“Akan jadi bagaimana, jika seandainya terdapat sebuah Organisasi ******* Dunia yang mempunyai impian untuk mengacaukan dan menguasai seluruh dunia?”
Mari kita mulai kisahnya dengan masa lalu setiap tokoh utama yang di susun sedemikian rupa.
#Nasib Malang Shi Xiong
Kisah ini di buka dengan adegan seorang pemuda dengan pakaian yang telah sobek kiri kanan. Pemuda tersebut berjalan dengan kondisi linglung. Saat pemuda itu melihat seorang wanita cantik dan kaya di pinggir jalan, pemuda tersebut melancarkan aksinya. Tanpa pikir panjang, pemuda tersebut berlari dengan sangat cepat setelah merampas tas wanita yang menjadi korbannya.
Pemuda tersebut bernama Shi Xiong. Shi Xiong Kemudian berlari di ikuti oleh rombongan warga yang mengejarnya. Shi Xiong sedikit menyesal telah melakukan hal tersebut, namun tak ada pilihan selain lari. Sebab jika ia berhenti, ia akan dipukuli oleh massa.
Shi Xiong kemudian mengingat ibunya yang di mana, ibunya tengah di rawat di rumah sakit. Ibu Shi Xiong bernama Shi Yue. Shi Xiong maupun Shi Yue adalah seorang keluarga yang kaya raya sepuluh tahun lalu.
Marga Shi, merupakan marga yang paling dihormati di sebuah tempat bagian negara China. Keluarga Shi Xiong hancur ketika seorang pemuda dari keluarga Ning memprovokasi ayahnya agar mau menjatuhkan bisnis keluarga Shi.
Dengan cara memfitnah Shi Fang yakni ayah Shi Xiong yang telah membunuh salah seorang dari keluarga Ning. Hal itu membuat perpecahan diantara keluarga Shi dan keluarga Ning. Akhirnya, perlahan-lahan bisnis keluarga Shi hancur dengan tipu daya dari keluarga Ning. Hingga pada akhirnya, Shi Fang jatuh bangkrut dengan utang yang besar.
Setelah menjual rumah dan perusahaan juga kendaraan sampai tak bersisa, Shi Fang masih memiliki utang sebesar sepuluh Trilliun. Ditambah lagi, seluruh karyawannya dari kantor pusat dan cabangnya setiap hari demo demi mendapatkan gaji yang sudah sepantasnya ia terima. Hal ini membuat kepala Shi Fang semakin sakit, kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya meninggalkan beban besar kepada istrinya Shi Yue.
Sang istri tentu merasa sedih melihat suaminya Shi Fang memilih bunuh diri. Andai saja bukan karena anaknya, sang istri mungkin saja akan ikut bunuh diri bersama dengan Shi Fang suaminya. Namun apalah dayanya, saat itu Shi Xiong masih berumur lima belas tahun. Selain Shi Xiong, ia juga mempunyai seorang putri dengan paras yang sangat cantik dan telah berumur delapan belas tahun. Putrinya itu bernama Shi Ling.
Saat Shi Yue di adili di pengadilan, pemuda yang menjadi penyebab kehancuran keluarga Shi malah datang memberikan bantuan. Pemuda tersebut membayar utang sepuluh Trilliun dan membayar seluruh gaji karyawan yang senilai dua ratus tujuh puluh satu milliar. Sehingga dana yang dikeluarkannya senilai sepuluh koma dua puluh tujuh Trilliun.
Setelah pengadilan, Shi Yue membawa Shi Xiong dan Shi Ling kembali ke tempat kumuh dimana mereka tinggal saat itu.
Dengan perasaan sedih, Shi Yue pergi keluar ditengah malam dan sampai di sebuah hotel bintang lima setelah setengah jam perjalanan. Di sebuah kamar, Shi Yue bertemu kembali dengan pria yang membayarkan utangnya.
Dari sini terungkap, bahwa pemuda brengsek keluarga Ning itu, mau membayarkan utang keluarga Shi dengan suatu perjanjian.
