...Masa Remaja Season 2...
Rasa yang kita anggap pergi ternyata masih ada, cuma ada kata antara aku dan juga dia, fotonya saja masih ku simpan tetapi tidak ku pajang hanya ku taru di lemariku dan ku letakkan di bagian paling dalam, itu pun jarang sekali aku sentuh. Dia memang berbeda bukan seperti Raisa yang ku kenal dahulu, hanya tinggi badannya saja yang masih sama, orang bilang kalau cinta apapun bisa terjadi tapi ini berbeda cuma sebuah rasa yang tiba-tiba nempel kemudian dia pergi entah kemana. Kayak Dejavu dia ilang terus datang dia pergi kemudian kembali, sebuah rasa yang tersimpan dengan penuh kehangatan kasih sayang tetapi banyak hal pula yang membuat itu istimewa.
***
"Aku baru sadar bahwa perasaanku sama Raisa lebih dari sekedar teman, tetapi apa Raisa juga merasakan hal yang sama?" Ujarku dalam benakku
Saat itu aku mengajak Raisa ke taman kota dan kemudian aku mengajaknya bermain di sebuah ayunan, aku sangat bahagia saat melihat dia bahagia ketika dia besamaku. Namun seketika itu semua menjadi runtuh saat kedatangan seorang lelaki, dibalik kejauhan dia memperhatikan kami berdua dan kemudian tiba-tiba di memegang tangan Raisa dan mengajaknya pergi.
"Sa" ungkapnya sembari memegang tangan Raisa
"Kak Yudha, kok ada disini?" Tanya Raisa dan kemudian dia merampas tangan Raisa dari genggaman ku
"Anda siapa?" Tanya Arya sembari memegang tangan ku yang satu lagi
"Anda yang siapa?" Tanya Yudha sembari mengajakku pergi
Entah kenapa kok cuacanya jadi mendung gini dan tiba-tiba kak Yudha dan juga Arya hampir bertengkar tapi...
"Udah yuk Sa!" Ujar kak Yudha dan kemudian mengajakku pergi dan kemudian aku melepaskan genggaman tangan Arya dari tanganku
Hujan turun dengan deras sembari memukul hati Arya dengan keras, seperti sebuah bom atom yang tiba-tiba muncul tiba-tiba, kita di pertemukan dan tiba-tiba menjadi sebuah cerita yang sederhana. Gak ada kata yang tiba-tiba muncul di bibir Arya dia cuma diam dan aku juga ikut sedih, aku gak mau menyakiti hati Arya tetapi ada Kak Yudha juga disisi aku. Aku seperti seseorang gadis yang egois kenapa harus ini semua terjadi antara aku, kak Yudha dan juga Arya.
Di tambah dengan Fanya yang sekarang jadi sosok yang pendiam sejak dia melihat dan menerima kenyataan bahwa Rian sudah berpacaran dengan Ara yang tak lain dan tak bukan sahabat Fanya sendiri.
Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.
Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?
Begitupun dengan kesunyian.
Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.
Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.
"Apaan ini, kok jadi...." Ungkap ku
"Nih bersihin sendiri!" Jawabnya sambil memberikan sebuah tisu kepadaku
"Apaan sih udah moment begini malah kacau deh" ungkap ku sambil membual sendiri
"Kenapa kamu?" Tanyanya
"Enggak kak!" Jawabku sambil membersihkan wajahku dengan tisu
Kemudian dia menertawakan aku...
"Wkkkwkkkw..."
"Kenapa sih?" Tanya ku
"Enggak kamu lucu aja" jawabnya
"Iya emang aku badut apah di ketawain" ujarku sambil memalingkan wajahku
"Eh udah dong kamu jangan marah" ungkapnya
Dia memang begitu dia selalu melihat aku tetapi aku juga gak ngerti kenapa dia begitu meski begitu, dengan sikapnya aku selalu merasa ada sosok yang selalu menjagaku. Dia perhatian dan dia juga baik sekali padaku dan dia mampu membuatku merasa nyaman dengannya.
