Raihan seorang pemuda berusia 25 tahun dan dia kehilangan orang tuanya diusia 10 tahun. Dia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menjadi ojek online. Setiap hari mulai dari pagi sampai malam dia berada dijalan mengumpulkan uang. Kehidupannya yang miskin memaksanya untuk terus berusaha keras tanpa mengenal lelah.
Raina Chandra seorang mahasiswi cantik, pintar dan kaya serta mempunyai segudang prestasi. Dia kuliah di Universitas Buana jurusan kedokteran semester 6. Kepintaran yang dia miliki membuat dia mendapatkan beasiswa.
Anton seorang shabat Raihan sedari SMA dan menjadi ojek online seperti Raihan. Walaupun kehidupannya dari keluarga beradadan berbeda dengan Raihan akan tetapi lebih senang bergaul dengan sahabatnya itu.
Rahmat pemilik cafe sahabat Raihan dan Anton. Dia dari keluarga berada, sifatnya yang low profil membuat Raihan dan Anton senang bersahabat dengannya.
Aulia Sarah Sahabat Raina Chandra. Mereka telah menjadi sahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Kristina Machmud sahabat Raina Chandra dan Aulia Sarah. Sama seperti Aulia mereka telah bersahabat sejak sekolah menengah pertama. Mereka bertiga berkuliah ditempat yang sama walau berbeda jurusan. Aulia di jurusan manajemen bisnis dan Kristina dijurusan pendidikan. Walaupun demikian mereka selalu berusaha untuk selalu berkumpul bersama.
Raihan dan Anton sedang berada di warung kopi tempat biasanya mereka mangkal.
"Ton, udah berapa orderan low dapat hari ini?" tanya Raihan.
"Sepi bro, gue baru dapat 3 orderan nih" jawab Anton.
"Masih banyakan loe, gua baru dapat 2 nih. Hari ini sepi banget orderan. Mana kost mau dibayar lagi." sahut Raihan dengan muka lesu.
"Emang masih kurang berapa duit buat bayar kost?" tanya Anton.
"Masih kurang 600 ribu nih." jawab Raihan.
"Itu mah loe cuma punya duit 50 ribu" seru Anton.
"Iya nih, kemarin habis bayar cicilan si Mimi" Ucap Raihan.
"Mimi siapa? Loe punya cewek?" tanya Anton.
"Mimi motor kesayangan gue. Hahahaha" jawab Raihan sambil tertawa-tawa.
"Dasar, kirain loe punya cewek" ucap Anton.
drtt..
Raihan kemudian melihat HP-nya sambil memeriksa aplikasi ojeknya.
"Gue duluan ya. Ada rejeki nih" seru Raihan dan langsung bergegas menaiki motornya.
"Kopimu bayar dulu" teriak Anton.
"Bude, ngutang dulu ya" teriak Raihan.
"Iya. Cepetan nanti penumpangmu ngambek" seru bude Siti penjaga warung. Raihan kemudian pergi menjemput penumpang yang mengorder ojeknya.
"Bude. saya juga ngutang dulu ya" Ucap Anton.
"Kagak. bude gak mau ngutangin kamu." jawab bude Siti
"Klo orang ganteng aja boleh ngutang" sahut Anton cemberut.
Sementara itu Raihan sudah sampai dititik penjemputan. Dia kemudian mengirimkan pesan kepada orang yang mengorder ojeknya.
(Me. mbak saya sudah sampai dititik penjemputan.)
"Cuma dibaca aja gak dibales" gumah Raihan.
Tak lama kemudian muncul seorang gadis cantik dari balik pagar. Raihan sampai terpesona dengan gadis itu. Sampai dia tidak menyadari gadis itu sudah berdiri disampingnya.
"Mas. mas." Panggi gadis itu sambil melambaikan tangan didepan wajah Raihan.
"Eh. Maaf mbak, saya melamun." seru Raihan gugup.