Yang dimana Shi Yue harus memenuhi hasrat terpendam dari si pemuda brengsek tersebut. Akhirnya, dengan perasaan tidak ikhlas, Shi Yue menghabiskan malamnya bersama pria brengsek yang menjadi penyebab hancurnya keluarga Shi.
Saat Shi Yue pulang di pagi hari, ia mendapati putranya Shi Xiong menangis tersedu-sedu dengan begitu banyak luka. Merasa panik, Shi Yue kemudian membawa Shi Xiong ke-rumah sakit tanpa mengingat Shi Ling putrinya. Alhasil, Setelah Shi Yue sadar akan putrinya, ia berlari keluar dari rumah sakit seperti halnya orang yang dikejar anjing. Sesampainya di rumah, perasaan Shi Yue semakin tercampur aduk saat ia tak melihat putrinya.
Shi Yue kemudian bertanya pada tetangganya, dan Shi Yue kemudian mendapat suatu fakta. Kalau semalam saat ia pergi, segerombolan mafia datang dan membawa putrinya Shi Ling. Shi Xiong yang tak terima, melawan mereka dan berujung dengan kepalanya yang terluka.
Perasaan Shi Yue semakin tercampur aduk saat ia tahu, kalau orang yang membawa putrinya adalah sekelompok mafia dari geng anjing hitam yang berada di bawah kekuasaan keluarga Ning.
Shi Yue benar-benar sangat marah kemudian melaporkan kasusnya ke kantor polisi. Namun, karena seluruh polisi itu sudah di sogok oleh keluarga Ning, maka Shi Yue hanya bisa pasrah dan datang menuju kediaman keluarga Ning. Betapa terkejutnya Shi Yue saat melihat putrinya diper*osa oleh pria brengsek sama yang memaksanya menghabiskan malam dengannya. Merasa tidak terima, Shi Yue mengambil kursi dan melemparkannya ke arah pria brengsek itu.
Lemparan Shi Yue, membuatnya terluka. Alhasil, Shi Ling dan Shi Yue disiksa habis-habisan. Setelah itu, Shi Yue dibiarkan pergi, namun tidak dengan putrinya. Sebab surat yang ditandatangani olehnya sebenarnya adalah surat perjanjian yang menyatakan bahwa setelah pihak a membayar utang pihak b. Maka putri satu-satunya pihak b akan diberikan kepada pihak a sebagai budak yang harus menuruti segala kemauan pihak a meski itu berhubungan dengan kondisi seksual.
“Brengsek!!!”
Yah, setidaknya itulah yang terlintas di kepala Shi Yue. Meski Shi Yue tak terima, namun surat perjanjian itu membuatnya tak mampu berbuat apapun. Sebab pemuda tersebut mendapat dukungan dari pengadilan berkat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Shi Yue. Membayangkan putrinya menjadi budak **** pemuda brengsek itu, membuat Shi Yue kehilangan kesadarannya. Keesokan harinya, ia mendapati dirinya tengah berada di sebuah ruangan putih.
Shi Yue kemudian teringat pada Shi Xiong yang ditinggalkannya di rumah sakit. Hal itu membuatnya segera bergegas dan berujung ia menabrak seorang pria tampan yang baru saja selesai mandi. Setelah itu, Shi Yue langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada orang yang menolongnya. Pria tampan yang merasa penasaran, kemudian mengikuti Shi Yue dari belakang dan menemukan ia masuk ke dalam rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Shi Yue dibuat pusing dengan biaya yang harus dikeluarkan sebab putranya harus segera di operasi. Karena jika tidak, maka Shi Xiong akan wafat dalam waktu dekat. Shi Yue kemudian berlari keluar rumah sakit untuk mencari uang pinjaman sebesar seratus juta. Hal itu membuat Shi Yue benar-benar berada pada puncak kesedihannya. Shi Yue terus berusaha mencari dana ke berbagai tempat dan orang yang merupakan mitra bisnisnya dulu.