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
Entah kenapa lambat lain waktu berganti, sang detik juga berbicara pada waktu, hati tak mampu tuk dipisahkan namun kita juga tak mampu tuk memilih.
Pernah dengar gak kisah Rangga dan juga Cinta, kenapa ya ini kayak kisah cinta kita. Kenapa ya kamu kayak menguji aku padahal aku sendiri berusaha buat ngelupain kamu, didal hati aku bernyanyi berharap suatu saat kamu bisa melihat ku kembali. Aku bertahan tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana, dalam hidup aku hanya bisa berusaha dan berdoa meski terkadang harapan tidak sejalan dengan kenyataan.
Dua putaran matahari dia lewati bersama laki-laki yang sama dengan rasa yang berbeda, cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang. Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.
Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.
Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.
Aku tak bisa berkata-kata, apa yang bisa aku bicarakan langit saja terdiam namun tak jua aku berharap bila saatnya tiba apa mungkin semua akan berubah. Hitam bukan putih dan ini juga mungkin bukan karena dia, siapa dia? Seseorang yang hadir di kesunyian malam, seseorang yang selalu mengganggu tidurku. Aku hanya tak mampu berkeluh kesah, aku juga tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam seribu bahasa, mungkin saja Tuhan tahu apa yang aku rasakan tapi aku hanya bisa diam dan mencoba menutupi semuanya.
Maafkan aku yang tak pernah bisa memilih dan juga bukan seorang pemilih, hanya saja aku bukan seseorang yang pantas untuk menjadi seorang pemeran utama dalam sebuah kisah cinta, bahkan dalam kisah nyata. Cinta itu terkadang membuat aku merasa bahwa aku hanya seseorang yang cuma bisa menjadi salah satu diantara kisah cinta, maafkan aku yang terlalu egois dan tak mampu untuk menjauh dari kenyataan. Namun aku bisa apa, ketika aku menyimpan hanya saja aku cuma punya rasa dan biarkan aku tetap menyimpannya.
************ BERSAMBUNG***********
...Menyimpan Rasa Season 2...
Entah kenapa tiba-tiba aku terlibat dalam sebuah ikatan pernikahan dengan seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan sudah aku anggap sebagai kakak aku sendiri yaitu kakak Yudha, padahal sebenarnya aku masih menyimpan rasa terhadap temanku yaitu Arya, namun apa boleh buat semua telah terjadi dan itu pula yang membuat aku depresi dan tak tahu harus bagaimana menghadapi semuanya.
Kemudian di suatu ketika seseorang di dalam masa laluku hadir kembali, dan kemudian membawaku kepada kenyataan bahwa aku tidak mencintai laki-laki yang di jodohkan orang tua ku padaku. Lalu aku harus bagaimana ketika aku harus menghadapi dia yang tak ku cinta sementara dia sudah menjadi suamiku.
Dia hanya terdiam tapi bukan berarti dia menutup-nutupi semuanya, dia hanya berusaha untuk tidak melakukan sesuatu hal yang terlihat bodoh, apalagi di tambah dengan ayahnya yang kurang perduli padanya.
"Apa artinya aku dimatanya!" Ujarnya yang hampir meneteskan air matanya
"Cowok itu siapa ya?" Ujarku
"Hei kamu!" Panggilku
Nengok kanan kiri...
"Cewek itu kenapa sih?" Ujarnya dalam benaknya
"Iya kamu!" Ujarku kembali seraya sambil mendekati cowok tersebut
Pertemuan yang unik, namun kemudian mengubah segalanya...
Rasa yang kita anggap pergi ternyata masih ada, cuma ada kata antara aku dan juga dia, fotonya saja masih ku simpan tetapi tidak ku pajang hanya ku taru di lemariku dan ku letakkan di bagian paling dalam, itu pun jarang sekali aku sentuh. Dia memang berbeda bukan seperti Raisa yang ku kenal dahulu, hanya tinggi badannya saja yang masih sama, orang bilang kalau cinta apapun bisa terjadi tapi ini berbeda cuma sebuah rasa yang tiba-tiba nempel kemudian dia pergi entah kemana. Kayak Dejavu dia ilang terus datang dia pergi kemudian kembali, sebuah rasa yang tersimpan dengan penuh kehangatan kasih sayang tetapi banyak hal pula yang membuat itu istimewa.