"Alamatnya sesuai aplikasi ya mas" Ucap gadis itu.
"Tidak mau ganti tujuan mbak" tanya Raihan sambil menyerahkan helm untuk dipakai gadis itu.
"Gak mas. Emang mau kemana lagi" Jawab gadis itu sambil naik ke atas motor.
"Siapa tau mau langsung ke KUA" gombal Raihan.
"Mas bisa aja, gombalannya receh." balas gadis itu.
"Oke kita let's go" ucap Raihan sambil melajukan motornya menuju tempat tujuan yang ada diaplikasi.
Diperjalanan mereka diam saja tidak melakukan pembicaraan karena suaranya tenggelam dengan bisingnya suara kendaraan disekitarnya.
Sesampainya ditempat tujuan gadis itu turun dari motor.
"Mas sudah lewat aplikasi bayarnya. terimakasih" ucap gadis itu kemudian menyerahkan helmnya dan berbalik meninggalkan Raihan.
"Mbak, ada yang ketinggalan" seru Raihan.
Gadis itu berhenti kemudian berbalik. "Perasaan tidak ada barang ketinggalan" ucapnya kemudian.
Raihan kemudian membuka maskernya. "Kita belum berkenalan" seru Raihan sambil mengulurkan tangannya.
Gadis itu kemudian menyambut tangan Raihan.
"Raina" gadis itu menyebut namanya.
"Raihan" Balasnya.
"Sudah tidak ada lagi yang ketinggalan kan" ucap gadis itu.
"He-he-he. Iya mbak Raina sudah tidak ada yang ketinggalan" sahut Raihan.
"Kenapa tangan saya belum dilepas" ucap Raina sambil tersenyum.
"Eh, maaf mbak" sahut Raihan melepaskan tangan Raina lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Raina kemudian tersenyum melihat tingkah Raihan yang menurutnya lucu. Lalu gadis itu berbalik meninggalkan meninggalkan Raihan.
"Nanti ketemu lagi kita jodoh" Teriak Raihan. Gadis hanya menoleh sebentar dan tersenyum membuat Raihan senang bukan main.
Raihan kemudian melajukan kembali motor kesayangannya untuk mencari rejeki dijalan.
Sementara itu Raina memasuki restoran tempat janji ketemu dengan sahabat-sahabatnya. Dia kemudian mencari sahabatnya yang katanya sudah berada didalam resto.
Aulia yang melihat Raina melambaikan tangannya memanggilnya. Raina yang melihat sahabatnya itu membalas lambaian tangan dan langsung berjalan menuju tempat sahabatnya berada.
"Udah lama loe" sapa Raina.
"Gue baru juga datang" balas Aulia.
"Siboncel belum datang?" tanya Raina.
"Loe tau sendiri kebiasaan tu anak, leletnya minta ampun, gue gak kebayang nanti murid-muridnya kalo siboncel udah ngajar" sahut Aulia.
"hahahaha. Loe bisa aja. Tapi anak itu biarpun lelet tapi pintar loh" bela Raina.
"Ngomongin gue ya" ucap Kristina yang tiba-tiba muncul.
Aulia dan Raina langsung berdiri lalu memeluk sahabatnya itu.
"Boncel gue kangen" seru Aulia.
"Gue juga kangen" ucap Raina.
"Sama gue juga kangen sama kalian" balas Kristina buang membalas pelukan sahabatnya itu. Kemudian mereka kembali duduk dan langsung memesan makanan kesukaan masing-masing.
"Rai loe kesini naik apa? gue gak liat mobil loe didepan" tanya Kristina kepada Raina.
"Gue naik ojek online" Sahut Raina sambil senyum-senyum.
"Kenapa loe senyum-senyum ga jelas gitu?" tanya Aulia.
"Otak loe gak ketinggalan dihelm tukang ojek kan?" tanya Kristina sambil memeriksa kepala Raina.
"Apa sih. Ya gak lah" Jawab Raina sambil menepis tangan Kristina.
