NovelToon NovelToon

Bos Yang Angkuh

Awal pertemuan

Tutt..tutt..tutt..

Dona yang sedang duduk diruang tengah mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponselnya dari atas meja. Ia melihat siapa yang menelfon.

"Nomor siapa ya ini? kok nggak ada di daftar kontak aku," gumam Dona dalam hati.

Dona ragu untuk menjawab telfon itu, tapi akhirnya ia menjawab telfon itu.

"Halo, selamat siang," sahut Dona setelah panggilan itu mulai tersambung.

"Halo, benar ini dengan Ibu Dona?" tanya wanita di seberang sana.

"What! enak saja aku di panggil ibu, memangnya aku sudah tua apa!" gumam Dona dalam hati.

"Iya betul, maaf kalau boleh tau ini dengan siapa ya?" tanya Dona penasaran.

"Ini dari perusahaan yang menerima surat lamaran anda, saya ingin memberitahukan bahwa anda diterima kerja, mulai besok anda sudah bisa mulai bekerja."

Raut wajah Dona seketika berubah, terpancar kebahagiaan dari raut wajah Dona, ia tidak menyangka lamarannya akan diterima.

"Baik, Bu. Terimakasih, saya akan bekerja dengan giat. Sekali lagi terima kasih," ucap Dona lalu mematikan telfon.

Dona bersorak kegirangan, ia bahkan menari-nari seperti orang gila saking senangnya.

"Akhirnya aku diterima kerja, aku harus menyiapkan semuanya. Aku sudah nggak sabar untuk segera berkerja," ucap Dona dengan senyuman di wajahnya.

Keesokan harinya.

Sejak pagi Dona sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Ini adalah lamaran ke 10 yang ia kirim ke berbagai perusahaan. Ia bahkan tidak menyangka lamarannya kali ini diterima.

Dona melangkah keluar dari kamarnya sambil memesan taksi online. Tak lupa ia mengunci pintu rumahnya. Sambil menunggu taksi datang, ia melihat kembali penampilannya.

Dona tak ingin sampai penampilannya jelek dan mengacaukan hari pertamanya bekerja. Tak berselang lama taksi yang ia pesan datang. Ia lalu membuka pintu taksi dan masuk kedalam taksi.

"Pak ke perusahaan Albert Company," ucap Dona kepada supir taksi.

"Baik, Mbak." Supir taksi itu mulai melajukan taksinya.

Taksi melaju menuju perusahaan. Setelah satu jam perjalanan Dona sudah sampai di perusahaan.

Setelah membayar ongkos taksi, Dona turun dari taksi dan ia berjalan menuju loby. Ia berjalan menuju ruang informasi untuk menanyakan dibagian mana ia akan ditempatkan.

Dona mengetuk pintu ruang informasi itu.

"Masuk," sahut seseorang dari dalam ruangan.

Dona membuka pintu dan masuk kedalam ruangan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang karyawan.

"Emm ... saya Dona, saya karyawan baru disini. Saya mau menanyakan saya bekerja dibagian apa ya?" tanya Dona gugup.

"Oo ... anda yang kemarin diterima disini, anda bekerja sebagai sekertaris," jawab karyawan itu.

Hah! Sekretaris.

"Emm ... kalau boleh saya tau, ruangan kerja saya dimana ya? maaf kalau saya terlalu banyak bertanya," ucap Dona gugup.

"Nggak apa-apa, lagian anda kan baru di perusahaan ini. Anda naik aja ke lantai tujuh, itu adalah ruangan CEO. Nanti anda lurus saja terus belok kiri ada ruangan dengan pintu berwarna putih, itu ruangan anda," ucap karyawan itu dengan senyuman di wajahnya.

"Baik, terimakasih, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Dona lalu berjalan keluar.

Dona melangkah keluar dari ruangan itu, menuju lift yang akan membawanya ke lantai tujuh.

Dengan jantung yang berdebar, Dona mengetuk pintu ruangan pemilik perusahaan itu.

"Masuk," sahut seseorang yang tidak lain adalah CEO.

Dona membuka pintu, lalu dengan jantung yang masih berdebar, ia mulai melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Permisi pak, saya karyawan baru disini dan saya bekerja sebagai sekertaris bapak yang baru," ucap Dona gugup.

Frans menatap Dona dengan sorot mata yang tajam.

"Wanita ini cantik juga," gumamnya dalam hati.