***
Teori konspirasi bermula saat rembulan bertemu dengan malam, kemudian mereka menyapa dibalik kejauhan sembari menunggu sang fajar datang meski sebenarnya waktu fajar menyingsing itu sangat lama dan juga menyita waktu, kemudian rembulan terpaksa untuk menunggu datangnya matahari namun ketika fajar menyingsing, rembulan redup dan tak mampu menyapa matahari. Kisahnya hampir sama kayak kamu dan aku yang gak mungkin bisa bertemu karna banyaknya halangan dan juga rintangan, ditambah dengan kalkulasi waktu dimana fakta menyatakan bahwa rembulan dan matahari itu berbeda, matahari hanya ada saat pagi dan juga siang sedankan rembulan hanya ada dimalam hari. Sama kayak aku dan kamu yang gak mungkin bersatu karena kamu ya kamu sedangkan aku hanya seseorang yang menunggu di balik kejauhan sambil berkata "sudahlah, kamu mungkin sudah dengan yang lain" aku cuma bisa apa? Aku cuma seseorang yang membungkukkan badanku sambil bertahan dan gak sanggup buat berdiri kembali meski aku terjatuh.
Hanya diam yang merawat asa, dan hanya pelik yang melawan kerinduan karena hati ini mungkin bukan milik kamu dan aku juga bukan seseorang yang pantas buat kamu, terimakasih sudah kasih kenangan terindah meski kita cuma dua orang yang gak suka saling menyapa. Alam terkadang menyapaku dengan sapuan musim yang dibalut dengan langit yang tersenyum manis kepadaku, bak melodi musim semi terkadang ia merayuku dengan alunan melodi dan nada yang terlukis dengan merdu. Namun aku tak sadar, aku hanya bergeming tak sadarkan diri, renungku sambil mengelus dada "semoga aku dapat melihat mentari esok pagi" kemudian saat aku terbangun diantara sepi dengan pikiranku yang melayang aku selalu mengutuk diriku karena aku tak mampu mengubah alur perjalanan hidupku.
Aku barusadar bahwa cinta itu terkadang menyiksamu, dengan rayuan manja ia datang kemudian ia pergi kembali seperti kupu-kupu yang merayu sebuah bunga kemudian ia memetik sebuah kenangan dibalik keindahan. Aku bersyukur meski begitu aku juga tak semudah itu merangkai kata, aku terbiasa berpura-pura tersenyum meski sebenarnya aku membohongi diriku dengan sejuta ada yang ku coba untuk ku hindari. Dibalik kejauhan aku memilih untuk tetap setia sendiri dengan mencoba mengubur setiap kenangan yang pernah aku alami dalam-dalam, meski aku bukanlah seseorang yang sekuat itu untuk bisa tetap berdiri bertahan. Dalam keheningan malam aku berbisik dan berkisah kepada rembulan "sepi, aku tak ingin sendiri. Setiap permasalahan terjadi dan menghampiri aku terus-menerus seperti sebuah metamorfosis yang sempurna, padahal khayalku tak sejalan dengan kenyataan" dalam hati aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri meski aku sadar aku cuma orang bodoh yang penakut dan juga selalu menghindar.
"Apa bedanya aku dengan sebuah rintik hujan, ia datang dengan tetesan kemudian pergi menggenangi dengan sebuah sapaan yang tak lain dan tak bukan hanya menyisakan luka"
Kamu begitu berarti dan istimewa dihati selamanya rasa ini, tak mungkin terganti. Aku hanya terdiam diam seribu bahasa, namun kamu datang dan pergi menyisakan luka di dada. "Jangan hanya terdiam dan bersikap seolah hanya kamu yang tersakiti aku juga"
"Memangnya kamu anggap aku apa?" Ujarnya
"Apa aku cuma seseorang yang tiba-tiba hadir dan kemudian pergi meninggalkan kenangan?" Ujarnya lagi tegas sembari menggenggam tanganku
Jerit tangisnya terdengar meski sebenarnya dia sama sekali tak terlihat mengeluarkan air matanya di pipinya.