"Kayaknya otaknya geser nih anak" sahut Aulia.
"Tadi tukang ojeknya ganteng dan lucu" jawab Raina.
"Ckckck. Betulan ni anak otaknya ketinggalan dihelm tukang ojek" sahut Aulia.
"Iya. Gue gak pernah liat anak ini kagum sama cowok" balas Kristina.
"Beneran cakep orangnya." ucap Raina.
"Cakepan mana sama si Erik" tanya Kristina.
"Klo bandingkan dengan si Erik ma jauh" ucap Raina.
"Serius loe?" tanya Kristina yang mulai penasaran.
"Serius gue. cakep ya kayak oppa-oppa Korea." jawab Raina.
"Wah teman kita ini normal juga ternyata" sahut Aulia.
"Emang loe kira gue kagak normal gitu?" tanya Raina dengan muka yang dibuat seperti orang lagi marah.
"Emang. Kan loe jalannya cuma ma kita-kita gak pernah mau jalan ma cowok atau muji cowok."jawab Kristina.
" Hei Keris Empu Gandrung, gue masih normal ya" seru Raina.
"Iya kita-kita percaya kok" ucap Kristina.
Mereka pun melanjutkan obrolan absurd mereka sampai lupa waktu.
To Be Continued
Raihan baru saja tiba diwarung kopi langganannya. Hari ini setelah mengantar Raina orderannya lumayan banyak.
"Bude. kopi dong, seperti biasa" Pesan Raihan kepada bude Siti penjaga warung.
"Tumben, biasanya malam baru kesini lagi?" tanya bude Siti.
"Hari ini dapat penumpang pembawa rejeki, setelah kuantar orderan masuk terus" sahut Raihan.
"Pasti cewek ya" ucap bude Siti.
"Iya bude, cantik lagi." jawab Raihan.
"Kenalan gak?" tanya bude Siti kembali.
"Iya dong." jawab Raihan.
"Wah asyik dong bisa jadi pacar" goda bude Siti.
"Aduh bude, saya lupa minta nomer HP nya" ujar Raihan sambil menepuk jidatnya.
"ha-ha-ha. kalau jodoh pasti bertemu lagi" ujar bude Siti memberi semangat.
"Makasih doanya bude. Eh si Anton gak kemari? tanya Raihan.
"Gak tu dia kemana. Paling bentar lagi datang itu anak" jawab bude Siti.
Tak lama kemudian orang yang dicari muncul. Anton datang dengan gaya tengil seperti biasa.
"Panjang umur loe. Gue baru nanyain sama bude apa loe masih hidup eh loe Uda nongol aja." sahut Raihan menyambut kedatangan temannya.
"Loe kangen ma gue? Perasaan baru beberapa jam kita gak ketemu." ucap Anton.
"Kagaklah. Emang gue cowok apaan kangennya ma loe. Gue normal kali" seru Raihan.
"Terus ngapain nyariin gue?" tanya Anton serius.
" Gue mau cerita. Gue ketemu cewek cantik bro" cerita Raihan.
"Dimana loe ketemu?" tanya Anton penasaran.
"Dikomplek depan, yang diblok b" Jawab Raihan.
"Oww. Anaknya Dokter Chandra" sahut Anton.
"Loe kenal?" tanya Raihan.
"Nyokapnya teman sekolah nyokap gue. Kalo gak salah dia kuliah di UB ambil kedokteran" jawab Anton.
"Wah loe akrab Ama Raina?" tanyanya kembali.
"Gak akrab cuma kenal aja, kalo loe mau Ama dia loe mesti deketin nyokapnya. Soalnya bokapnya itu takut ma nyokapnya Raina" jawab Anton kembali.
Raihan kemudian terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Tapi nyokapnya itu bukan orang gampang didekati." Anton mengingatkan Raihan.
"Selama masih sama-sama makan nasi gue gak bakalan mundur bro" jawab Raihan antusias.