"Sekarang coba kamu pelajari buku ini, disitu tertulis semua agenda saya," ucap Frans lalu melemparkan buku ke atas meja.

Kedua mata Dona seketika membulat. Ia tidak menyangka akan bekerja menjadi sekretaris dari bos yang songong seperti itu.

"Mimpi apa aku semalam, sampai aku harus mendapatkan bos yang angkuh kayak gini," gumamnya dalam hati.

"Emm ... baik, Pak." Dona lalu mengambil buku yang tadi dilempar oleh Frans.

"Sekarang kamu ikut saya, saya ada meeting diluar." Frans lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya.

Dona mengikuti bos nya dari belakang.

Mereka masuk kedalam lift, pintu lift terbuka di lantai bawah. Sebuah mobil mewah sudah terparkir didepan perusahaan.

"Ayo masuk." Frans masuk ke dalam mobil setelah supirnya membukakan pintu untuknya.

Dona masuk lewat pintu satunya.

"Gila ini mobil bagus banget," gerutu Dona pelan tapi masih bisa didengar oleh Frans.

"Apa kamu tidak pernah naik mobil mewah?" tanya Frans dengan nada meledek.

"Sombong banget ini orang, rasanya pengen aku tampol itu mulut," gumam Dona dalam hati.

"I--iya pak," ucap Dona pelan.

"Mulai sekarang kamu harus terbiasa, karena saya sering meeting diluar, awas saja kalau kamu sampai mabuk kendaraan dan muntah di dalam mobil saya!" ucap Frans dengan nada mengancam.

Dona mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menahan emosinya.

"Sabar Don, sabar. Nasib kamu lagi apes, hingga kamu dapat Bos yang angkuh dan sombong seperti ini orang," gumamnya dalam hati.

"Kenapa juga aku harus jadi sekertarisnya, sekalinya dapat pekerjaan Bos nya sombong banget," gerutu Dona sambil menatap keluar jendela mobil.

Akhirnya mereka sampai disebuah restoran bintang 5, para pelayan menyambut kedatangan Frans dan Dona.

"Frans sebelah sini!" teriak Marcel sambil melambaikan tangannya.

Marcel adalah sahabat serta patner bisnis Frans. Frans dan Dona berjalan menghampiri Marcel.

"Sudah lama menunggu?" Tanya Frans lalu duduk di depan Marcel.

"Ya, lumayan lah," jawab Marcel. Marcel melihat kearah wanita yang berdiri disamping Frans.

"Wanita cantik ini siapa?" tanya Marcel sambil tersenyum kearah Dona.

"Dia sekertaris baru aku."

"Halo, saya Marcel sahabat Frans," sapa Marcel sambil mengulurkan tangannya.

"Saya Dona," ucap Dona sambil menjabat tangan Marcel.

"Silahkan duduk, jangan cuma berdiri saja," ucap Marcel lalu menarikan kursi disebelahnya.

"Terimakasih," ucap Dona dengan senyuman manis di wajahnya.

Marcel terpukau melihat senyuman manis Dona. Tapi tidak dengan Frans, lelaki itu tidak suka melihat Marcel menggoda sekretarisnya.

"Sudah nggak usah basa-basi, langsung saja, kenapa kamu menyuruh aku kesini?" tanya Frans dengan nada kesal.

"Ini tentang perjanjian kerja sama yang kamu ajukan, aku sepakat untuk menerimanya," ucap Marcel.

"Kalau cuma itu kenapa kamu nggak datang saja kekantor," ucap Frans ketus.

"Ya sekalian aku ingin mengobrol sama kamu, kita kan jarang nongkrong seperti ini," ucap Marcel dengan senyuman di wajahnya.

Dona hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Bos nya yang begitu angkuh di depan sahabatnya.

"Gila ini orang, sama sahabatnya saja angkuhnya minta ampun. Gimana nanti sikapnya sama aku yang hanya sekretarisnya. Bisa gila aku jika terus berhadapan dengan Bos yang sifatnya angkuh kayak gini," gumamnya dalam hati.

"Mau pesan apa ini?" tanya Marcel sambil membuka buku menu.

"Terserah kamu, asal jangan nasi," ucap Frans datar.

"Kalau kamu, Don, mau pesan apa?" tanya Marcel lalu menatap Dona.

Marcel kagum dengan kecantikan Dona.