Setelah sekian lama, Shi Yue tak mendapat pinjaman. Sampai saat ia mempunyai niat untuk menjual dirinya, ia mendapat telepon dari rumah sakit. Pegawai rumah sakit mengabarkan, kondisi pasien semakin memburuk. Ia pun bergegas ke rumah sakit. Shi Yue benar-benar sudah lupa dengan rasa malunya. Ia tak lagi merasa malu akan apa pun. Saat Shi Yue berniat memohon kepada pemilik rumah sakit, Shi Yue malah menemukan uang tagihan operasi Shi Xiong telah dibayar oleh seseorang.
Setelah Shi Xiong dioperasi, tepat di pagi hari, dihari yang cerah. Pemuda yang menolong Shi Yue beberapa waktu yang lalu, datang menghampiri-Nya. Mengetahui pemuda itulah yang menolongnya membayar tagihan rumah sakit, Shi Yue tak tahu harus berkata apa. Shi Yue hanya bisa berlutut dan saat Shi Yue hampir sujud, pemuda tersebut menghentikan aksinya. Pemuda tersebut berkata bahwa dirinya adalah seorang yang pernah ditolongnya dimasa lampau.
Pemuda tersebut bernama Ye Lan. Ia adalah pemuda yang ditolong Shi Fang sewaktu ia masih muda. Saat itu, Ye Lan masih berumur sebelas tahun. Ye Lan hidup seorang diri atau yatim Piatu. Namun, karena Shi Fang adalah orang yang baik dan suka menolong, maka waktu itu Ye Lan juga ditolongnya. Ye Lan disekolahkan oleh Shi Fang. Dua tahun setelah Ye Lan disekolahkan, Shi Fang menikah dengan Shi Yue yang merupakan gadis cantik dan baik hati.
Merasa ia takkan sukses tanpa bantuan Shi Fang, Ye Lan kemudian berhutang Budi kepadanya. Setiap hari ia terus belajar dengan giat agar suatu hari nanti ia akan mampu membalas hutang budinya. Dan hal itu benar-benar terjadi, Ye Lan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membalas hutang budinya. Setelah beberapa saat, Shi Yue dan Ye Lan pergi ke taman rumah sakit untuk berbincang.
Ye Lan kemudian bertanya tentang Shi Fang dan dibalas dengan Shi Yue menceritakan segala kejadian yang menimpa mereka. Dari sanalah Shi Yue menangis tersedu-sedu meluapkan segala kesedihannya di depan Ye Lan. Ye Lan yang tahu bahwa Shi Fang bunuh diri karena merasa tertekan, membuatnya merasa teramat kesal. Namun, Ye Lan juga tak mampu berbuat banyak. Sebab ia hanya seorang pengusaha dan di bawah naungan keluarga Ning.
Merasa dirinya bekerja untuk orang yang sangat kejam membuat dirinya sedikit menyesal bekerja untuk keluarga Ning. Bermodalkan cerita itu, Ye Lan memutuskan hubungan dengan keluarga Ning dan menjadi perusahaan swasta yang tidak terikat akan pemerintah maupun keluarga Ning. Namun, itu hanya rencana. Faktanya, akan sangat sulit melakukannya. Sebab dengan memutuskan hubungan dengan keluarga Ning maka itu berarti memutuskan hubungan dengan para investor. Yang dimana perusahaan tanpa investor dijamin bangkrut.
Setelah bercerita dengan Ye Lan, Shi Yue kembali menemui Shi Xiong yang dalam keadaan terbaring lemas di rumah sakit. Shi Yue menjaga putranya selama beberapa saat sampai ia tertidur. Setelah itu, ia keluar dan segera menuju ke rumah Ye Lan. Sesampainya di rumah Ye Lan, Shi Yue meminta tolong agar Ye Lan bersedia membantu dirinya untuk membawa mereka keluar dari negara China. Shi Yue berencana membawa putrinya Shi Ling dan Shi Xiong pergi ke tempat yang jauh.