Sementara asyik ngobrol tiba-tiba muncul orang yang tidak diharapkan.
"Bro. arah jam 2." sahut Anton.
Raihan menoleh kearah yang ditujukan Anton.
"Alamak. Mampus gue, alamak seret rejeki nih" ucap Raihan..
"Mas Rai. Antarin eike dong" pinta cewek jadi-jadian yang sering mengganggu mereka.
"Tuh ma si Anton aja. Gue lagi capek" sahut Raihan.
"Loe ngapain lempar ke gue?" sahut Anton berbisik
"Sekali ini loe yang anterin dong" ucap Raihan balas berbisik.
"Sekali ini loe bilang? Gue yang selalu anterin dia B**o" seru Anton berbisik.
"Ih mas Rai sama mas Anton kok bisik-bisik sih" tanya Sari sicewek jadi-jadian.
"Eh Udin, kami lagi gak bisa antar loe." seru Anton.
"Mas Anton ih. Namaku Sari bukan Udin" protes Sari.
"Iya namamu Sari tapi panjangnya Sarifuddin" jawab Anton mulai sewot.
"Hei Sari Loe pergi sana jangan ganggu pembeli diwarungku" seru bude Siti.
"Ih mas Rai jahat." seru Sari berlalu sambil menghentakkan kakinya dijalan. Anton dan Raihan tertawa terbahak-bahak melihat tingkah cewek jadi-jadian itu.
Sementara Raina yang baru pulang dari nongkrong bersama sahabat-sahabatnya berjalan dengan riang memasuki rumahnya.
"Kok baru pulang nak?" sambut mama Indi ibunya Raina yang sedang berada di ruang keluarga.
"Biasa ma, kalo ngumpul sama Aulia dan Kristina suka lupa waktu" jawab Raina yang ikut duduk disamping mamanya.
"Sudah makan?" tanya mamanya lagi.
"Sudah ma" jawab Raina.
"ya sudah kamu istirahat sana. besok kuliah kan!" ucap mama Indi.
"Raina istirahat duluya mama cantik" ucapnya sambil mencium pipi mamanya. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dia lalu membersihkan diri lalu berganti pakaian tidur.
Dia melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya. "Baru jam 7" gumahnya pelan lalu berjalan menuju meja belajarnya. Dia kemudian membuka kembali buku-bukunya untuk dia pelajari.
Sementara Raihan dan Anton sedang berada dicafe sahabatnya. Dia dan Anton memenuhi panggilan sahabatnya untuk ngumpul bareng.
"Anton, loe liat ada yang beda gak ma sikunyuk satu ini?" tanya Rahmat penasaran.
"Kayak loe gak pernah aja. Dia tuh baru kenal yang namanya jatuh cinta" jawab Anton.
"serius loe? Jangan-jangan dia berhasil digaet sama si Sari?" tanya Rahmat lagi.
"Sembarangan loe. Ngapain gue suka ma cewek jadi-jadian itu. Gue masih normal ya" protes Raihan yang dibalas dengan derai tawa sahabatnya itu.
"Sorry. Jadi cewek mana yang berhasil mencairkan bekunya hatimu?" Tanya Rahmat.
"Anaknya Dokter Chandra" kali ini bukan Raihan yang menjawab tapi Anton.
"Serius loe. Wajar sih, Cantik tapi cuek orangnya blak-blakan. Kalo dia gak suka dia akan bilang gak suka" ucap Rahmat.
" Hei. Apa cuma gue yg gak kenal dia? Loe berdua bahkan kenal dengan Raina." seru Raihan.
"Dokter Chandra itu dokter keluargaku jadi wajarlah kalo saya kenal anaknya mamanya juga sahabat mama gue" sahut Rahmat.
