NovelToon NovelToon

Masa Remaja

Prolog

...Dilangit Yang Sama Kamu Berada...

"Aku baru sadar bahwa perasaanku sama Raisa lebih dari sekedar teman, tetapi apa Raisa juga merasakan hal yang sama?" Ujarku dalam benakku

Saat itu aku mengajak Raisa ke taman kota dan kemudian aku mengajaknya bermain di sebuah ayunan, aku sangat bahagia saat melihat dia bahagia ketika dia besamaku. Namun seketika itu semua menjadi runtuh saat kedatangan seorang lelaki, dibalik kejauhan dia memperhatikan kami berdua dan kemudian tiba-tiba di memegang tangan Raisa dan mengajaknya pergi.

"Sa" ungkapnya sembari memegang tangan Raisa

"Kak Yudha, kok ada disini?" Tanya Raisa dan kemudian dia merampas tangan Raisa dari genggaman ku

Aku kira cerita cinta masa SMA aku akan berlalu begitu saja, meski meninggalkan kenangan yang sedikit menyakitkan namun pula menyisakan banyak sisa-sisa kebahagiaan yang apabila aku terkenang maka akan membuat aku rindu akan masa-masa itu. Bukan hanya dengan cerita kala itu, namun juga orang-orang dalam kisah hidupku.

***

Matahari bersinar di ufuk timur berikan sinarnya yang terang sembari menunggu datangnya sang fajar menyingsing, aku tak tahan melihat cahaya terang yang begitu besar nan indah namun tak pelak cahyanya memberikan tanda tanya terhadap perasaan ku yang berkecamuk antara kebimbangan dan juga ketidak pastian yang membuat aku tak percaya akan indahnya cinta, naluri ku bertanya ada apakah gerangan dengan misteri yang selalu saja timbul dalam kehidupanku yang membuat aku tak mampu melalui setiap proses dalam kehidupanku. Aku tak gentar namun juga yakin tapi tak pelak hati kecilku pun bertanya apakah aku mampu memenuhi hajat hidupku dengan baik, angin nampak riuh ciruh yang membuat aku kedinginan kemudian aku selimuti badanku dengan jaket tebal yang aku bawa dari rumah. Entahlah aku baru menyadari bahwa ini adalah musim hujan dan sepertinya akan turun hujan lebat, kemudian aku tutup jendela kamarku sembari aku melihat rintikan tetesan air hujan yang tak pelak menetes dan juga membasahi area kebun rumah nenekku. Aku sudah menginap di rumah nenekku selama enam hari entahlah, rasanya aku juga sampai lupa sudah berapa lama aku menginap karena aku sudah betah singgah di rumah nenekku, lagi pula nenek juga tinggal sendirian di desa yang letaknya lumayan jauh dari hirup pikuk perkotaan. Kakekku sudah lama meninggal dunia kira-kira hampir tiga tahunan kurang lebih, hari ini anginnya kencang sekali sampai-sampai baju yang dicuci nenekku hampir saja berterbangan. Aku gak tahu kenapa aku bisa merasakan perasaan yang bimbang seperti ini, waktu itu aku mampir ke sebuah danau yang dahulu tempat aku bermain dengan kawan lamaku yaitu Irwan Prayitno. Sebenarnya itu cerita sudah lama sekali tapi kenapa tiba-tiba aku teringat kembali.

Bait semusim yang tertulis manis tentang kisah kasih aku bersamanya yang duduk di pelataran cinta bersama dengan hati ku yang selalu terngiang-ngiang akan bisikan cintanya yang begitu merdu, tanpa batas waktu yang terungkap tapi tak mampu ku ucap. Aku hanya seseorang yang memujanya di balik kejauhan, aku hanya hanya seseorang yang berusaha keras untuk tetap setia bersamanya meski aku hanya berada di balik kejauhan, jangan tanyakan perasaan ku jika kau tak bisa beralih dari masa lalu yang menghantuimu karena ini sungguh tidak adil.

Gemercik suara hujan yang deras dari tetesan air hingga terdengar kencang, gak cukup satu tapi ribuan genangan air itu menyapu bahuku dan membasahiku, aku hanya terdiam sembari membiarkan setiap genangan air hujan dan juga riuh suara angin berhembus kencang di wajahku. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan sang sutradara yang menciptakan perjalanan hidupku yang terdokumentasikan menjadi sebuah film. Meski dalam keramaian aku masih tetap sendiri dan merasa kesepian, seperti hanya ada seekor kunang-kunang yang menemani di kesunyian. Aku hanya aku dan bukan dia, biar ku simpan rasa ini di kejauhan karena mungkin kau bukan untukku dan mungkin pula rasa ini suatu saat akan hilang dengan sendirinya.