"Gersang langit sepertinya tak mendukung kita" ucapnya kembali sembari mencoba memegang tangan ku seraya tak ingin melepaskannya
"Hentikan!!" Ucapku sembari mencoba melepaskan tangannya
"Kamu kenapa sih?" Tanyanya kembali
Kemudian aku bersikeras untuk pergi meninggalkannya...
Tak ku sangka dia bisa berbuat seperti itu...
Di balik kejauhan aku melihat kak Yudha dan juga Arya berkelahi, aku memang tak begitu melihat karena saat itu aku belum tiba di tempat itu.
"Udah gue bilang jauhin Raisa!" Ujarnya
"Apa hak Lo, nyuruh gue begitu" jawabnya
"Raisa milik gue!" Ujarnya
"Maksud Lo? Apa gue gak salah dengar?" Jawabnya sambil mengeluh dan kemudian memarahinya
Arya pun tersulut emosi dan kemudian mendorong dan menjatuhkan kak Yudha dengan bogem mentah ditangannya, yang kemudian di tambah dengan pukulan kak Yudha yang kemudian membuat Arya babak belur. Pertengkaran dan perkelahian tak mungkin dihindari mereka bak jagoan yang saling menyerang satu sama lain, hingga kemudian aku datang di tengah-tengah perkelahian antara mereka berdua.
"STOP!!" Ujarku
"Aku bilang berhenti!!" Ujarku sembari meneteskan air mata
"Kalian kayak anak kecil tau gak!" Ujarku sembari mencoba menengahkan mereka, namun mereka tak mendengar ku mereka tetap berkelahi sampai akhirnya aku terjatuh
"RAISA!" Ujar mereka berdua
Aku cuma menangis dan tak kuasa menahan jerit tangis ku, aku bukan barang yang begitu saja kalian perebutkan aku hanya manusia biasa.
"Berhenti aku bisa bangun sendiri!" Ujarku
"Raisa!!" Ujarnya sembari mencoba menggenggam tangan ku
"Jangan pegang dia!" Ujar Arya
Kemudian tangan Arya juga memegang tanganku
Akhirnya mereka saling menggenggam tanganku, namun aku tak kuasa menahan tangis air mataku.
Ketika kamu dihadapkan dalam dua pilihan dan kamu tak tahu harus memilih yang mana?. Sosok cowok yang kamu cintai namun tak bisa kamu miliki atau sosok cowok yang tidak kamu cintai namun selalu mencoba untuk mengubah hati kamu. Seandainya diantara salah satunya bisa membuat aku bahagia, mungkin semua peristiwa dalam hidupku ini tak terjadi seperti ini.
Ini kisah ku...
"Gak biasanya, seperti ada sesuatu yang aneh" ujarku dalam kalbuku
Hari ini aku berjalan melintasi waktu dengan berjuta harapan dalam benakku...
"Aku berharap semoga Raisa suka sama kado yang aku kasih!" Ujarku
"Arya Lo mau kemana?" Tanya Rian
"Biasa!" Jawabku
"Wes wangi amat!" Ujarnya
"Ia lumayan tadi nemu parfum!" Jawabku
"Wanginya kayak gue kenal, jangan-jangan parfum gue dia pake" ujarnya dalam benaknya
"Udah dulu gue mau satnight dulu ya!" Ujarku
"Okeh bos!" Jawab Rian
Aku tak sadar bahwa saat itu adalah terakhir kali aku bertemu Raisa...
"Sa, aku!" Ujar Kak Yudha
"Mau apalagi sih kak Yudha kemari!" Ujar Raisa
Dia berlinang air mata dan saat itu aku melihatnya tepat di depan rumahnya sedang bersama Yudha, cowok sialan yang paling ku benci. Tega-teganya dia merebut Raisa dari ku saat aku hendak mengutarakan perasaan ku kepadanya.