"Loe jangan heran. Dilingkungan orang-orang kaya seperti keluarganya Rahmat itu saling berhubungan." ucap Anton
"Kyak loe gak kaya aja. Tapi loe berdua gak naksir kan sama Raina" tanya Raihan sambil menelisik perubahan raut wajah sahabatnya.
"Gue mah gak tertarik sama Raina. Gue gak mau di bantai sama Tante Indi." Jawab Rahmat.
"Kalo loe Ton?" Tanya Raihan.
"Gue mah sukanya ma sahabatnya Raina. si Aulia. Gue pernah ketemu waktu acara ulang tahunnya Raina. Orangnya asyik bro." jawab Anton.
"Gue tenang sekarang. gak bersaing sama kalian" ucap Raihan.
"Loe gak bersaing sama kami tp masih banyak lagi saingan loe diluar sana" ucap Rahmat.
"Yang penting bukan kalian berdua, jika menyangkut kalian apapun pasti gue lakuin karena cuma kalian berdua saudara gue" sahut Raihan.
"Gue juga sudah anggap kalian saudara gue" ucap Rahmat yang diangguki oleh Anton.
Mereka pun menikmati malam dengan canda tawa khas mereka.
Sudah tiga hari setiap pagi Raihan nongkrong di warung kopi bude Siti berharap bisa dapat orderan dari Raina.
drtt..
Raihan cepat memeriksa aplikasi ojeknya. Ternyata bukan Raina yang mengorder. Raihan dengan lesu mengirim chat lewat aplikasinya kemudian berangkat menuju titik lokasi penjemputan. Dia kemudian kaget karena alamat nya sama kemudian dia memberi tahu kepada yang order jika sudah berada di depan rumah itu.
Tak lama berselang keluar ibu paruh baya.
"Mas Raihan ya" tanya Ibu itu.
"Iya Bu" jawab Raihan dengan sopan sambil memberikan helmnya.
"Antarkan kepasar yang ada dijalan x ya!" pinta Ibu itu.
"Iya Bu. Silahkan naik" jawab Raihan. Ibu tersebut naik keatas motor. Raihan kemudian melajukan motornya menuju pasar sesuai Titik lokasi tujuan yang ada diaplikasi.
Sampai dipasar ibu itu pun turun.
"Terimakasih ya" ucap ibu itu lalu menyerahkan helm yang dipakainya.
"Sama-sama Bu." balasnya sopan. Raihan kemudian menunggu orderan berharap ada yang order ojek disana.
Sementara asyik ngobrol dengan sesam ojek online tiba-tiba terdengar suara orang berteriak.
"Jambret, Tolong jambret" teriak orang itu.
Tak lama berselang muncul laki-laki berlari kearah mereka yang dikejar-kejar beberapa orang. Raihan kemudian turun dari motornya lalu berjalan menghadang laki-laki itu.
Dengan satu gerakan dia berhasil menjatuhkan laki-laki itu. Laki laki itu bangun, kemudian mengeluarkan pisau dari balik bajunya.
"Loe jangan ikut campur kalo Loe mau selamat" Ancamnya. Orang-orang yang melihat tidak berani mendekat.
"Serahkan barang yg Lo jambret maka gue akan lepasin elo" Perintah Raihan dengan tegas.
"Loe mau mati ya" teriak laki-laki itu kemudian menyerang Raihan, tapi dengan lincah berhasi menghindar dari serangan laki-laki itu. Laki-laki berbalik siap menyerang tapi Raihan mengarahkan tendangan memutar tepat dileher membuat laki-laki itu jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
"Makanya jangan macam-macam sama gue" Ucap Raihan sambil memungut tas perempuan yang ada didekat laki-laki itu.
Sorang wanita paruh baya mendekat. Raihan kaget melihat wanita itu. ibu-ibu yang tadi diantaranya kepasar.
"Terimakasih nak sudah menyelamatkan tas saya" ucap ibu itu.
"Sama-sama Bu, saya hanya kebetulan ada disini jadi saya berusaha menolong" ucapnya merendah.
