NovelToon NovelToon

Berbagi Suami

Awal

Apa kah aku bisa tegar melihat suamiku ku Adam Putra bersama Iva Kalila orang ketiga dalam hubungan pernikahan kami itu akan menikah, membayangkannya saja sudah sakit apalagi sampai melihat langsung mereka berdua sedang dipelaminan.

Aku tak mau dimadu tapi suamiku itu tak mau mendengar penolakan ku. Katanya tanpa persetujuanku dia akan tetap menikah dengan Iva.

Apakah ini adil buat ku, kami bahkan harus tinggal satu rumah keterlaluan sekali kan dia.

Aku anak yatim piatu, kedua orang tua ku meninggal dalam kecelakaan dan mau tak mau aku harus bisa mandiri.

Keluarga besar keluargaku bahkan tak mau menerimaku saat kedua orang tua ku meninggal. Mereka bilang aku hanya akan membebankan mereka saja.

Memang awal-awalnya sulit, namun itu tak bertahan lama, karena aku bertemu dengan Adam Putra laki-laki baik tapi sekarang aku sudah tau bagaimana Adam suamiku berubah menjadi lelaki berengsek.

Yang mempermaikan hatiku sesuka hatinya, mungkin karena aku bukan orang berada jadi dia seenaknya padaku.

Awal aku sampai bisa menikah dengan Adam karna bekerja di satu kantor yang sama, diperusahaan pengiriman barang terbesar se indonesia dan sudah banyak cabangnya yaitu perusahaan Yogaswara.

Adam adalah bagian keuanggan dan sedangkan aku hanya staf biasa. Memang kita menjalani pacaran cuman sebentar tak sampai 1 tahun.

Adam langsung memutuskan untuk menikahiku katanya takut diambil sama orang lain dan katanya juga aku itu sudah pas kalau jadi istrinya.

Awalnya orang tua Adam tak merestui hubungan kami. Tapi karena Adam yang ngotot ingin menikahiku akhirnya ya sekarang aku menjadi istrinya meskipun kedua orang tua Adam sampai sekarang tak menyukai ku.

Disana adalah awal pertemuan ku Inara Lathifa bersama Adam Putra. Banyak sekali yang mengagumi Adam namun dia memelihku.

Dulu bahkan temanku meragukan cinta Adam dan melarangku untuk menikahinya namun karena aku sudah dibutakan oleh cinta aku tak mendengarkan ucapan temanku itu.

Awalnya aku sangat bersyukur ada laki-laki yang mau menikah dengan ku, akhirnya aku mempunyai seorang pelindung kembali setelah ayahku.

Aku menikah dengan Adam di usiaku yang masih sangat muda di umurku yang baru genap 19 tahun sedangkan waktu itu Adam sudah 27 tahun. Ya jadi aku yakin kalau menikah dengan laki-laki yang umurnya cukup jauh dari ku tidak akan selingkuh dan terus membahagikan ku.

Tapi ternyata aku salah, malahan salah besar umur tak menjamin dia akan selingkuh atau tidak.

Dulu entah karena aku yang bodoh atau bagaimana bisa terayu oleh gombalan laki-laki berengsek itu.

Seharusnya saat kedua orang tuanya tak merestui kami, harusya aku mundur bukannya terus melangkah dan pada akhirnya aku menderita.

Dan yang bodohnya lagi aku keluar dari pekerjaanku, tadinya aku menganggap hidupku akan bahagia akan senang namun itu semua hanya mimpiku saja.

Aku keluar dari perusahaan itu karna ingin fokus mengurus suamiku tadinya,ingin berbakti pada suamiku , namun bukan sesuai dengan apa yang aku inginkan. Aku malah dikhiani olenya.

Tega sekali dia menduakan aku dengan perempuan itu, dengan tidak memikirkan perasaan ku dia membawa perempuan itu kerumah kita.

Apakah pantas seorang suami membawa perempuan lain kerumahnya yang sudah dihuni bersama istrinya.

Apakah dia tak memikirkan perasaan kubagaimana, terus aku selama ini dianggap apa. Apa aku bisa merebut hati suami ku kembali ??

Awal aku curiga bahwa suamiku selingkuh saat aku melihat setruk pemesannan kamar hotel setiap minggunya dan setiap sabtu minggu tak pernah pulang, pasti ada saja alasan, itu bertepatan saat rumah tangga kita sudah menginjak 3 tahun.

Untuk apa Adam menginap di hotel jika mempunyai Rumah sendiri kenapa tak pulang saja, dirumah ada istri yang setia menunggunnya dan Adam malah menghianatiku.