Saat itu aku mendengar percakapan antara Yudha dan juga Raisa, dan ternyata mereka berdua telah di jodohkan. Saat itu aku terdiam dan aku tak kuat melihat apa yang ada didepan mataku, rasanya hatiku hancur lebur berantakan dan aku menjatuhkan kado yang ingin aku berikan kepada Raisa.
Mungkin saja saat itu aku hanya akan menjadi seseorang yang tak tahu malu, aku hadir di waktu yang salah. Dia bukan milikku dan begitupun aku tak pantas untuk memilikinya, dan saaat aku hendak pulang Raisa melihat aku dan kemudian..
"Arya!" Panggil Raisa dikejauhan
Aku cuma melihat dia di spion motorku, rasanya masam minggu itu akan menjadi malam minggu yang menyedihkan buat aku.
Cinta tak bisa dipaksakan tapi kalau dia memang bukan jodohku lalu aku bisa apa?.
Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.
Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.
Aku tak bisa berkata-kata, apa yang bisa aku bicarakan langit saja terdiam namun tak jua aku berharap bila saatnya tiba apa mungkin semua akan berubah. Hitam bukan putih dan ini juga mungkin bukan karena dia, siapa dia? Seseorang yang hadir di kesunyian malam, seseorang yang selalu mengganggu tidurku. Aku hanya tak mampu berkeluh kesah, aku juga tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam seribu bahasa, mungkin saja Tuhan tahu apa yang aku rasakan tapi aku hanya bisa diam dan mencoba menutupi semuanya.
Maafkan aku yang tak pernah bisa memilih dan juga bukan seorang pemilih, hanya saja aku bukan seseorang yang pantas untuk menjadi seorang pemeran utama dalam sebuah kisah cinta, bahkan dalam kisah nyata. Cinta itu terkadang membuat aku merasa bahwa aku hanya seseorang yang cuma bisa menjadi salah satu diantara kisah cinta, maafkan aku yang terlalu egois dan tak mampu untuk menjauh dari kenyataan. Namun aku bisa apa, ketika aku menyimpan hanya saja aku cuma punya rasa dan biarkan aku tetap menyimpannya.
***
...Babak Baru...
Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.
Aku tak bisa berkata-kata, apa yang bisa aku bicarakan langit saja terdiam namun tak jua aku berharap bila saatnya tiba apa mungkin semua akan berubah. Hitam bukan putih dan ini juga mungkin bukan karena dia, siapa dia? Seseorang yang hadir di kesunyian malam, seseorang yang selalu mengganggu tidurku. Aku hanya tak mampu berkeluh kesah, aku juga tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam seribu bahasa, mungkin saja Tuhan tahu apa yang aku rasakan tapi aku hanya bisa diam dan mencoba menutupi semuanya.
Maafkan aku yang tak pernah bisa memilih dan juga bukan seorang pemilih, hanya saja aku bukan seseorang yang pantas untuk menjadi seorang pemeran utama dalam sebuah kisah cinta, bahkan dalam kisah nyata. Cinta itu terkadang membuat aku merasa bahwa aku hanya seseorang yang cuma bisa menjadi salah satu diantara kisah cinta, maafkan aku yang terlalu egois dan tak mampu untuk menjauh dari kenyataan. Namun aku bisa apa, ketika aku menyimpan hanya saja aku cuma punya rasa dan biarkan aku tetap menyimpannya.
***
Satu putaran ku lewati dengan orang yang sama, namun di satu putaran lagi aku lewati bersama orang yang berbeda, aku hanya menyesal sudah memilih orang yang salah dan saat itu seketika aku mencoba menghindar dari masa lalu yang menyakitkanku.
Sedih boleh tapi jangan sampai kehilangan arah dan juga harapan, yakin saja sedih yang kita alami saat ini pasti akan berubah menjadi kebahagiaan suatu hari nanti.