Tak lama seorang polisi datang.
"Bawa saja pak jambretnya" Ucap Raihan.
Polisi itu lalu memborgol dan membawa jambret itu kekantor polisi.
"Saya masih harus berbelanja, kalau tidak ada orderan apa mau menunggu? " tanya ibu itu.
"Iya Bu silahkan berbelanja saya menunggu disini." jawab Raihan. Ibu itupun masuk kembali kepasar untuk berbelanja.
To Be Continued
Raihan sudah 30 menit menunggu di depan pasar. Dia sengaja menunggu ibu itu untuk mengantarnya pulang sekalian ngopi diwarung bude Siti.
Ibu itu pun keluar dari pasar sambil membawa banyak belanjaan. Raihan yang melihatnya langsung menghampiri ibu itu dan membantu membawakan barang ibu itu.
"Saya bantu bawakan barangnya bu" tawar Raihan.
"Terimakasih" ucap ibu itu lalu menyerahkan barang belanjaan yang dibawahnya.
Mereka kemudian berjalan menuju motor Raihan. Raihan kemudian menggantungkan barang belanjaan tersebut lalu memberikan helm kepada ibu itu.
Mereka lalu berangkat menuju rumah ibu tersebut. Sesampainya di rumah itu ibu itupun turun dari motor Raihan.
"Ini barang belanjaannya mau disimpan dimana Bu?" tanya Raihan.
"Letakkan saja diteras nak" ucap ibu itu.
Raihan kemudian meletakkan barang belanjaan ibu itu lalu berjalan menuju motornya.
"Ini nak uangnya" ucap ibu itu lalu memberikan beberapa lembar uang merah.
"Maaf Bu ini terlalu banyak. ongkosnya hanya 15ribu" Tolak Raihan dengan sopan.
"Ambillah nak ibu senang karena km menolong ibu tadi" ucap ibu itu lalu menyodorkan kambali uang itu.
"Maaf Bu. Saya tidak bisa menerima uang itu. Bagi saya menolong orang sudah mendapat pahala dari yang diatas." ucap Raihan.
"Tapi.."
"Terimakasih Bu saya permisi" Potong Raihan dan langsung meninggalkan ibu itu.
Raihan melajukan motornya menuju warung kopi bude Siti. Sampai disana terlihat Anton sedang menyeruput kopi hitamnya.
"Masih pagi udah nyantai aja loe" sapa Raihan sambil duduk bangku panjang yang disediakan.
"Gue mah udah dapat banyak dari pagi." sahut Anton.
"Kalo gitu bayarin kopi gue ya" pinta Raihan.
"Beres." sahut Anton.
"Bude. Kopinya satu bude, seperti biasa" Teriak Raihan.
"siap mas Rai” kata bude Siti lalu membuat kopi dan menyajikan didepan Raihan.
"Loe udah bayar kost?" tanya Anton.
"Belum cukup duit gue" jawab Raihan.
"Pakai duit gue aja dulu." sahut Anton.
"Gak usah, masih bisa gue nego ibu kostnya" tolak Raihan.
"Loe kenapa sih gak pernah mau dibantu? Apa gini yang namanya sahabat" omel Anton ketus.
"Bukan begitu..
"Jadi bagaimana menurutmu arti sahabat?" Potong Anton.
"Baiklah, kali ini gue pinjam duit loe. Nanti gue balikin kalo sudah dapat duit" ucap Raihan pasrah.
"Nah gitu dong." Sahut Anton sambil menepuk pundak temannya.
Mereka pun menikmati kopinya masing-masing.
Ditempat lain. Raina sedang bejalan dilorong kampus fakultas kedokteran. Dia baru saja menyelesaikan satu mata kuliahnya hari itu.
"Raina" panggil seseorang dari belakangnya.
Raina berbalik dan melihat Erik menghampirinya. "Kenapa kak Erik?" tanya Raina.