Ye Lan yang merasa berhutang Budi, bersedia membantu Shi Yue. Keesokan harinya, Ye Lan pergi ke kantornya. Sesampainya di kantor, mata Ye Lan terbuka lebar saat melihat investor dari keluarga Ning hendak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh dua orang yang bukan muhrimnya. Dengan ancaman akan dipecat dan seluruh keluarganya dalam bahaya, mereka memaksa seorang karyawan wanita untuk melayani mereka yang berjumlah tiga orang.
Ye Lan benar-benar kesal melihat perilaku mereka. Bahkan, saat Ye Lan datang. Mereka bertiga masih sangat sombong seakan Ye Lan hanyalah seorang budak di perusahaan itu. Alhasil, Ye Lan benar-benar marah namun ia menahannya. Kemudian diadakanlah rapat setelah nya. Dalam rapat, Ye Lan mengatakan akan menjual sahamnya pada para investor yang berminat. Rapat berlangsung lama dengan hasil, Ye Lan berhasil menjual sahamnya kepada seorang investor.
Dengan uang itulah, Ye Lan akan membawa Shi Yue dan anaknya pergi ke tempat yang jauh dan mendirikan perusahaan dengan uangnya. Setelah beberapa lama, Ye Lan pulang ke rumah. Rencana pun telah matang. Hanya sisa bagaimana cara mereka membawa putri Shi Yue yaitu Shi Ling dari genggaman keluarga Ning. Setelah seminggu, Shi Xiong akhirnya pulih dan dibawa ke rumah milik Ye Lan. Setelah itu, Shi Xiong di buat pingsan oleh Ye Lan dan dimasukkan ke dalam kotak barang dan dikirim melalui jalur laut.
Setelah Shi Xiong dibawa pergi, Shi Yue dan Ye Lan merencenakan pelarian mereka. Keesokan harinya, Ye Lan pergi mengurus tiket dan Shi Yue pergi menolong putrinya Shi Ling. Hari itu diadakan pesta besar-besaran di kediaman Ning. Shi Yue tahu letak putrinya selalu dikurung berkat bantuan Ye Lan. Saat acara berlangsung, Shi Ling di sekap di dalam kamar. Hal itu kemudian di manfaatkan oleh Shi Yue ibu kandungnya.
Setelah itu, Shi Yue menyelinap dan berhasil ke depan pintu kamar tempat putrinya dikurung. Setelah beberapa lama berusaha. Shi Yue akhirnya berhasil membuka pintu kamar. Namun, betapa terkejutnya Shi Yue ketika melihat putrinya telah tewas gantung diri. Shi Yue melihat kondisi putrinya yang memprihatinkan. Seluruh tubuh Shi Yue penuh dengan luka cambuk dan bekas tamparan keras di wajahnya. Air mata Shi Yue keluar dengan sendirinya.
Shi Yue tak kuasa menahan marahnya. Shi Yue kemudian menyembunyikan pisau dibalik pakainnya. Kemudian bergabung dalam keramaian. Shi Yue kemudian menyerang pria brengsek yang membuatnya menderita. Shi Yue menyerang di bagian leher. Sehingga Shi Yue dihadapkan pada satu masalah besar saat beberapa orang dari geng anjing hitam mulai menyerang Shi Yue. Namun, bukannya melawan Shi Yue malah pasrah sehingga mendapat luka yang menggores wajah dan lengan kirinya.
Saat salah satu dari mereka hendak menghabisi Shi Yue, Ye Lan kemudian datang dan menolong Shi Yue tepat waktu. Karena tak aman berada di sana. Ye Lan membawa Shi Yue pergi meninggalkan China lewat jalur udara. Setelah beberapa jam perjalanan, Shi Yue dan Ye Lan tiba di sebuah negara, yakni Negara kesatuan republik Indonesia. Sesampainya di sana, Ye Lan langsung membawa Shi Yue ke rumah sakit terdekat untuk segera menolong Shi Yue.