Dwi Arya Dhika: biasa dipanggil Arya
Cowok cool tetapi juga lucu namun sikapnya yang nyebelin terkadang malah membuat semua teman-temannya menjauhinya, meski begitu dalam hal pelajaran matematika dia yang nomor satu walaupun sebenarnya dia sedikit pandai tapi dia agak lugu dan polos. Padahal tampangnya keren tetapi jiwanya yang polos malah membuat dia terlihat manis, aku sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia tapi karna peristiwa waktu itu saat kami hendak ke sekolah dan hampir kehujanan, dia malah satu payung dengan ku. Entah kenapa kejadian itu malah membuat aku awkward banget, tapi itu kenangan yang lucu juga sih.
Adrian Martadinata: biasa di panggil Rian
Sejak dia berpacaran dengan Ara dia selalu saja berantem padahal mereka berdua terlihat sangat cocok tapi mereka selalu bertengkar, ditambah lagi Ara selalu saja curhat sama aku. Kuping aku jadi capek dengerin dia tapi ya karna dia teman aku jadi mau apa lagi, demi sahabat. Sedangkan Rian tipe cowok yang konyol terkadang dia suka mencari perhatian sama cewek-cewek padahal dia sudah punya pacar. Meski sifatnya yang kekanak-kanakan tetapi dia termasuk cowok yang ganteng tingginya saja 170cm dan dia juga termasuk salah satu anggota tim basket di sekolah, berkat Rian CS tim basket sekolah kita akan masuk ke tim nasional basket.
Keiziara Cynthia Bella: atau yang akrab di panggil Ara
Cewek cantik blasteran yang sangat terkenal dan populer di sekolah bukan hanya sebagai cewek yang cantik tetapi dia juga termasuk salah satu anggota Cheerleaders yang terkenal bukan hanya karena postur tubuhnya yang tinggi semampai tetapi dia dia juga mempunyai visual yang cantik maka dari itu banyak sekali cowok-cowok yang dekat dengannya, entah kenapa dia sekarang jadi dekat dengan ku dan sering curhat tentang pacarnya yaitu Rian.
Bianca Raisa Andriana biasa di panggil Raisa entah kenapa dalam cerita ini aku dinobatkan sebagai pemeran utamanya padahal dalam cerita ini aku hanya berada di tengah-tengah cerita, gak banyak sih yang aku ceritakan tapi di setiap cerita aku lebih banyak sebagai pencerita. Aku bukan siapa-siapa bukan pupa seorang produser atau sang pembuat naskah cerita, kalau saja aku sang pembuat cerita aku juga tak mau dengan cerita yang menyedihkan ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya memang ada disini, aku anak pertama dan satu-satunya di keluarga ku.
"Aku cuma bisa berharap namun semua hanya sebuah harapan" Ujarnya
Sudah beberapa tahun berlalu, diikuti dengan perubahan yang juga terus terjadi pada diriku. Gak banyak yang berubah masih sama seperti dahulu. Aku Arya masih dengan sosok yang sama, sosok laki-laki yang gak pernah bisa mencoba buat berbicara cuma bisa menutup-nutupi perasaan dan memendamnya dalam hati. Dan sementara itu, dengan beranjaknya waktu, satu demi satu hari berganti dan merubahku untuk menjadi seorang cowok yang bisa berani dan mencoba untuk tidak egois lagi. Namun kala itu, takdirpun terjadi dan tiba-tiba aku bertemu lagi dengan sosok gadis yang aku cintai yang tak lain dan tak bukan ialah Raisa.
Kejadiannya hampir sama seperti saat pertama kali kita bertemu, saat di halte dan kondisinya hujan lebat.
"Mana sih payung, perasaan gue bawa deh!" Ujarku sembari mencari payung yang biasanya aku bawa di tasku
Kala itu cuacanya sangat gelap dan juga mendung, hujan turun sangat lebat maklum sudah mau masuk akhir tahun pasti di Jakarta langganan hujan dan juga banjir. Btw sekarang aku tinggal di Jakarta dan sudah tidak tinggal di Bandung lagi lantaran aku di pindah tugaskan di Jakarta, sekarang aku menjadi salah satu karyawan BUMN dan aku bersyukur karena aku bisa bekerja di kota besar yaitu Jakarta, selain aku bekerja aku juga menyelesaikan studiku yaitu S1 di salah satu Universitas ternama di Jakarta.