"Hari ini kuliahmu sudah selesai kan?" tanya Erik
"Sudah kak, ini rencana mau pulang" jawab Raina.
"Jalan yuk" ajak Erik.
"Waduh, maaf kak lain kali saja. Hari ini disuruh mama cepat pulang" tolak Raina.
"Kenapa sih kamu tidak pernah mau aku ajak jalan?" tanya Erik mulai emosi.
"Maaf kak hari ini betulan saya tidak bisa" tolaknya halus. Kemudian bergegas menuju parkiran mobil.
"Argh.. Dianggap apa gue, selalu saja menolak? Gue gak akan nyerah buat ngadapatin loe" geram Erik dengan emosi. Sudah lama Erik mengejar cinta Raina tapi selalu gagal.
"Ha-ha-ha, baru kali ini senior idola kampus ditolak cewek" ucap teman Erik yang bernama Reynold.
"Loe liat aja gue akan buat dia bertekuk lutut dihadapanku" ucap Erik membalas ejekan temannya.
"Loe gak akan bisa dapatin Raina" Rey memprovokasi Erik.
"Loe liat aja nanti" ucap Erik.
"Gue berani bertaruh, mobil lambo kesayangan gue jadi milik loe klo berhasil dapetin Raina. Gue kasih waktu 1 bulan" sahut Rey. "Tapi kalo loe kalah Ferrari loe jadi milik gue" lanjut Rey.
"Oke deal" ucap Erik lalu pergi meninggalkan Rey.
"Ha-ha-ha. Gue yakin dapet Ferrari, Raina kan gak tertarik pacaran" tawa jahat Rey menggema. Rey berani bertaruh karena dia yakin Raina tida suka dengan cowok playboy seperti Erik.
Hari pun berjalan dengan cepat tak terasa sudah seminggu sejak kejadian dipasar. Seperti hari-hari sebelumnya keluarga Raina sarapan bersama sebelum memulai aktifitas masing-masing.
"Raina. Hari ini kami naik apa kekampus" tanya papa Chandra.
"Terpaksa naik ojek pah" jawab Raina.
"Makanya kalau pakai mobil itu dirawat, sering dibawa kebengkel untuk diservis, jangan nanti mogok baru mau bawa kebengkel." ketus mama Indi.
"Udah dong ma ngomelnya. Nanti Raina rajin deh bawa kebengkel" jawab Raina.
"sudah-sudah. Masih pagi sudah bertengkar, papa berangkat dulu" sahut Papa Chandra.
"Iya pah" ucap Raina sambil meraih tangan papanya kemudian menciumnya seperti biasa.
"Papa hati-hati ya" ucap mama Indi sambil mencium tangan dan dibalas dengan kecupan di kening.
"Masih pagi sudah mengumbar kemesraan" Ejek Raina.
"Kamu juga bisa" ucap mama Indi.
"Serius mah boleh pacaran" tanya Raina antusias.
"Siapa bilang boleh pacaran. Mama cm bilang kamu juga bisa tapi nikah dulu. Hahahaha" mama Indi membalas ledekan anaknya.
"Huh kirain boleh" sahut Raina sambil cemberut.
Tit.. Tit.. Suara bunyi klakson motor didepan rumah.
"Tuh ojeknya sudah datang. Berangkat sana, papa juga mau berangkat" ucap papa Chandra kemudian memasuki mobilnya kemudian berangkat menuju rumah sakit tempatnya bertugas.
"Mama ngapain ikut?" tanya Raina ketika melihat mamanya berjalan mengikutinya.
"Mama mau suruh tukang ojeknya hati-hati" jawab mama Indi sambil berjalan lebih dulu.
"Ngapain sih" ketus Raina.
Ketika mama Indi melihat tukang ojeknya langsung heboh.
"Eh mas ojek yang nolongin Tante dipasar ya?" tanya mama Indi ketika melihat Raihan duduk diatas motornya.
"Pagi Tante. Gimana kabar?" tanya Raihan sopan.