Waktu itu aku menemukan sebuah lipstik di mobil suamiku itu namun dia tak mengakuinya malah marah-marah padaku dan menurunkan ku dijalanan sendiri. Sunggung tega suamiku itu.

Tak hanya itu saja banyak sekali bukti-bukti yang aku temukan sampai semuanya terbongkar semua kebusukan suamiku terbuka di depan mataku sendiri.

Namun aku masih bertahan karena sekarang aku bergantung hidup pada Adam.

Harus pada siapa aku mengadukan semua ini, sedangkan didunia ini aku tak mempunyai siapa-siapa hidup sebatang kara.

Orang tuanya bahkan mendukung anaknyanya yang menduakan ku, karna mereka dari awal memang tak menyukaiku kan.

Alasan mereka tak menyukai ku karena aku bukan orang berada seperti mereka aku hanya rakyat biasa, katanya aku beruntung bisa menikah dengan Adam laki-laki mapan yang sudah mempunyai segalanya.

Dan jika aku berkunjung kerumah mertuaku itu pasti mereka selalu memcaci makiku sesuka mereka , aku hanya diam dengan malu, memang awal-awal Adam selalu membelaku, namun lama kelamaan dia tak pernah membelaku lagi, dia hanya melihatku saja dari kejauhan dan tersenyum tipis seperti senang istrinya ini di salahkan terus.

Aku jika kerumah mertuaku selalu di buat seperti pembantu saja, semua kerjaan rumah aku yang melakukannya. Meskipun mereka mempunyai pembantu.

Namun aku tak bisa berbuat apa-apa, aku tak bisa melawan mereka karena aku mengormati mereka berdua.Mana mungkin aku bisa melawan orang tua.

Awal ceritaku yang menyakitkan ini akan dimulai penuh dengan luka dan caci maki dari mereka.

Apakah aku bisa menghadapi mereka ??

Suamiku menjadi kasar dan tak berbelas kasihan sama sekali padaku.

Aku sekarang memang pantas disebut pembantu bukan istri lagi, bahkan istri muda suamiku pun berani padaku.

Namun aku mempuncai tekad aku tak akan kalah dengan istri kedua suamiku, selagi aku masih bisa melawan aku akan melawannya.

Tak peduli suami ku akan lebih kasar lagi padaku yang terpenting aku tak mau kalah dari pelakor itu, aku harus berjuang untuk mendapatkan suamiku kembali.

Meskipun dia berengsek dia tetap suamiku aku tak bisa membantahnya.

Apakah pantas Adam masih aku perjuangkan ??

Adam membawa Iva kerumah

Aku yang memang sedari tadi sedang menunggu suami ku sambil menonton Tv, saat mendengar bell rumah berbunyi secepat kilat aku buka pintu, itu benar suami Adam, namun ada yang aneh. Adam membawa perempuan dan merangkul pingangnya dengan mesra.

"Mas dia siapa " tanya ku dengan penasaran aku masih menganggapnya kalau perempuan itu teman suamiku.

"Oh ini ya istri mu yang kampungan itu " ucap perempuan itu dengan sewot.

"Kenalkan aku Iva calon istri suami mu, mulai sekarang kamu siap-siap untuk membagi suami mu ini dengan ku " sambung perempuan itu.

Inara sangat kaget mendengarnya apa ini maksudnya ," apa ini mas, kenapa perempuan ini mengaku-ngaku sebagai calon istrimu, kamu tak pernah bilang akan menikah lagi kenapa tiba-tiba perempuan ini datang " ucap Inara dengan marah.

Mereka berdua tak menghiraukan Inara malah melengos bengitu saja pergi meninggalkan Inara di depan pintu.

Dengan marah disusulnya suaminya itu dengan perempuan yang dibawanya tadi, amarahnya sudah tak bisa ditahan lagi.

"Jelaskan semuanya mas , kau jangan diam saja " sambil menarik tangan Adam.

"Ya memang aku akan menikahi Iva, kamu harus mau di madu dan tak usah banyak menuntutku kau hanya perlu diam dan menurut saja padaku"

"Apa alasanyanya sampai kamu tega khianati aku" dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras.

"Kau tau alasannya. Aku ingin punya anak Nara sedangkan kamu tak bisa memberiku anak, aku juga sudah dituntut terus oleh ibu dan ayahku untuk segera mempunyai anak, namun apa daya kau bukan wanita sempurna yang bisa memberiku anak Nara, jadi jangan salah kan aku jika aku menduakanmu, salahkan lah dirimu sendiri karna tak becus tidak bisa memberiku seorang anak " marah adam sambil memaki Inara.

