bahwa mantan pacarnya selingkuh, dia tidak hanya merasa patah hati, tetapi juga kehilangan sebagian besar kepercayaan dirinya. Sera sangat menutup diri pada laki-laki, beberapa kali Sera didekati, sebanyak itu pula Sera menghindar.

Dalam pembicaraan sore itu Sera lebih banyak diam, sesekali menyahut ketika ditanya oleh Octa dan Tio. Sebenarnya Tio berusaha keras mengajak Sera ngobrol dan Sera tahu itu. Hanya saja kepercayaan diri Sera

masih bersembunyi entah dimana, rasa malu karena tidak siap akan bertemu dengan Tio yang diluar dugaan Sera membuat Sera kelimpungan. Malah Octa dan Tio sudah seperti sahabat lama, sesekali mereka beradu mulut, saling tinju dan akhirnya tertawa keras bersama.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang dan mereka bertiga sepakat untuk pulang.

“Sera aku antar aja ya.. Udah malam ga baik kalau cewek pulang sendirian kan?”, ucap Tio.

“Aku bawa motor sendiri kok, sudah biasa pulang jam segini juga, ga perlu antar”, jawab Sera sambil tersenyum manis. Sera tidak tahu bahwa dalam sekali waktu dia tersenyum ada beberapa mata di cafe itu yang sulit berpaling, termasuk mata Tio.

“Yoooo Tiooo aku juga cewek, kamu ga nawarin antar aku kah?”, sahut Octa.

“No, kamu ga usah diantar juga gapapa. Cowok-cowok justru ketakutan sama kamu, cewek garang”, ledek Tio kepada Octa.

Octa membelalak marah dan memekik, “Hei! Aku kan tadi kesini bareng kamu! Demi kamu mau ikut mau ketemu Sera! Sekarang kamu sudah ketemu Sera, kamu mau ninggalin aku? Bagus kelakuan temen aku yang satu

ini ya?!”, sambil bersiap melemparkan sebuah bogem ke pundak Tio.

“Hahaha! Oke-oke, sebagai rasa terima kasihku aku yang bayar sore ini dan aku anter kamu balik rumah Ta. Tapi sebelum ke rumah kamu, ikut aku dulu ke suatu tempat!”, jawab Tio.

“Terserah dah yang penting sampe rumah! Awas kalo aku ditinggal di jalan!”, kata Octa.

Sera memperhatikan dua orang yang sedang adu mulut di depannya sambil tersenyum, antara lucu dan iri karena  mereka bisa bercanda sedekat itu.

Dalam perjalanan pulang, Sera tidak menyangka yang dimaksud oleh Tio dia akan pergi ke suatu tempat ternyata adalah rumah Sera. Ya, Tio tidak mungkin mengantar Sera karena dia membawa motor sendiri, jadi Tio membuntuti Sera sampai depan rumahnya bersama Octa. Sera merasa wajahnya memerah saat melihat kaca spion kendaraannya, perasaan malu dan senang terasa berkecamuk di dadanya.

“Mau masuk dulu?”, mau tidak mau Sera menanyakan hal ini, mana mungkin dia tidak mempersilahkan mereka masuk setelah mengantar sejauh ini.

“Maaf ya Sera aku masuk lain kali aja, Octa sudah berisik dari tadi marah-marah minta pulang, katanya takut anjing di rumah kelaparan belum dikasih makan haha!”, jawab Tio. Sebenarnya ini jawaban yang cukup melegakan bagi Sera, mengingat pertanyaan tadi hanyalah basa basi karena Sera tidak terbiasa mengajak teman laki-laki mampir ke rumahnya.

“Iyaa Sera sayangku, aku main lain kali ya! Salam buat Om dan Tante di rumah ya! Beneran ini Bonciku kasihan di rumah tadi aku kelupaan kasih makan. Rumahku masih kosong nih, semua belum pulang”, ucap Octa.