"Kabar Tante baik, tolong anterin anak Tante dengan selamat ya" sahut mama Indi
"Mama kenal sama mas Raihan" tanya Raina.
"Ini ojek yang nolongin mama waktu dijambret dipasar. Kamu kenal?" jawab mama Indi.
"Eh.. Namanya kan ada diaplikasi ma" jawabnya gugup karena takut mamanya marah.
"iya ya. Mama lupa. Makasih lagi loh udah nolongin Tante" ucap mama Indi
"Itu hanya kebetulan saja" sahut Raihan. Sambil menyerahkan helm kepada Raina.
"Mama, Raina berangkat dulu" ucapnya kemudian mencium tangan mamanya lalu menaiki motor Raihan.
"Mari Tante" ucap Raihan yang ikut mencium tangan mama Indi.
"Eh kamu kenapa ikutan cium tangan" tanya mama Indi.
"Maaf Tante kelepasan" sahut Raihan sambil nyengir
"Kayak pamit sama mertua aja. UPS" ucap Raina keceplosan sambil menutup mulutnya.
"Eh sembarangan kamu" ucap mama Indi menpuk pundak anaknya keras.
"Maaf ma, ayo berangkat" ucap Raina. "Dah mama" lanjutnya sambil melambaikan tangannya.
"Dasar anak itu" gumah mama Indi.
Raihan melajukan motornya menuju kampus Raina. Raihan tersenyum bahagia karena dapat mengantar Raina kekampus hari ini.
"Biasanya kekampus naik apa" tanya Raihan sedikit berteriak untuk memulai obrolan.
"Kenapa mas?" Tanya Raina karena kurang jelas apa yang ditanyakan Raihan.
"Kamu biasanya kekampus naik apa" teriak Raihan.
"Naik mobil mas cuma hari ini mobilnya lagi dibawa kebengkel karena mogok kemarin." jawab Raina dengan keras.
"Oww pantes gak pernah lagi dapat orderan ojek dari kamu" sahut Raihan.
"Waktu itu saya naik ojek juga karena malas nyetir" jawab Raina lagi.
Obrolan terus berlanjut sampai mereka tidak sadar sudah berada diparkiran kampus.
"Makasih ya mas" ucap Raina sambil menyerahkan helm yang dipakainya.
"Sama-sama. Kayaknya kamu lupa sesuatu deh" ucap Raihan.
"Gak ada tuh. Nih barang saya lengkap" ucap Raina sambil memperlihatkan barang yang dibawanya.
"Kamu lupa kalau kita belum bertukar nomer" ucap Raihan.
"Mas suka modus ya sama penumpangnya" tanya Raina.
"Gak kok cuma modusin kamu aja" gombalannya.
"Mana HP nya" sahut Raina.
"Mau diapain HP saya?" tanya Raihan.
"Ya mau masukin nomer HP saya, ya udah kalo mas gak mau?" ucap Raina sambil berbalik akan pergi.
"Mas mau kok" ucap Raihan menahan tangan Raina.
deg.
Jantung Raina berdegup kencang ketika tangan Raihan menyentuh tangannya. Dia kemudian berbalik menatap Raihan.
"Ini HP-nya" sahut Raihan. Raina mengambil HP tersebut lalu mengetikkan nomernya.
"Ini nomer HP saya" sahut Raina.
Raihan menerima kembali HP nya tersebut lalu mendial nomer yang diketik Raina. HP Raina berdering. Raihan kembali mematikan sambungan telepon.
"Itu nomer HP saya. Save ya" ucapnya sambil tangannya mengetikkan nama Raina lalu menyimpan nomer itu..
"Iya. Saya masuk dulu" pamit Raina.
"Kalo mau dijemput telpon ya" seru Raihan yang dibalas dengan senyuman manis Raina.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada sepasang mata memperhatikan mereka sambil mengepalkan tangannya..
To Be continued..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!