Semua akan berganti siang akan digantikan malam, begitu pula dengan matahari yang tak akan mungkin bersinar ditengah malam. Apa cuma aku yang terdiam sendiri, sejenak aku berfikir dengan setiap sekenario yang Tuhan buat untuk ku, semuanya ambigu gak jelas, tapi juga membuat aku takut.

Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.

Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?

Begitupun dengan kesunyian.

Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.

Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.

"Hmm... Andai saja ibu masih ada" ujarku sambil mengelus dada ku

Kembali nada berirama dengan merdu sayup terdengar gemericik hujan yang turun tetes demi tetes, aku baru teringat ini awal bulan November di mana setiap akhir tahun pasti musim penghujan, aku sampai lupa membawa payung padahal kereta sudah hampir tiba di stasiun.

"Bagaimana ini nanti aku kehujanan dan basah kuyup" ucap ku dalam hati

Sembari menunggu kereta tiba di stasiun, nampak ku lihat teman sekelas ku Raisa.

"Sepertinya aku mengenal gadis itu?" Ujarku dalam hati

"Bukan kah itu Raisa?" Ungkapku

Ehmm.

Sebenarnya aku tak enak hati jika diam saja tanpa menegurnya, tapi aku tak berdaya karena aku melihat dia juga menengok ke arah ku lalu sambil tersenyum manis di depan ku.

"Apa aku tak salah lihat?, Sepertinya ia melihat ke arah ku dan tersenyum manis" ujarku luluh

"Eh, kamu kayaknya aku kenal deh?" Ujar Raisa sembari berfikir mengingat wajah Arya yang polos dan lugu

"Kamu bukannya Arya?" Tanyanya

"Iya, hmmm kamu?" Sebenarnya aku kenal siapa dia tapi aku pura-pura tak kenal karena aku malu lagi pula aku jadi ke-GR-an ngeliat senyuman manisnya

"Aku Raisa, masa kamu lupa sih sama aku?" Ungkap Raisa sambil tersenyum manis

"Owh iya, aku baru ingat" ucapku polos

"Kamu lucu deh" ujar Raisa sambil tertawa

"Senyuman kamu manis" ujar Arya

Kemudian Raisa tersipu malu.

"Kenapa jadi awkward moment gini padahal kita lagi ngobrol tapi kok canggung banget" ujar Raisa dalam hati

"Ehmmm" Arya pura-pura batuk

"Owh btw, kamu bawa payung Sa?" Tanya ku mencairkan suasana

"Owh aku bawa kok" jawabnya

"Aku boleh bareng gak?" Tanya ku

"Owh iya bareng aja yuk!" Jawab Raisa sambil mengambil payung

Dan akhirnya Arya dan Raisa masuk ke gerbang sekolah sambil memegang payung berduaan

"Haduh kenapa jantungku" ujar Arya dari hatinya

"Eh ini kenapa si Arya jadi...." Ujar Raisa sambil mereka berdua tak sengaja menyentuh tangan masing-masing

"Maaf" ujar Arya

Kemudian sampai di kelas mereka berdua tak mengobrol lagi.

"Entah kenapa, apa yang aku rasakan dan aku alami, tubuhku kaku dan gemetar, tak bisa berbicara..." Ujar Arya

"Dia kenapa ya?" Ujar Raisa dalam hati

"Sa, kenapa?" Tanya Wulan teman sebangku ku

"Owh eng...gak apa-apa kok" jawab ku keluh

Jangan berbisik, bunyinya di langit hening terdengar langkah kaki seseorang berjalan. Aku menengok ke arah kanan dan kiri ku, seperti ada seseorang yang memperhatikan diriku hanya saja aku mencoba untuk berpura-pura tak tahu.

"Kamu egois Ra!" Ujar Rian

"Udah jauhin gue" ungkap Ara sambil melepaskan tangan Rian

Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.

Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.

***

Episode 1

...Jarak Dan Waktu...