“Oke hati-hati ya kalian berdua, jangan ngebut. Bye!”, jawab Sera sambil melambaikan tangan.

“Assalamualaikum, bye!”, jawab Tio.

“Waalaikumsalam”.

Surprise

Hai! Terima kasih banyak karena telah mendukung author dengan terus membaca novel ini. Author berharap para pembaca sekalian juga berkenan memberikan like, komentar, kritik saran,  dan vote untuk novel ini. Semua dukungan dari kamu sungguh berarti bagi author ^^

---

Sera agak berlari menuju kamarnya, sesampainya di kamar Sera melemparkan tas ke atas meja dan merebahkan diri di tempat tidurnya, membenamkan kepala di dalam bantal sambil memekik pelan. Bukan, Sera bukan jatuh cinta pada Tio, atau mungkin lebih tepatnya “belum” jatuh cinta. Tapi mana mungkin Sera merasa biasa saja dengan pertemuan pertamanya kali ini, Tio yang dikenalkan oleh Octa kepadanya, tidak hanya tampan, tinggi, dan keren,

tetapi juga bersikap sangat gentle kepadanya. Bukannya mengikutinya sampai depan rumah demi memastikan dia selamat sampai rumah adalah sesuatu yang bisa dibilang “istimewa”? Atau dia hanya melakukan hal itu pada semua teman wanitanya? Tetiba perasaan senang Sera menciut saat dia memikirkan hal itu.

“Oh sudahlah Sera, sepertinya harapanmu terlalu tinggi. Kembalilah memijakkan kaki di tanah”, ucap Sera dalam hati sambil mengetuk kepalanya dengan siku jari.

Berhenti berhayal, Sera bergegas ke dapur untuk  menemui ibunya yang sepertinya sudah berteriak memanggil Sera dari tadi.

Sera sudah selesai mandi dan tengah menggunakan skincare ketika muncul pesan whatsapp di handphonenya, Sera membuka handphonenya dan melihat pesan itu, dari Tio.

“Assalamualaikum”

“Sera, sedang sibuk kah?”

“Walaikumsalam”

“Enggak Tio,  aku baru selesai mandi aja. Kenapa?”

“Enggak apa-apa cuma pengen tahu. Hehe”

“Besok kamu ada kuliah? Atau masih ujian?”

“Besok sudah ga ada ujian, sudah bebas! Haha!”

“Rencananya besok aku mau konsultasi skripsiku ke dosen pembimbing”.

“Tadi Octa sampai rumah jam berapa? Apa dia masih marah soal telat pulang?”, jawab Sera berusaha menyambung percakapan.

“Eeh bagus donk udah selesai ujian! Udah bisa jalan-jalan kemana-mana donk!”, disambung dengan emoticon tertawa lebar.

“Besok ke dosen jam berapa? Aku antar boleh?”

“Besok aku ga kemana-mana nih bosen di rumah”

"Octa sampe jam 8 tadi, dia santai aja kok"

“Hmm Tio bukannya kamu kerja di Samarinda ya? Kok sekarang di Surabaya?”

“Aku dikasih tahu Octa kemarin soal dimana kamu kerja”

“Iya Sera, aku kerja di salah satu BUMN tapi saat ini penempatan di Samarinda”

“Karena jauh dari rumah orang tua, aku selalu ambil libur satu atau dua bulan sekali untuk pulang. Kangen sama orang tua hehe”

“Sera kamu belum jawab tuh pertanyaan aku diatas tadi”

“Hm? Pertanyaan apa?”, jawab Sera pura-pura tidak tahu. Sera merasa galau tentang jawaban yang ditanyakan oleh Tio. Besok berangkat bersama ke kampus? Dalam hati Sera merasa senang tetapi juga bimbang, teringat pemikirannya tadi. Mungkin Tio bersikap seperti ini kepada semua teman wanitanya?

