NovelToon NovelToon

Khodam

PROLOG

Dahulu Kala, Dunia dilanda kehancuran yang diakibatkan oleh bangkitnya sang raja iblis.

Hampir setengah populis dunia hancur oleh kekuasaan sang raja iblis tersebut.

Kebangkitan dirinya, membawa banyak malapetaka bagi mahluk hidup, terutama manusia.

Salah satunya, pembawa fitnah yang sangat dahsyat.

Fitnah yang membuat manusia saling tuduh menuduh, fitnah mengadu domba manusia, fitnah yang mengakibatkan manusia saling bunuh dan masih banyak lagi.

Kekuatannya yang dahsyat, membuat manusia yang memiliki keteguhan hati kecil akan terlena dan menjadi pengikut setianya. Terkadang jiwa merekan akan diambil untuk disantap oleh raja iblis dan beberapa bawahannya.

Tiga tahun lamanya merajalela di dunia, membuat umat manusia sangat pesimis menjalani kehidupan di dunia kedepannya.

Tetapi di sudut lain bumi, seorang raja yang memiliki kekuasaan tertinggi di daerahnya dan salah satu ksatria kuat di bumi, sangat muak dengan dunia yang kacau ini akibat kebangkitan raja iblis tersebut.

Karena selama ini tidak mampu melawan raja iblis, raja tersebut hanya bisa diam melihat dunia yang kacau akibat kelakuannya di dunia.

Tidak diam membatu, sang raja berfikir keras mencari cara untuk menghentikan kekuasan raja iblis tersebut.

Dirinya mendatangi ketiga ksatria terkuat di bumi untuk berunding masalah kacaunya dunia akibat bangkitnya raja iblis.

Pertama ia mendatangi daerah pesisir pantai untuk mendatangi ksatria yang berkuasa di laut selatan yaitu Nyi Roro Kidul.

Sang raja langsung to the point menceritakan maksud kedatangannya di daerah laut selatan tersebut.

Kejadian sama dialami oleh Nyi Roro Kidul. dirinya pun muak dengan raja iblis yang tiba-tiba muncul menguasai dunia dan membuat berantakan tatanan bumi.

Apalagi, suhu air laut yang sedikit demi sedikit memanas akibat kelakuannya.

Bukan hanya itu, Nyi Roro Kidul merasakan banyak kerugian setelah kebangkitan raja iblis tersebut.

Para pengikutnya, satu persatu pergi menjadi pengikut raja iblis, ekosistem laut yang berantakan, dan perlindungan yang dirinya buat untuk daerah kekuasaannya perlahan melemah akibat kekuatan raja iblis yang sangat besar.

Saat ksatria raja mengajak untuk melalukan perlawanan, Nyi Roro Kidul sangat mendukungnya dan siap membantu untuk melawan raja iblis.

Setelah Nyi Roro Kidul menerima tawaran dari raja tersebut, mereka berdua pergi untuk menemui ksatria berikutnya.

Setelah sampai di tempat tujuan, Ksatria tersebut sedang duduk sila sambil menutupkan matanya.

Syekh Tuan Tapa namanya. Tubuhnya yang tinggi, perawakannya yang besar, sehingga dirinya dijuluki petapa rakasasa oleh penduduk sekitar.

Walapun tubuhnya yang tinggi dan perawakan yang besar bak raksasa, dirinya sangat menjunjung tinggi keadilan.

Saat raja dan Nyi Roro Kidul pertama kali menginjakan kakinya di tempat tuan Tapa, dirinya langsung bertanya terkait kedatangan mereka berdua.

To the point sang raja menjelaskan maksud kedatangan dirinya dan Nyi Roro Kidul terkait bangkitnya raja Iblis apa lagi sampai menguasai dunia.

Mendengar penjelasan sang raja, Tuan Tapa pun langsung membuka matanya, dirinya juga merasa dirugikan atas kebangkitan raja iblis tersebut.

Apalagi penduduk sekitar kini tidak bisa ia lindungi akibat kekuatan raja iblis yang sangat dahsyat tersebut.

Walapun penduduk setia padanya dan tidak berpaling mengikuti raja iblis, tetap saja, Syekh Tuan Tapa sangat tidak tega melihat penduduk sekita yang kesusahan akibat ekosistem yang sangat tidak stabil ini.

Dan sangat kebetulan, sang Raja dan Nyi Roro Kidul mengajaknya mengalahkan raja iblis untuk mencegah kepunahan dunia.