"Apa karna masalah itu saja kamu menduakan ku mas, lalu cinta mu untukku kemana mas , dan janji mu yang akan selalu hidup bersamaku dan tidak menduakan ku kemana. Itu semua kehendak tuhan mas kita belum diberikan seorang anak "

"Ah hidup ini bukan tentang cinta saja Nara, namun harus ada penerus pula untuk keluargaku, aku ingin anak Nara " ucam Adam dengan berteriak dan melengos pergi bersama calon istrinya itu kekamar tamu.

"Oh ya aku lupa bereskan semua barangmu itu dari kamarku dan kau pindah kekamar lain, terserah kau mau dikamar mana pun aku tak akan melarang " ucap Adam yang memang masih belum masuk kedalam kamar itu.

"Kalai begitu ceraikan aku mas, aku tak mau dimadu dan aku tak mau pindah kekamar manapum" teriak Inara dengan merasakan sesak dihatinya.

"Tak akan pernah aku ceraikan kamu Inara sampai kapan pun, jika kau masih ada dikamar itu lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan padamu" sambil membuka pintu dan menutupnya dengan sangat keras.

Inara sunggung sangat hancur , sehancur-hancurnya dia sampai tak bisa menopang lagi tubuhnya dan terjatuh sambil menangis dengan pilu, meratapi hidupnya yang hancur seketika, kenapa tuhan memberikan cobaan yang sangat berat.

Saat tangisnya sudah mereda Inara bergegas pergi kekamar nya bersama Adam menatap satu persatu foto mereka berdua.

Rasanya ingin kembali jadi pengantin baru yang sedang romantis-romantisnya namun waktu tak bisa berputar kembali kemasa lalu.

Daripada bertengkar dengan suaminya itu dan membuat senang pelakornya karena dia dimarahi oleh suami lebih baik dia mengalah untuk pindah kekamar lain.

Segera Inara bereskan barang-barangnya satu-persatu tanpa ada yang tersisa dia tak sudi jika nanti barang-barangnya dipakai oleh pelakor itu.

Dan jangan harap dia akan berbaik hati pada pelakor itu dia tak akan mau kalah dengan dia.

Di bawanya semua barangnya itu kelantai bawah satu persatu dan ditempatkan dikamar paling ujung dekat dengan dapur.

Sudah selesai semua barang-barang Inara di bawa dan disusunnya kembali semua barang-barangnya itu.

Hari ini sangat melelahkan bahkan bukan badannya saja yang lelah namun hatinya sakit melihat suami tercintanya membawa perempuan lain dan akan menikah pula dengannya.

Pasti kedua orang tuanya Adam senang melihatnya seperti ini, dia juga sama seperti Adam ingin punya anak.

Namun jika Allah belum berkehendak memberikannya seorang anak dia harus bagaimana.

Dulu dia kan sudah memberi saran pada suaminya itu untuk mengadopsi anak saja dipanti asuhan untuk memancingnya agar cepat-cepat mempunyai anak.

Namun suaminya itu malah membantahnya dengan mentah-mentah dan kedua orang tuanya malah menghinanya habis-habisan.

Memang kurang ya mempunyai istri yang setia dan menurut padanya, Adam tak mau sabar menantikan anak yang lahir dari rahimnya malah mencari kembali perempuan yang bisa memberikannya seorang anak.

Sekarang aku harus meminta bantuan pada siapa bahkan teman pun aku tak punya karena saking fokusnya aku mengurus rumah dan suamiku aku bahkan tak sempat untuk mempunyai teman.

Seharusnya aku dulu bekerja saja ya, pasti aku tak akan seperti ini tak tau tujuan, ingin pergi juga kemana aku tak punya tujuan sama sekali.

Dulu rumah orang tua ku masih ada namun Adam malah menjualnya, katanya buat apa sekarang Inara kan sudah menjadi istrinya.

Uangnya pun bahkan sudah dibelikan rumah yang sekarang aku tempati namun dengan bodohnya dulu aku tak mau sertifikat atas namaku sendiri malah nama Adam.

Kalau saja rumah ini atas nama diriku aku bisa mengusir mereka berdua.

Tapi aku harus bisa berbuat sesuatu , aku harus mendapatkan surat rumah ini.

Aku tak mau sampai nanti rumah ini dijual oleh Adam dan suatu saat aku harus bisa merebut yang menjadi hak ku.