Akhirnya Sera memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Tio, dan berpura-pura tertidur walaupun dia tahu Tio telah mengulang pertanyaannya sekali lagi. Sera merasa terlalu cepat untuk dekat dengan Tio, dia bahkan baru bertemu satu kali dan baru berbicara dalam whatsapp sejak kemarin, belum 24 jam berkenalan dengan Tio. Daripada dia bingung memikirkan soal Tio dia lebih memilih menatap sekali lagi materi skripsi yang akan dia bawa besok dan melihat film drama Korea yang sedang dia ikuti saat ini, hitung-hitung sambil menyegarkan pikiran pasca ujian, walaupun hanya bertahan 1 jam sebelum akhirnya dia tertidur pulas dengan laptop menyala di depannya.

---

Keesokan paginya pukul 8, Sera tengah bersiap-siap dengan tasnya. Hari ini dia berjanji akan menemui dosen pembimbing jam 10 pagi usai rapat dosen. Kali ini Sera tidak lupa menggunakan lipcream, pensil alis, dan alas bedaknya. Sungguh Sera, kau tampak lebih manis ketika kau menggunakan lipcream berwarna nude pink seperti ini, ucapnya dalam hati sambil menatap diri di kaca. Sera menatap lipcreamnya yang hampir habis dan berjanji pada diri sendiri akan segera membeli penggantinya nanti sepulang dari kampus. Sera sempat melihat sebelumnya bahwa ada banyak merk dan tipe baru dalam dunia perlipstikan yang terlihat menarik, sepertinya dia ingin mencoba lipstik yang berbeda dari yang dia gunakan ini.

Hai teman pembaca, bisakah kalian share di kolom komen tentang lipstik favorit kalian agar bisa menjadi referensi bagi Sera?

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 ketika bel pintu berbunyi, entah siapa yang datang di jam ini. Terdengar suara bibi  setengah berlari menghampiri pintu, dan samar-samar terdengar percakapan bibi dengan seseorang.

"Assalamualaikum Bu, Sera ada di rumah?"

"Waalaikumsalam Mas, ada di dalam. Tapi mohon maaf ini mas siapa ya? Biar saya sampaikan ke Mbak Sera"

"Saya Tio Bu, mau jemput Sera"

"Ha? Jemput?"

Mendengar siapa yang datang, Sera terkejut dan sontak berjalan menuju pintu, jantung Sera berdegup kencang tidak menyangka Tio akan datang ke rumahnya. Dalam hati Sera bersyukur karena sudah menggunakan make up, setidaknya saat ini dia tampak lebih rapi daripada kemarin kan?

"Tio? Kamu kok disini?"

"Assalamualaikum Sera", jawab Tio. Kali ini sepersekian detik Tio terperanjat melihat Sera sebelum tertawa lebar melihat Sera di depannya.

"Surprise!!", ujar Tio sambil mengangkat tangannya. Ada dua bungkus makanan di tangan Tio.

"Aku ingin ditemani sarapan, boleh? Kau tidak menjawab pesan whatsappku sampai saat ini jadi aku memutuskan untuk datang saja langsung. Aku juga  belum tahu makanan kesukaanmu, jadi aku membawa bubur ayam Bang Rosie langgananku. Semoga kamu suka Sera"

"Eh tapi kamu sudah sarapan atau belum? Janji bertemu dosen jam berapa? Apa harus berangkat sekarang?"

"Aku.. Aku belum sarapan..", kali ini Sera kaget melihat dirinya berbohong. Bibi yang sudah berada di ruang keluarga tersenyum mendengar jawaban Sera, mana mungkin Sera belum sarapan. Sudah menjadi kewajiban sarapan bersama seluruh keluarga di rumah ini, ibu Sera akan marah jika keluarganya ada yang meninggalkan sarapan dengan alasan yang tidak jelas.

"Aku janji ketemu dosen jam 10, Tio".

"Nah benar kan dugaanku! Oke yuk makan dulu masih sempat kan? Perjalanan dari sini ke kampusmu 30 menit kan?", jawab Tio.