Frans melirik ke arah Marcel yang masih terus menatap Dona. Bahkan ia bisa melihat ada seutas senyum dari bibir Marcel.

"Emm ... terserah Bapak saja," ucap Dona gugup karena Marcel menatapnya dengan sangat tajam.

"Jangan panggil bapak dong,

memangnya aku sudah kelihatan tua ya, panggil saja Marcel," ucap Marcel dengan senyuman di wajahnya.

"I--iya pak, emmm ... maksud saya Marcel," ucap Dona gugup.

Frans semakin kesal dengan tingkah sahabatnya yang sedari tadi menggoda Dona. Frans menggempalkan kedua tangannya.

Ada apa denganku.?

Setelah selesai meeting dengan Marcel, Frans dan Dona kembali ke kantor. Dalam perjalanan menuju ke kantor, Frans hanya diam dan tak lagi mengusik Dona dengan segala macam ledekannya.

Sesampainya di kantor, Frans langsung berjalan menuju ruangannya dan diikuti oleh Dona. Frans ingin meluapkan segala kekesalannya atas tingkah Dona yang selalu menanggapi omongan Marcel.

"Kamu itu sekretaris saya, jaga image dong, jangan jadi wanita kegatelan di depan sahabat saya!" seru Frans dengan nada marah.

Dona terkejut karena tiba-tiba bos angkuhnya ini memarahinya tanpa alasan yang jelas.

"Maksud Bapak apa? saya tidak mengerti." Dona bingung dengan sikap bos nya itu.

"Sudah sekarang kamu keluar!" teriak Frans dengan membelakangi Dona.

Dona keluar dari ruangan Frans dengan menitikan air mata. Ia tidak tau kenapa bos nya tiba-tiba marah-marah, apa lagi menyebutnya kegatelan dihadapan sahabatnya.

Di dalam ruangan, Frans mencoba meredam emosinya dan mulai berfikir jernih.

"Kenapa juga tadi aku marah-marah nggak jelas sama Dona? kenapa juga aku nggak suka melihat Dona bercanda tawa dengan Marcell? padahal aku baru pertama kali melihatnya. Aaarrgghhh! sebenarnya aku ini kenapa sih! " teriak Frans kesal.

Di dalam ruangannya Dona terus mengerutu kesal. Di hari pertamanya ia bekerja sudah mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari Bos nya.

"Sudah waktunya pulang, tapi si bos angkuh masih di dalam," gerutu Dona sambil menatap ke arah pintu ruangan Frans.

"Mendingan aku tunggu sebentar lagi saja deh." Dona menunggu sambil memainkan ponselnya.

Tak berselang lama Frans keluar dari ruangannya. Ia berjalan melewati meja kerja Dona, ia melihat Dona masih duduk di kursi kerjanya.

Frans melangkah menuju meja kerja Dona.

"Kenapa kamu belum pulang?" tanya Frans dengan nada dingin.

Frans melihat kedua mata Dona yang sembab dan merah.

"Apa tadi dia habis menangis? Apa sikap aku tadi sudah keterlaluan ya," gumamnya dalam hati.

Dona beranjak dari duduknya. "Emm ... saya menunggu Bapak pulang, tidak sopan kalau saya pulang duluan," sahutnya dengan wajah menunduk.

Dona tidak berani menatap wajah bos nya itu setelah apa yang terjadi tadi siang. Kata-kata Frans masih tergiang di telinga Dona.

"Ya sudah, sekarang kamu boleh pulang," ucap Frans tetap dengan nada dingin.

Frans lalu melangkah menuju lift. Dona yang sudah mengambil tas jinjingnya segera mengikuti Frans dari belakangnya. Kini mereka berdiri di depan lif.

Pintu lif terbuka, Frans masuk ke dalam lif tapi tidak dengan Dona. Gadis itu takut jika harus satu lif dengan Bos angkuhnya.

"Kenapa kamu diem saja? apa kamu mau tidur di kantor?" tanya Frans saat melihat Dona yang hanya berdiri dan tak masuk ke dalam lift.

"Emm ... sa--"

"Ayo masuk nanti keburu malam." Frans lalu menarik tangan Dona ke dalam lift.

Frans tidak menyangka dirinya akan bersikap seperti ini kepada Dona. Begitu pun dengan Dona, ia tidak menyangka Bos angkuhnya akan menariknya masuk ke dalam lif.