Sekarang yang harus aku lakukan mencoba menerima perempuan itu untuk menjadi maduku.

Meskipun sampai kapan pun aku tak akan iklas menerima perempuan itu tapi untuk kelanjutan hidupku aku harus mau.

Ini seperti mimpi yang sama sekali tak di inginkan oleh setiap wanita, mana ada wanita yang rela membagi suaminya dengan perempuan lain.

Mustahil akan ada yang mau di duakan dengan sepenuh hati pasti tak akan ada.

Perlahan Inara membaringkan tubuhnya itu diatas tempat tidur sambil menatap langit-langit semoga saja nanti dia saat terbangun ini hanya mimpi dan nanti saat bangun suaminya akan memeluknya seperti biasa.

Ya benar sekarang yang diperlukan olehnya hanya tidur dan mengembalikan semua kehidupannya yang semula sangat bahagia dan penuh kehangatan meski tanpa kehadiran seorang anak.

Segera Inara menghapus air matanya dan memejamkan kedua matanya sambi tersenyum dengan senang dan berharap semua ini hanya mimpi.

Ditariknya selimbutnya dan dengan tenang Inara tidur tanpa beban dan memikirkan yang sudah terjadi tadi.

Harus memasak

Adam sangat lapar sekali,dia meminta Iva untuk memasak namun Iva menolak alasanya dia tak bisa.

"Enak saja laki-laki itu menyuruhku memasak nanti kuku ku bisa rusak lagi dan nanti wajahku jerawatan " monolog Iva saat pacarnya itu sudah keluar dari kamar.

Adam akhirnya harus mencara Inara, namun sudah dicari kemana-mana tak ada istrinya itu,satu lagi yang belum dia cek kamar sebelah dapur.

Perlahan Adam membuka pintunya dan benar ada Inara disana sedang tertidur meringkuk seperti janin bayi.

Dibangunkannya Inara dengan kasarnya "Nara bangun aku lapar, apa kah kau tak memasak untuk ku " sambil menguncang tubuh Inara dan sesekali menepuk tangannya namun sangat keras.

Inara yang sedang nyenyak-nyenyak nya tidur, terperanjat karna dibangun dengan begitu kasarnya dibuka matanya perlahan itu suaminya.

"Ada apa mas " dengan suara yang parau.

"Aku lapar cepat buatkan aku makanan untuk ku beserta Iva dia sedang hamil cepat "

Setelah nyawaku berkumpul segera aku bangun ternyata saat aku bangun tak seperti yang aku bayangkan saat aku tadi memejamkan mata ternyata semua ini bukan mimpi ini nyata.

Aku yang mendengarnya bahwa perempuan itu sudah hamil membuat luka dihatiku bertambah kembali. Sunggung sakit sekali lukanya sudah ditambah kembali oleh suaminya ini.

"Sejak kapan mas, sudah berapa lama kamu menjalin kasih dengan wanita itu " dengan pandangan kosong kedepan serta air mata yang mengalir deras.

"Sudah 2 tahun dan dia sekarang sedang mengandung anak ku, jadi kamu harus layani dia dengan baik, awas saja kalau kau melakukan kesalan aku akan memberi pelajaran padamu. Cepat aku lapar "ucap Adam sambil melengos pergi keluar dari kamar itu dan membatinyanya cukup keras.

Inara memukul-mukul dadanya yang tiba-tiba saja sesak, mendapatkan berbagai kejutan yang tak terduga. Ini sakit sekali aku tak bisa menerimanya.

Ternyata suaminya ini sudah lama menghianatinya, tega sekali suamiku ini.

Dengan perlahan Inara mencoba untuk menguatkan dirinya dan langsung menghapus air matanya itu dan pergi ke dapur untuk memasak.

Inara hanya memasak apa yang ada di didalam kulkas kemarin dia belum sempat berbelanja.

Tiba-tiba suaminya dan selingkuhannya itu datang bersama-sama sambil saling menggengam.

Inara yang melihat itu mencoba menguatkan dirinya supaya tak menangis melihat semua ini.

Aku harus kuat jangan terlihat lemah dihadapan mereka berdua nanti malah jadi seenaknya kalau aku terlihat lemah dihadapan mereka.

"Cepat sajikan makananya bukannya diam saja kau " teriak Adam.

Inara pun menurut dan menata semua makanannya di meja sedangkan Adam membantu Iva untuk duduk dengan sangat perhatinya dan sesekali mengusap perut Iva yang belum terlihat membesar.