Jangan berbisik, bunyinya di langit hening terdengar langkah kaki seseorang berjalan. Aku menengok ke arah kanan dan kiri ku, seperti ada seseorang yang memperhatikan diriku hanya saja aku mencoba untuk berpura-pura tak tahu.

"Kamu egois Ra!" Ujar Rian

"Udah jauhin gue" ungkap Ara sambil melepaskan tangan Rian

Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.

Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.

***

Entah kenapa lambat lain waktu berganti, sang detik juga berbicara pada waktu, hati tak mampu tuk dipisahkan namun kita juga tak mampu tuk memilih.

" It’s all about falling in love with yourself and sharing that love with someone who appreciates you, rather than looking for love to compensate for a self love deficit.” — Eartha Kitt. 

(Itu semua tentang jatuh cinta pada diri sendiri dan berbagi cinta dengan seseorang yang menghargaimu, daripada mencari cinta untuk mengimbangi kekurangan cinta terhadap diri.)

Pernah dengar gak kisah Rangga dan juga Cinta, kenapa ya ini kayak kisah cinta kita. Kenapa ya kamu kayak menguji aku padahal aku sendiri berusaha buat ngelupain kamu, didal hati aku bernyanyi berharap suatu saat kamu bisa melihat ku kembali. Aku bertahan tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana, dalam hidup aku hanya bisa berusaha dan berdoa meski terkadang harapan tidak sejalan dengan kenyataan.

"Kenapa si Ra Lo jauhin gue?" Ucap Rian

Tiba-tiba Raisa muncul di tengah-tengah kita.

Kemudahan Rian melepaskan tangannya dariku, begitu pula dengan aku yang kaget.

"Kalian?" Ujar Raisa

"Raisa, ada apa?" Tanya Ara tenang

"Sepertinya Ara dan Rian menutup-nutupi sesuatu, tapi apa ya?" Ungkap Raisa

Aku gak bisa berfikir dan aku terlalu puitis buat berkata-kata.

"Jangan berujar, jika kamu tak mau berfikir!" Ujar Ara sembari meninggalkan Rian dan kemudian mengajak Raisa pergi

"Apaan si Ra?" Ujar Raisa

"Udah ikut gue ajah!" Ujar Ara sambil memegang tangan Raisa

"Hei, kalian berdua mau kemana? Kok ninggalin gue begitu aja sih!" Ujar Rian

"Tau ah" Jawab Ara

"Kenapa ya? Apa mungkin karena gue terlalu mengekang dia" ungkap Rian

Dia mencengkeram tangan ku dengan erat tanpa melepaskan genggaman tangannya begitu kokoh dada bidangnya sampai aku gemetar dan tak berani melihat wajahnya, bahkan untuk berbicara saja aku tak mampu. Sampai aku menahan Hela nafasku dan kemudian jantung ku berdeyup dengan kencang, aku seperti berada di sebuah rollercoaster yang sangat tinggi dan menakutkan. Dia cuma melihat ke arah ku sambil terus menggenggam tangan ku, jari jemari ku pun tak gentar untuk melawan kerasnya genggaman tangannya.

Dia seperti bukan dia, nampak bukan seperti orang yang aku kenal, dia memang baik dan perhatian padaku tetapi dia memang terlalu berlebih-lebihan.

"Kenapa kamu ngeliatin aku?" Ujar Raisa

Dia hanya diam seribu bahasa, tapi tidak berbicara sama sekali padahal aku sudah bilang, sambil aku melepaskan genggaman tangannya yang erat tetapi dia sama sekali tidak mau melepaskan tangannya dari diriku.

Selalu saja seperti ini, yang jadi korbannya tak lain dan tak bukan adalah aku. Karena aku sama sekali tidak tahu apa-apa.

Dwi Arya Dhika: biasa dipanggil Arya

Cowok cool tetapi juga lucu namun sikapnya yang nyebelin terkadang malah membuat semua teman-temannya menjauhinya, meski begitu dalam hal pelajaran matematika dia yang nomor satu walaupun sebenarnya dia sedikit pandai tapi dia agak lugu dan polos. Padahal tampangnya keren tetapi jiwanya yang polos malah membuat dia terlihat manis, aku sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia tapi karna peristiwa waktu itu saat kami hendak ke sekolah dan hampir kehujanan, dia malah satu payung dengan ku. Entah kenapa kejadian itu malah membuat aku awkward banget, tapi itu kenangan yang lucu juga sih.