Tanpa pikir panjang, Tuan Tapa langsung menyetujui sang raja dan Nyi Roro kidul.

Sang Raja di sini adalah Prabu siliwangi yang berasal dari tanah Pasundan.

Memiliki kekuatan yang dahsyat dan menduduki peringkat satu sebagai ksatria terkuat di bumi.

Dirinya pun memiliki pengaruh yang sangat besar di daerahnya dan rakyatnya sangat menjunjung tinggi kepemimpinannya.

Setelah ketiga Ksatria terkuat di bumi siap bekerja sama melawan raja iblis, kini tinggal satu ksatria lagi yang akan mereka ajak bergabung.

Mereka bertiga pun pergi menuju lokasi tempatnya berada, yaitu di daerah Gunung Merapi.

Mereka terus mencari keberadaan ksatria terkuat tersebut, hingga mengelilingi gunung merapi.

Tetapi, tanpa di duga-duga ksatria tersebut mendatangi Prabu Siliwangi dan dua rekannya.

Ksatria tersebut bertanya atas kedatangan mereka bertiga ke daerahnya.

Dan Prabu Siliwangi menjelaskan secara to the point.

Tetapi ksatria tersebut menolak untuk ikut mengalahkan raja iblis.

Jawabannya karena dirinya tidak merasa dirugikan atas bangkitnya raja iblis.

Tetapi, tidak kehabisan akal sang Prabu menjelaskan bahwa mungkin saat ini dirinya tidak dirugikan, tetapi bagaimana jika kedepannya.

Dan lagi-lagi ksatria tersebut membalasnya bahwa dirinya mungkin akan bernegosiasi dengan raja iblis tersebut bahwa daerah kekuasaannya tidak boleh diambil dengan syarat mereka beraliansi.

Tetapi sang Prabu kembali memberi pertanyaan bahwa apakah ksatria tersebut yakin akan beraliansi dengan raja iblis. Sang Prabu menambahkan bahwa iblis adalah iblis dan sifatnya adalah sifatnya. Jadi iblis itu adalah mahluk licik yang kemungkinan sang ksatria akan kena getaihnya jika beraliansi dengan raja Iblis tersebut.

Mendengar pernyataan dari Prabu Siliwangi, membuat ksatria tersebut terdiam sesaat dan langsung menyetujui rencana sang Prabu untuk mengalahkan raja iblis.

Ksatria tersebut adalah Mak Lampir. Dirinya memang sangat tidak peduli dengan bangkitnya raja iblis tersebut. Apalagi raja iblis yang membawa malapetaka pada dunia.

Memang karena Mak Lampir sangat membenci yang namanya manusia.

Pada awalnya Mak Lampir tidak membenci manusia, tetapi karena dirinya dikhianati oleh manusia apa lagi pujaan hatinya sendiri, membuat Mak Lampir pergi dari kampungnya dan berdiam diri tempat yang tidak ada kehidupan manusia yaitu di gunung Merapi hingga sekarang.

Setelah keempat ksatria berkumpul dan berencana untuk melawan raja iblis, mereka bersiap-siap untuk membuat strategi.

Setelah sekian lama mereka berdiskusi, akhirnya hari dimana melawan raja iblis pun tiba.

Mereka berempat medatangi raja iblis langsung dan tanpa pikir panjang memberika serangan secara bertubi-tubi ke arah raja iblis.

Mendapat serangan mendadak membuat raja iblis merasakan kesakitan di area tubuh yang terkena serangan.

Dirinya pun tidak tinggal diam. Ia pun melawan balik ke-empat ksatria dan pertempuran antara empat ksatira melawan raja iblis berlangsung empat puluh hari empat puluh malam lamanya.

Karena raja iblis tidak bisa dibunuh, mereka berempat menyegelnya dengan syarat yang setimpal.

Yaitu mereka juga akan ikut tersegel ketika penyegelan raja iblis berhasil.

singkat cerita, mereka berempat pun berhasil menyegel raja iblis dan bayaran setimpal pun mengenai mereka.

Tetapi, kekuatan dari keempat ksatria tersebut keluar dari dalam tubuhnya dan menyebar ke plosok tempat.

Masing-masing dari ksatria tersebut menyebarkan tiga kekuatan misterius secara acak

.

.

PROLOG TAMAT

.

JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.

.

DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI

Munculnya Sang Khodam

"Diki, Diki, Hei Diki."