Inara pun sama ingin diperlakuka seperti itu oleh suaminya namun itu akan mustahil.

"Kau nanti tak boleh makan lagi dimeja makan, setiap hari kau siapkan seluruh kebutuhan ku dan Iva "

"Kenapa seperti itu mas memangnya aku pembantu kalian. Aku ini istri mu mas kenapa kau perlakukan aku seperti ini "

"Berani kau membantahku dasar istri tak tau diri masih untung kau masih ku tampung "bentak Adam sambil menampar muka Inara.

"Ya kalau begitu kau ceraikan aku dan berikan rumah ini padaku, kita membeli rumah itu memakai uang hasil penjualan rumah orang tuaku " ucap Inara dengan berani..

Baru kali ini dia di tampar oleh suami sendiri dan baru kali ini juga dia dibentak-bentak.

"Harus aku ucapkan berapa kali aku tak akan menceraikan mu, hah ini rumahmu kata siapa bukannya kau sendiri yang tak mau mengatasnamakan rumah ini atas nama mu dan kau sendiri yang mau rumah ini atas namaku jadi sekarang ini rumahku bukan rumahmu " ucap Adam dengan angkuhnya.

dengan berderai air mata Inara pergi ke kamarnya tanpa mendengarkan sepatah katapun suaminya yang dari tadi berteriak padanya.

Iva yang melihat pertengkaran suami istri itu sangat senang misi berhasil untuk menjadi istri orang kaya, ya meskipun harus jadi orang ketiga.

"Kenapa kau tak menceraikannya saja sih mas, kan sudah ada aku dan anak kita. Lalu apa gunanya perempuan itu untuk kehidupan kita " ucap Iva.

"Tak bisa aku menceraikannya sayang, biarkan dia tinggal disini dan mengurus kita. Nanti kan setelah punya anak kamu tak repot ada Inara yang membantu mu jadi kamu masih bisa melakukan perawatan dan tetepa cantik tak seperti si Inara yang tak bisa merawat dirinya itu "

"Hemmm baiklah jika itu yang terbaik untuk kita mas, sekarang mas jangan berteriak-teriak ya biarkan istri tak tau diri itu. Cepat sekarang mas makan ya " ucap Iva dengan perhatian dan melayani pacarnya itu.

"Iya sayang ayo, sungguh aku kewalahan mengurus perempuan itu "

Mereka berdua makan dengan sangat lahap sedangkan Inara sedang menangis dikamarnya, suaminya kenapa menjadi berubah seperti ini.

Apa Inara akan kuat saat nanti suaminya menikah lagi kenapa cobaan ini harus datang kepadanya kenapa ya tuhan.

Kenapa tak pada orang lain saja, aku bukanlah orang yang kuat untuk diberikan ujian seberat ini.

Aku lemah sangat lemah dan aku tak siap dengan semua ini. Tangisnya bahkan makin meraung-raung.

Karena kebanyakan menangis Inara sampai tertidur dan lupa waktu, sekarang sudah jam 22:10 dia sangat lapar sekali. Dari tadi siang dia belum makan tadinya dia ingin makan berdua diluar dengan suaminya itu sengaja tak memasak.

Namun semuanya gagal gara-gara perempuan sialan itu, perempuan gila dasar tak punya perasaan sedikit pun padalah mereka kan sama-sama perempuan.

Kalau dia ada diposisinya bagaimana perasaannya pasti akan sama seperti ku sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Perlahan Inara bangkit dan pergi kedapur membuka tudung saji dan tak ada apa pun apa mereka menghabiskan semua masakannya tadi. Padahal tadi aku memasak cukup banyak apa perempuan itu makan seperti kuli sampai-sampai nasi habis tak tersisa sedikit pun.

Secepatnya Inara pergi ke lemari es dan mengambil telur lalu berbalik kelemari mie.

Inara masih menunggu mienya matang sambil melamun apa yang akan dia lakukan untuk mendapatkan suaminya kembali apa dia harus mundur apa bagaimana.

Nanti akan dia fikirkan kembali akan dibawa kemana hidupnya ini apa akan bertahan atau akan mundur saja.

Kalau dia maju terus menerus pasti akan sakit sekali pasti nanti orang tua Adam akan membanding-bandingkan ku dengan Iva yang bisa memberikan mereka cucu.

Pasti mereka akan semakin seenaknya padaku dan semena-mena saja memperlakukan ku.

Huff ayah ibu kenapa kalian meninggalkan aku secepat ini kenapa ibu dan ayang tak membawa Inara kesana jika hidup Inara akan berantakan seperti ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!