Keesokan harinya, Ye Lan pergi ke pelabuhan untuk mengambil barang kirimannya yang tentunya adalah Shi Xiong. Setelah penjelasan panjang lebar, Shi Xiong pergi ke rumah sakit tempat ibunya di rawat. Keesokan harinya, Ye Lan kembali ke Negara China sebab ia mengingat kakaknya yang mungkin saja akan menjadi sasaran geng anjing hitam. Sesampainya di kediaman sang kakak, Ye Lan melihat penampakan kakaknya yang sudah tak bernyawa.
Saat Ye Lan ingin kabur, beberapa orang menghadangnya. Setelah beberapa saat bertarung, akhirnya Ye Lan tak lagi mampu melawan dan akhirnya wafat di bunuh oleh geng anjing hitam. Sementara itu, kondisi Shi Yue semakin memburuk sebab pisau yang digunakan geng anjing hitam, ternyata memiliki racun. Sehingga dokter hanya bisa menolongnya dengan cara operasi dan itupun tak seutuhnya sembuh.
Beruntung, biaya rumah sakit telah dibayar oleh Ye Lan menggunakan kartu kredit. Sehingga tagihannya akan langsung di arahkan ke kartu kreditnya. Setelah selesai dioperasi, dokter menyarankan agar sering-sering minum air kelapa. Dalam waktu yang cukup singkat, Shi Yue hanya terdiam setiap saat. Penderitaan mereka tak hanya sampai disitu, sebab Shi Xiong dan ibunya Shi Yue sekarang tinggal di bawah kolom jembatan. Mereka benar-benar menggelandang.
Dengan kondisi ibunya yang hanya terdiam seperti halnya patung, Shi Xiong menanggung semua bebannya. Shi Xiong berusaha mencari nafkah dengan memungut sampah dijalan untuk kemudian ditimbang. Hari terus dilalui Shi Xiong dengan cara yang sama. Kondisi ibunya juga masih sama, seperti halnya sebuah patung. Tampaknya, kejadian itu benar-benar membuat mentalnya terguncang hebat.
Suatu hari, Shi Xiong melihat sebuah perumahan yang dalam kondisi sedang dibangun.
Shi Xiong kemudian menawarkan diri untuk bekerja sebagai kuli. Karena memang kekurangan kuli, dan Shi Xiong yang saat itu telah berumur tujuh belas tahun, maka mandor akhirnya menerima Shi Xiong bekerja disana. Sebulan setelahnya, Shi Xiong menyewa kontrakan kecil dan membawa ibunya untuk tinggal disana.
Karena telah punya uang, Shi Xiong membelikan obat untuk ibunya dan sering Kali membeli kelapa muda untuk ibunya sesuai saran dokter. Alhasil, Shi Yue pulih secara perlahan. Tak lama kemudian, Shi Xiong kehilangan pekerjaan lantaran perumahan yang dikerjanya telah berhasil dibangun. Meski begitu, itu tak membuat Shi Xiong putus asa. Shi Xiong kemudian keluar untuk mencari pekerjaan namun kembali dengan tangan kosong.
Saat pulang ke rumah, senyum bahagia terukir di wajah Shi Xiong saat melihat ibunya sedang memasak yang artinya, Shi Yue ibunya Shi Xiong telah pulih dari traumanya. Beberapa hari dilalui Shi Xiong dengan senyum diwajahnya. Senyum itu hilang perlahan saat menyadari racun didalam tubuh ibunya ternyata masih ada dan itu membuat ibunya merasa sangat lemas. Shi Xiong kemudian pergi ke pinggir danau tempat favoritnya ketika ia sedang marah, sedih, ataupun galau.
Tempat itu sering ia datangi saat setiap kali berusaha membuat ibunya tersenyum namun berujung kegagalan. Shi Xiong kali ini benar-benar menyalahkan Tuhan. Shi Xiong kemudian mengambil sebuah batu dan melemparkannya di danau. Esoknya, kondisi Shi Yue semakin buruk. Tak ada pilihan selain membawa ibunya ke rumah sakit. Betapa terkejutnya Shi Xiong saat mengetahui bahwa racun dalam tubuh ibunya telah lama hilang berkat air kelapa.