Seseorang terus memanggil-manggil nama Diki. Namun, walaupun jarak Diki dengan orang yang memanggilnya sekitar kurang lebih 5 meter, Diki tidak mendengar dan tidak menyadarinya sama sekali.

Karena Diki tidak menoleh, orang yang memanggil namanya berlari dan menepuk pundak Diki.

"Hei!"

Diki sangat Kaget, dirinya kemudian melihat ke arah orang yang menepuk pundaknya.

"Ivan?!" Ucapnya dengan kedua mata yang disipit-sipitkan.

"Lama tak jumpa kawan, kemana saja kau Diki?" Ivan bertanya pada Diki.

"Bagaimana?, Apa kau sedang liburan?" Tambah Ivan.

Mendengar pertanyaan dari Ivan, membuat Diki menundukan kepalanya. Dirinya bingung apa yang harus diceritakan pada sohibnya itu terkait kehidupannya.

Melihat Diki yang tiba-tiba menundukan kepala akibat pertanyaannya, membuat Ivan mengajaknya untuk duduk sebentar di warung kopi.

"Bagaimana kalau kita mampir sebentar?" Ajak Ivan pada Diki.

Diki menolak tawaran Ivan, tetapi Ivan memaksa dan berjanji akan membayar biaya yang dipesan sohibnya itu.

mendengar penawaran tersebut, membuat Diki menerima ajakannya dan mereka langsung bergegas menuju warung kopi terdekat.

Setelah berada di warung kopi, Ivan langsung bertanya terkait kehidupan yang sedang dialami Diki.

Pada awalnya Diki enggan untuk bercerita, tetapi karena Ivan yang terus memaksanya untuk bercerita, akhirnya Diki menceritakan kehidupannya itu.

"Kau tahu kan, aku pernah merantau keluar kota,"

"Tahu, bahkan sampai saat ini aku meyakini kau masih bekerja di luar kota,"

"Tapi kau lihat kan sekarang aku ada di sini," ucap Diki dengan intonasi sedikit tinggi.

"Dan aku meyakini sekarang kau sedang cuti bekerja,"

"Pikiranmu sangat positif sekali kawan. Sebenarnya aku sudah tidak bekerja di luar kota lagi,"

"Ah jangan-jangan kau dimutasi?" Tebak Ivan.

"Mana ada mutasi-mutasi, apalagi pabrik seperti itu di kota ini!" Bantah Diki sedikit sewot.

"Terus?!" Tanya Ivan dengan dahinya yang mengkerut.

"Aku dipecat."

"Hah? dipecat?" Ivan kaget mendengar pernyataan sohibnya itu.

"Kenapa bisa?"

"Biasalah, ada sedikit masalah," jawab Diki simpel.

Kemudian Ivan bertanya terkait pekerjaan Diki sekarang. Dan Diki pun menjawab dirinya kini sedang mencari pekerjaan.

Diki pun menjelaskan pada Ivan bahwa dirinya sudah tidak bisa bekerja di luar kota lagi. Dirinya juga menjelaskan bahwa hidup di kota sangat keras, apa lagi dirinya  tidak memiliki sanak saudara ataupun teman di kota yang dulu ia tinggali.

Mendengar Diki yang sedang mencari perkerjaan, membuat mulut Ivan tersenyum lebar. Sehingga membuat Diki merasa heran dibuatnya.

"Kau kenapa?" Tanya Diki heran.

"Kebetulan sekali, tempat kami sedang membuka lowongan pekerjaan, sebaiknya kau melamar di tempatku saja" jelas Ivan.

Mendengar Bahwa tempat Ivan bekerja sedang membuka lowongan pekerjaan, membuat Diki senang dan kembali ceria.

"Makasih ya van," ucap Diki.

"Sama-sama, dan mungkin pertemuan kita saat ini memang sebuah takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan," jelas Ivan masih tersenyum lebar.

"Ya sudah, aku pulang dulu ya van, terima kasih juga teraktirannya. Aku janji suatu saat nanti aku akan mengganti traktiranmu ini."

Diki pergi terburu-buru, dengan wajah ceria dirinya berlari untuk mengabarkan pada keluarganya.

Tetapi, saat di tengah-tengah perjalanan, dirinya merasakan hal yang sangat aneh namun tidak tahu apa hal yang aneh tersebut.

Tiba-tiba dari arah barat, terlihat mahluk aneh yang saling menyerang satu sama lain.