"Eh Arya ngapain Lo?" Tanya temanku Joni yang merupakan salah satu karyawan di perusahaan tempat ku bekerja juga
"Ini gue lagi nyari payung!" Ujarku
"Repot banget!" Ujarnya
"Iya nih!" Jawabku
"Yaudah bareng gue aja!" Jawabnya sembari mengajakku ke mobilnya
"Enggak usah, gue naik angkot ajah!" Ujarku
Kebetulan saat itu mobilku sedang ada di bengkel.
"Gak apa, ayo!" Ungkapnya sekali lagi
"Hmm, gak usah Lo pulang aja duluan. Nanti istri Lo nungguin Lo dirumah!" Ujarku
Joni memang seumuran denganku tetapi dia sudah lebih dahulu menikah dan juga telah memiliki seorang anak.
"Owh ywdh gue balik duluan ya!" Ujarnya sembari masuk ke mobilnya
"Iya!" Jawabku sembari menengok ke arahnya
Nampaknya aku sudah hampir basah kuyup, dan tak ku lihat pula bis yang menuju ke arah rumahku.
"Gimana nih?" Tanyaku sembari menengok ke arah jam tanganku yang ternyata menunjukkan pukul jam setengah enam sore
"Haduh udah hampir Maghrib, gimana nih?" Ujarku dalam benakku
Dan tiba-tiba ada suara handphone berdering, ringtonenya hampir mirip kayak suara handphone aku. Tapi saat aku cari ke dalam tasku ternyata bukan handphone aku yang berbunyi, saat itu aku melihat seorang perempuan yang sedang mengangkat telepon suaranya kayak tak asing lagi, tapi siapa dia?.
"I..ia ma, nanti aku pulang ntar dulu ini lagi nungguin hujan" ujarnya sembari menelpon
"Suara itu...?" Ujarku sembari menengok ke samping
"Dia?" Ujarku sembari merasa tak percaya dengan apa yang aku lihat
Wajahnya masih tak berubah masih manis seperti dahulu, dia masih terlihat polos dan lugu meski dia menggunakan stelan blezer hitam dan juga rok serta dengan riasan di wajahnya.
"Dia, seperti...." Ujarku sembari melihat gadis itu di kejauhan sampai-sampai aku tak sadarkan diri karena aku hampir saja tersiram air got di aspal ketika bis tiba-tiba menghampiri di depanku
Saat itu dia menaiki bis yang juga sama denganku, aku hanya terdiam dan kemudian aku teringat dan saat itu aku beranjak dan menaiki bis yang aku tumpangi. Aku merasa bahagia karena bisa berdekatan lagi dengan sosok gadis impianku, yang telah lama tak bertemu. Namun apa dia tak mengingatku?.
"Permisi!" Ujarnya sembari berdiri di sampingku karena saat itu kondisi bis yang aku tumpangi sangat ramai
"I..ia" jawabku gagap tak karuan
Apa benar dia Raisa, tapi mengapa dia tak mengenali aku?. Apa yang terjadi padanya?.
Perjumpaan aku dengan dirinya membuat aku mengenang masa-masa indahku kalaku bersamanya, namun apa yang terjadi kenapa dia tak mengenalku? Apa banyak hal yang berubah dari diriku? Padahal kita berdiri di tempat yang sama dan saling berhadapan. Bahkan kala sopir bis mengerem mendadak dan dia hampir terjatuh, aku mencoba untuk memegang tangannya supaya dia tak terjatuh.
"Aduh" ucapnya sembari menengok ke arahku dia jatuh tepat di dadaku dan kita saling bertatapan tetapi...
"Maaf mas!" Ujarnya sembari meminta maaf pada diriku
"Owh iya mba!" Jawabku, ada apa ini? Kenapa dia? Apa dia bukan Raisa? Tapi wajahnya sangat mirip.
"Mba.."
Kala aku hendak bertanya padanya kemudian dia malah berhenti di dekat perempatan jalan.
"Kiri Bang!" Ujarnya terburu-buru
"Sepertinya bukan dia" ujarku dalam benakku
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!