Namun, yang membuat ibunya sakit adalah karena penyakit kanker darah. Terlebih lagi penyakit yang diderita Shi Yue telah mencapai kanker stadium dua. Setiap hari Shi Xiong dibuat pusing dengan tagihan rumah sakit. Shi Xiong benar-benar telah berusaha sebisanya. Alhasil, dalam waktu singkat, tabungan Shi Xiong habis tak bersisa. Kemudian Shi Xiong diharuskan membayar untuk menebus obat untuk ibunya.
Shi Xiong yang tak punya uang dan pekerjaan hendak mencari pinjaman namun tak mendapat apa-apa. Beberapa hari telah berlalu. Alhasil, Shi Xiong belum bisa membayar uang tagihan. Sebab, jangankan tagihan uang untuk makan pun nggak ada. Shi Xiong juga belum makan selama tiga hari dan hanya meng-komsumsi air setiap harinya.
Suatu hari, Shi Xiong berjalan sambil mengingat kondisi ibunya di rumah sakit. Di tengah Linglung-nya Shi Xiong, Seorang Wanita kaya dengan banyak emas di tubunya tengah berdiri di pinggir jalan. Shi Xiong yang tak punya pilihan lain langsung memutuskan untuk menjambret tas wanita itu demi membayar tagihan rumah sakit agar ibunya dapat diobati segera.
Dalam waktu singkat, Shi Xiong merampas tas wanita itu dan langsung berlari diikuti oleh rombongan warga yang mengejarnya. Saat sedang lari, Shi Xiong sempat menyesal namun jika ia berhenti maka ia akan dipukuli oleh massa. Shi Xiong tak lagi punya pilihan selain terus berlari. Shi Xiong kemudian berlari melewati jalan-jalan sempit di sebuah perumahan. Tepat sebuah tikungan, Shi Xiong melompat dan langsung menyembunyikan dirinya diantara rerumputan.
Alhasil, Shi Xiong pun selamat dari amukan warga. Setelah situasi sedikit aman, Shi Xiong keluar dan berniat menggunakan uang yang dicurinya untuk berobat ibunya. Sesampainya dirumah sakit, uang hasil curian Shi Xiong belum cukup sehingga Shi Xiong memutuskan merampok di sebuah rumah besar. Ibu Shi Xiong tentu tak tahu atas apa yang dilakukan oleh putranya.
Setidaknya, Shi Xiong-lah yang menjadi alasan terbesar Shi Yue untuk tetap hidup. Kondisi Shi Yue Semakin buruk setiap harinya. Shi Xiong hanya bisa melihat ibunya terbaring dirumah sakit. Tak ada pilihan lain, Shi Xiong memutuskan untuk pergi merampok.
Esoknya, Shi Xiong langsung berjalan keliling kompleks untuk mencari targetnya. Shi Xiong kemudian menemukan sebuah rumah yang sangat besar. Alhasil, Shi Xiong memutuskan untuk merampok rumah itu.
Shi Xiong kemudian mempersiapkan semua peralatannya. Rencana telah disiapkan Shi Xiong dengan sangat matang. Sebelum beraksi, ia ke-rumah sakit menjenguk ibunya.
Disana ia menemukan ibunya seorang diri dalam ruangan. Shi Yue merasa ada yang tidak beres dengan perilaku anaknya belakangan ini. Merasa putranya telah melakukan hal yang salah demi dirinya, Shi Yue membuat Shi Xiong berjanji bahkan bersumpah tidak akan melakukan hal jahat.
Tak ingin ibunya kecewa, Shi Xiong kemudian memutuskan untuk bersumpah di hadapan ibunya untuk tidak akan melakukan sesuatu yang salah. Shi Xiong kemudian pulang dan mengurungkan niatnya untuk merampok. Shi Xiong tak menyerah sampai disana, ia terus mencari pekerjaan.