"Iya, kamu tunggu disini dulu, aku ambilkan sendok", ucap Sera sambil bergegas menuju dapur.

Bibi yang sedari tadi masih berada di ruang keluarga menggoda Sera dengan melirik-lirik sambil tersenyum. Sera yang menyadarinya terbelalak dan mencubit bibi.

"Bi, jangan bilang sama Ibu sama Ayah yah Bi.. Dia temanku yang anter aku sama Octa kemarin. Jangan negatif thinking ya Bi", bisik Octa.

"Eh Mbak Sera, Bibi tuh selalu positif thinking! Kalau sekarang masih teman ya gapapa, kalau besok-besok positif jadi pacar kan juga gapapa. Kalau Bibi sih iyes sama mas ganteng ini", jawab Bibi sambil tersenyum centil.

Sera melongo mendengar jawaban Bibi, dan segera berlalu ke ruang tamu sebelum Bibi mengucapkan hal aneh lainnya.

---

Setelah sarapan mereka segera menuju ke kampus Sera menggunakan mobil milik Tio. Sera sangat bingung akan memulai pembicaraan seperti apa jadi dia hanya diam saja. Sampai akhirnya Tio membuka pembicaraan.

"Kok diam aja? Apa kamu marah karena aku tiba-tiba jemput?"

"Hmm, kalau marah sih enggak, tapi aku kaget kamu tadi datang. Kan kita ga janjian"

"Ya iyaa, gimana mau janjian kan kamu ga jawab pertanyaanku dari kemarin. Aku berniat ngajak janjian dari kemarin loh!", jawab Tio sambil menjitak kepala Sera.

"Hmm.. Iya juga hehehehe"

"Tio maaf ya aku tadi bohong", kata Sera.

"Hah?! Bohong apa?"

"Aku tadi sudah sarapan. Tapi lihat makanan yang kamu bawa aku ga mungkin bilang kalau aku sudah sarapan, bingung juga nanti bakal dimakan siapa", jawab Sera.

Tio tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Sera, sementara Sera bingung dimana letak kelucuan dari jawabannya.

"Rencanaku tadi kalau kamu sudah makan ya aku makan dua-duanya haha! Toh bubur ayam cuma jadi selingan kalau buat aku", jawab Tio masih sambil tertawa.

Awalnya Sera hanya diam saja mendengar Tio tertawa, sebenarnya dalam hati dia justru ingin menertawakan Tio, karena bubur ayam yang bagi Tio hanya selingan itu, berarti porsi makannya yang sangat banyak membuat Tio pantas mendapatkan gelar "Gentong Nasi", namun pada akhirnya Sera tersenyum juga.

"Sera, untung aku jemput kamu ya.."

"Hm? Kenapa untung?", tanya Sera.

"Kalau aku ga jemput kamu hari ini, nanti yang lihat kamu orang lain donk! Wah aku ga ikhlas tuh", jawab Tio.

"Ha? Emqng aku kenapa? Bukannya tetap nanti aku ketemu orang lain walaupun kamu jemput?", Sera tak paham apa maksud Tio.

"Iya kalau sama aku ya gapapa dilihat orang lain, tapi mereka bakal cuma lihat aja ga akan berani deketin kan kamu lagi jalan sama aku hahahaha!"

"Kamu cantik banget Sera, wah aku bakal susah nih"

Sera tidak menjawab, pipinya terasa hangat, dia segera menoleh ke arah jendela mobil untuk memastikan Tio tidak melihat raut wajahnya yang sepertinya tidak karuan. Sera bersyukur musik yang mengalun bisa menutupi detak jantungnya yang tiba-tiba sangat cepat. Sera sangat malu dipuji oleh Tio, malu tapi juga ada bahagia diantaranya.

"Stop ngegombal Tio..", akhirnya Sera menjawab, dan sisa perjalanan menuju kampusnya dihabiskan oleh Tio untuk meyakinkan Sera bahwa dia sedang tidak menggombal.

----

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!