"Apa itu?"

Diki sangat herang dengan apa yang sedang dilihat oleh kedua matanya.

"Itu jin Khodam yang sedang bertarung," jelas suara misterius pada Diki.

Sontak mendengar suara misterius tersebut, membuat Diki terkejut dan terjatuh ke tanah.

Dan saat melihatnya secara langsung, jantung Diki berdetak sangat cepat karena saking terkejut melihat sosok yang menyeramkan di hadapan matanya.

"Jangan takut, memang bentukku seperti ini. Dan aku tidak akan memakanmu!" Jelas sosok misterius tersebut.

"Si-si- si-siapa kau?!" Tanya Diki terbata-bata.

"Aku adalah macan putih, jin Khodam dari tubuhmu," jelas Macan Putih sang Khodam.

"Jin khodam?"

"Ia."

"Akhirnya setelah 20 tahun lamanya, aku bisa keluar dari tubuhmu itu," ucap Macan putih pada Diki.

"Kau sangat lambat dalam mengendalikan kekuatanmu, aku sangat bosan menunggu hingga waktunya tiba," ucap macan putih sedikit jengkel.

Diki terus melamun akibat kejadian yang sedang menimpa dirinya.

"Antara lebay dan.... " Macan putih terdiam sesaat.

" Sepertinya kau memang lebay" lanjut Macan putih.

Macan putih kemudian mendekati Diki. Macan putih sudah memperingati Diki sebelumnya untuk tidak takut jika dirinya mendekat.

Saat macan putih mendekat, ia menunjuk ke satu titik di dekat dua mahluk yang sedang bertarung.

"Kau lihat orang yang berdiri di depan sana?"

Ucap macan putih sambil menunjuk ke arah depan.

Diki mengangguk bertanda bahwa dirinya melihat orang tersebut.

Macan putih pun menjelaskan bahwa orang tersebut adalah pemilik jin Khodam dari salah satu mahluk yang sedang bertarung tersebut.

Macan putih pun menjelaskan bahwa khodam yang sudah membuat kontrak dengan manusia memiliki ciri yaitu terdapat Bayangan putih seperti asap yang terhubung ke tubuh manusia yang menjalin kontrak tersebut.

"Dan kau pasti langsung tahu, mana jin Khodam orang di depan sana tersebut," ucap macan putih.

"Ya, benar, jin Khodam miliknya adalah api berbentuk manusia," ucap Macan putih.

Melihat Diki yang terus terdiam membuat Macan putih merasa jengkel.

"Ah, sudahlah, kau membuatku jengkel, terdiam seperti orang bodoh. Bahkan gara-gara kau terdiam, aku sampai bertanya dan menjawabnya sendiri," ucap macan putih kesal.

"Maafkan aku, aku masih belum bisa menerima semua ini, aku sangat syok, dengan kejadian ini," jelas Diki lemas.

"Wajar saja, karana ini adalah kali pertamanya bagimu."

Ivan yang baru keluar dari warung kopi, langsung berlari menghampiri Diki yang terduduk di tanah.

"Diki?!, kenapa kau terbaring di tanah?, kau tidak apa-apa?, Badanmu terlihat lemas."

Ivan mengangkat badan Diki dan  memapahnya sampai kursi halte.

Melihat Ivan yang biasa saja saat mahluk yang mengaku jin khodamnya masih berdiri di samping mereka berdua, membuat Diki terheran-heran.

"Tenang saja, orang yang tidak memiliki jin khodam, tidak akan bisa melihat wujudku," jelas macan putih pada Diki.

"Tapi sebaiknya aku kembali kedalam tubuhmu saja. Oh ia, aku bisa keluar masuk tubuhmu kapanpun aku mau, jadi aku harap kau tidak berbuat aneh-aneh. Seperti saat kau melakukannya di kamar mandi. Walaupun aku sangat tidak peduli," Ucap macan putih.

Saat Macan putih masuk kedalam tubuh Diki, dirinya kembali keluar dan mengucapkan sesuatu.

"Oh ya, saat kau ingin melakukan olah raga tersebut di kamar mandi, aku selalu ketawa saat melihat ukurannya yang begitu imut, HAHAHAHA."

Macan putih pun langsung masuk ke dalam tubuh Diki.

.

.

To Be Continued....

.

.

JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.

.

DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI

Menginapnya Sohib

Ivan sangat khawatir melihat Diki yang tiba-tiba terbaring di tanah. Karena kasihan, dirinya berencana mengantar pulang sohibnya itu.