Tak kunjung mendapat pekerjaan, Shi Xiong malah menurunkan harga dirinya dan segera memohon kepada beberapa orang untuk memperkerjakan dirinya. Meski dengan tanpa rasa malu Shi Xiong memohon kepada beberapa orang, namun faktanya tak seorang pun yang menerimanya bekerja. Shi Xiong semakin frustasi, ia kemudian kembali ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Belum sampai ia diruangan, ibunya dicaci maki oleh seorang suster sebab tak kunjung membayar tagihan.
Bukan hanya itu, Shi Yue juga direndahkan sebab hanya menjadi benalu dirumah sakit. Merasa tidak terima, Shi Xiong ingin menghajar suster itu. Sebelum Shi Xiong beraksi, ibunya melihatnya dan langsung menyadari akan emosi putranya.
Untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Shi Yue langsung memanggil putranya. Shi Xiong kemudian berjalan mendekati ranjang ibunya dengan perasaan kesal yang berusaha ditahannya. Melihat ekspresi wajah Shi Xiong yang sangat marah sampai telinganya ikut merah, si suster hanya mengingatkan untuk segera membayar tagihan dan langsung pergi demi menghindari konflik yang tidak diinginkan.
Shi Xiong kemudian menyalahkan dirinya yang tidak berguna sebagai seorang anak. Ia tak bisa melakukan banyak untuk menolong ibunya. Ia sudah melakukan semua yang dia bisa bahkan sampai membuat ia tak kenal lagi dengan perasaan malu. Kekesalan Shi Xiong sedikit mereda saat mengobrol pada ibunya.
Shi Xiong kemudian meminta maaf pada ibunya sebab tak dapat membayar tagihan. Shi Xiong juga meminta maaf sebab karena dirinya yang tidak berguna, ibunya harus dicaci maki bahkan dihina oleh seseorang.
Shi Xiong tak bisa memaafkan dirinya sendiri saat melihat air mata ibunya mengalir saat dihina. Tentu itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk Shi Yue.
Bagi Shi Yue yang merupakan seorang konglomerat sepuluh tahun lalu tentu sangat dihormati. Shi Yue juga tak pernah mendapat kritik buruk tentang dirinya dikarenakan akhlaknya yang baik. Sehingga saat mendapat hinaan dari pihak rumah sakit, hati Shi Yue terasa tertusuk duri yang sangat tajam. Shi Yue benar-benar sudah lupa, kapan ia tersenyum terakhir kalinya.
Sejak kematian suaminya yang bunuh diri, Shi Yue memang tidak pernah lagi tersenyum. Setiap saatnya dia lalui dengan air mata sejak saat itu. Shi Xiong juga tak bisa berbuat banyak. Shi Xiong juga tak bisa menahan tangis di depan ibunya. Melihat putranya ikut menangis, Shi Yue langsung memeluknya. Suster tadi yang menghinanya, merasa bersalah saat melihat mereka berdua yang bagaikan drama Indosiar. Esoknya, kondisi Shi Yue semakin memburuk.
Dokter telah memvonisnya mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Tak ada pilihan, Shi Xiong semakin terpukul saat mendengar kabar tersebut. Setelah beberapa saat, Shi Xiong telah berada dipinggir danau tempat favoritnya. Shi Xiong kemudian melempar batu yang telah dikumpulkannya satu persatu. Shi Xiong melemparkan batu dengan lesu.
Wajah Shi Xiong mulai pucat saking banyaknya berpikir. Setiap batu yang dilemparkan Shi Xiong, dia selalu mengatakan kekesalannya. Shi Xiong bahkan menyalahkan Tuhan atas segalanya. Shi Xiong bisa saja pasrah pada hidupnya namun ia masih punya orang tua yang ingin dia bahagiakan.
Setelah melempar batuan sampai habis, Shi Xiong kemudian menangis sejadi-jadinya dengan menyembunyikan wajahnya. Cukup lama Shi Xiong menangis, sudah terlalu banyak masalah yang dia hadapi.
Dengan penyakit kanker stadium akhir, sekalipun Shi Xiong punya banyak uang juga belum tentu bisa sembuh. Shi Xiong kemudian menjenguk ibunya dirumah sakit. Shi Xiong kemudian menemukan wajah ibunya sudah sangat pucat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!