Di dalam lif Dona diam tak bersuara, begitu pun dengan Frans. Keheningan ada diantara mereka, pintu lif terbuka di lantai dasar.

Frans berjalan keluar dan diikuti oleh Dona. Di depan loby sudah ada sopir yang menyambut kedatangan Frans. Frans membuka pintu mobil.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Frans sambil menatap kedua mata indah Dona.

"Mungkin saya akan naik taksi, Pak," ucap Dona gugup.

"Ayo masuk, saya akan mengantar kamu pulang," ajak Frans lalu masuk kedalam mobil.

Dona terkejut dengan ucapan Frans dan hanya bisa bengong sambil menatap Frans yang sudah masuk ke dalam mobil.

"Kenapa bengong? cepetan masuk!" seru Frans dengan nada keras.

Dona segera masuk ke dalam mobil.

"Dimana rumah kamu?" tanya Frans dingin.

Dona menunjukan jalan menuju rumahnya, akhirnya mereka sampai di rumah Dona.

"Mau mampir dulu nggak, Pak?" tanya Dona dengan nada gugup, ia takut akan menyinggung bos nya.

"Tidak lain kali saja! cepetan turun!" seru Frans dengan tatapan dingin.

Dona keluar dari mobil, saat Dona membalikan tubuhnya ingin mengucapkan terimakasih, mobil Frans sudah pergi menjauh.

"Dasar bos yang angkuh!" Teriak Dona keras.

"Kenapa aku sial banget ya, dapat bos yang sifatnya kayak gitu, sombongnya amit-amit. Kalau bukan karena aku butuh ini pekerjaan, aku sudah mengudurkan diri dari tadi."

Dona teringat akan kata-kata yang diucapkan Frans.

"Apa maksudnya dengan lain kali ya? apa dia berniat mau mengantarkan aku pulang lagi?"

Dona tidak mau ambil pusing dengan ucapan Frans, ia berjalan menuju pintu dan membuka pintu rumahnya. Dona masuk ke dalam rumah.

"Mendingan sekarang aku mandi, mana badan aku lengket semua."

Dona mengambil handuk dari dalam lemari dan mengganti pakaian dengan handuk. Ia lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dona berendam dalam bak mandi untuk merilexskan tubuhnya. Setelah cukup lama berendam Dona menyalakan shower dan menggosok tubuhnya dengan sabun.

Setelah selesai mandi Dona keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju lemari dan mengambil piyama, setelah selesai berpakaian Dona keluar dari kamar menuju dapur karena Dona merasa sangat lapar.

Dona membuka lemari pendingin untuk melihat apa ada yang bisa dimasak.

"Yah, tidak ada apa-apa lagi, aku lupa belanja, mana laper banget," gerutu Dona dengan bibir mengerucut.

Dona teringat kalau kemarin dia habis membeli mie instan. Dona membuka lemari dan mencari mie instan yang kemarin ia beli.

"Untung masih ada satu." Dona lalu mengambil mie instan dari dalam lemari.

Dona menyalakan kompor dan mulai memasak mie instan. Mie instan spesial buatan Dona siap disantap. Walau hanya makan malam dengan mie instan, tapi Dona tetap bersyukur karena malam ini dirinya masih bisa makan.

Dona tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang diluar sana yang sangat kelaparan karena tidak mempunyai uang untuk makan.

»»»»»

"Kenapa juga tadi aku mengantarkan Dona pulang? sebenarnya ada apa denganku," gerutu Frans lalu menghela nafas panjang.

"Sebenarnya saat aku melihat Dona menangis hati aku rasanya sakit banget, aku nggak tega melihat dia sedih. Aku juga merasa sangat marah saat melihat dia bicara seperti itu sama Marcel. Sebenarnya ada apa denganku? aku nggak pernah merasa selemah ini selama hidupku."

Frans mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Ini pertama kalinya ia merasakan kegelisahan seperti ini, apa lagi ini berhubungan dengan seorang gadis.

Dalam kamus hidup Frans tak pernah ada yang namanya perempuan. Ia sangat anti berhubungan dengan sosok yang disebut perempuan.

"Mendingan aku tidur, semakin dipikirkan semakin pusing kepala aku," ucap Frans lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

⭐⭐⭐⭐

Kerinduan

Sudah satu bulan Dona bekerja di perusahaan Frans. Selama itu pula Frans merasa ada yang aneh dengan dirinya. Wajah Dona selalu muncul diingatan Frans.