Tetapi Diki menolak tawaran Ivan, dirinya berkata pada Ivan bahwa ia bisa pulang sendiri.

"Aku tahu kau bisa pulang sendiri, tapi aku tidak yakin kau akan tiba di rumahmu tepat waktu dengan kondisimu seperti ini. Yang lebih aku khawatirkan lagi, kamu tidak benar-benar sampai ke rumahmu. Biarlah aku mengantarmu ki, aku ini sahabatmu, aku akan melakukan apa saja andai itu baik untukmu walapun itu mengganggu waktuku" jelas Ivan meyakinkan Diki.

Tidak ingin memperpanjang perdebatan yang tidak penting dengan sahabatnya, Diki menyetujui permintaan Ivan untuk mengantarnya pulang ke rumah.

Saat Diki menaiki motor Ivan, dirinya masih melihat pertarungan jin Khodam dan mahluk astral yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Ia pun sempat melihat pemilik khodam api tersebut dan mata mereka juga sempat berpapasan. Mata yang tajam dan mulut yang sedikit tersenyum membuat Diki takut melihat dirinya lebih lama lagi.

Saat mata mereka saling bertatapan, Diki langsung memalingkan wajah seakan tidak melihat si pemilik jin khodam yang sedang bertarung tersebut.

"Kau kenapa Ki?" Tanya ivan pada Diki karena merasa ada yang aneh pada Diki.

Diki hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hah?, Apa?, Aku tidak bisa mendengar ucapanmu!. Coba lebih kencang," Perintah Ivan karena tidak mendengar apa yang dikatakan Diki.

Mendengar ucapan dari Ivan, Diki baru menyadari bahwa dirinya menggeleng-gelengkan kepalanya. Yang artinya mana mungkit Ivan melihat dirinya menggeleng-gelengkan kepala karena posisi dirinya tepat berada dibelakang punggung Ivan.

"Aku tidak apa-apa, tenang saja," ucap Diki.

Sesampainya mereka di tempat tujuan, tiba-tiba bibinya Diki keluar dari rumah.

"Alhamdulillah, kau baik-baik saja nak. Bibi sangat mengkhawatirkanmu, apa lagi hari sudah mulai sedikit gelap," ucap Bibi Elis yang langsung memeluk Diki.

"Ya sudah ayo kita ke dalam. Makasih ya mas." Bi Elis memberi uang senilai sepuluh ribu pada Ivan dan langsung masuk ke dalam rumah.

Seketika, Ivan yang menerima uang tersebut, langsung terkejut dan terdiam sesaat atas perlakuan bibinya Diki.

"Tunggu bi, apa bibi tidak ingat dengan tukang ojeg itu?" Tanya Diki menunjuk tukang ojeg pada Bi Elis.

"Eh memangnya siap—" melihat Tukang ojeg lebih teliti.

"Ivan?, Kau nak Ivan?, Alhamdulillah kamu sehat nak?" Tanya Bi Elis langsung menghampiri Ivan

Bi Elis langsung menuntun Ivan untuk masuk ke rumahnya.

Setelah mereka berada di rumah tepatnya di ruang tamu, bi Elis mempersilahkan Ivan untuk duduk di sofanya.

Beberapa saat kemudian, dirinya membawa beberapa cemilan dan air teh hangat untuk dihidangkan pada Ivan.

Bi Elis pun bertanya terkait kehidupan Ivan yang sekarang. tidak hanya itu, bi Elis juga menceritakan kenapa Diki bisa diasuh olehnya.

Karena tidak ingin mengingat kejadian masa lalunya, Diki memerintahkan pada Bibinya itu untuk tidak melanjutkan ceritanya.

"Sudah bi, kau jangan melanjutkan karangan basimu itu lagi," ucap Diki kesal dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mau kemana kamu nak?!, Tidak sopan meninggalkan tamu begitu saja!. Apa lagi Ivan adalah temanmu," ucap bi Elis tegas.

"Aku mau mandi dulu, seharian keliling mencari pekerjaan membuat badan berkeringat dan bau," jelas Diki yang pergi begitu saja.

"Maafkan dia ya nak Ivan."

"Ia tenang saja kok bi, memang dia orangnya seperti itu."

Waktu terus berjalan, dan hari sudah di selimuti oleh gelapnya malam. Ivan bersiap untuk pamit pulang. Tetapi, bibinya Diki menyuruh untuk menginap di rumahnya.