Adrian Martadinata: biasa di panggil Rian

Sejak dia berpacaran dengan Ara dia selalu saja berantem padahal mereka berdua terlihat sangat cocok tapi mereka selalu bertengkar, ditambah lagi Ara selalu saja curhat sama aku. Kuping aku jadi capek dengerin dia tapi ya karna dia teman aku jadi mau apa lagi, demi sahabat. Sedangkan Rian tipe cowok yang konyol terkadang dia suka mencari perhatian sama cewek-cewek padahal dia sudah punya pacar. Meski sifatnya yang kekanak-kanakan tetapi dia termasuk cowok yang ganteng tingginya saja 170cm dan dia juga termasuk salah satu anggota tim basket di sekolah, berkat Rian CS tim basket sekolah kita akan masuk ke tim nasional basket.

Keiziara Cynthia Bella: atau yang akrab di panggil Ara

Cewek cantik blasteran yang sangat terkenal dan populer di sekolah bukan hanya sebagai cewek yang cantik tetapi dia juga termasuk salah satu anggota Cheerleaders yang terkenal bukan hanya karena postur tubuhnya yang tinggi semampai tetapi dia dia juga mempunyai visual yang cantik maka dari itu banyak sekali cowok-cowok yang dekat dengannya, entah kenapa dia sekarang jadi dekat dengan ku dan sering curhat tentang pacarnya yaitu Rian.

Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.

Aku Bianca Raisa Andriana biasa di panggil Raisa entah kenapa dalam cerita ini aku dinobatkan sebagai pemeran utamanya padahal dalam cerita ini aku hanya berada di tengah-tengah cerita, gak banyak sih yang aku ceritakan tapi di setiap cerita aku lebih banyak sebagai pencerita. Aku bukan siapa-siapa bukan pupa seorang produser atau sang pembuat naskah cerita, kalau saja aku sang pembuat cerita aku juga tak mau dengan cerita yang menyedihkan ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya memang ada disini, aku anak pertama dan satu-satunya di keluarga ku.

Mamaku Adilla Dimitri dia adalah seorang pengajar di salah satu sekolah negri yaitu di SD Negeri 1 Bandung, iya aku dan mama tinggal di Bandung sementara Papa ku bekerja di Semarang Jawa Tengah. Jarak memang memisahkan kita, tetapi untungnya antara kami sekeluarga selalu bisa berhubungan satu sama lain lewat handphone dan juga laptop yang aku punya, terkadang papa suka mengajakku berbicara via laptop untuk saling melepaskan kerinduan kami.

***

Episode 2

...Kisah Ku...

Dwi Arya Dhika: biasa dipanggil Arya

Cowok cool tetapi juga lucu namun sikapnya yang nyebelin terkadang malah membuat semua teman-temannya menjauhinya, meski begitu dalam hal pelajaran matematika dia yang nomor satu walaupun sebenarnya dia sedikit pandai tapi dia agak lugu dan polos. Padahal tampangnya keren tetapi jiwanya yang polos malah membuat dia terlihat manis, aku sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia tapi karna peristiwa waktu itu saat kami hendak ke sekolah dan hampir kehujanan, dia malah satu payung dengan ku. Entah kenapa kejadian itu malah membuat aku awkward banget, tapi itu kenangan yang lucu juga sih.

Adrian Martadinata: biasa di panggil Rian

Sejak dia berpacaran dengan Ara dia selalu saja berantem padahal mereka berdua terlihat sangat cocok tapi mereka selalu bertengkar, ditambah lagi Ara selalu saja curhat sama aku. Kuping aku jadi capek dengerin dia tapi ya karna dia teman aku jadi mau apa lagi, demi sahabat. Sedangkan Rian tipe cowok yang konyol terkadang dia suka mencari perhatian sama cewek-cewek padahal dia sudah punya pacar. Meski sifatnya yang kekanak-kanakan tetapi dia termasuk cowok yang ganteng tingginya saja 170cm dan dia juga termasuk salah satu anggota tim basket di sekolah, berkat Rian CS tim basket sekolah kita akan masuk ke tim nasional basket.

Keiziara Cynthia Bella: atau yang akrab di panggil Ara

Cewek cantik blasteran yang sangat terkenal dan populer di sekolah bukan hanya sebagai cewek yang cantik tetapi dia juga termasuk salah satu anggota Cheerleaders yang terkenal bukan hanya karena postur tubuhnya yang tinggi semampai tetapi dia dia juga mempunyai visual yang cantik maka dari itu banyak sekali cowok-cowok yang dekat dengannya, entah kenapa dia sekarang jadi dekat dengan ku dan sering curhat tentang pacarnya yaitu Rian.

Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.

Aku Bianca Raisa Andriana biasa di panggil Raisa entah kenapa dalam cerita ini aku dinobatkan sebagai pemeran utamanya padahal dalam cerita ini aku hanya berada di tengah-tengah cerita, gak banyak sih yang aku ceritakan tapi di setiap cerita aku lebih banyak sebagai pencerita. Aku bukan siapa-siapa bukan pupa seorang produser atau sang pembuat naskah cerita, kalau saja aku sang pembuat cerita aku juga tak mau dengan cerita yang menyedihkan ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya memang ada disini, aku anak pertama dan satu-satunya di keluarga ku.

Mamaku Adilla Dimitri dia adalah seorang pengajar di salah satu sekolah negri yaitu di SD Negeri 1 Bandung, iya aku dan mama tinggal di Bandung sementara Papa ku bekerja di Semarang Jawa Tengah. Jarak memang memisahkan kita, tetapi untungnya antara kami sekeluarga selalu bisa berhubungan satu sama lain lewat handphone dan juga laptop yang aku punya, terkadang papa suka mengajakku berbicara via laptop untuk saling melepaskan kerinduan kami.

***

Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.

Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?

Begitupun dengan kesunyian.

Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.

Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.

"Sa, jangan lupa makan dulu!" Ujar mamaku

"Ia ma, nanti aku makan" jawabku

"Dari tadi kamu main laptop mulu" ujar mamaku seraya sambil membawa makanan yang tersaji di piring dan lauk pauknya di tambah dengan air putih

"Loh kok ada sayurannya ma?" Tanya ku

"Sekali-kali makan sayur, kamu ini makannya maunya daging dan ikan mulu tapi gak pernah makan sayur" ungkap mamaku

Sebenarnya aku memang tidak suka makan sayur tapi mamaku selalu saja menyuruhku makan sayuran.

"Ini apa sih kok!" Ujarku

"Itu sayur qol" jawab mamaku

"Hmmm" ujarku sambil memiringkan kepala

Akhirnya aku tetap memakan lahap hidangan yang diberikan mamaku, tetapi aku kemudian menyisihkan sayuran yang tidak aku sukai, meski begitu mamaku tidak pernah marah padaku. Dia merupakan seorang mama yang perhatian dan juga selalu saja memberikan makanan yang sedap dan juga lezat. Walaupun tetap aku kurang suka wortel dan juga qol, tetapi kalau kentang aku masih suka.

"Kenapa mama ngasih aku makan sayur Mulu sih memangnya aku ini kelinci apa?" Ungkap ku dalam hati

"Apaan sih kan sudah aku bilang pa aku tidak mau pindah ke Bandung!" Ujarnya

"Papa gak mau tau kamu harus ke Bandung juga, papa sudah siapkan sekolah yang terbaik disana!" Ujarnya

"Tapi pa!" Jawabku

"Gak boleh tapi tapi" jawabnya sambil menutup telepon

Tut.. Tuttt...Tutt

"Halo... Pa!" Ujar ku

"Hmmm malah di matiin telponnya" sambung Yudha

Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.

Hari ini aku melihat wanita tua itu lagi duduk sembari menunggu kereta tiba di ujung stasiun, nampak terlihat tua namun wajahnya yang cantik terulas dengan jilbab yang dikenakan menambah manis wajahnya. Dia tak lain dan tak bukan adalah nenek ku, begitulah kelakuan ayahku dengan mudahnya ia membuangku dan kini aku terpaksa pindah ke Bandung, meski aku kesal tapi ada nenekku yang menemanku.

Di Jogja cuacanya memang berbeda dengan Bandung aku harus menyesuaikan diri, apalagi karena aku gampang terserang flu.

"Kamu kenapa Yudh?" Tanya nenekku

"Enggak" jawabku lesuh

"Kamu kayak gak semangat gitu" ujar nenekku

Aku sebenarnya tak tega dengan nenekku, tetapi aku juga tak mau terlalu merepotkannya, apalagi karena dia tinggal seorang diri. Rumah nenek sangat luas di tambah ada lantai dua dan juga nenek mempunyai beberapa asisten rumah tangga.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!