Hari ini Frans berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, ia ingin segera bertemu dengan Dona. Entah mengapa dia sangat merindukan gadis itu.

Frans turun dari mobil dan langsung bergegas masuk ke dalam kantor, ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Dona.

" Selamat pagi Pak." Sapa para karyawan yang dilewati oleh Frans.

Tapi tidak ada balasan dari frans. Frans terus berjalan dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya. Frans terus saja berjalan menuju lif. Tak disangka-sangka Frans berpapasan dengan Dona di depan lif.

" Selamat pagi Pak." Sapa Dona.

Walau Dona masih kesal dengan Bos nya ini, tapi Dona tetap bersikap sopan. Bahkan ia memperlihatkan senyuman manisnya. Frans merasa sangat bahagia karena dirinya bisa melihat senyuman manis di wajah Dona.

" Pagi.." Sahut Frans.

Frans juga memperlihatkan sedikit seyuman diwajahnya. Ini pertama kalinya Dona melihat Bos nya itu tersenyum.

Pintu lif terbuka, Frans masuk ke dalam lif, tapi Dona tak bergeming dan tetap berdiri di depan lif.

" Kenapa kamu cuma berdiri saja?" Tanya Frans dengan tatapan dingin.

Dona tidak ingin membuat Bos nya itu menunggu, akhirnya Dona masuk ke dalam lif. Di dalam lif suasana menjadi hening, karena tidak ada suara, entah dari Frans maupun Dona. Selang beberapa menit tiba-tiba lif berhenti dan seketika ruangan menjadi gelap.

Frans seperti mendengar suara tangisan. Frans berjalan sambil meraba-raba menghampiri Dona.

" Kamu tidak apa-apa? kenapa kamu menangis?" Tanya Frans cemas.

" S--saya takut gelap Pak." Ucap Dona sambil menahan tangisannya.

Tanpa pikir panjang Frans langsung menarik Dona ke dalam pelukannya. Dona sangat terkejut karena kini dirinya berada dalam dekapan Bos nya.

" Kamu nggak usah takut, ada saya disini." Ucap Frans.

Frans mencoba untuk menenangkan Dona. Sedangkan Dona hanya bisa menggangukan kepalanya dalam dekapan Frans. Saat ini jantung Dona berdetak kencang. Frans bisa merasakan detak jantung Dona yang tak beraturan. Ia mengecup kening Dona.

Dona tidak tau harus bagaimana menyikapi perlakuan Bos nya ini. Ia merasa bahagia dengan perlakuan Frans terhadapnya. Ia berharap lampu tidak akan menyala karena dengan begitu ia bisa lebih lama merasakan hangatnya pelukan Frans.

Tapi keinginan Dona hanya tinggal angan, karena tidak berselang lama lampu lif menyala dan lif kembali berfungsi.

Sadar dengan apa yang telah terjadi Frans langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Dona. Dona yang terkejut akan sikap Frans langsung mundur dari hadapan Frans.

Suasana menjadi hening kembali. Pintu lif pun terbuka, Frans keluar dari lif diikuti Dona dibelakangnya.

Frans berjalan menuju ruang kerjanya dan diikuti oleh Dona. Frans membuka pintu lalu melangkah masuk ke dalam ruangannya.

" Apa agenda saya hari ini?" Tanya Frans. Ia menarik kursi kerjanya dan duduk diatas kursi kerjanya.

" Nanti siang bapak ada meeting dengan kolega bapak, terus malamnya ada undangan makan malam dengan pak Hartono." Ucap Dona.

Saat ini Dona mencoba menetralkan dirinya agar tidak gugup di depan Frans. Ia juga mencoba mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan atas apa yang terjadi di dalam lif tadi.

" Ok..nanti kamu temani saya menghadiri undangan makam malam dari pak Hartono." Ucap Frans.

Frans mencoba mengalihkan perhatian dengan berpura-pura membaca berkas-berkas diatas meja kerjanya.

" Baik Pak." Ucap Dona.

" Sekarang kamu boleh keluar." Ucap Frans tanpa melihat kearah Dona.

Dona keluar dari ruangan Frans. Saat ini jantung Dona masih berdegup kencang. Ia benar-benar merasa gugup di depan Frans, tapi untungnya ia masih bisa menguasai keadaan.