Awalnya Ivan menolak tawaran bi Elis, tetapi karena Diki juga meminta Ivan untuk menginap apa lagi besok Diki mulai bekerja di tempatnya bekerja. Maksud Diki menyuruh Ivan menginap di rumahnya, karena besok bisa berangkat sama-sama ketempat kerja. Karena mendengan ucapan Diki yang barusan, akhirnya Ivan menginap di rumah Diki.

***

Malam hari sekitar pukul sepuluh, Ivan dan Diki duduk di teras rumah sambil menikmati dinginnya angin malam. Dengan ditemani dua cangkir kopi plus rokok dan cemilan mereka mengobrol.

"Apa badanmu baik-baik saja?" Tanya Ivan khawatir.

"Aku baik-baik saja," jawab Diki tersenyum lebar pada Ivan.

"Sebenarnya aku masih syok dengan kejadian tadi sore," gumam Diki.

"Apaan sih jijik," ucap Ivan melihat Diki yang tersenyum lebar.

" Tapi, terima kasih, kau sudah sangat banyak membantuku," ucap Diki kembali merenung.

"Kau ya, jangan menjadi beban dirimu, saat aku selalu membantumu. Ingat aku membantumu Karena aku memang ingin membantumu," jelas Ivan.

Saat sedang asik mereka ngobrol, tidak sengaja, Diki melihta mahluk aneh berdiri sekitar 20 meter di depan rumahnya.

Dan tanpa pikir panjang, Diki mengajak Ivan untuk segera masuk ke dalam rumah.

Tiba-tiba macan putih keluar dari tubuh Diki.

"Kau lambat menyadarinya!" Ucap Macan putih kesal.

"Apa kau tahu mahluk itu ada di depan sana?" Tanya Diki dengan berbisik.

"Sejak pertama kali mahluk itu muncul aku sudah menyadarinya."

"Dan kau diam saja?!" Bisik Diki kesal.

"Aku hanya mengujimu, dan ternyata hasilnya sungguh mengecewakan!"

Melihat Diki yang berbicara sendiri membuat Ivan bingung dan menempelkan telapak tangannya di dahi Diki.

"Apa kau sedikit gila?" Tanya Ivan.

"HUAHAHAHAHAH.Konyol, padahal dengan berbicara dalam hati saja aku bisa mendengarmu" jelas macan putih tertawa.

"Kenapa kau tidak bilang sejak awal, bikin salah pahan orang lain saja," ucap Diki dalam hati.

"Apa karena kau melihat aku berbicara sendiri?" Tanya Diki pada Ivan.

Ivan menganggukan kepalanya, kemudian Diki menjawab bahwa dirinya sedang latihan berbicara yang baik dan benar besok.

"Dan kenapa jika kau latihan berbicar untuk besok, ekpresimu seperti yang kesal begitu?" Tanya Ivan penasaran.

Diki terpojok oleh pertanyaan Ivan. Dirinya tidak tahu harus beralasan apa lagi pada sohibnya itu.

"Tinggal jawab saja, aku kesal Karana tidak bisa nememukam kata-kata yang cocok," ucap Macan putih.

"Ternyata kau cukup pintar juga," gumam Diki.

"Ya memang aku mahluk pintar, tidak seperti kau, yang cepat berputus asa dalam segala hal."

Mendengar kata-kata macan putih barusan, Diki kembali murung karena memang kenyataannya seperti ini.

"Kau jangan membuat wajah yang masam lagi, lagian aku tidak begitu peduli dengan pertanyaanku barusan," jelas Ivan pada Diki.

"Aku kesal sebenarnya tidak bisa membuat kata-kata yang cocok untuk bertemu dengan atasamu besok. Aku takut salah dalam berucap. Karena kesan pertama itu juga sangat penting dalam pertemuan," jelas Diki.

"Hahah, pantas saja. Tapi tenang saja, atasanku tidak semenyeramkan yang kau pikirkan, dan kemungkinan besar dia akan menyukaimu.Aku jamin itu".

.

To Be Continued.....

.

.

JANGAN LUPA DUKUNG TERUS NOVEL "KHODAM" DENGAN CARA LIKE, SHARE VOTE DAN JADIKAN NOVEL FAVORIT. JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN JEJAK DENGAN CARA BERKOMENTAR DI KOLOM KOMENTAR.

.

DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT BAGI KAMI

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!