" Apa yang terjadi dengan ku ? kenapa jantungku berdebar-debar saat Frans memeluk dan mencium keningku? kenapa wajah Frans selalu tergiang dipikiranku? sebenarnya ada apa ini?" Gerutu Dona.

Dona tidak pernah membayangkan Frans akan memperlakukannya selembut tadi.

" Oh Tuhan..apa aku sudah jatuh cinta dengan Pak Frans? terus apa yang harus aku lakukan? perasaan ini nggak boleh ada di hati aku. " Gumannya dalam hati.

Sedangkan di ruangan kerja Frans, lelaki itu tersenyum senang. Ia membayangkan kejadian saat di dalam lif. Ia tidak menyangka akan bersikap seperti itu kepada Dona.

" Kenapa aku selalu memikirkanmu? kenapa aku masih sangat merindukanmu? padahal belum lama aku melihatmu." Gumannya dalam hati.

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk hingga membuyarkan lamunan Frans.

Tokk..tokk..tokk...

" Masuk." Sahut Frans.

Frans bersikap seolah-olah sedang membaca berkas yang ada dimejanya. Tapi ia melirik kearah pintu.

Dona membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Frans.

" Pak, ada Pak Marcel diluar, katanya ada hal penting yang mau dibicarakan sama bapak." Ucap Dona tanpa berani menatap wajah Frans.

" Suruh dia masuk." Ucap Frans dingin.

" Baik pak." Ucap Dona lalu berjalan keluar.

Frans melihat Dona keluar dari ruangannya. Tersirat senyuman di wajah Frans.

" Pak Marcel silahkan masuk, pak Frans sudah menunggu didalam." Ucap Dona.

" Terimakasih ya Cantik." Ucap Marcel.

Marcel mengedipkan salah satu matanya kearah Dona. Dona hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat Bos nya ini. Marcel membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Frans.

" Hallo sobat apa kabar!" Sapa Marcel. Ia berjalan menghampiri Frans.

" Ngapain kamu kesini?" Seru Frans ketus.

" Jangan gitu dong, sahabat datang bukannya dipersilahkan duduk malah disewotin." Ucap Marcel. Ia langsung duduk di depan Frans.

" Sudah tidak usah basa-basi, ada urusan apa kamu kemari?" Tanya Frans dingin.

" Aku kesini cuma mau memastikan, nanti malam kamu jadi datang ke acara makan malam pak Hartono?" Tanya Marcel.

Marcel menyandarkan tubuhnya kepunggung kursi dan menaikan salah satu kakinya kepahanya.

" Jadi..memangnya kenapa!" Tanya Frans ketus.

" Nggak, aku cuma mau memastikan saja, aku ingin tau nanti kamu pergi kesana sama siapa?" Tanya Marcel penasaran.

Marcel tau Frans tidak punya pasangan. Karena selama ini Frans tidak pernah jalan sama wanita manapun. Bukan karena Frans tidak laku, tapi tidak ada satu pun wanita yang bisa menarik hati Frans.

" Sama Dona, memangnya kenapa!" Tanya Frans dengan tatapan penuh curiga.

" Aku kira kamu akan datang sendirian, karena setahu aku kamu nggak pernah tertarik dengan wanita manapun. Sebenarnya aku juga mau mengajak Dona, tapi kalau kamu mau pergi bersamanya, ya sudah tidak jadi." Ucap Marcel dengan memainkan pena di tangannya.

" Kenapa kamu mau mengajak Dona?memangnya tidak ada cewek lain? bukannya stock cewek kamu banyak, kamu bisa tinggal pilih siapa yang ingin kamu ajak jalan." Sindir Frans dengan nada kesal.

" Ya sayangkan kalau ada cewek cantik dianggurin. Aku juga sudah bosen dengan mereka semua. Aku lihat Dona itu berbeda dari wanita lain, dia seakan punya aura yang bisa menarik hati aku ini." Ucap Marcel dengan menyungingkan senyuman.

Marcel juga tertarik sama Dona sejak pertama kali bertemu. Frans menatap Marcel dengan geram. Ia mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali ia menonjok mulut temannya ini. Tapi ia mencoba untuk menahan diri.

" Awas ya kalau kamu berani macam-macam sama Dona. Aku nggak suka kamu mempermainkan karyawan aku. Lebih baik kamu ajak orang lain." Ancam Frans. Ia tidak akan membiarkan Marcel mempermainkan Dona. Frans tau betul siapa itu Marcel.

⭐⭐⭐⭐

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!